Skenario 1
Seorang perempuan berusia 50 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan sulit
menahan kencing sejak 1 tahun terakhir. Dari anamnesa diketahui pasien tersebut mempunyai
7 orang anak.
Pendahuluan
Miksi merupakan bahasa kedokteran dari berkemih. Miksi adalah proses pengeluaran
urin dari tubuh dan merupakan kerja refleks yang sangat penting setelah masa bayi dikontrol
oleh pusat yang lebih tinggi pada sistem saraf.1
Tujuan penulis membuat makalah ini agar pembaca dapat memahami apa itu miksi
dan bagaimana terjadinya proses miksi, organ yang terkait, dan bahkan komposisi urin itu
sendiri. Harapan penulis, agar dengan adanya makalah ilmiah ini diharapkan dapat membantu
memperluas wawasan pembaca mengenai sistem miksi atau berkemih yang terjadi dalan
tubuhnya masing-masing.
Identifikasi Istilah
Tidak ada istilah yang tidak dimengerti penulis.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada skenario 1 maka diperoleh rumusan masalah perempuan berusia 50
tahun yang memiliki 7 orang anak dengan keluhan sulit menahan kencing sejak 1 tahun lalu.
Mekanisme Miksi dan Terjadinnya Inkontinensia
Page 1
Page 2
Analisis Masalah
Sulit
Menahan
Kencing
Struktur
Organ Terkait
Mekanisme
Sistem
Urinaria
Komposisi
Urin
Makro
Mikro
Pembentuk
Pengendali
Pengeluara
Faktor
mempengar
uhi sistem
berkemih
Faktor
mempengar
uhi jumlh
urin
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ilmiah ini agar para pembaca terutama mahasiswa fakultas
Universitas Kristen Krida Wacana dapat memahami apa itu miksi dan bagaimana terjadinya
proses miksi, organ yang terkait, dan bahkan komposisi urin itu sendiri.
Hipotesis Penulisan
Hipotesis yang diperoleh dari skenario 1 adalah seorang perempuan umur 50 tahun
sulit menahan kencing karena sering melahirkan sehingga sfingter uretra melemah.
Miksi
Miksi adalah proses pengeluaran urine dari dalam tubuh. Ketika bayi, refleks miksi
diatur oleh medula spinalis sedangkan ketika telah tumbuh dan mengerti berbagai macam hal.
Miksi mulai diatur oleh tingkat yang lebih tinggi dari medula spinalis yaitu korteks serebri.
Masuknya urine ke dalam kandung kemih menyebabkan dinding vesica urinaria menjadi
penuh dan tegang, sehingga terjadilah reseptor regang pada dinding vesica urinaria. Setelah
dinding vesica urinaria teregang, impuls akan berjalan melalui saraf afferen ke pars lumbalis
medula spinalis menyebabkan vesica urinaria mengalami kontraksi sehingga tegangan dalam
vesica urinaria semakin meningkat karena ruang vesica urianria kecil, tekanan intra vesica
urinaria meningkat, mendorong sfingter uretra interna, dan impuls akan di transimikan ke
korteks serebri menghasilkan rasa ingin miksi. Miksi ini di kontrol melalui saraf aferen
menuju kandung kemih. Impuls yang berjalan melalui saraf parasimpatis sacralis
Mekanisme Miksi dan Terjadinnya Inkontinensia
Page 3
meyebabkan otot dindimg kandung kemih berkontraksi, dan sfingter kandung kemih
berelaksasi. Pengeluaran urine sendiri dibantu dengan adanya kontraksi antara otot dinding
abdomen dengan diafragma sehingga meyebabkan kandung kemih menjadi kolaps dan
meningkatkan tekanan intra-abdominal.1
Ginjal
Ginjal manusia berjumlah dua dan berbentuk seperti kacang merah atau kacang dogo
dengan ukuran panjang 10- 12 cm dan memiliki ketebalan antara 3,5 - 5 cm. Ginjal
terletak di luar rongga peritoneum di bagian belakang atas dinding abdomen sehingga disebut
dengan retro peritoneal primer. Ginjal memiliki sisi konkaf yang disebut hilum. Hilum
merupakan tempat keluar dan masuknya ureter, serta keluar dan masuknya a.v. renalis. Batas
kanan dan kiri ginjal adalah columna vertebralis. Ren dexter terletak pada iga 12 atau
vertebra lumbales 3-4 sedangkan ren sinister terletak pada iga 11 atau vertebra lumbales 2-3.
Jarak antara kedua atas kutub ginjal adalah 7 cm, sementara jarak antara kedua bawah kutub
ginjal adalah 11 cm. Jarak antara kutub bawah ren siniter dengan crista illiaca adalah 5 cm.
Sementara jarak antara kutub bawah ren dexter dengan crista illiaca adalah 3 cm (gambar 2).3
Page 4
Page 5
dengan papila renis. Papilla renis dibentuk oleh kaliks mayor sedangkan kaliks mayor
dibentuk oleh kaliks minor (gambar 6).4
Page 6
Ureter
Ureter merupakan lanjutan dari pelvis renalis yang menuju ke distal dan akan
bermuara di vesica urinaria. Ureter terdiri dari dua bagian yaitu pars abdominalis dan pars
Mekanisme Miksi dan Terjadinnya Inkontinensia
Page 7
pelvina. Ureter ini memiliki panjang 25-30 cm. Ureter memiliki membrana mukosa yang
dilapisi oleh epitel kuboid dan dinding muscular yang tebal. Urine di dorong melewati ureter
dengan gelombang peristaltik, yang dapat terjadi sekitar 1-4 kali per menit. Urine memasuki
kandung kemih dalam serangkaian semburan kecil. Pintu masuk yang miring melalui dinding
kandung kemih menjamin bahwa ujung bagian bawah tertutup selama miksi dengan kontraksi
kandung kemih, sehingga mencegah refluks urine kembali ke ureter dengan mencegah
penyebaran infeksi dari kandung kemih ke atas. Ureter ini mengalami penyempitan di tiga
tempat yaitu uretero pelvicjunction yang terbentang dari pelvis renis ke ureter, flexura
marginalis merupakan tempat penyilangan ureter dengan vassa illiaca, dan di muara ureter
yang merupakan vesica urinaria. Persyarafan ureter adalah plexus hypogastricus inferior
vertebra torakal 11 vertebra lumbales 2.1
Secara mikroskopis, ureter ini memiliki epitel transisional dengan sel-sel membulat
pada kantung yang menyusut, sedangkan pada kantung yang melebar terdapat sel-sel yang
gepeng. Terdiri dari lamina propria yang mengandung jaringan ikat dan pembuluh-pembuluh.
Ureter sendiri terdiri dari otot polos yang melapisinya, yaitu m.longitudinal interna,
m.sirkularis, m.longitudinal externa. Adanya ketiga otot polos ini berguna agar ketika terjadi
kontraksi, aliran urine akan menuju ke bawah ke dalam vesica urinaria (gambar 8).5
Vesica Urinaria
Vesica urinaria adalah kandung kemih yang merupakan muara dari ureter. Vesica
urinaria ini berfungsi sebagai reservoir urine antara 200-400 cc. Dinding vesica urinaria
merupakan lapisan otot yang kuat. Vesica urinaria ini terletak di belakang os pubis, memiliki
lapisan mukosa yang berlipat-lipat yaitu m.detrusor, m.trigonal, dan m.sphincter vesica.
M.detrussor terletak di lapisan dalam yang berfungsi untuk mengeluarkan urine. M.trigonal
terletak dalam trigonum liutaudi untuk membuka orrificium urethra interna serta untuk
membentuk uvula. M.sphincter vesica terletak di lateral collum vesica urinaria untuk vesica
urinaria. Letak, bentuk, dan ukuran vesica urianria bervariasi tergantung pada banyaknya
urine yang terkandung di dalamnya (gambar 9).6
Page 8
Bila vesica urianria terisi urine, maka vesica urinaria akan meninggi dan lebih tinggi
daripada cavitas pelvis dan akan menjadi organ abdomen dan apabila penuh dapat diraba
(dipalpasi) di atas symphysis pubis. Bila vesica urinaria ini meningi maka akan menggeser
letak corpus uteri. Pada vesica urinaria penuh ditemukan bahwa epitel transisional menjadi
lebih gepeng dan tidak terlihat adanya sel payung. Apabila vesica urinaria kosong akan
berbentuk piramid atau kerucut dan apabila terisi urine bentuknya menjadi globuler. Terdiri
dari tiga lapis otot polos yaitu tunika mukosa dengan epitel transisional dan lamina propria,
tunika muskular terdiri dari m.longitudinalis interna, m.sirkularis, m.longitudinalis externa.
Kontraksi dari ketiga otot polos ini penting untuk mengeluarkan urine dari dalam vesica
urinaria ke dalam uretra. Pada vesica urinaria yang kosong ditemukan bahwa eptel
transisional yang lebar dan sel payung yang tampak jelas (gambar 10).6
Uretra
Uretra adalah saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih dan uretra
merupakan saluran yang menghubungkan kandung kemih ke lingkungan luar tubuh. Urine
dialirkan sepajang uretra dengan kontraksi kandung kemih. Tetes terakhir uretra dengan
kontraksi sfingter yang mengitari uretra pars membranasoa.1
Page 9
Uretra wanita adalah tabung dengan panjang sekitar 3 cm dan membentang dari
kandung kemih sampai lubang di antara labia minora sekitar 2,5-4 cm di belakang klitoris.
Uretra berjalan tepat di bagian depan pembukaan vagina. Uretra pria adalah tabung dengan
panjang sekitar 20 cm dan membentang dari kandung kemih sampai ujung penis. Uretra
memiliki 4 bagian yaitu pars pra-prostatica, pars prostatica, pars membranosa, pars spongiosa
atau cavernosa. Pars pra-prostatica adalah uretra yang terletak sebelum kelenjar prostat. Pars
prostatica adalah uretra berada di prostat, terdapat pembukaan kecil, dimana terletak muara
vas deferens. Pars membranosa merupakan uretra yang panjangnya 1,5 cm dan di lateral
terdapat kelenjar bulbouretralis. Pars spongiosa atau pars cavernosa memiliki panjang 15 cm
dan melintas di corpus spongiosum penis. Uretra pria berfungsi juga dalam sistem reproduksi
sebagai saluran pengeluaran air mani. Uretra ini memiliki tunika mukosa yang berisi epitel
transisional sampai dengan epitel berlapis gepeng. Tunika muskularis terdiri atas otot polos,
dan tunika adventisia (gambar 11 dan 12).7
Page 10
Page 11
Ansa Henle
Tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai desenden ansa Henle yang masuk
ke dalam medula, membentuk lengkungan jepit yang tajam, dan membalik ke atas
membentuk tungkai asenden ansa Henle terdiri atas dua nefron yaitu nefron korteks dan
nefron jukstamedular. Nefron korteks terletak di bagian terluar korteks, nefron ini memiliki
lekukan pendek yang memanjang ke sepertiga bagian atas medulla. Nefron jukstamedullar
terletak di dekat medulla. Nefron ini memiliki lekukan panjang yang menjulur ke dalam
piramida medulla.8 Ansa henle pars descendens mengandung filtrat hiperosmotik, pars
ascendens mengandung filtrat hipoosmotik, dan juga terdapat akhir bagian tipis pars
descendens & permulaan bagian tebal pars ascendens disebut cairan tubuh isoosmolar
Tungkai decendens ansa henle sangat permeabel terhadap air dan relatif impermeabel
terhadap zat terlarut seperti NaCl. Tungkai ini tidak secara aktif mentranspor setiap zat.
Tungkai ascendens impermeabel terhadap air tetapi permeabel terhadap NaCl. Ion klor secara
aktif memompa filtrat keluar tungkai asendens menuju cairan intertisial peritubular yang
diikuti dengan aliran ion natrium karena tarikan listrik ion klor negatif. Hal ini meningkatkan
konsentrasi osmotik NaCl dalam cairan intertisial (gambar 15).9
Mekanisme Miksi dan Terjadinnya Inkontinensia
Page 12
Duktus Koligen
Tubulus pengumpul membentuk duktus pengumpul besar dan lurus. Duktus
pengumpul membentuk tuba yang lebih besar yang mengalirkan urine ke dalam kaliks minor.
Kaliks minor bermuara kedalam pelvis renalis melalui kaliks mayor. Dari pelvis renalos,
urine dialirkan ke ureter yang mengarah ke dalam kandung kemih. Duktus koligen terdapat
hormon ADH dengan meningkatkan permeabilitas dinding terhadap urea dan air. Urea
berdifusi secara pasif keluar dari duktus pengumpul menuju cairan intertisial medular.
Sebagian urea berdifusi dari cairan medularis ke dalam tungkai descendens. Dengan
demikian, urea di sirkulasi ulang di antara tubulus pengumpul dan tungkai descendens.
Konsentrasi tinggi urea dalam cairan intertisial medularis berkontribusi terhadap
osmolaritasnya. Hal ini meningkatkan pergerakan osmotik air keluar dari tungkai descendens
dan meningkatkan konsentrasi NaCl filtrat dalam tungkai descendens.1
Page 13
bolak-balik karena arah aliran darah di sekitar ansa henle berlawanan dengan arah filtrat di
sekitar lengkung tersebut. Dinding vasa recta permeabel terhadap NaCl dan air. Saat darah
mengalir menuruni pembuluh descendens vasa recta yang paralel terhadap tungkai ascendens
tubulus, darah menjadi hiperosmotik karena darah menarik ion natrium, klor, serta kehilangan
sebagian air. Dasar lengkung kapilar, osmolaritas plasma identik dengan osmolaritas yang
menyelubungi cairan intertisial. Ketika darah mengalir balik ke pembuluh ascendens vasa
recta yang paralel dengan tungkai descendens tubulus, garam berdifusi kembali ke kapilar
dan air juga masuk kembali ke pembuluh. Osmolaritas darah menurun karena darah mengalir
menuju korteks. Karena pertukaran pasif garam dan air di antara vasarecta dan cairan
intertisial medular serta fakta yang menunjukkan medula hanya sedikit hiperosmotik terhadap
darah arteri. Gradien konsentrasi dalam cairan ekstrasel medular dipertahankan.1
Proses Miksi
Berkemih merupakan proses pengosongan vesica urinaria. Vesica urianria dapat
menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi 250-450 cc pada orang dewasa dan
200-250 cc pada anak-anak. Mekanisme berkemih terjadi karena vesica urinaria berisi urine
yang dapat menimbulkan rangsangan pada saraf-saraf di dinding vesica urinaria. Kemudian
rangsangan tersebut diteruskan ke medula spinalis ke pusat pengontrol berkemih yang
terdapat di korteks serebral. Selanjutnya, otak memberikan impuls melalui medula spinalis ke
neuromotoris di daerah sakral, kemudian terjadi koneksasi otot detrusor dan relaksasi otot
sphincter internal. Urine dilepaskan dari vesica urinaria tetapi masih tertahan spincter
eksternal. Jika waktu dan tempat memungkinkan, akan menyebabkan relaksasi spinchter
eksternal dan urine kemungkinan dikeluarkan (berkemih) (gambar 16).11
Page 14
Page 15
Hormon Insulin
Hormon insulin adalah hormon yang dikeluarkan oleh pulau langerhans dalam
pankreas. Hormon insulin berfungsi mengatur gula dalam darah. Penderita kencing manis
Mekanisme Miksi dan Terjadinnya Inkontinensia
Page 16
(diabetes melitus) memiliki konsentrasi hormon insulin yang rendah, sehingga kadar gula
dalam darah akan tinggi. Akibat dari keadaan tersebut adalah terjadi gangguan reabsorpsi di
dalam tubulus distal, sehingga dalam urin masih terdapat glukosa.13
Komposisi Urine
Komposisi urine normal adalah zat padat, mineral, dan solid. Zat padat terbanyak
adalah urea dengan jumlah dari total solid, mineral terbanyak adalah NaCl dengan jumlah
dari total solid, dan total solid sendiri terdiri dari bagian urea, bagian NaCl dan
bagian zat organik lain dan zat anorganik lain. Komposisi urin terdiri dari air 96% dan larutan
4%. Dimana terbagi menjadi dua yaitu larutan organik dan larutan anorganik. Larutan organik
terdiri atas urea, amoniak dan garam ammonium, kreatin dan kreatinin, asam urat. Larutan
anorganik terdiri dari asam amino, allantoin, klorida, sulfat, fosfat, oksalat, mineral, vitamin,
hormon, enzim, natrium, kalium (potasium), magnesium, fosfor. Natrium klorida merupakan
garam anorganik yang paling banyak.11
Page 17
Kesimpulan
Inkontinensiaadalah kelainan yang dialami oleh seseorang karena kehilangan
kemampuan untuk mengendalikan berkemih dan defekasi. Biasanya penyakit ini hanya akan
dialami oleh orang yang lanjut usiadiatas 65 tahun khususnya pada wanita karena wanita
pernah melahirkan, apabila seorang tersebut sering melahirkan, lebih mungkin terjadinya
inkontinensia karena kemampuan otot-otot yang melemah sehingga orang tersebut tidak
hanya mengalami kelemahan otot tapi juga tidak mampu menahan uterus atau alat-alat
dalaman perut sehingga ia akan lebih sering membuang air kecil dalam jumlah kecil dan
frekuensi sering.
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
Page 18