Anda di halaman 1dari 6

Demam Reumatik dan Penyakit Jantung Reumatik

Posted by smnth | Posted in Health | Posted on 20-06-2009


View Comments
Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik apakah gerangan?
Memang, kedua penyakit ini barangkali sangat jarang kita dengar. Tidak berarti, penyakit ini
jarang terjadi, lho!
Dalam Dialog Interaktif kerja sama Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Unud, Press and Cyber
Community (PCYCO) dengan radio kesehatan dan pendidikan, Bali FM 98.9, pada hari Sabtu
(13/06) yang lalu, kedua penyakit ini dikupas habis dalam siaran selama satu jam. Tentunya,
dengan mengundang seorang narasumber ahli, dr. I.B. Agung Winaya, Sp.A., seorang dokter
anak yang mendalami penyakit jantung anak.
Bagi anda yang melewatkan siaran tersebut, berikut rangkuman singkat mengenai demam
reumatik dan penyakit jantung reumatik. Dan, jangan lupa, ikuti siaran-siaran berikutnya untuk
informasi kesehatan dari narasumber terpercaya di radio Bali FM, setiap hari Sabtu dari pukul
10.00 sampai 11.00 WITA.

Gambar oleh Jyn Meyer dari stock.xchng, digunakan seizin pemilik.


Apa, sih, yang dimaksud dengan demam reumatik dan penyakit jantung reumatik? Pada
dasarnya, demam reumatik adalah penyakit peradangan (inflamasi) yang dapat timbul sebagai
komplikasi dari infeksi pada tenggorokan (faringitis) yang tidak diobati atau tidak ditangani
dengan baik. Peradangan kemudian dapat terjadi pada sendi, jantung, otak dan kulit. Nah, jika

peradangan terjadi pada jantung inilah yang disebut dengan penyakit jantung reumatik. Jika
sampai demam reumatik berkembang menjadi penyakit jantung reumatik, dapat berakibat sangat
berbahaya, karena selain dapat meninggalkan cacat menetap pada jantung yang akan
mempengaruhi kehidupan seseorang, dapat juga menyebabkan gagal jantung yang berujung pada
kematian.
Apakah semua orang bisa terkena penyakit ini? Tidak juga. Demam reumatik paling sering
terjadi pada usia 5 sampai 15 tahun dan sangat jarang terjadi pada usia di bawah 5 atau di atas
15 tahun, apalagi pada orang dewasa. Terlebih lagi, penyakit ini cenderung terjadi pada
golongan sosial ekonomi yang lebih rendah, terutama akibat faktor kebersihan lingkungan
tempat tinggal dan kondisi kesehatan secara umum dan nutrisi. Kemudian, ada pula peranan
genetik di dalamnya, sehingga ada orang-orang yang memang berbakat untuk mengalami
demam reumatik setelah menderita infeksi tenggorokan. Bakat ini pun seringkali ditemukan
pada lebih dari satu anggota dalam satu keluarga.
Lalu, penyebabnya apa, sih? Seperti yang dijelaskan sebelumnya, semua berawal dari infeksi
tenggorokan. Infeksi tenggorokan ini seringkali terjadi akibat bakteri yang namanya
streptokokus grup A. Pada semua orang, infeksi seperti ini akan menimbulkan reaksi imun atau
reaksi kekebalan tubuh untuk melawan bakteri ini. Nah, pada orang-orang yang berbakat,
reaksi imun ini tidak hanya akan membantai si bakteri streptokokus, tetapi juga akan menyerang
tubuh sendiri. Terutama pada bagian-bagian tubuh tertentu, seperti sendi, jantung, kulit dan otak,
sehingga timbul reaksi inflamasi atau peradangan.
Apa ciri-ciri penyakit ini sehingga seseorang bisa tahu bahwa ini bukan sekedar demam
biasa dan bisa segera membawanya ke dokter atau rumah sakit? Sesuai namanya, akan ada
demam. Demam yang timbul pun tidak terlalu tinggi, paling sekitar 38C. Kemudian, ada
keluhan radang tenggorokan yang ditandai dengan nyeri dan bisa ada batuk-batuk. Karena
ini terutama menyangkut anak-anak, keluhan yang sering timbul adalah si anak tidak mau makan
karena tenggorokannya sakit. Kemudian, anak tadi mungkin batuk-batuk kecil, namun tidak
disertai dengan pilek. Beberapa tanda lain, seperti pembesaran kelenjar getah bening di leher
yang merupakan salah satu tanda infeksi tenggorokan biasanya hanya akan dikenali oleh dokter.

Tanda-tanda demam reumatik biasanya timbul 2-3 minggu setelah infeksi tenggorokan bermula.
Saat inilah, muncul gejala-gejala akibat peradangan yang disebabkan karena reaksi imunologis.
Yang paling sering terjadi adalah peradangan pada sendi. Sendi-sendi besar, terutama pada
lutut, siku, pergelangan tangan dan pergelangan kaki, akan membengkak, tampak kemerahan,
terasa hangat jika diraba dan dirasakan sakit oleh si anak. Seringkali, peradangan ini akan
berpindah-pindah dari satu sendi ke yang lainnya, misalnya pertama sendi pada lutut, besoknya
sendi pada siku, dan sebagainya. Sehingga peradangan pada sendi ini disebut poliartritis migrans,
artinya radang pada banyak sendi yang berpindah-pindah.
Tanda lain yang dapat timbul adalah jika penyakit ini mempengaruhi otak, sehingga terjadi gejala
yang disebut chorea. Chorea berupa gerakan-gerakan involunter, terutama pada tangan, namun
dapat terjadi juga pada kaki, wajah dan bagian-bagian tubuh lainnya. Jadi, biasanya tangan akan
bergerak-gerak, padahal si anak tidak bermaksud untuk menggerakkannya. Pada chorea yang
lebih ringan, mungkin anak hanya akan mengeluhkan kesulitan untuk menulis. Nah, walaupun
gejala ini cukup aneh, ini benar-benar merupakan gejala medis, jadi jangan langsung dianggap
sebagai kejadian mistis yang perlu penanganan dari balian atau sejenisnya! Selain itu, chorea
dapat disertai dengan perubahan tingkah laku, misalnya anak tiba-tiba marah dan menangis tanpa
alasan, dan sebagainya.
Yang paling gawat dan mengkhawatirkan adalah jika sampai jantung ikut terpengaruh. Biasanya
gejala yang timbul adalah sesak nafas, jantung berdebar-debar, detak jantung yang cepat,
nyeri dada, dan cepat capek. Pada anak-anak yang masih lebih kecil, biasanya si anak akan
cepat capek dan tidak ikut bermain dengan teman-temannya. Sedangkan anak-anak yang lebih
besar, juga takkan banyak beraktivitas dan jika ditanyai biasanya akan mengakui sendiri bahwa
dirinya cepat capek dan sesak nafas.
Ada pula beberapa tanda lainnya, seperti nodul subkutan, yaitu bejolan-benjolan kecil di bawah
kulit. Namun, karena tidak tampak jelas, biasanya ini hanya dapat ditemukan oleh dokter itu
pun tidak selalu. Tanda lain adalah ruam merah pada kulit, yang disebut eritema marginatum,
namun tanda ini termasuk yang lebih jarang terjadi.

Jadi, kapan anak perlu dibawa ke dokter? Pada tahap infeksi tenggorokan, sebaiknya anak
diperiksakan ke dokter jika menderita tanda-tanda infeksi tenggorokan (sakit tenggorokan dan
sulit menelan) yang disertai demam, namun tanpa tanda-tanda pilek (seperti hidung berair,
bersin, batuk yang parah apalagi jika berdahak dan sebagainya). Terlebih lagi, jika radang
tenggorokan terjadi berulang atau berlangsung selama berhari-hari. Waspadalah jika anak terkena
radang tenggorokan, karena penanganan dini dapat mencegah terjadi komplikasi.
Jika sampai terjadi tanda-tanda demam reumatik atau penyakit jantung reumatik, terutama
radang sendi yang berpindah-pindah, chorea, masalah pada jantung (ditandai dengan anak yang
cepat lelah dan sesak nafas, dan sebagainya), sudah pasti konsultasi dokter sangat diperlukan.

Gambar oleh Walter Groesel dari stock.xchng


Dengan gejala demam remati

Penyakit Jantung Rematik (PJR)


Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart Disease (RHD)
adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup jantung yang bisa berupa penyempitan
atau kebocoran, terutama katup mitral (stenosis katup mitral) sebagai akibat adanya gejala sisa
dari Demam Rematik (DR).
Demam rematik merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat bersifat akut, subakut, kronik,
atau fulminan, dan dapat terjadi setelah infeksi Streptococcus beta hemolyticus group A pada
saluran pernafasan bagian atas. Demam reumatik akut ditandai oleh demam berkepanjangan,
jantung berdebar keras, kadang cepat lelah. Puncak insiden demam rematik terdapat pada
kelompok usia 5-15 tahun, penyakit ini jarang dijumpai pada anak dibawah usia 4 tahun dan
penduduk di atas 50 tahun.

Seseorang yang mengalami demam rematik apabila tidak ditangani secara adekuat, Maka sangat
mungkin sekali mengalami serangan penyakit jantung rematik. Infeksi oleh kuman Streptococcus
Beta Hemolyticus group A yang menyebabkan seseorang mengalami demam rematik dimana
diawali terjadinya peradangan pada saluran tenggorokan, dikarenakan penatalaksanaan dan
pengobatannya yang kurah terarah menyebabkan racun/toxin dari kuman ini menyebar melalui
sirkulasi darah dan mengakibatkan peradangan katup jantung. Akibatnya daun-daun katup
mengalami perlengketan sehingga menyempit, atau menebal dan mengkerut sehingga kalau
menutup tidak sempurna lagi dan terjadi kebocoran.

Tanda dan Gejala Penyakit Jantung Rematik


Penderita umumnya megalami sesak nafas yang disebabkan jantungnya sudah mengalami
gangguan, nyeri sendi yang berpindah- pindah, bercak kemerahan di kulit yang berbatas, gerakan
tangan yang tak beraturan dan tak terkendali (korea), atau benjolan kecil-kecil dibawah kulit.
Selain itu tanda yang juga turut menyertainya adalah nyeri perut, kehilangan berat badan, cepat
lelah dan tentu saja demam.
Penegakan Diagnosis Penyakit Jantung Rematik
Selain dengan adanya tanda dan gejala yang tampak secara langsung dari fisik, umumnya dokter
akan melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium, misalnya; pemeriksaan darah rutin, ASTO,
CRP, dan kultur ulasan tenggorokan. Bentuk pemeriksaan yang paling akurat adalah dengan
dilakukannya echocardiografi untuk melihat kondisi katup-katup jantung dan otot jantung.
Pengobatan Penyakit Jantung Rematik
Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakkan dan masih adanya infeksi oleh
kuman Streptococcus tersebut, maka hal utama yang terlintas dari Tim Dokter adalah pemberian
antibiotika dan anti radang. Misalnya pemberian obat antibiotika penicillin secara oral atau
benzathine penicillin G. Pada penderita yang allergi terhadap kedua obat tersebut, alternatif lain

adalah pemberian erythromycin atau golongan cephalosporin. Sedangkan antiradang yang


biasanya diberikan adalah Cortisone and Aspirin.
Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim Medis akan terpikir tentang
penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi seperti gagal jantung, endokarditis bakteri atau
trombo-emboli. Pasien akan diberikan diet bergizi tinggi yang mengandung cukup vitamin.
Penderita Penyakit Jantung Rematik (PJR) tanpa gejala tidak memerlukan terapi. Penderita
dengan gejala gagal jantung yang ringan memerlukan terapi medik untuk mengatasi keluhannya.
Penderita yang simtomatis memerlukan terapi surgikal atau intervensi invasif. Tetapi terapi
surgikal dan intervensi ini masih terbatas tersedia serta memerlukan biaya yang relatif mahal dan
memerlukan follow up jangka panjang.
Pencegahan Penyakit Jantung Rematik
Jika kita lihat diatas bahwa penyakit jantung paru sangat mungkin terjadi dengan adanya
kejadian awal yaitu demam rematik (DR), Tentu saja pencegahan yang terbaik adalah bagaimana
upaya kita jangan sampai mengalami demam rematik (DR) (terserang infeksi kuman
Streptococcus beta hemolyticus).
Ada beberapa faktor yang dapat mendukung seseorang terserang kuman tersebut, diantaranya
faktor lingkungan seperti kondisi kehidupan yang jelek, kondisi tinggal yang berdesakan dan
akses kesehatan yang kurang merupakan determinan yang signifikan dalam distribusi penyakit
ini. Variasi cuaca juga mempunyai peran yang besar dalam terjadinya infeksi streptokokkus
untuk terjadi DR.
Seseorang yang terinfeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus dan mengalami demam
rematik, harus diberikan therapy yang maksimal dengan antibiotiknya. Hal ini untuk
menghindarkan kemungkinan serangan kedua kalinya atau bahkan menyebabkan Penyakit
Jantung Rematik.

Anda mungkin juga menyukai