Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit mulut bisa menjadi cerminan dari manifestasi penyakit sistemik dan juga
sebaliknya. Klasifikasi dari penyakit mulut saat ini masih menjadi dilemma karena beberapa
alasan. Pertama, penyakit mulut bisa menjadi penyakit lokal atau penyakit yang berasal dari
bagian lain tubuh. Kedua, penyakit mulut dapat dalam berbagai bentuk patologis seperti
inflamasi, neoplasma, dan reaksi terhadap cedera, penyakit infeksi, host, dari kondisi lainnya.
Namun penyakit mulut dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa gambaran histologis, asal
penyakit dan lokasi. Berdasarkan lokasinya, lesi mulut dapat dikelompokkan menjadi lesi yang
terdapat di gigi, rahang, mukosa, dan submukosa.
Mukosa rongga mulut merupakan bagian yang paling mudah mengalami perubahan,
karena lokasinya yang sering berhubungan dengan pengunyahan, sehingga sering pula
mengalami iritasi mekanis. Lesi pada mukosa mulut adalah hal yang paling sering ditemukan
oleh seorang dokter gigi ketika melakukan diagnosa terhadap suatu penyakit mulut. Hal ini
disebabkan karena sebagian besar kelainan sistemik maupun kelainan lokal bermanifestasi pada
rongga mulut dengan menyababkan kelainan pada jaringan lunak mulut dalam bentuk lesi. Lesilesi yang bermanifestasi ke dalam mukosa mulut ini memiliki perbedaan-perbadaan yang khas
antara satu dengan yang lainnya, misalnya dalam hal etiologi, diagnosa, karakteristik,
manifestasi oral, dan perawatannya.
Lesi mulut juga dapat disebabkan oleh penyakit menular seksual. Sexually Transmitted
Disease (STD) adalah penyakit yang menyebar terutama melalui kontak atau hubungan seksual,

dimana salah satu pasangan menularkan suatu organisme baik itu virus atau bakteri sebagai
penyebab penyakit ke pasangannya, misalnya saat berhubungan seks, baik itu secara oral,
vaginal, anal, dan lainnya (Sjaiful, 2007). STD yang sering terjadi di rongga mulut adalah
Gonorhoe, Sifilis, Herpes, namun yang paling terbesar

diantaranya adalah AIDS, kaena

mengakibatkan sepenuhnya pada kematian pada penderitanya. AIDS tidak bisa diobati dengn
antibiotik (Shoquist, 2004). Menurut Aprilianingrum (2002), Sexually Transmitted Disease
(STD) didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus,
bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik
yang berlainan jenis ataupun sesama jenis.

B.
1
2
3
4

Rumusan Masalah
Apakah diagnosis yang sesuai dengan kasus?
Apa saja diagnosis banding dari kasus tersebut?
Bagaimana perjalanan penyakit dari kasus yang diberikan?
Bagaimana rencana perawatan yang tepat bagi pasien?

C. Tujuan
1

Untuk mengetahui diagnosis banding dan diagnosis kerja penyakit dari kasus yang
diberikan.

Untuk menentukan rencana perawatan yang holistik bagi pasien dari kasus yang
diberikan.

Anda mungkin juga menyukai