Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk melakukan anastesi yang aman salah satu persyaratannya adalah
mengetahui khasiat, efek samping, dan cara kerja obat anestesi. Obat anestesi
dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : obat anestesi umum dan obat anestesi
regional.
Obat anestesi umum adalah obat yang dapat menimbulkan suatu
keadaan depresi umum dari pelbagai pusat di SSP yang bersifat reversible,
dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan sehingga agak mirip
keadaan pingsan obat anestesi umum masih dibagi lagi menurut cara
pemberiannya yaitu obat anestesi inhalasi dan obat anestesi parenteral.
obat anestesi parenteral setelah penyuntikan, kadar obat anesthesia
dalam darah meningkat, lalu diikuti kenaikan kadar dalam jaringan otak
sehingga pasien menjadi tidak sadar. Untuk mempertahankan tahapan
anesthesia, kadar dalam darah harus dipertahankan dengan penyuntikan
berkala atau memberikan tetesan secara kontinyu sebab obat tersebut
mengalami metabolisme di hati dan dikeluarkan lewat ginjal. Jika pemberian
obat anesthesia dihentikan, kadar dalam darah menurun, terjadi difusi balik
dari jaringan otak ke dalam darah dan pasien sadar kembali. Makin lama
anesthesia berlangsung, makin lama juga proses sadar kembalinya karena
jaringan tubuh selain otak juga menjadi jenuh dengan obat anesthesia.
Propofol merupakan suatu zat induksi yang paling sering digunakan
dalam tindakan anestesi umum. Lebih dari 50 negara menerima penggunaan
propofol bahkan tersedia juga dalam bentuk generik.
Propofol lebih cepat dan sempurna mengembalikan kesadaran
dibandingkan dengan obat anestesi lain yang disuntikan secara cepat. Selain
cepat mengembalikan kesadaran, propofol memberikan gejala sisa yang

minimal pada SSP. Nyeri pada tempat suntikan lebih sering apabila obat
disuntikkan pada pembuluh darah vena yang kecil. Rasa nyeri dapat dikurangi
dengan pemilihan tempat masuk obat di daerah vena yang lebih besar dan
penggunaan lidokain 1%.

BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama

: Tn. I

Umur

: 11 Tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Pagutan

Agama

: Hindu

MRS

: 26 Juni 2015

No. RM

: 134031

B. Pre Operatif
1. Anamnesis
Keluhan Utama :
Nyeri perut sebelah kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD dengan keluhan demam sejak 2 hari yang lalu.
Pasien juga mengeuluh nyeri perut sebelah kanan. BAB sejak 2 hari

yang lalu tidak bisa.mual (+) muntah(-)


Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat hipertensi (-), DM (-), penyakit jantung (-), asma (-).
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang menderita sakit yang sama dengan
pasien.
Riwayat Pengobatan dan Alergi :
Pasien pernah MRS 2 hari yang lalu dengan keluhan sama dan pasien
sempat di USG. Tidak ada riwayat operasi sebelumnya, riwayat alergi

terhadap obat-obatan (-).


2. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran
: E4V3M6
Tanda Vital
:
- Tekanan Darah : 110/80 mmHg
- Suhu : 37,5C
- RR : 22 x/menit
- Nadi : 80x/menit
Tes Mallampati : DBN

Status Generalisata
- Kepala
: Normocepali
- Mata
: Sklera Ikterik -/-, Konjungtiva anemis -/- Hidung
: Dalam batas normal
- Telinga
: Dalam batas normal
- Leher
: Pembesaran KGB (-), Massa (-)
- Thoraks
:
Inspeksi : Bentuk simetris, statis, dinamis
Palpasi
: BDE
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-),

3.
4.
5.

6.

Cor
: S1, S2 tunggal reguler.
Abdomen : Dalam batas normal.
Ekstremitas : Akral hangat (+)
Pemeriksaan Penunjang (26/6/2015)
Laboratorium
WBC : 15,99 x 103/ul ()
RBC : 5,00 x 106/ul
HGB : 14,5 gr/dl
PLT : 264 x 103/ul
SGOT : 21 U/L
SGPT :12 U/L
Ureum : 18,6 mg/dl
Creatinin : 0,6 mg/dl
GDS : 119 mg/dl
USG : gabaran appendicitis Acut
Diagnosis
Appendicitis Acut
Diagnosis Pre-operasi
Diagnosis : Appendicitis Acute
Tindakan : Laparaskopi
Kesan Anestesi
Laki-laki usia 11 tahun menderita Appendicitis Acute dengan ASA I
Terapi Pre-operasi
- Puasa 8 jam pre-operasi
- Informed consent ke keluarga tentang resiko tinggi operasi
- IVFD RL 20 tpm
- Premed metil prednisolon 125 mg dan Ranitidin 1 Ampul
Kesimpulan
ACC untuk operasi

Durante Operasi
1. Tempat : Ruang OK Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
2. Tidakan Operasi : Laparaskopi
3. Jenis Anestesi : General Anestesi

4. Teknik Anestesi : Injeksi intravena dengan posisi pasien tidur terlentang


dan dipasang oro-pharyngeal airway (OPA).
5. Mulai Anestesi : 14.55 Wita
6. Mulai Operasi : 15.00Wita
7. Selesai Operasi : 17.10 Wita
8. Premedikasi : Ondansentron 8 mg
9. Induksi : Propofol 100 mg,
10. Medikasi Tambahan : Tramadol 100 mg
Ketorolac 30 mg
Pentanyl
Ketamin
faralex
11. Maintenance : Oksigen 3 Lpm
12. Posisi : Terlentang
13. Cairan durante operasi : RL 500 cc
14. Perdarahan : minimal
Recovery Room
-

Diberikan oksigen 3 liter/menit


Pantau hemodinamik pasien hingga pasien sadar
Minimal skor Adrette 8, dipindahkan ke ruang perawatan

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Definisi
Propofol merupakan suatu zat induksi yang paling sering digunakan dalam
tindakan anestesi umum. Lebih dari 50 negara menerima penggunaan
propofol bahkan tersedia juga dalam bentuk generik.
Propofol merupakan obat anestesi intravena yang bekerja cepat dengan
karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa pusing dan mual-mual.
Propofol merupakan cairan emulsi minyak-air yang berwarna putih yang
bersifat isotonik dengan kepekatan 1% (1 ml/10mg) serta mengandung 10%
minyak kedele, 2,25% gliserol, dan 1,2% purified eggphosphatide yang
dimurnikan dan mudah larut dalam lemak. Propofol menghambat transmisi
neuron yang dihantarkan oleh GABA. Penggunaan propofol 1,5-2,5
mg/kgBB dengan penyuntikan cepat (<15 detik) menimbulkan turunnya
kesadaran dalam waktu kurang dari 30 detik.
Propofol

lebih

cepat

dan

sempurna

mengembalikan

kesadaran

dibandingkan dengan obat anestesi lain yang disuntikan secara cepat. Selain
cepat mengembalikan kesadaran, propofol memberikan gejala sisa yang
minimal pada SSP. Nyeri pada tempat suntikan lebih sering apabila obat
disuntikkan pada pembuluh darah vena yang kecil. Rasa nyeri dapat
dikurangi dengan pemilihan tempat masuk obat di daerah vena yang lebih
besar dan penggunaan lidokain 1%.
Propofol (2,6-diisopropylophenol) pertama kali diperkenalkan pada tahun
1977, dilarutkan dalam kremofor karena sifatnya yang tidak larut dalam air.

Kemudian propofol ini ditarik dari peredaran karena pernah dilaporkan


terjadinya insiden reaksi anafilaktik pada saat penyuntikan. Pelarut yang
adekuat untuk propofol ditemukan berdasarkan penelitian klinis pada tahun
1983 dan dipakai di seluruh dunia sampai saat ini.
Propofol menjadi obat pilihan induksi anestesia, khususnya ketika bangun
yang cepat dan sempurna diperlukan. Kecepatan onset sama dengan
barbiturat intravena, masa pemulihan lebih cepat dan pasien dapat pulang
berobat jalan lebih cepat setelah pemberian propofol. Kelebihan lainnya
pasien merasa lebih nyaman pada periode paska bedah dibanding anestesi
intravena lainnya. Mual dan muntah paska bedah lebih jarang karena
propofol mempunyai efek anti muntah.
3.2 STRUKTUR KIMIA
Propofol mengandung satu cincin fenol dengan dua ikatan grup isoprofil
dengan berat molekul 178 Da. Panjang ikatan alkilfenol ini mempengaruhi
potensi, induksi dan karakteristik pemulihan. Propofol tidak larut dalam air,
tetapi 1% larutan air (10 mg/ml) dapat digunakan sebagai obat intravena
dalam larutan emulsi minyak dalam air yang mengandung 10% minyak
kedelai, 2.25% gliserol dan 1.2 % lesitin telur.9,17 Riwayat alergi telur tidak
langsung dijadikan kontraindikasi penggunaan propofol karena kebanyakan
alergi telur melibatkan reaksi dengan putih telur (contoh albumin) sedangkan
lesitin diekstraksi dari kuning telur.
Formula ini menyebabkan nyeri saat penyuntikan yang dapat dikurangi
dengan penyuntikan pada vena besar dan dengan pemberian injeksi lidokain
0,1 mg/kgBB sebelum penyuntikan propofol atau dengan mencampurkan 2
ml lidokain 1% dengan 18 ml propofol dapat menurunkan pH dari 8 menjadi
6,3. Propofol adalah obat yang tidak larut dan membutuhkan lemak untuk
emulsifikasi. Formulasi propofol saat ini menggunakan minyak kedelai
sebagai fase minyak dan lesitin telur sebagai zat emulsifikasi yang terdiri dari
trigliserida cincin panjang. Formulasi ini mendukung pertumbuhan bakterial

dan meningkatkan konsentrasi trigliserida plasma khususnya ketika


penggunaan infus IV yang lama.
3.3 . MEKANISME KERJA
Propofol adalah modulator selektif dari reseptor gamma amino butiric
acid (GABAA) dan tidak terlihat memodulasi saluran ion ligand lainnya pada
konsentrasi yang relevan secara klinis. Propofol memberikan efek sedatif
hipnotik melalui interaksi reseptor GABAA. GABA adalah neurotransmiter
penghambat utama dalam susunan saraf pusat. Ketika reseptor GABAA
diaktifkan,

maka

konduksi

klorida

transmembran

akan

meningkat,

mengakibatkan hiperpolarisasi membran sel postsinap dan hambatan


fungsional dari neuron postsinap. Interaksi propofol dengan komponen
spesifik reseptor GABAA terlihat mampu meningkatkan laju disosiasi dari
penghambat neurotransmiter, dan juga mampu meningkatkan lama waktu
dari pembukaan klorida yang diaktifkan oleh GABA dengan menghasilkan
hiperpolarisasi dari membran sel.
3.4 . FARMAKOKINETIK
Pemberian propofol 1.5 2.5 mg/kg IV (setara dengan tiopental 4-5 mg/kg
IV atau metoheksital 1.5 mg/kg IV) sebagai injeksi IV (<15 detik),
mengakibatkan ketidaksadaran dalam 30 detik. Sifat kelarutannya yang tinggi
di dalam lemak menyebabkan mulai masa kerjanya sama cepatnya dengan
tiopental ( satu siklus sirkulasi dari lengan ke otak) konsentrasi puncak di
otak diperoleh dalam 30 detik dan efek maksimum diperoleh dalam 1 menit.
Pulih sadar dari dosis tunggal juga cepat disebabkan waktu paruh
distribusinya (2-8) menit. Lebih cepat bangun atau sadar penuh setelah
induksi anestesia dibanding semua obat lain yang digunakan untuk induksi
anestesi IV yang cepat. Pengembalian kesadaran yang lebih cepat dengan
residu minimal dari sistem saraf pusat (CNS) adalah salah satu keuntungan
yang penting dari propofol dibandingkan dengan obat alternatif lain yang
diberikan untuk tujuan yang sama.

Rasa sakit karena injeksi terjadi pada sebagian besar pasien ketika
propofol diinjeksikan ke dalam vena tangan yang kecil. Ketidaknyamanan ini
dapat dikurangi dengan memilih vena yang lebih besar atau dengan
pemberian 1% lidokain (menggunakan lokasi injeksi yang sama seperti
propofol) atau opioid kerja jangka pendek.
Klirens propofol dari plasma melebihi aliran darah hepatik, menegaskan
bahwa ambilan jaringan (mungkin ke dalam paru), sama baiknya dengan
metabolisme oksidatif hepatik oleh sitokrom P-450, dan ini penting dalam
mengeluarkan obat ini dari plasma. Dalam hal ini, metabolisme propofol
pada manusia dianggap bersifat hepatik dan ekstrahepatik. Metabolisme
hepatik cepat dan luas, menghasilkan sulfat yang tidak aktif dan larut dalam
air serta metabolit asam glukuronik yang diekskresikan oleh ginjal. Propofol
juga menjalani hidroksilasi cincin oleh sitokrom P-450 membentuk 4hidroksipropofol yang kemudian di glukuronidasi atau sulfat. Meskipun
glukuronida dan konjugasi sulfat dari propofol terlihat tidak aktif secara
farmakologi, 4-hidroksipropofol memiliki sepertiga aktivitas hipnotik dari
propofol. Kurang dari 0.3% dari dosis yang diekskresikan tidak berubah
dalam urine.
3.5 Induksi anestesi

Dosis induksi dari propofol pada orang yang sehat adalah 1.5 hingga 2.5
mg/kgBB IV, dengan kadar darah 2-6 g/ml yang menghasilkan
ketidaksadaran tergantung pada pengobatan dan pada usia pasien. Onset
hipnosis propofol sangat cepat (one arm-brain circulation) dengan durasi
hipnosis 5-10 menit. Seperti halnya dengan barbiturat, anak membutuhkan
dosis induksi dari propofol yang lebih tinggi per kilogram badan,
kemungkinan berhubungan dengan volume distribusi sentral lebih besar dan
juga angka bersihan yang tinggi. Pasien lansia membutuhkan dosis induksi
yang rendah (25% hingga 50% terjadi penurunan) akibat penurunan volume
distribusi sentral dan juga penurunan laju bersihan. Pasien sadar biasanya
terjadi pada konsentrasi propofol plasma 1,0 hingga 1,5 g/ml.

3.6 . Rumatan anestesi

Dosis khusus dari propofol untuk pemeliharan anestesia adalah 100-300


g/kgBB/menit IV, seringkali dikombinasikan dengan opioid kerja jangka
pendek. Anestesia umum menggunakan propofol mempunyai efek mual dan
muntah paska operasi yang minimal dan kesadaran yang lebih cepat dengan
efek residual yang minimal.

3.7 FARMAKODINAMIK
a. Sistem saraf pusat
Propofol mengurangi laju metabolik otak untuk oksigen (CMRO2),
aliran darah ke otak (CBF), dan tekanan intrakranial (ICP). Pemberian
propofol untuk menghasilkan sedasi pada pasien dengan SOL (space
occupying lesion) intrakranial tidak meningkatkan ICP. Dosis yang besar
dari propofol ini dapat mengurangi tekanan darah sistemik dan juga
mengurangi tekanan perfusi otak (CPP). Autoregulasi serebrovaskular
sebagai respon terhadap perubahan tekanan darah sistemik dan reaktivitas
aliran darah ke otak untuk merubah PaCO2 tidak dipengaruhi oleh
propofol. Dalam hal ini kecepatan aliran darah ke otak akan berubah seiring
dengan perubahan pada PaCO2 dengan adanya propofol dan midazolam.
Propofol menimbulkan perubahan elektroensefalografi (EEG) sama dengan
tiopental, termasuk kemampuan untuk menghasilkan supresif penuh dengan
dosis tinggi. Bangkitan potensial somatosensori kortikal yang dimanfaatkan
untuk monitoring fungsi medula spinalis tidak begitu bermakna pada
penggunaan propofol tunggal tetapi penambahan nitro oksida atau anastesi
inhalasi menghasilkan penurunan amplitudo. Pada level sedasi yang sama,
propofol menghasilkan gangguan memori pada derajat yang sama seperti
midazolam. Peningkatan toleransi terhadap obat dalam menekan sistem
saraf pusat sering terjadi pada pasien yang sering menggunaan opioid, obat
hipnotik sedatif, ketamin dan nitrous oksida.

10

Hipotensi merupakan komplikasi akibat pemberian propofol khususnya


pada orang tua, bahkan dapat menyebabkan hipotensi preintubasi paska
induksi yang sedang sampai berat. Hipotensi ini dapat menurunkan CBF
dan menimbulkan episode sekunder iskemi serebral yang dapat
menyebabkan gejala sisa neurologi.
b. Sistem kardiovaskular
Propofol menghasilkan penurunan tekanan darah sistemik yang lebih
besar dibandingkan dosis tiopental pada saat induksi. Pada keadaan dimana
tidak ada gangguan kardiovaskuler, dosis induksi 2 - 2,5 mg/kgBB
menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik sebesar 25-40%. Perubahan
yang sama terlihat juga terhadap tekanan arteri rerata (MAP) dan tekanan
darah diastolik. Penurunan tekanan darah ini mengikuti penurunan curah
jantung sebesar 15% dan penurunan resistensi vaskular sistemik sebesar 1525 %. Relaksasi otot polos vaskular dihasilkan oleh propofol adalah
terutama berkaitan dengan hambatan aktivitas saraf simpatik.8,30 Menurut
Dhungana, propofol menyebabkan hipotensi akibat vasodilatasi perifer
yang diakibatkan oleh peningkatan produksi endothelial dan lepasnya nitric
oxide
Efek inotropik negatif dari propofol dapat dihasilkan dari penurunan
kalsium intraselular akibat hambatan influks kalsium trans sarkolema. Efek
tekanan darah akibat propofol dapat diperburuk pada pasien hipovolemi,
pasien lanjut usia dan pasien dengan gangguan fungsi ventrikel kiri yang
berkaitan dengan penyakit arteri koroner.
Disamping penurunan tekanan darah sistemik, peningkatan denyut
jantung seringkali tidak berubah secara nyata. Bradikardi dan asistol juga
telah diamati setelah induksi anestesia dengan propofol, yang menghasilkan
rekomendasi dimana obat antikolinergik diberikan ketika stimulasi vagal
terjadi berkaitan dengan pemberian propofol. Propofol dapat mengurangi
aktivitas sistem saraf simpatik pada cakupan yang lebih besar dibandingkan
dengan aktivitas system
saraf

parasimpatik,

dengan

menghasilkan

dominasi

aktivitas

parasimpatik. Refleks baroreseptor yang mengontrol denyut jantung juga

11

didepresi oleh propofol sehingga mengurangi refleks takikardia yang selalu


mengikuti hipotensi. Hal ini yang menyebabkan laju jantung tidak berubah
secara bermakna setelah penyuntikan propofol.
c. Sistem Respirasi.
Propofol menghasilkan depresi ventilasi tergantung pada dosis,
kecepatan pemberian dan premedikasi, dengan apnu yang berlangsung pada
25% hingga 35% pasien setelah induksi dengan propofol. Pemberian opioid
pada pengobatan preoperatif dapat meningkatkan efek depresi ventilasi.
Pemakaian infus rumatan propofol akan mengurangi volume tidal dan
frekwensi pernafasan. Propofol mengurangi respon ventilasi pada karbon
dioksida

dan

juga

hipoksemia.

Propofol

dapat

mengakibatkan

bronkodilatasi dan menurunkan insidensi sesak pada pasien asma.


Konsentrasi sedasi dari propofol akan menekan respon ventilasi terhadap
hiperkapnia disebabkan efek dari kemoreseptor sentral. Berbeda dengan
anestesi inhalasi dosis rendah, respon kemorefleks perifer pada karbon
dioksida masih tetap ada ketika dirangsang oleh karbon dioksida dengan
adanya propofol.
d. Efek-efek lain.
Propofol tidak mempengaruhi fungsi ginjal atau hepar sebagaimana
dinyatakan oleh konsentrasi enzim transaminase liver atau kreatinin.
Propofol tidak mempengaruhi sintesis kortikosteroid atau mempengaruhi
respon normal terhadap stimulasi ACTH. Propofol dalam formula emulsi
tidak mempengaruhi fungsi hematologi atau fibrinolisis.
Propofol juga mempunyai efek antiemetik yang signifikan pada dosis
subhipnotik (10 mg) dan telah digunakan untuk mengatasi mual muntah
paska operasi (PONV). Peningkatan tekanan bola mata dicegah setelah
pemberian propofol, oleh sebab itu propofol ideal digunakan pada operasi
mata.
3.8 Efek Samping
Efek samping pada sistem pernapasan antara lain depresi pernapasan,
sesak nafas (apnea), bronkospasme dan laringospasme. Pada sistem
kardiovaskuler berupa hipotensi, aritmia, takikardia, bradikardia, hipertensi.

12

Pada susunan saraf pusat adanya sakit kepala, pusing, euforia,


kebingungan, gerakan klonik mioklonik, opistotonus, kejang, mual,
muntah. Pada daerah penyuntikan dapat terjadi nyeri sehinggan
dicampurkan lidokain pada saat pemberiannya.
3.9 Overdosis
Jika terjadi overdosis, pemberian injeksi harus segera dihentikan karena
kemungkinan besar dapat menyebabkan depresi kardiorespiratori. Depresi
respiratori harus ditangani dengan ventilasi menggunakan oksigen. Depresi
kardiovaskular mungkin memerlukan pengubahan posisi pasien dengan
menaikkan kaki pasien, meningkatkan laju aliran infuse, dan pemberian
obat antikolinergik.
3.10. Kontraindikasi
Propofol dikontraindikasikan bagi pasien dengan hipersensitivitas pada
obat atau bahan penyusun obat. Propofol injeksi juga dikontraindikasikan
bagi pasien yang alergi terhadap telur, produk telur, kedelai atau produk
kedelai.
Dosis
Dosis dan laju/kecepatan pemberian harus ditetapkan secara individual dan harus
berdasarkan respon klinis. Persyaratan keselamatan dan dosis untuk induksi
anestesi pada pasien pediatrik hanya ditetapkan untuk anak-anak usia 3 tahun atau
lebih. Persyaratan keselamatan dan dosis pemeliharaan anestesi hanya ditetapan
untuk anak-anak usia 2 bulan lebih atau lebih.

INDIKASI

DOSIS DAN ADMINISTRASI

Induksi Anestesi

Orang dewasa yang sehat kurang dari 55 tahun : 40 mg setiap

Umum

10 detik sampai induksi onset (2 hingga 2,5 mg / kg).


Diatas 55 tahun, lemah, atau Pasien ASA-PS III atau IV: 20
mg setiap 10 detik sampai induksi awal (1 sampai 1,5 mg / kg).

13

Anestesi jantung: 20 mg setiap 10 detik sampai induksi awal


(0,5-1,5 mg / kg).
Pasien bedah saraf: 20 mg setiap 10 detik sampai induksi awal
(1 sampai 2 mg / kg)
Pasien pediatrik - sehat, dari 3 tahun sampai 16 tahun : 2,53,5 mg / kg diberikan selama 20-30 detik.
Pemeliharaan Anestesi

Infusion

Umum

Orang dewasa yang sehat dibawah 55 tahun: 100-200 mcg /


kg / menit (6 sampai 12 mg / kg / jam).
Diatas 55 tahun, lemah, Pasien ASA-PS III atau IV: 50-100
mcg / kg / min (3 sampai 6 mg / kg / jam).
Anestesi jantung: Sebagian besar pasien memerlukan: Propofol
Primer dengan Sekunder Opioid Emulsi 100-150 mcg / kg / min
Dosis rendah injeksi propofol dengan Opioid Primer 50-100
mcg / kg / min
Pasien bedah saraf: 100 to 200 mcg/kg/min (6 to 12 mg/kg/h).
100-200 mcg / kg / menit (6 sampai 12 mg / kg / jam).
Pasien pediatrik - sehat, usia 2 bulan sampai 16 tahun: 125300 mcg / kg / menit (7,5-18 mg / kg / jam)

Pemeliharaan Anestesi Intermiten bolus


Umum

Orang dewasa yang sehat kurang dari 55 tahun: penambahan


20 hingga 50 mg sesuai kebutuhan
Orang dewasa yang sehat dibawah 55 tahun: Lambat infus atau

Inisiasi
Sedasi:

dari

MAC

lambat teknik injeksi direkomendasikan untuk menghindari apnea


atau hipotensi. Kebanyakan pasien memerlukan infus 100-150
mcg / kg / menit (6 sampai 9 mg / kg / jam) selama 3 sampai 5
menit atau suntikan lambat 0,5 mg / kg lebih dari 3 sampai 5
menit

segera

diikuti

oleh

infus

pemeliharaan.

14

Diatas 55 tahun, lemah, Pasien ASA-PS III atau IV: Sebagian


besar pasien memerlukan dosis yang mirip dengan orang dewasa
yang sehat. Boluses cepat harus dihindari.
Pemeliharaan
MAC Sedasi

dari Orang dewasa yang sehat dibawah 55 tahun: Variabel tingkat


teknik infus lebih baik melalui teknik bolus intermiten.
Kebanyakan pasien memerlukan infus 25-75 mcg / kg / menit
(1,5-4,5 mg / kg / jam) atau inkremental bolus dosis 10 mg atau
20mg.
Pada lanjut usia, lemah, Neurosurgical, atau Pasien ASA-PS
III atau IV: Sebagian besar pasien memerlukan 80% dari dosis
lazim dewasa. Dosis bolus cepat (tunggal atau berulang) jangan
digunakan.

Inisiasi dan Pemeliharaan Sedasi ICU, ventilasi mekanik


Pasien dewasa - Karena efek residual dari agen anestesi atau
sedasi sebelumnya, kebanyakan pasien infuse harus diawali 5
g / kg / menit (0,3 mg / kg / jam) selama sedikitnya 5 menit.
Selanjutnya ditingkatkan menjadi 5-10 mcg / kg / menit (0,3-0,6
mg / kg / jam) selama 5 sampai 10 menit dapat digunakan hingga
efek klinis yang diinginkan tercapai.. Laju pemeliharaan 5-50
mcg / kg / menit (0,3-3 mg / kg / jam) atau yang lebih tinggi
mungkin diperlukan.
Evaluasi efek klinis dan penilaian fungsi SSP harus
dilakukan setiap hari selama perawatan untuk menentukan
dosis minimum propofol yang diperlukan untuk obat
penenang.

15

16

BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Propofol merupakan obat anestesi intravena yang bekerja cepat dengan
karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa pusing dan mual-mual.
Propofol merupakan cairan emulsi minyak-air yang berwarna putih yang
bersifat isotonik dengan kepekatan 1% (1 ml/10mg) serta mengandung 10%
minyak kedele, 2,25% gliserol, dan 1,2% purified eggphosphatide yang
dimurnikan dan mudah larut dalam lemak.
Propofol

lebih

cepat

dan

sempurna

mengembalikan

kesadaran

dibandingkan dengan obat anestesi lain yang disuntikan secara cepat. Selain
cepat mengembalikan kesadaran, propofol memberikan gejala sisa yang
minimal pada SSP.

17

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
1. Soenarjo dkk. Anestesiologi. Semarang: Bagian Anestesiologi dan Terapi
Intensif Fakultas Kedokteran UNDIP/RSUP Kariadi;2010.
2. Latief,A,Said dkk. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua. Propofol.
Fakultas Kedokteran UI. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2002.
3. Propofol. Available at: http://en.wikipedia.org/wiki/Propofol. Accessed on
June 2010.
4. Handoko, Tony, SK. Farmakologi dan Terapi. Edisi keempat. Anestesi
Umum. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2004.
5. Marik PE. Propofol: therapeutic indications and side-effects.
Curr Pharm Des. 2004.

18

Anda mungkin juga menyukai