Oleh:
Miftah Hasanah
1018011090
1118011117
1118011106
Preceptor:
I. STATUS PASIEN
A. IDENTIFIKASI PASIEN
Nama lengkap
: Tn.A
Umur
: 21 Tahun
Status perkawinan
: Belum Menikah
Pekerjaan
: Mahasiswa
Alamat
Jenis kelamin
: Laki-laki
Suku bangsa
: Jawa
Agama
: Buddha
Pendidikan
: SMA
MRS
: 08 Maret 2015
B. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesa dan Alloanamnesa
Tanggal : 09 Maret 2014
Keluhan Utama
Pucat sejak 1,5 bulan yang lalu
Keluhan Tambahan
Badan terasa lemas dan mudah lelah sejak 1,5 bulan SMRS.
Penurunan nafsu makan sejak 1,5 bulan SMRS.
Muncul bintik-bintik merah pada kaki 1 bulan SMRS namun sudah menghilang.
Penurunan berat badan yang dirasa sejak sejak 1 bulan SMRS.
Cacar
(-)
Malaria
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
()
(-)
(-)
Cacar Air
Difteri
Batuk Rejan
Campak
Influenza
Tonsilitis
Kholera
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Disentri
Hepatitis
Tifus Abdominalis
Skirofula
Sifilis
Gonore
Hipertensi
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Demam Rematik
Akut
Pneumonia
Pleuritis
Tuberkulosis
(-)
Ulkus Ventrikuli
(-)
(-)
(-)
(-)
Ulkus Duodeni
Gastritis
Batu Empedu
(-)
(-)
Operasi
Kecelakaan
(-)
(-)
(-)
Riwayat Keluarga
Hubungan
Kakek
Nenek
Ayah
Ibu
Saudara
Umur
(th)
50 th
40 th
th
Jenis
Kelamin
Keadaan kesehatan
Meninggal
Meninggal
Sehat
Sehat
Sehat
Penyebab
Meninggal
Tidak tahu
Tidak tahu
Ya
Tidak
Hubungan
Paman
Paman
C. ANAMNESIS SISTEM
Catatan keluhan tambahan positif disamping judul-judul yang bersangkutan.
Kulit
(-)
(-)
Bisul
Kuku
(-)
(-)
Rambut
Kuning / Ikterus
(-)
(-)
(-)
Keringat malam
Sianosis
Lain-lain
Kepala
(-)
(-)
Trauma
Sinkop
(-)
(-)
Sakit kepala
Nyeri pada sinus
Nyeri
Sekret
Kuning / Ikterus
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Tinitus
Gangguan pendengaran
Kehilangan pendengaran
Trauma
Nyeri
Sekret
Epistaksis
(-)
(-)
(-)
Gejala penyumbatan
Gangguan penciuman
Pilek
Bibir
Gusi
Selaput
(-)
(-)
(-)
Lidah
Gangguan pengecap
Stomatitis
Mata
(-)
(-)
(-)
Telinga
(-)
(-)
Nyeri
Sekret
Hidung
(-)
(-)
(-)
(-)
Mulut
(-)
(-)
(-)
Tenggorokan
(-)
Nyeri tenggorokan
(-)
Perubahan suara
Benjolan
(-)
Nyeri leher
Leher
(-)
Jantung / Paru-Paru
(-)
()
(-)
Nyeri dada
Berdebar
Ortopnoe
(-)
(-)
(-)
Sesak nafas
Batuk darah
Batuk
()
(-)
(-)
(-)
(-)
()
(-)
Perut membesar
Wasir
Mencret
Tinja berdarah
Tinja berwarna dempul
Tinja
berwarna
ter/hitam,
konsistensi lembek, frekuensi 34 kali/hari, volume gelas
belimbing (50 cc), durasi
selama 3 hari.
Benjolan
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Kencing nanah
Kolik
Oliguria
Anuria
Retensi urin
Kencing menetes
Penyakit prostat
(-)
()
Perdarahan
Rasa kembung
Mual
Muntah
Muntah darah
Sukar menelan
Nyeri perut, kolik
Disuria
Stranguri
Poliuria
Polakisuria
Hematuria
Kencing batu
Ngompol (tidak disadari)
Katamenis
(-)
()
Leukore
Lain-lain
Haid
(-)
(-)
(-)
Haid terakhir
Teratur
Gangguan haid
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Menarche
Gejala klimakterium
Anestesi
Parestesi
Otot lemah
Kejang
Afasia
Amnesis
Lain-lain
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Sukar menggigit
Ataksia
Hipo/hiper-estesi
Pingsan
Kedutan (tick)
Pusing (Vertigo)
Gangguan bicara (disartri)
Ekstremitas
(-)
(-)
Bengkak
Nyeri sendi
(-)
(-)
Deformitas
Sianosis
Berat Badan
Berat badan rata-rata (kg)
: 77 kg
: 73 kg
( )
Turun
( )
Naik
()
Riwayat Hidup
Tempat lahir
Ditolong oleh
: ( ) Dokter
() Bidan
( ) Dukun
( ) Lain-lain
Riwayat Imunisasi (pasien tidak ingat)
( ) Hepatitis
( ) BCG
( ) Campak
( ) DPT
( ) Polio
( ) Tetanus
Riwayat Makanan
Frekwensi /hari
: 2-3 x sehari
Jumlah /hari
Variasi /hari
: Tidak bervariasi
Nafsu makan
: Kurang
Pendidikan
( ) SD
( ) Kursus
( ) SLTP
() SLTA
( ) Tidak sekolah
( ) Sekolah Kejuruan
( ) Akademi
Kesulitan
Keuangan
: Ada
Pekerjaan
: Ada
Keluarga
: Ada
Lain-lain
: -
D. PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan Umum
-
Tinggi badan
Berat Badan
Keadaan gizi
Kesadaran
Sianosis
Edema umum
Habitus
Cara berjalan
Mobilitas
Umur taksiran pemeriksa
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
170 cm
73 kg
Cukup
Compos mentis
Astenikus
Normal
Aktif
21 tahun
Aspek Kejiwaan
Tingkah laku wajar, alam perasan wajar dan proses fikir wajar.
Kulit
-
Warna
Jaringan parut
Pertumbuhan rambut
Suhu Raba
Keringat
Lapisan lemak
Efloresensi
Pigmentasi
Pembuluh darah
Lembab/ Kering
Turgor
Ikterus
Edema
Kelenjar Getah Bening
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Kuning langsat
Normal
Normal
Cukup
Normal
Lembab
Normal
-
Submandibula
Supra klavikula
Lipat paha
Leher
Ketiak
:
:
:
:
:
Kepala
-
Ekspresi wajah
Rambut
Simetris muka
: Normal, wajar
: Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
: Simetris
Mata
-
Exopthalmus
Kelopak
Konjungtiva
Sklera
Lapang penglihatan
Deviatio konjungtiva
Enopthalmus
Lensa
Visus: 6/6
Gerak mata
Tekanan bola mata
Nistagmus
:
:
:
:
:
:
:
:
Normal
Anemis (+/+)
Normal
Luas
Jernih
Leher
-
Tekanan JVP
Kelenjar Tiroid
Kelenjar Limfe
: Tidak meningkat
: Tidak membesar
: Tidak teraba pembesaran
Dada
-
Bentuk
Pembuluh darah
Buah dada
: Simetris, datar
: Normal
: Normal
Paru-Paru
Inspeksi
Depan
Hemithoraks simetris
kanan
kiri
dan
Belakang
Hemithoraks simetris kiri dan
kanan
Palpasi
Perkusi
Kiri
Kanan
Vesikuler (+),
(-),Wheezing(-)
Wheezing (-),
Kiri
Kanan
Auskultasi
Kiri
Kanan
Ronkhi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Parastrernal ICS lV
: Midclavicula ICS V
Batas atas
Auskultasi
Pembuluh Darah
Arteri temporalis, karotis, brakhialis,radialis, femoralis poplitea, tibialis posterior
teraba.
Abdomen
Inspeksi
: Simetris, Cembung
Palpasi
Limpa
: Teraba, schuffner 2.
Ginjal
: Ballotement (-)
Perkusi
Auskultasi
: Peristaltik (+)
Kanan
Kiri
Normotonus
Eutrofi
Normal
Aktif
5
Normotonus
Eutrofi
Normal
Aktif
5
Luka
Varises
Otot (tonus, massa)
Sendi
Gerakan
Kekuatan
Edema
:
:
:
:
:
:
:
Tidak
Tidak
Normotonus,eutrofi
Normal
Aktif
5
+/+
Refleks
Bisep
Trisep
Patela
Achiles
Kremester
Refleks kulit
Refleks patologis
Kanan
N (Refleks lengan bawah)
N (Kontraksi trisep)
N
N (Plantar fleksi )
N
Tidak ada
E. LABORATORIUM
Hematologi :
Hemoglobin
: 7,9 g/dL
Hematokrit
: 23%
LED
: 60 mm/jam
Kiri
N (Refleks lengan bawah)
N (Kontraksi trisep)
N
N (Plantar fleksi)
N
Tidak ada
Leukosit
Hitung Jenis
Trombosit
: 4500/uL
: Basofil 0%, Eusinofil 0%, Neutrofil batang 0%, Neutrofil
segmen 25%, Limfosit 74%, monosit 1%.
: 23.000.uL.
F. RINGKASAN
Pasien laki-laki, usia 21 tahun datang ke RSAM dengan keluhan pucat sejak 1, 5
bulan yang lalu. Disertai dengan badan terasa lemas, mudah lelah, penurunan
nafsu makan, dan riwayat muncul bintik-bintik merah pada kaki. Badan pasien
terasa lemas dan kadang disertai dada yang berdebar-debar bila melakukan
aktivitas fisik berat, pasien merasa sudah tidak sanggup melakukan olahraga
ringan sekalipun. Nafsu makan masih ada namun tidak begitu berselera terhadap
makanan. Pasien terbiasa makan-makanan cepat saji. Pasien juga mengatakan ada
benjolan yang muncul di ketiak kanan dan kirinya namun tidak besar dan
perlahan-lahan menghilang. Pasien sudah pernah melakukan pemeriksaan ke
dokter dan kemudian dirujuk ke RS hingga akhirnya di rujuk ke RSAM akibat
kurang darah. Pasien telah melakukan banyak pemeriksaan laboratorium hingga
melakukan pemeriksaan BMP (Bone Marrow Punction) dan didapatkan hasil
leukemia limfoblastik akut.
Pasien kemudian pulang kerumah selama 4 hari dan kembali ke UGD RSAM
dengan keluhan pucat dan lemas serta menurut keluarga pasien nilai trombosit dan
hemoglobin terus menerus turun saat dicek ke laboratorium.
Riwayat demam (-)
Riwayat merokok (-)
Riwayat penyakit lain (-)
Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80 x/ menit
Suhu
: 36,8 C
Pernapasan
: 22 x/ menit
Kepala
Abdomen
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Timpani.
Diagnosis
Anemia et causa Leukemia Limfoblastik Akut
2.
Dasar Diagnosa
- Pucat sejak 1,5 bulan yang lalu
- Mudah lelah, dada berdebar-debar
- Penurunan nafsu makan
- Riwayat perdarahan kulit berupa petechie di kedua tungkai.
- Pada pemeriksaan fisik pasien ditemukan:
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80 x/ menit
Suhu
: 36,8 C
Pernapasan
: 22 x/ menit
Kepala
Abdomen
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Timpani.
Usia pasien
Pucat
Badan lemas, dan dada berdebar-debar
Nafsu makan berkurang
Tirah baring
2.
Medikamentosa
Istirahat
Sekunder
-
Tersier
-
Qua at vitam
: Dubia
Qua at fungtionam
Qua at Sonation
: Dubia
:Dubia
N. FOLLOW UP
Tanggal
08 Maret 2014
Badan lemas
Tampak Sakit Ringan
Compos Mentis
Keluhan
Keadaan Umum
Kesadaran
Vital Sign
- TD
- Suhu
- Pernapasan
- Nadi
Pemeriksaan Fisik
- Kepala
-
Thoraks
Abdomen
23 Mei 2014
Badan lemas
120/80 mmHg
37,2 C
24 x / menit
104 x / menit
120/80 mmHg
36,8 C
22 x / menit
84 x / menit
Wajah pucat
Konjtv. Palp. Anemis
Wajah pucat
Konjtv. Palp. Anemis
- Ekstremitas
Penatalaksanaan
Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap
Rencana
pemeriksaan
albumin,
ureum/creatinin, SGOT/SGPT, GDS
Pasien laki-laki usia 21 tahun datang dengan keluhan pucat, badan lemas, cepat lelah yang dirasa sudah sejak 1,5 bulan sebelum masuk
rumah sakit. Hal ini termasuk dalam gejala umum anemia. Anemia merupakan gejala yang bisa disebabkan oleh banyak hal.
Menurut etiopatogenesisnya, anemia terbagi menjadi :
a. Anemia karena ganggguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
1. Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit (anemia defisiensi besi, anemia defisiensi asam folat,dan anema defisiensi
vitamin B12)
2. Gangguan penggunaan besi (anemia akibat penyakit kronik dan anemia sideroblastik)
3. Kerusakan sumsum tulang (anemia aplastik, anemia mieloptisik, anemia pada keganasan hematologi, anemia diseritropoietik,
dan anemia pada sindroom mielodisplastik)
b. Anemia akibat perdarahan, baik pasca perdarahan akut maupun kronik.
c. Anemia hemolitik
1. Anemia hemolitik intrakorpuskular : gangguan membrane eritorist (membranopati), gangguan ensim eritrosit (enzimopati)
contohnya anemia akibat defisiensi G6PD, gangguan hemoglobin (hemoglobinopati) contoh : thalassemia, hemoglobinopati
structural.
2. Anemia hemolitik ekstrakorupuskuler (anemia hemolitik autoimun, anemia hemolitik mikroangiopati, dll)
d. Anemia dengan penyebat tidak diketahui atau dengan pathogenesis yang kompleks.
Anemia bukan merupakan sebuah penyakit. Namun gejala dari suatu penyakit. Gejala anemia dibagi menjadi 3 jensi yaitu :
1. Gejala umum atau sindrom anemia, timbul karena iskemia organ target serta akibat mekanisme kompensassi tubuh terhadap
penurunan kadar hemoglobin. Gejala ini terdiri dari rasa lemah, lesu , cepat lelah, telinga mendenging, mata berkunang-kunang,
kaki dingin, sesak nafas dan dyspepsia. Pada pmeriksaan pasien tampak pucat, konjungtiva anmeis, mukosa mulut, telapak tangan
dan jaringan bawah kuku pucat.
2. Gejala khas masing masing anemia.
3. Gejala penyakit dasar.
Untuk mendiagnosa anemia, perlu dilakukan beberapa pemeriksaan yaitu :
1.
2.
3.
4.
Pemeriksaan penyaring, termasuk pengukuran kadar hemoglobin, indeks eritrosit, dan hapusan darah tepi.
Pemeriksaan darah seri anmiea
Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan khusus.
Pasien pada kasus ini telah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis, pasien mengatakan
telah dilakukan pemeriksaan darah tepi pada kunjungan rumah sakit sebelumnya didapatkan hasil anemia normokrom normositter dengan
trombositopenia dan pada kasus ini dilakukan pemeriksaan Hemoglobin didapatkan nilai 7,9g/dL.
Anemia normokrom normositter merupakan anemia berdasarkan morfologi dan etiologi. Ada 3 jenis anemia berdasarkan morfologinya,
yaitu :
1. Anemia hipokrom mikrositter bila MCV<80fl dan MCH <27pg
a. Anemia defisiensi besi
b. Thallasemia major
c. Anemia akibat penyakit kronik
d. Anemia sideroblastik
2. Anemia nomrokrom normositter, bila MCV 90-95 fl dan MCH 27-34 pg
a. Anemia pascar perdarahan akut
b. Anemia aplastik
c. Anemia hemolitik didapat
d. Anemia akibat penyakit kronis
e. Anemia pada gagal ginjal kronis
f. Anemia pada sindrom mielodisplastik
g. Anemia pada keganasan hematologic
3. Anemia makrositter bila MCV >95fl
a. Bentuk megaloblastik (anemia defisiensi asam folat, anemia defisiensi B12)
b. Bentuk non megaloblastik (anemia pada penyakit hati kronik, anemia pada hipotiroidisme, dan anemia pada sindrom
meilodisplastik).
Dalam anamnesis lebih jauh, pasien juga mengeluhkan selain pucat, lemas dan mudah lelah, kadang dada terasa berdebar-debar dan
terdapat manifestasi perdarahan berupa BAB hitam yang terjadi selama hari dan muncul bintik-bintik merah pada kedua tungkai,
penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan yang signifikan dalam1 bulan terakhir. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pula
konjungtiva anemis, hepatomegali dan splenomegali. Dari pemeriksaan penunjang didapatkan gambaran anemia (Hb 7,9g/dL),
trombositopenia dan limfositosis. Pasien juga telah melakukan pemeriksaan BMP pada saat dirawat di RS 4 hari yang lalu, sebelum masuk
kembali ke RS. Hasil BMP adalah Leukemia Limfoblastik Akut. Hal ini semakin mengarahkan diagnosa pasien yaitu LLA (Leukemia
Limfoblastik Akut).
Gambaran LLA
LLA merupakan keganasan klonal dari sel-sel precursor limfoid. Lebih dari 80% kasus, sel-sel ganas bersasl dari limfosit B dan sisasnya
merupakan leukemia. LLA lebih sering terjadi pada anak dan hanya 20% terjadi pada desawa. Etiologi LLA tidak diketahui secara pasti,
factor lingkungan dan kondisi klinis berhubungan dengan LLA adalah radiasi ionik, paparan benzene kadara tinggi, merokok, obat
kemoterapi, infeksi virus EpsteinBarr dan pasiend engan sindroma Down dan Wiskott Aldrich. Pada penggalian anamnesis pasien, tidak
diketahui secara pasti penyebab terjadinya LLA.
Presentasi klinis LLA sangat bervariasi, demam atau infeksi yang jelas dapat ditemukan pada separuh pasien LLA sedangkan gejala
perdarahan pada sepertiga pasien yang didiagnosis LLA. Perdarahan jarang terjadi. Gejala dan tanda LLA :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Pada kasus ini dijumpai beberapa gejala yang sesuai dengan LLA.
Anemia aplastik merupakan kegagalan hemopoiesis yang relatif jarang namun berpotensi mengancam jiwa. Dari usia, anemia aplastik
muncul pada usia 15 hingga 25 tahun. Manifestasi klinis anemia aplastik yaitu muncul mendadak, anemia menyebabkan lemah, sesak
napas, jantung berdebar. Trombositopenia menyebabkan udah memar dan perdarahan mukosa. Neutropenia meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi, pasien bias mengeluh sakit kepala dan demam. Diagnosis anemia aplastik memerlukan pemeriksaan darah lengkap, dapat
ditemukan pansitopenia, jenis anemia normokrom normositter.
Induksi remisi
Intensifikasi atau konsolidasi
Profilaksis SSP
Pemeliharaan jangka panjang
TINJAUAN PUSTAKA
Leukimia adalah sebuah kelompok kelainan yang dikarakteristikan oleh akumulasi sel darah putih malignan pada sumsum tulang dan
peredaran darah. Sel darah putih yang abnormal ini akan menyebabkan gejala-gejala karena (1) kegagalan sumsum tulang (misal anemia,
netropenia, trombositopenia) dan (2) infiltrasi ke organ-organ (misal hati, limpa, kulit, otak, dll).
Leukimia dapat diklasifikasikan menjadi 4 klasifikasi utama yaitu leukimia akut dan leukimia kronik yang lebih lanjut masing-masing
dibagi menjadi 2 subtipe lagi yaitu myeloid dan limfoid.
LEUKIMIA LIMFOBLASTIK AKUT
Leukimia jenis ini merupakan leukimia yang disebabkan akumulasi dari akumulasi limfoblas pada sumsum tulang dan salah satu keganasan
paling umum pada masa kanak-kanak meskipun 20% kasus LLA ini terjadi pada dewasa. Lebih dari 80% kasus, sel-sel ganas berasal dari
limfosit B dan sisanya berasal dari sel T. Jika tidak diobati maka leukimia ini bersifat fatal.
EPIDEMIOLOGI
Insidens leukimia limfoblastik akut adalah sekitar 1/60000 orang pertahun dengan 75% pasien berusia kurang dari 15 tahun. Kasus LLA
mencakup 25% dari seluruh jenis kasus kanker yang mengenai anak-anak di bawah usia 15 tahun. Adapun insidens puncak terjadi pada
usia 3-5 tahun. LLA sedikit lebih banyak ditemukan pada pria dibandingkan dengan wanita. Saudara kandung dari pasien LLA memiliki
risiko 4x lebih besar untuk terkena berkembang menjadi LLA dan kembar monozigot dari pasien LLA memiliki risiko 20% untuk
berkembang menjadi LLA.
KLASIFIKASI
Klasifikasi Imunologi
a. Precursor B-Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) 70%: common ALL (50%), null ALL, pre-B ALL
b. T-ALL (25%)
c. B-ALL (5%)
Definisi subtype imunologi ini berdasarkan atas dua atau tidak adanya berbagai antigen permukaan sel. Subtype imunologi paling sering
ditemukan adalahcommon ALL. Null cell ALL berasal dari sel yang sangat primitif dan lebih banyak pada dewasa. B-ALL merupakan
penyakit yang jarang, dengan morfologi L3 yang sering berperilaku sebagai limfoma agresif (varian Burkitt).
Terdapat klasifikasi morfologi untuk leukimia limfoblastik akut dari the FAB(French-American-British) yaitu :
-
L1 : Sel Blas berukuran kecil seragam dengan sitoplasma sedikit dan nukleoli yang tidak jelas
L2 : Sel Blas berukuran besar heterogen dengan nukleoli yang jelas dan rasio inti-sitoplasma yang rendah.
L3 : Sel Blas dengan sitoplasma basofilik dan bervakuola.
Pada umumnya tipe L1 lah yang sering ditemukan pada anak sedangkan kebanyakan LLA pada dewasa memiliki morfologi L2. Sekitar
95% dari seluruh tipe LLA kecuali sel B memiliki suatu ekspresi yang meningkat dari terminal deoxynucleotidyl transferase (TdT) suatu
enzim nuklear yang terlibat dalam pengaturan kembali gen reseptor sel T dan imunoglobulin..
ETIOLOGI
Penyebab LLA pada orang dewasa sebagian besar masih belum diketahahui. Faktor keturunan dan sindroma predispoisisi genetik lebih
berhubungan dengan LLA yang terjadi pada anak-anak. Beberapa faktor lingkungan dan kondisi yang berhubungan dengan LLA adalah :
(1)radiasi ionik, (2)paparan terhadap kadar benzene tinggi dapat menyebabkan aplasia sumsum tulang, kerusakan kromosom, dan leukimia,
(3)merokok, (4)obat kemoterapi, (5)infeksi virus Epsrein Barr berhubungan dengan LLA, dan (6)pasien dengan sindroma Down atau
Wiskott-Aldrich.
PATOGENESIS MOLEKULER
Kelainan sitogenetik yang sering ditemukan pada LLA dewasa adalah t(9;22)/ BCR-ABL (30%) dan t(4;11)/ ALL1-AF4 (6%). Kedua
kelainan sitogenetik ini berhubungan dengan prognosis yang buruk. Fusi gen BCR-ABL ini merupakan hasil translokasi kromosom 9 dan
22 yang dapat dideteksi dengan rt-PCR.
Pada anak-anak kelainan yang sering ditemukan adalah t(12;21)/ TEL-AML1 (30%) yang memiliki prognosis yang cukup baik.
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis pasien LLA sangat bervariasi dimana pada umumnya menggambarkan kegagalan sumsum tulang atau keterlibatan
ekstrameduler oleh sel leukimia.
DIAGNOSIS
Pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis LLA adalah :
-
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Laboratorium
Hitung darah lengkap, apus darah tepi, pemeriksaan koagulasi, kimia darah, dll.
Foto Toraks
Pungsi Lumbal
Aspirasi dan Biopsi Sumsum Tulang
TATALAKSANA
Terapi untuk LLA terdiri dari kontrol sumsum tulang dan penyakit sistemiknya juga pencegahan dan terapi untuk SSP. Lama rata-rata terapi
LLA berkisar 1,5-3 tahun dengan tujuan untuk mengeradikasi populasi sel leukimia. Terapi LLA dibagi menjadi:
Induksi remisi
Intensifikasi atau konsolidasi
Profilaksis SSP
Pemeliharaan jangka panjang
Terapi Induksi Remisi
Tujuan terapi ini adalah untuk mencapai remisi komplit hematologik yaitu eradikasi sel leukimia yang dapat dideteksi secara morfologi
dalam darah dan sumsum tulang serta kembalinya hematopoiesis normal. Terapi ini biasanya terdiri dari prednison, vinkristin, dan
antrasiklin. Tambahan obat lainnya bisa siklofosfamid, sitarabin, dan merkaptopurin.
Terapi prednison dan vinkristin menghasilkan remisi komplit sekitar 50% pasien LLA de novo. Penambahan antrasiklin memperbaiki
remisi komplit menjadi 70-85%.
Terapi Intensifikasi
Setelah tercapai remisi komplit, dilakukan terapi intensifikasi yang bertujuan mengeliminasi sel leukimia residual untuk mencegah relaps
dan timbulnya sel resisten obat. Terapi ini dilakukan juga pada 6 bulan kemudian. Studi dari Cancer and Leukemia Group B menunjukkan
durasi remisi dan kelangsungan hidup lebih baik pada pasien LLA yang mencapai remisi dan mendapat 2x terapi intensifikasi daripada
pasien yang tidak mendapat terapi intensifikasi. Berbagai dosis mielosupresi dari obat yang berbeda diberikan tergantung protokol yang
digunakan.
Profilaksis SSP
Profilaksis SSP sangat penting dalam terapi LLA karena sekitar 50-75% pasien LLA yang tidak mendapat terapi profilaksis ini akan
mengalami relapps pada SSP. Profilaksis SSP terdiri dari kombinasi kemoterapi intratekal, radiasi kranial, dan pemberian obat yang
memiliki bioavaibilitas SSP tinggi seperti metotreksat dan sitarabin dosis tinggi.
Pemeliharaan Jangka Panjang
Terapi ini terdiri dari 6-merkaptopurin setiap hari dan metotreksat seminggu sekali selama 2-3 tahun. Pada LLA anak terapi ini
memperpanjang disease free survival namun pada LLA dewasa angka relaps tetap tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo AW, Setiyohadi B. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi V. Interna Publishing: Jakarta.
Sudoyo AW, Setiyohadi B. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V. Interna Publishing: Jakarta.
Longo, et all. 2012. Harrisons Principle of Internal Medicine 18 Edition. Tim McGrawHill: USA.
Robbins SL, Cotran RS, Kumar V. Intisari patologi. Tanggerang: Binaputra aksara publishing; 2009. hal: 235-236.
Hoffbrand AV, Moss PAH, Pettit JE. Essential hematology 5th ed. Massachussets: Blackwell Publishing. 2006.
Kumar et al. Robbins and Cotran : Pathologic Basis of Disease 8th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2009.