FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
LAPSUS
JULI 2015
OD KONJUNGTIVITIS AKUT
Oleh :
Achmad Fauzy Abd, S. Ked.
10542 0149 09
Pembimbing :
dr. Purnamanita Syawal , Sp. M.
LEMBAR PENGESAHAN
Stambuk
: 10542 0149 09
Judul Lapsus
: Kongjugtivitis Akut
ii
STATUS PENDERITA
I.
IDENTITAS
Nama
: Ny. AF
Umur
: 32 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Suku
: Makassar
Kewarganegaraan
: Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Jln. Barawaja
Tgl pemeriksaan
: 18 Juni 2015
No. RM
: 07 28 60
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama
B. Anamnesis terpimpin
Riwayat hipertensi
: disangkal
2.
: disangkal
3.
4.
: disangkal
5.
: disangkal
Visus
Visus jauh tanpa koreksi
Koreksi
Visus jauh dengan koreksi
terbaik
Visus dekat
Koreksi
Visus dekat dengan koreksi
OS
6/6
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Pemeriksaan
Palpebra
Silia
Apparatus lakrimalis
Konjungtiva
Kornea (tes sensitivitas dan
flouresens jika ada)
BMD
Iris
Pupil
Refleks cahaya langsung/tak
langsung
Lensa
OS
Edema (-)
Sekret (-), serous
Hiperlakrimasi (-)
Hiperemis (-), injeksi
konjungtiva (-)
Jernih
Dalam batas normal
Cokelat, Kripte (+),
arcus senilis (+)
Bulat, letak sentral,
diameter 3mm
RCL (+)/RCTL (+)
Jernih
OS
Tekanan intraokuler
OD
Normal
Tidak diperiksa
Metode Pemeriksaan
Tekanan Intraokuler
Palpasi
Indentasi Schiotz
Normal
Tidak diperiksa
Palpasi
Nyeri tekan
Massa tumor
Glandula preaurikuler
Edema
OS
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada pembesaran
Tidak ada
OS
G. Palpasi
OD
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada pembesaran
Edema palpebra
H. Tes buta warna
Tidak dilakukan pemeriksaan
I.
: (-)
FOS
: (-)
DIAGNOSIS BANDING
OD perdarahan subkonjungtiva
OD episkleritis
VI. DIAGNOSIS
OD Konjungtivitis Akut
VII. TERAPI
Non Medikamentosa
o Beristirahat dan menghindari kontak dengan keluarga maupun
lingkungan di sekitarnya beberapa hari agar tidak menularkan ke orang
yang sehat. Pasien diberi penjelasan bahwa konjungtivitis bisa menular
melalui udara.
o Memberikan edukasi kepada pasien bahwa konjungtivitis karena virus
merupakan penyakit yang dapat sembuh secara spontan. Pasien harus
menjaga asupan nutrisi sehingga meningkatkan sistem imun.
o Memberikan edukasi kepada pasien untuk tidak mengucek mata,
menghindari paparan debu (dapat menggunakan penutup misalnya
kaca mata hitam).
o Menjaga kebersihan diri dan lingkungan (mencuci tangan, memisahkan
handuk, pakaian, dan seprei pasien dengan keluarga yang lain).
o Pemberian resep kaca mata baca sesuai hasil koreksi .
Medikamentosa
o Polydex
6 tetes OD/hari
selama 24/48 jam
o Ciprofloaxacin
o Methyl prednisone
2x500 mg
3x4 mg
VIII. PROGNOSIS
Konjungtivitis
1. Ad vitam
2. Ad fungsionam
3. Ad sanam
4. Ad kosmetikum
OD
Bonam
Bonam
Bonam
Bonam
OS
-
TINJAUAN PUSTAKA
I.
ANATOMI KONJUNGTIVA
Kulit kelopak mata menyatu ke dalam kulit periorbital sekitarnya,
konjungtiva palpebral. Bagian ini terletak dekat dengan bola mata. Epitel
konjungtiva palpebral adalah epitel berlapis kolumnar rendah dengan sedikit sel
goblet. Epitel berlapis gepeng kulit tipis berlanjut hingg ke tepi kelopak mata dan
kemudian menyatu menjadi epitel berlapis silindris konjungtiva palpebral.3
Kantung konjungtiva terdiri atas konjungtiva bulbi, konjungtiva forniks
yang terbagi atas 3 bagian, lipatan semilunar dimedial, dan konjungtiva palpebral.
Serat otot polos dari m.levator superior mempertahankan forniks superior
sedangkan jaringan fibrous di pertahankan oleh m.rectus yang secara horizontal
difiksasi di bagian temporal konjungtiva. Karunkula adalah massa jaringan
berdaging yang mengandung rambut dan kelenjar sebasea. Kelenjar tarsal
konjungtiva melekat erat ke tarsus, dan konjungtiva bulbar melekat pada kapsul
waktu
perjalanannya
dibagi
atas
konjungtivitis
akut
dan
papiler,
kemosis,
folikel
(hipertrofi
lapis
limfoid
stroma),
Pemeriksaan slit lamp. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat sifat dan
injeksi vaskular, sekret, pembengkakan konjungtiva, dan lain-lain dapat
dievaluasi menggunakan slit lamp. 5
2)
mikrobiologi
untuk
mengidentifikasi
jenis
patogen.
3)
4)
E. Klasifikasi
Konjungtivitis, terdiri dari:
1. Konjungtivitis bakterial
2. Konjungtivitis viral
3. Konjungtivitis alergi
4. Konjungtivitis Jamur
5. Konjungtivitis Parasit
6. Konjungtivitis iritasi atau kimia 6
10
1. Konjungtivitis bakterial
a. Definisi
Konjungtivitis bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh
bakteri. Konjungtivitis yang disebabkan bakteri dapat saja akibat infeksi genokok,
meningokok, Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, Hemophilus
influenza dan Eschericia coli. Memberikan gejala berupa sekret mukopurulen dan
purulen, kemosis konjungtiva, edema kelopak, kadang-kadang disertai keratitis
dan blefaritis. Terdapat papil pada konjungtiva dan mata merah. Konjungtivitis
bakteri ini mudah menular.2
b. Etiologi dan Faktor Risiko
Konjungtivitis bakteri umumnya memiliki manifestasi akut atau subakut
dengan kemerahan, sekret, pembengkakan, robekan, dan iritasi. Visus biasanya
tidak terganggu. Selain itu rasa nyeri jarang ditemukan dan mungkin dapat
dijadikan
diferensial
diagnosis
yaitu
episcleritis.
Sekret
dapat
bersifat
mukopurulen atau hanya bersifat purulen dan terdiri dari sel-sel (leukosit, bakteri,
sel-sel epitel) dan non-seluler (fibrin, protein, lendir). Tidak ada hubungan yang
spesifik antara jenis sekret dan etiologi konjungtivitis; eksudat mukopurulen
paling sering terlihat di konjungtivitis bakteri.12
Di Inggris, organisme yang paling umum menyebabkan konjungtivitis
adalah pneumococcus, Haemophilus spp. dan Staphylococcus aureus. Biasanya
dikaitkan dengan infeksi kronis, dan konjungtivitis purulen akut, dikenal lebih
umum sebagai "pink eye", biasanya disebabkan oleh pneumokokus. Kronis
konjungtivitis juga dapat disebabkan oleh Moraxella lacunata tapi organisme ini
jarang diidentifikasi. Konjungtivitis bakteri yang penting tapi jarang ditemukan
konjungtivitis purulen yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae; Penyakit ini
masih menjadi penyebab yang berat dari konjungtivitis lain terutama pada bayi
baru lahir dari ibu yang terinfeksi. Apabila tidak dilakukan terapi, kornea dapat
menjadi infeksi dan menyebabkan perforasi serta kecacatan permanen pada
penglihatan. Sekret purulen, mata kemerahan dan edema kelopak mata adalah
kondisi yang umumnya dikenal sebagai oftalmia neonatorum.11
11
c. Patofisiologi
Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti
Streptococci, Staphylococci dan Corynebacterium. Perubahan pada mekanisme
pertahanan tubuh ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut dapat
menyebabkan infeksi klinis. Perubahan pada flora normal dapat terjadi karena
adanya kontaminasi eksternal (penggunaan kontak lens dan berenang) atau
penyebaran dengan melalui bagian tubuh yang terinfeksi (mengucek mata)7.
Konjungtivitis bakteri dapat mengenai segala ras, walaupun terdapat
perbedaan variasi geografi dan prevalensi patogen dari tiap daerah. Perempuan
dan laki-laki memiliki resiko yang sama untuk terkena konjungtivitis bakteri.
Perbedaan tingkat infeksi mungkin disebabkan oleh lingkungan dan pola
kebiasaan hidup.7
Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang
meliputi konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya adalah
sistem imun yang berasal dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin
yang terdapat pada lapisan air mata, mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan
berkedip. Adanya gangguan atau kerusakan pada mekanisme pertahanan ini dapat
menyebabkan infeksi pada konjungtiva.7
d. Gejala Klinis
Gejalanya berupa gatal-gatal, kemerahan, kotoran mata dan kelopak mata
lengket pada waktu bangun tidur. Adapun tanda yang lain sebagai berikut:8
1.
2.
3.
4.
5.
12
e. Diagnosis
Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena mungkin
saja penyakit berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang
lebih tua. Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit
menular seksual dan riwayat penyakit pada pasangan seksual yang disebabkan
oleh Neisseria gonorrhea dan Chlamydia serta transmisi ibu ke anak.7
Pemeriksaan kultur mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi bakteri
chlamydia atau jenis bakteri lain. Sama halnya dengan kultur viral dan fungal,
pemeriksaan ini dilakukan bila dicurigai adanya penyebab sekunder seperti ulkus
kornea akibat penggunaan softlens dan lain-lain. Adapun respon selular yang
dapat muncul dari pemeriksaan kultur ini adalah peningkatan neutrophil untuk
infeksi akibat bakteri, peningkatan limfosit untuk infeksi virus, dan peningkatan
eosinophil untuk reaksi alergi.7
f. Penatalaksanaan
Terapi utama untuk konjungtivitis bakterialis adalah antibiotic topikal,
walaupun antibiotik sistemik kadang diperlukan untuk infeksi gonorhhea dan
chlamydia. Terapi lini pertama (tetes mata) sering digunakan yaitu: trimethoprim
kombinasi dengan polimixin B, gentamicin, tobramycin, neomycin, ciprofloxacin,
ofloxacin, erythromycin.7
2. Konjungtivitis Viral
a. Definisi
Konjungtivitis viral atau pink eye adalah penyakit yang sering ditemui,
bersifat self limiting disease dan biasanya disebabkan oleh adenovirus. Virus lain
juga dapat meyebabkan infeksi konjungtiva termasuk virus herpes simplex,
varicella zoster, enterovirus, coxsackie, poxvirus dan HIV. 9
b. Etiologi dan Faktor Risiko
Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi
adenovirus adalah virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan
Herpes simplex virus yang paling membahayakan. Selain itu penyakit ini juga
dapat disebabkan oleh virus Varicella zoster, picornavirus (enterovirus 70,
Coxsackie A24), poxvirus, dan human immunodeficiency virus 9.
13
Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan penderita
dan dapat menular melalu di droplet pernafasan, kontak dengan benda-benda yang
menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam renang yang terkontaminasi9.
c. Patofisiologi
Konjungtivitis viral akut adalah konjungtivitis yang paling sering ditemui.
Beberapa jenis adenovirus menjadi penyebab konjungtivitis ini. Biasanya gejala
pada mata muncul sebagai akibat dari infeksi saluran napas bagian atas dan
walaupun sering bersifat bilateral, satu mata mungkin saja sudah terinfeksi
sebelum mata lainnya. Mata yang telah terinfeksi menjadi merah dan
mengeluarkan sekret. Gejala lain yang dapat muncul yaitu kelopak mata yang
semakin menebal, dan akan tampak seperti kelopak mata jatuh. Pada palpasi,
dapat dirasakan adanya pembesaran kelenjar preaurikuler.pada beberapa kasus,
kornea dapat terlibat dan epitel kornea dapat memutih apabila berlangsung
beberapa bulan. Apabila kornea yang memutih tersebut tepat didepan jalur
refraksi, penglihatan akan sedikit terganggu. Tidak ada terapi khusus, tapi
biasanya dapat diterapi dengan antibiotik tetes untuk mencegah terjadinya infeksi
sekunder.11
d. Gejala Klinis
Dua sindrom utama adalah keratokonjungtivitis epidemic dan demam
faringokonjungtiva. Keduanya disebabkan oleh adenovirus dan terjadi secara
epidemic. Gejala yang muncul berupa lakrimasi, mata merah, rasa tidak enak pada
mata dan fotofobia (biasanya unilateral). Tanda-tanda antara lain konjungtivitis
folikularis yang dicirikan oleh lesi-lesi disekret multipel yang agak meninggi
mirip butir-butir beras, dan limfadenopati preaurikuler. Sebagian penderita
mengalami keratitis yang mula-mula berupa lesi epitel pungtata difusa, kemudian
terjadi kekeruhan fokal subepitelial, dan akhirnya infiltrat stroma anterior. Yang
terakhir ini dapat berlangsung beberapa bulan.8
e. Diagnosis
Virus adalah penyebab setengah dari seluruh kasus konjungtivitis. Gejala
yang timbul selalu disertai dengan sekret berair dan pembesaran kelenjar
preaurikuler. Biasanya hanya diobati dengan antibiotic karena cukup sulit
14
biasanya
edema.
Biasanya
pasien
memiliki
riwayat
flu
sebelumnya.5
Karakteristik temuan lain yaitu mata merah dan edema pda plika
semilunaris dan karunkula lakrimalis serta ditemukan adanya keratitis nummular
(Coin like infiltrates yang tampak pada superfisial korneal bagian stroma).5
f. Penatalaksanaan
Konjungtivitis viral umumnya dapat sembuh sendiri. Terapi untuk
konjungtivitis yang disebabkan oleh adenovirus dapat diterapi dengan terapi
suportif. Pasien diinstruksikan untuk melakukan kompres dingin dan pemberian
tetes mata steril. Vasokonstriktor dan antihistamin topikal dapat digunakan untuk
mengatasi rasa gatal yang berlebihan. Untuk pasien yang dicurigai berpotensi
terkena infeksi bakteri, dapat diberikan antibiotik topikal untuk mencegah infeksi
bakteri.9
Pada pasien dengan konjungtivitis yang disebabkan oleh virus Herpes
simpleks, terapi antiviral topikal dapat diberikan seperti, idoxuridine, vidarabine
dan trifluridine. 9
Untuk konjungtivitis akibat infeksi virus varicella zoster, pemberian
acyclovir oral dapat diberikan untuk menghambat replikasi virus. 9
Pencegahan transmisi konjungtivitis viral sangat penting dilakukan. Pasien
dan pemeriksa harus mencuci tangan untuk mencegah infeksi mata, tidak bertukar
handuk, linen dan alat kosmetik. Pasien diharapkan untuk istirahat dari pekerjaan
untuk menhindari penularan, dan tidak diperkenankan untuk menggunakan
softlens hingga tanda dan gejala sudah teratasi. 9
3. Konjungtivitis Alergi
15
a. Definisi
Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paling sering
dan disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh
sistem imun. Reaksi hipersensitivitas yang paling sering terlibat pada alergi di
konjungtiva adalah reaksi hipersensitivitas yang dimediasi oleh IgE.10
b. Etiologi dan Faktor Risiko
Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu konjungtivitis
alergi musiman dan konjungtivitis alergi tumbuh-tumbuhan yang biasanya
dikelompokkan dalam satu grup, keratokonjungtivitis vernal, keratokonjungtivitis
atopik dan konjungtivitis papilar raksasa. Etiologi dan faktor resiko pada
konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan subkategorinya. Misalnya
konjungtivitis alergi musiman dan tumbuh tumbuhan biasanya muncul pada satu
atau kedua mata. Kondisi ini berlangsung tiba-tiba (akut) atau bergantung pada
waktu paparan seperti disebabkan oleh alergi tepung sari dan rumput pada musim
tertentu ataupun paparan alergi dari bahan-bahan rumahan. Vernal konjungtivitis
biasanya muncul pada kedua mata, baik palpebral, konjungtiva, bahkan kornea.
Penyebab utama belum diketahui namun sering dikaitkan dengan konjungtivitis
musiman, dan pada kasus yang berat dapat menyebabkan kebutaan. Konjungtivitis
atopik terjadi pada pasien dengan riwayat dermatitis atopic, sedangkan
konjungtivitis papilar raksasa yaitu formasi dari papil konjungtiva raksasa sebagai
respon terhadap trauma dan gesekan biasanya pada pengguna lensa kontak.10
c. Patofisiologi
Patogenesis alergi pada mata sangat kompleks dan multifactorial, dan
didasari oleh hasil interaksi lingkungan dengan kelompok gen yang menjadi factor
predisposisi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada kaitan antara
konjungtivitis alergi dan gen predisposisi terhadap perkembangan penyakit
tersebut. Sebuah hubungan telah ditemukan antara konjungtivitis alergi dengan
kromosom 5, 16 dan 17 dan juga kromosom 6 memiliki kaitan spesifik terhadap
alergen tertentu. Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan terdapat organ
spesifik pada gen tertentu yang saling berhubungan dengan penyakit alergi. Hal
tersebut diungkapkan setelah adanya gen tertentu yang teridentifikasi mengalami
16
riwayat
penyakit
sebelumnya.
Bagaimanapun
juga,
tes
17
3.
lakrimasi, mata merah, rasa mengganjal dimata, edema dan adanya riwayat alergi
seperti rhinitis atau asthma.10
f. Penatalaksanaan
Konjungtivitis alergi adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya
gatal, injeksi konjungtiva, pengeluaran sekret mukus, kemosis, dan edema
kelopak mata. Terapi dimulai dengan menghindari bahan iritan, mengentikan
untuk sementara penggunaan make-up dan melakukan kompres dingin.
Penggunaan tetes mata mengandung kombinasi antihistamin, zinc astringet, dan
dekongestan. Penggunaan tetes mata tersebut mengakibatkan dilatasi pupil namun
dapat menyebabkan serangan glaucoma sudut tertutup. Untuk itu, jika pemberian
dekongestan direkomendasikan, ingatkan pada pasien untuk segera control apabila
terdapat gejala-gejala nyeri pada mata, penurunan visus, atau mata semakin
merah.13
Eksaserbasi akut dapat diobati dengan steroid topikal tetes mata natrium
kromoglikat 2% digunakan untuk pengobatan jangka lama dan sebagai
profilaksis.8
18
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
darihttp://emedicine.medscape.com/article/1191730-overview
Konski. Ophthalmology. p.9-11
Scott IU, Kevin L. 2010. Conjunctivitis, Viral. California: Penn State
10.
11.
12.
13.
Springer p.45-51
Seal, David. 2010. Ocular Infection. New York: Informa p.139-50
Leitman, Mark. 2007. Manual for Eye Examination and Diagnosis. New
Brunswick: Blackwell p. 68-72
19