Anda di halaman 1dari 11

Tinjauan Pustaka

Jenis, Karakteristik dan Gejala Osteogenik Sarcoma


Letidebora Enjuvina Tambawan
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Nim: 102012300
Letidebora@yahoo.co.id

Pendahuluan
Tulang mempuyai peranan yang penting dalam tubuh dan keseharian kita. Tulang
merupakan penggerak dan penyokong tubuh saat beraktifitas. Karena peran yang sangat
penting itulah maka tulang sangat rentan terhadap berbagai macam penyakit antara lain tumor
ataupun kanker tulang. Penyebabnya dapat bermacam-macam, dapat karena aktifitas seharihari yang tanpa disadari ternyata menurunkan kemampuan tulang, atau bahkan karena
aktifitas berlebihan atau arena terjadinya suatu trauma seperti kecelakaan.
Dalam bidang kedokteran, ada satu jenis tumor ganas yang intensitasnya tinggi dan
paling sering terjadi, yaitu osteogenik sarcoma atau bisa juga disebut dengan osteosarcoma.
Secara umum tumor ini lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan dan
biasanya mengenai usia 10-20 tahun tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada usia
diatas 40 tahun. Prognosis tumor ini sangat buruk karena jika parah dapat menyebabkan
kematian.
Trauma dipercaya mempunyai peranan penting di dalam kondisi ini. Namun ada
beberapa faktor lain yang dipercaya mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi
kondisi ini antara lain ekstrinsik karsinogenik, karsinogenik kimia dan virus. Yang termaksud
dalam jenis tumor ini adalah semua sarkoma berasal dari sel-sel osteoblas. Tahap-tahap
perkembangan osteoblastik juga dapat terlihat mulai dari kumparan-kumparan sel yang
sederhana ke mukoid, kartilago dan tulang.

Definisi osteosarcoma
Osteosarkoma disebut juga osteogenik sarkoma adalah suatu neoplasma ganas yang
berasal dari sel primitif(poorly differentiated cells) di daerah metafise tulang panjang pada
anak-anak. Disebut osteogenik oleh karena perkembangannya berasal dari seri osteoblastik
sel mesensim primitif. Osteosarkoma merupakan neoplasma primer dari tulang yang tersering
setelah myeloma multipel. Osteosarkoma biasanya terdapat pada metafisis tulang panjang di
mana lempeng pertumbuhannya (epiphyseal growth plate) yang sangat aktif; yaitu pada distal
femur, proksimal tibia dan fibula, proksimal humerus dan pelvis. Pada orang tua umur di atas
50 tahun, osteosarkoma bisa terjadi akibat degenerasi ganas dari pagets disease, dengan
prognosis sangat jelek. Osteosarkoma adalah tumor tulang dengan angka kematian 80%
setelah 5 tahun di diagnosis. Osteosarkoma klasik didefinisikan dengan sarkoma sel spindel
dengan derajat malignansi tinggi dan sangat khas memproduksi matriks osteoid.
Osteosarkoma didapatkan kira-kira 3 orang per 10.000 di United States. Pemeriksaan secara
fisik biasanya dilakukan untuk mengetahui tumor primer antara lain dengan palpasi, adanya
massa yang lunak dan panas, adanya pergerakan, respiratori, auskultasi yang tidak normal.
Thoma, menggolongkan osteosarkoma ke dalam tiga subklas yaitu:
1. Osteolitik osteosarkoma
Jenis ini lebih sering pada orang dewasa, sifat regenerative dari tulang lebih lemah
dibandingkan pada usia muda. di sini terjadi kerusakan tulang dan diganti dengan jaringan
tumor yang terdiri dari sel-sel yang tidak terbentuk sempurna, zat-zat intercelular dihasilkan
kemudian tulang rawan atau myxomatous atau jaringan fibrous atau semua jaringan
bergabung.2

2. Osteoblastik osteosarkoma
Pada jenis ini produksi tulang meningkat. Lebih sering terjadi pada anak-anak dan
orang dewasa muda.Tampak pembentukan periosteal yang tampak seperti tangkai-tangkai,
spikula-spikula atau lamellae yang membentang dalam arah vertikal dari tulang sampai ke
batas luar dari tumor. Dalam gambaran radiografi, tampak sebagai gambaran seperti sun-ray
2

effect. Gambaran ini bukan merupakan gambaran yang khas pada osteosarkoma, gambaran
ini juga dapat ditemukan pada tumor-tumor yang lain dan adakalanya dijumpai pada infeksi
kronis tulang yang ringan. Jenis osteoblastik bukan merupakan tumor ganas pada mandibula
seperti di tulang-tulang yang lain.2

3. Telangiektatik osteosarkoma
Menurut Ewing, tumor ini ditandai dengan adanya pelebaran pembuluh darah dan
sinus-sinus darah yang banyak digolongkan sebagai teleangiektatik osteosarkoma.
Berkembang dengan cepat, menghancurkan tulang, mengakibatkan fraktur, periosteum
perforasi dengan cepat dan bercabang melalui otot dan jaringan lunak.
Kecepatan pertumbuhan tumor-tumor ini sangat bervariasi di dalam rongga mulut.
Tumor osteoblastik berkembang dengan baik dan terlokalisir dimana bagian atas selaput
mukosa tidak terlibat,dan biasanya berkembang lambat dan tidak ganas.2
Jenis vaskuler lembut dimana sulit untuk diketahui dan menerobos tulang adalah
sangat ganas, tumbuh lebih cepat, terutama setelah masuk ke periosteum.
Kekambuhan sering terjadi setelah operasi. Pada keadaan ini kondisi umum pasien tidak
begitu parah. Metastases ke paru-paru sering terjadi. Limf nodes jarang terlibat dan jarang
terjadi metastases ke tulang. Pada tahap akhir terjadi anemia yang serius dimana kulit tampak
seperti kapur. Kematian biasanya terjadi dalam dua atau tiga tahun.

Pemeriksaan fisik dan penunjang


Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan alkaline phosphatase dan
lactic dehydrogenase, yang mana ini dihubungkan dengan kepastian diagnosis dan prognosis
dari osteosarkoma tersebut. Gambaran klasik osteosarkoma pada plain foto, menunjukkan lesi
yang agresif pada daerah metafise tulang panjang. Rusaknya gambaran trabekule tulang
dengan batas yang tidak tegas tanpa reaksi endoosteal. Tampak juga campuran area radioopak dan radio-lusen, oleh karena adanya proses destruksi tulang (bone destruction) dan
proses pembentukan tulang (bone formation). Pembentukan tulang baru pada periosteum,
pengangkatan kortek tulang, dengan pembentukan Codmans triangle, dan gambaran
Sunburst dan disertai dengan gambaran massa jaringan lunak, merupakan gambaran yang

sering dijumpai. Plain foto thoraks perlu juga dibuat untuk menentukan adanya metastase
pada paru.3
CT (Computed Tomographic) dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) dikerjakan
untuk mengetahui adanya ekstensi dari tumor ke jaringan sekitarnya, termasuk juga pada
jaringan neurovaskuler atau invasinya pada jaringan otot.4,8 CT pada thoraks sangat baik
untuk mencari adanya metastase pada peparu. Sesuai dengan perilaku biologis dari
osteosarkoma, yang mana osteosarkoma tumbuh secara radial dan membentuk seperti
bentukan massa bola. Apabila tumor menembus kortek tulang menuju jaringan otot
sekitarnya dan membentuk seolah-olah suatu kapsul (pseudocapsul) yang disebut daerah
reaktif atau reactive zone. Kadang-kadang jaringan tumor dapat invasi ke daerah zone reaktif
ini dan tumbuh berbetuk nodul yang disebut satellites nodules. Tumor kadang bisa metastase
secara regional dalam tulang bersangkutan, dan berbentuk nodul yang berada di luar zone
reaktif pada satu tulang yang disebut dengan skip lesions. Bentukan-bentukan ini semua
sangat baik dideteksi dengan MRI.3
Bone scan (Bone Scintigraphy): seluruh tubuh bertujuan menentukan tempat
terjadinya metastase, adanya tumor yang poliostotik, dan eksistensi tumor apakah intraoseous
atau ekstraoseous. Juga dapat untuk mengetahui adanya skip lesions, sekalipun masih lebih
baik dengan MRI. Radio aktif yang digukakan adalah thallium Tl 201. Thallium scantigraphy
digunakan juga untuk memonitor respons tumor terhadap pengobatan kemoterapi dan
mendeteksi rekurensi lokal dari tumor tersebut.3
Angiografi merupakan pemeriksaan yang lebih invasif. Dengan angiografi dapat
ditentukan diagnose jenis suatu osteosarkoma, misalnya pada High-grade osteosarcoma akan
ditemukan adanya neovaskularisasi yang sangat ekstensif. Selain itu angiografi dilakukan
untuk mengevaluasi keberhasilan pengobatan preoperative chemotheraphy, yang mana
apabila terjadi mengurang atau hilangnya vaskularisasi tumor menandakan respon terapi
kemoterapi preoperatif berhasil.
Biopsi merupakan diagnosis pasti untuk menegakkan osteosarkoma. Biopsi yang
dikerjakan tidak benar sering kali menyebabkan kesalahan diagnosis (misdiagnosis) yang
lebih lanjut akan berakibat fatal terhadap penentuan tindakan. Akhir-akhir ini banyak
dianjurkan dengan biopsi jarum perkutan (percutaneous needle biopsy) dengan berbagai
keuntungan seperti invasi yang sangat minimal, tidak memerlukan waktu penyembuhan luka
operasi, risiko infeksi rendah dan bahkan tidak ada, dan terjadinya patah tulang post biopsi
dapat dicegah. Pada gambaran histopatologi akan ditemukan stroma atau dengan high-grade
sarcomatous dengan sel osteoblast yang ganas, yang akan membentuk jaringan osteoid dan
4

tulang. Pada bagian sentral akan terjadi mineralisasi yang banyak, sedangkan bagian perifer
mineralisasinya sedikit. Sel-sel tumor biasanya anaplastik, dengan nukleus yang pleomorphik
dan banyak mitosis. Kadang-kadang pada beberapa tempat dari tumor akan terjadi
diferensiasi kondroblastik atau fibroblastik diantara jaringan tumor yang membentuk osteoid.
Secara patologi osteosarkoma dibagi menjadi high-grade dan low-grade variant bergantung
pada selnya yaitu pleomorfisnya, anaplasia, dan banyaknya mitosis. Secara konvensional
pada osteosarkoma ditemukan sel spindle yang ganas dengan pembentukan osteoid. Pada
telengiektasis osteosarkoma pada lesinya didapatkan adanya kantongan darah yang dikelilingi
oleh sedikit elemen seluler yang mana elemen selulernya sangat ganas sekali.3
Etiologi

Etiologi osteosarkoma belum diketahui secara pasti, tetapi ada berbagai macam faktor
predisposisi sebagai penyebab osteosarkoma. Adapun faktor predisposisi yang dapat
menyebabkan osteosarkoma antara lain:4
1. Trauma
Osteosarkoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya
trauma. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai penyebab utama karena
tulang yang fraktur akibat trauma ringan maupun parah jarang menyebabkan osteosarkoma.
2. Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi dosis juga
diduga merupakan penyebab terjadinya osteosarkoma ini. Salah satu contoh adalah radium.
Radiasi yang diberikan untuk penyakit tulang seperti kista tulang aneurismal, fibrous displasia,
setelah 3-40 tahun dapat mengakibatkan osteosarkoma.
3. Karsinogenik kimia
Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberkulosis mengakibatkan 14
dari 53 pasien berkembang menjadi osteosarkoma.
4. Virus
Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan osteosarkoma baru dilakukan pada
hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan onkogenik virus pada osteosarkoma

manusia tidak berhasil. Walaupun beberapa laporan menyatakan adanya partikel seperti virus
pada sel osteosarkoma dalam kultur jaringan.

Bahan kimia, virus, radiasi, dan faktor trauma. Pertumbuhan yang cepat dan besarnya
ukuran tubuh dapat juga menyebabkan terjadinya osteosarkoma selama masa pubertas. Hal ini
menunjukkan bahwa hormon seks penting walaupun belum jelas bagaimana hormon dapat
mempengaruhi perkembangan osteosarkoma.4

Gejala osteosarcoma
Osteosarkoma lebih sering ditemukan pada lakilaki, timbul pada dekade kedua, yaitu
antara umur 5 sampai 30 tahun, terbanyak pada umur 10 - 20 tahun. Akan tetapi bisa juga
pada akhir usia dewasa yang berhubungan dengan penyakit Paget (Pagets disease). Secara
umum osteosarkoma timbul pada metafisis tulang panjang yang pertumbuhannya pesat, yaitu
lokasi tersering pada distal femur, proksimal tibia dan fibula, dan proksimal humerus.
Osteosarkoma jarang pada tulang pipih. Di Massachusetts General Hospital (MGH) di
Amerika didapatkan osteosarkoma terbanyak di daerah lutut (distal femur 32% dan proksimal
tibia 16%).5
Gejala umum antara lain adalah adanya rasa sakit, ketika beraktifitas, penderita
osteosarkoma akan merasakan nyeri pada tulangnya pada saat malam hari, penderita
osteosarkoma sering terjatuh, terjadi bengkak tergantung besar dan lokasi lesi, demam,
berkeringat pada malam hari (biasanya terjadi pada penderita tuberculosis yang menggunakan
thorium sebagai obat ).5

Penatalaksanaan
1. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan yang sangat vital pada osteosarkoma, terbukti dalam
30 tahun belakangan ini dengan kemoterapi dapat mempermudah melakuan prosedur operasi
penyelamatan ekstremitas (limb salvage procedure) dan meningkatkan survival rate dari
penderita. Kemoterapi juga mengurangi metastase ke paru-paru dan sekalipun ada,
mempermudah melakukan eksisi pada metastase tersebut. Regimen standar kemoterapi yang

dipergunakan dalam pengobatan osteosarkoma adalah kemoterapi preoperatif (preoperative


chemotherapy) yang disebut juga dengan induction chemotherapy atau neoadjuvant
chemotherapy dan kemoterapi postoperatif (postoperative chemotherapy) yang disebut juga
dengan adjuvant chemotherapy. 6,7
Kemoterapi preoperatif merangsang terjadinya nekrosis pada tumor primernya,
sehingga tumor akan mengecil. Selain itu akan memberikan pengobatan secara dini terhadap
terjadinya mikro-metastase. Keadaan ini akan membantu mempermudah melakukan operasi
reseksi secara luas dari tumor dan sekaligus masih dapat mempertahankan ekstremitasnya.
Pemberian kemoterapi postoperatif paling baik dilakukan secepat mungkin sebelum 3 minggu
setelah operasi.6,7
Obat-obat kemoterapi yang mempunyai hasil cukup efektif untuk osteosarkoma
adalah: doxorubicin (Adriamycin), cisplatin (Platinol), ifosfamide (Ifex), mesna (Mesnex),
dan methotrexate dosis tinggi (Rheumatrex). Protokol standar yang digunakan adalah
doxorubicin dan cisplatin dengan atau tanpa methotrexate dosis tinggi, baik sebagai terapi
induksi (neoadjuvant) atau terapi adjuvant. Kadang-kadang dapat ditambah dengan
fosfamide. Dengan menggunakan pengobatan multi-agent ini, dengan dosis yang intensif,
terbukti memberikan perbaikan terhadap survival rate.6,7
2. Operasi
Saat ini prosedur Limb Salvage merupakan tujuan yang diharapkan dalam operasi suatu
osteosarkoma. Maka dari itu melakukan reseksi tumor dan melakukan rekonstrusinya
kembali dan mendapatkan fungsi yang memuaskan dari ektermitas merupakan salah satu
keberhasilan dalam melakukan operasi. Dengan memberikan kemoterapi preoperatif
(induction = neoadjuvant chemotherpy) melakukan operasi mempertahankan ekstremitas
(limb-sparing resection) dan sekaligus melakukan rekonstruksi akan lebih aman dan mudah,
sehingga amputasi tidak perlu dilakukan pada 90 sampai 95% dari penderita osteosarkoma.
Dalam penelitian terbukti tidak terdapat perbedaan survival rate antara operasi amputasi
dengan limb-sparing resection. Amputasi terpaksa dikerjakan apabila prosedur limb-salvage
tidak dapat atau tidak memungkinkan lagi dikerjakan. Setelah melakukan reseksi tumor,
terjadi kehilangan cukup banyak dari tulang dan jaringan lunaknya, sehingga memerlukan
kecakapan untuk merekonstruksi kembali dari ekstremitas tersebut. Biasanya untuk
rekonstruksi digunakan endo-prostesis dari methal.18-20 Prostesis ini memberikan stabilitas
fiksasi yang baik sehingga penderita dapat menginjak (weight-bearing) dan mobilisasi secara
cepat, memberikan stabilitas sendi yang baik, dan fungsi dari ekstremitas yang baik dan
7

memuaskan. Begitu juga endoprostesis methal meminimalisasi komplikasi postoperasinya


dibanding dengan menggunakan bone graft.6,7

3. Follow-up Post-operasi
Post operasi dilanjutkan pemberian kemoterapi obat multiagent seperti pada sebelum
operasi. Setelah pemberian kemoterapinya selesai maka dilakukan pengawasan terhadap
kekambuhan tumor secara lokal maupun adanya metastase, dan komplikasi terhadap proses
rekonstruksinya. Biasanya komplikasi yang terjadi terhadap rekonstruksinya adalah:
longgarnya prostesis, infeksi, kegagalan mekanik. Pemeriksaan fisik secara rutin pada tempat
operasinya maupun secara sistemik terhadap terjadinya kekambuhan maupun adanya
metastase. Pembuatan plain-foto dan CT scan dari lokal ekstremitasnya maupun pada paruparu merupakan hal yang harus dikerjakan. Pemeriksaan ini dilakukan setiap 3 bulan dalam 2
tahun pertama post opersinya, dan setiap 6 bulan pada 5 tahun berikutnya.6,7

Osteomyelitis
Osteomyelitis merupakan infeksi atau peradangan pada struktur tulang akibat
terinfeksi bakteri, terutama bakteri jenis staphylococcus aureus. Orang dewasa bisa terinfeksi
bakteri melalui luka di sekitar tulang. Selain bakteri, virus dan jamur juga bisa menyebabakan
infeksi pada tulang.2
Osteomyelitis bisa menyerang siapa saja. Pada anak-anak, osteomyelitis bisa terjadi
pada tulang belakang dari lengan dan tungkai kemudian merambat ke pinggul, pundak,
pergelangan tangan, dan lutut. Pada orang dewasa, biasanya terjadi pada tulang-tulang dari
spine (vertebrae)atau pada pelvis.2,3
Infeksi pada tulang bisa disebabkan beberapa faktor, diantaranya:
1. Kurangnya pasokan darah akibat pembengkakan sumsum tulang sehingga mengakibatkan
bagian dari tilang mati.

2. Terbawanya bakteri dalam aliran darah. Infeksi dari bagian tubuh lain terbawa aliran darah
dan menyebar ke tulang. Akibtanya, terjadi infeksi di ujung tulang dan di tulang belakang.
3. Memiliki riwayat patah tulang. Bakteri bisa langsung masuk ke tulang pada saat dilakukan
proses perbaikan patah tulang dengan menempelkan potongan logam. Organisme juga bisa
masuk ke tulang saat dilakukan pembedahan tulang atau dari benda yang terkontaminasi
bakteri dan menembus tulang.
4. Mengidap penyakit yang bisa memicu terjadinya infeksi tulang, seperti penyakit diabetes,
trauma, hemodialisis, dan penyalahgunaan narkoba.
Gejala osteomyelitis
Tulang yang terinfeksi ditandai dengan timbulnya demam. Gejala lain yang
ditunjukkan akibat terjadinya infeksi tulang adalah munculnya rasa nyeri yang luar biasa pada
tulang. Selain itu, tulang yang terinfeksi juga akan mengalami luka dan pembengkakan,
bahkan terjadi pseudoparalysis, yaitu terbatasnya gerakan tulang yang terinfeksi. Terutama
pada penderita yang mengonsumsi obat pereda nyeri. Pada beberapa kasus pasien juga akan
mengalami mual.4
Medika mentosa osteomyelitis
Pengobatan dilakukan untuk menghancurkan bakteri penyebab infeksi pada tulang.
Selama 4-6 minggu penderita akan diberikan antibiotik yang sudah disesuaikan dengan
bakteri yang menyebabkan terjadinya infeksi. Bila mengalami pembengkakan dan
pengumpulan nanah maka akan dilakukan tindakan pembedahan. Pengobatan akan lebih
kompleks bila infeksi tulang berasal dari jaringan lunak di dekatnya.6,7
Tindakan pembedahan bertujuan untuk menekan penyebaran infeksi ke tulang
lainnya. Sebelum dibedah, penderita akan diberikan antibiotik beberapa minggu sebelumnya,
sehingga sendi buatan yang terinfeksi tersebut bisa diangkat dan digantikan oleh sendi buatan
yang baru. Terkadang pengobatan dapat gagal dan infeksi akan berlanjut, sehingga diperlukan
pembedahan untuk menggabungkan sendi atau mengamputasi anggota gerak yang terkena.7

Kesimpulan
Osteosarkoma biasa dapatkan pada umur antara 5-30 tahun, dan terbanyak pada umur
10-20 tahun. Terdapat pada metafise tulang panjang yang pertumbuhannya cepat, terbanyak
pada daerah lutut. Diagnose ditegakkan dengan gejala klinis, pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan radiografi seperti plain foto, CT scan, MRI, bone scan, angiografi dan dengan
pemeriksaan histopatologis melalui biopsi. Prognosis osteosarkoma termasuk buruk karena
dapat menyebabkan kematian. Penanganan osteosarkoma saat ini dilakukan dengan
memberikan kemoterapi, baik pada preoperasi, dan pascaoperasi. Pengobatan secara operasi,
prosedur Limb Salvage merupakan tujuan yang diharapkan dalam operasi suatu
osteosarkoma. Follow-up post-operasi pada penderita osteosarkoma merupakan langkah
tindakan yang sangat penting setelah melakukan operasi.

10

Daftar Pustaka

1. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga;


2003.h.10-20.
2. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Edisi ke 3. Jakarta:Penerbit Erlangga;
2007. h.85.
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.h.1754-64.
4. Rasjad C. Pengantar ilmu bedah ortopedi. Jakarta: Yarsif Watampone; 2007. h.355-61,
368-9.
5. Simbardjo D. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2003.
6. Davies K. Buku pintar nyeri tulang dan otot. Jakarta: Erlangga; 2007.h.90-1.
7. Gunawan GS, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth. Farmakologi dan terapi. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI;2012.h.556-570.

11

Anda mungkin juga menyukai