Anda di halaman 1dari 10

Cerita rakyat Sumber : http://www.cerita.web.

id/

MALIN KUNDANG ANAK DURHAKA


Pada
suatu
hari,
hiduplah
sebuah
keluarga
di
pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga itu mempunyai seorang anak
yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keluarga mereka
sangat memprihatinkan, maka ayah malin memutuskan untuk pergi ke
negeri seberang.
Besar harapan malin dan ibunya, suatu hari nanti ayahnya pulang dengan
membawa uang banyak yang nantinya dapat untuk membeli keperluan
sehari-hari. Setelah berbulan-bulan lamanya ternyata ayah malin tidak
kunjung datang, dan akhirnya pupuslah harapan Malin Kundang dan
ibunya.
Setelah Malin Kundang beranjak dewasa, ia berpikir untuk mencari
nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke
kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Akhirnya
Malin Kundang ikut berlayar bersama dengan seorang nahkoda kapal
dagang di kampung halamannya yang sudah sukses.
Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu
pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Malin
belajar dengan tekun tentang perkapalan pada teman-temannya yang
lebih berpengalaman, dan akhirnya dia sangat mahir dalam hal
perkapalan.
Banyak pulau sudah dikunjunginya, sampai dengan suatu hari di tengah
perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh
bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal
dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang
yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin
Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut,

karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah


ruang kecil yang tertutup oleh kayu.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal
yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga
yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari
pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh
masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian
yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang
sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja,
Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia
memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih
dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang
mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan
pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal
serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari
menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke
pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak
kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin
Kundang beserta istrinya.

Maling Kundang Anak Durhaka

Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah
cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut,
semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang.
Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa
mengirimkan kabar?, katanya sambil memeluk Malin Kundang.
Tetapi Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya
hingga terjatuh. Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai
ibuku,
kata
Malin
Kundang
pada
ibunya.
Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan
ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping.
Wanita
itu
ibumu?,
Tanya
istri
Malin
Kundang.
Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai
ibuku agar mendapatkan harta ku, sahut Malin kepada istrinya.
Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya,
ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi
anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin
menengadahkan tangannya sambil berkata Oh Tuhan, kalau benar ia
anakku,
aku
sumpahi
dia
menjadi
sebuah
batu.
Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai
dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh
Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya
berbentuk menjadi sebuah batu karang.
CERITA TIMUN EMAS
Di suatu desa hiduplah seorang janda tua yang bernama mbok Sarni.
Tiap hari dia menghabiskan waktunya sendirian, karena mbok Sarni
tidak memiliki seorang anak. Sebenarnya dia ingin sekali mempunyai
anak, agar bisa membantunya bekerja.
Pada suatu sore pergilah mbok Sarni ke hutan untuk mencari kayu, dan
ditengah jalan mbok Sarni bertemu dengan raksasa yang sangat besar
sekali. Hei, mau kemana kamu?, tanya si Raksasa. Aku hanya mau
mengumpulkan kayu bakar, jadi ijinkanlah aku lewat, jawab mbok

Sarni. Hahahaha. kamu boleh lewat setelah kamu memberiku seorang


anak manusia untuk aku santap, kata si Raksasa. Lalu mbok Sarni
menjawab, Tetapi aku tidak mempunyai anak.
Setelah mbok Sarni mengatakan bahwa dia tidak punya anak dan ingin
sekali punya anak, maka si Raksasa memberinya biji mentimun. Raksasa
itu berkata, Wahai wanita tua, ini aku berikan kamu biji mentimun.
Tanamlah biji ini di halaman rumahmu, dan setelah dua minggu kamu
akan mendapatkan seorang anak. Tetapi ingat, serahkan anak itu padaku
setelah usianya enam tahun.
Setelah dua minggu, mentimun itu nampak berbuah sangat lebat dan ada
salah satu mentimun yang cukup besar. Mbok Sarni kemudian
mengambilnya , dan setelah dibelah ternyata isinya adalah seorang bayi
yang sangat cantik jelita. Bayi itu kemudian diberi nama timun emas.

Cerita Timun Mas


Semakin hari timun emas semakin tumbuh besar, dan mbok Sarni sangat
gembira sekali karena rumahnya tidak sepi lagi. Semua pekerjaannya
bisa selesai dengan cepat karena bantuan timun emas.
Akhirnya pada suatu hari datanglah si Raksasa untuk menagih janji.
Mbok Sarni sangat ketakutan, dan tidak mau kehilangan timun emas.
Kemudian mbok Sarni berkata, Wahai raksasa, datanglah kesini dua

tahun lagi. Semakin dewasa anak ini, maka semakin enak untuk di
santap. Si Raksasa pun setuju dan meninggalkan rumah mbok Sarni.
Waktu dua tahun bukanlah waktu yang lama, karena itu tiap hari mbok
Sarni mencari akal bagaimana caranya supaya anaknya tidak dibawa si
Raksasa. Hati mbok Sarni sangat cemas sekali, dan akhirnya pada suatu
malam mbok Sarni bermimpi. Dalam mimpinya itu, ia diberitahu agar
timun emas menemui petapa di Gunung.
Pagi harinya mbok Sarni menyuruh timun emas untuk segera menemui
petapa itu. Setelah bertemu dengan petapa, timun emas kemudian
bercerita tentang maksud kedatangannya. Sang petapa kemudian
memberinya empat buah bungkusan kecil yang isinya biji mentimun,
jarum, garam, dan terasi. Lemparkan satu per satu bungkusan ini, kalau
kamu dikejar oleh raksasa itu, perintah petapa. Kemudian timun meas
pulang ke rumah, dan langsung menyimpan bungkusan dari sang petapa.
Paginya raksasa datang lagi untuk menagih janji. Wahai wanita tua,
mana anak itu? Aku sudah tidak tahan untuk menyantapnya, teriak si
Raksasa. Kemudian mbok Sarni menjawab, Janganlah kau ambil anakku
ini wahai raksasa, karena aku sangat sayang padanya. Lebih baik aku
saja yang kamu santap. Raksasa tidak mau menerima tawaran dari mbok
Sarni itu, dan akhirnya marah besar. Mana anak itu? Mana timun emas?,
teriak si raksasa.
Karena tidak tega melihat mbok Sarni menangis terus, maka timun emas
keluar dari tempat sembunyinya.Aku di sini raksasa, tangkaplah aku jika
kau bisa!!!, teriak timun emas.
Raksasapun mengejarnya, dan timun emas mulai melemparkan kantong
yang berisi mentimun. Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang mentimun
yang lebat buahnya. Raksasapun menjadi terhambat, karena batangtimun
tersebut terus melilit tubuhnya. Tetapi akhirnya si raksasa berhasil bebas
juga, dan mulai mngejar timun emas lagi. Lalu timun emas menaburkan
kantong kedua yang berisi jarum, dalam sekejap tumbuhlan pohonpohon bambu yang sangat tinggi dan tajam. Dengan kaki yang berdarahdarah karena tertancap bambu tersebut si raksasa terus mengejar.

Kemudian timun emas membuka bingkisan ketiga yang berisi garam.


Seketika itu hutanpun menjadi lautan luas. Tetapi lautan itu dengan
mudah dilalui si raksasa. Yang terakhir Timun Emas akhirnya
menaburkan terasi, seketika itu terbentuklah lautan lumpur yang
mendidih, dan si raksasa tercebur di dalamnya. Akhirnya raksasapun
mati.
Timun Emas mengucap syukur kepada Tuhan YME, karena sudah
diselamatkan dari raksasa yang kejam. Akhirnya Timun Emas dan Mbok
Sarni hidup bahagia dan damai.

BURUNG GAGAK DENGAN BURUNG MERAK


Disebuah taman yang sangat luas dan indah, hiduplah sekawanan burung
merak. Betapa menakjubkan, dimana-mana terlihat ekor merak jantan
yang indah mengembang. Apalagi jika musim kawin tiba, para merak
jantan mengembangkan ekor mereka sehingga terlihat seperti kipas nan
cantik untuk memikat betina. Burung-burung merak itu senang sekali
tinggal di taman ini karena di samping banyak buah juga banyak bijibijian yang mereka gemari. Namun, keindahan bulu mereka tidak
membuat mereka sombong, mereka tetap rendah hati.
Suatu hari, saat burung-burung merak bermain, tiba-tiba seekor burung
gagak betina. Burung Gagak sangat iri melihat kecantikan Burung
Merak. Setelah terbang kian kemari, akhirnya Burung Gagak ini bisa
mencuri sehalai bulu ekor Burung Merak yang indah, lalu ia tancapkan
ke ekornya.

Cerita Anak Burung Merak Dan Burung Gagak


Kemudian Burung Gagak berkata, Hai Merak, bukankah aku sekarang
yang tercantik di antara kalian?Burung Merak pun terkejut melihat
Burung Gagak dengan bulunya yang menancap di ekornya. Ia pun
menjawab dengan rendah hati, Oh, iya Burung Gagak. Kamu memang
yang tercantik di antara kami.
Setelah mereka berbincang beberapa saat, kemudian Burung Gagak
terbang berputar-putar mengelilingi taman itu. Tanpa disadari, bulu ekor
Burung Merak yang ditancapkan di ekornya terjatuh. Burung Merak
yang ada dibawah pun memanggil Burung Gagak, Hai Gagak, tahukah
engkau kalau bulu merak yang engkau tancapkan di ekormu
terjatuh? Burung Gagak terkejut dan sangat malu.
Tapi justru Burung Merak iba melihat burung gagak yang buruk rupa ini
ingin menjadi burung yang cantik. Kenudian Burung Merak
berkata, Gagak temanku. Maukah kau ku beri beberapa ekor lembar
bulu ekorku dan aku akan bantu memasangkannya pada
ekormu? Akhirnya Burung Gagak menyadari apa yang telah
dilakukannya. Oh Merak, betapa baiknya dirimu. Sekarang aku sadar
bahwa Tuhan pasti memberikan yang terbaik bagi umat-Nya. Akupun
harus mensyukurinya dan menerima apa adanya.

Kedua burung itupun saling berpelukan dan burung Gagak pun berjanji
akan selalu rendah hati, karena Tuhan tidak membedakan perbedaan
fisik makhluknya. Amal dan perbuatanlah yang menentukan baik
buruknya seorang makhluk di hadapan-Nya. Setelah itu Burung Gagak
terbang Jauh-jauh entah kemana, namun dalam benaknya ia
berkata, Suatu saat nanti aku akan membawa keluarga dan temantemanku ketaman indah yang penghuninyacantik, ramah, dan rendah
hati ini.
ANAK KATAK DAN ANAK LEMBU
Di tengah padang rumput yang sangat luas, terdapat sebuah kolam yang
dihuni oleh berpuluh-puluh katak. Diantara katak-katak tersebut ada satu
anak katak yang bernama Kenthus, dia adalah anak katak yang paling
besar dan kuat. Karena kelebihannya itu, Kenthus menjadi sangat
sombong. Dia merasa kalau tidak ada anak katak lainnya yang dapat
mengalahkannya.
Sebenarnya kakak Kenthus sudah sering menasehati agar Kentus tidak
bersikap sombong pada teman-temannya yang lain. Tetapi nasehat
kakaknya tersebut tidak pernah dihiraukannya. Hal ini yang
menyebabkan teman-temannya mulai menghindarinya, hingga Kenthus
tidak mempunyai teman bermain lagi.
Pada suatu pagi, Kenthus berlatih melompat di padang rumput. Ketika
itu juga ada seekor anak lembu yang sedang bermain di situ. Sesekali,
anak lembu itu mendekati ibunya untuk menyedot susu. Anak lembu itu
gembira sekali, dia berlari-lari sambil sesekali menyenggok rumput yang
segar. Secara tidak sengaja, lidah anak sapi yang dijulurkan terkena
tubuh si Kenthus.
Huh, berani makhluk ini mengusikku,; kata Kenthus dengan perasaan
marah sambil coba menjauhi anak lembu itu. Sebenarnya anak lembu itu
pula tidak berniat untuk mengganggunya. Kebetulan pergerakannya
sama dengan Kenthus sehingga menyebabkan Khentus menjadi cemas
dan melompat dengan segera untuk menyelamatkan diri.

Sambil terengah-engah, Kenthus sampai di tepi kolam. Melihat Kenthus


yang kelihatan sangat capek, kawan-kawannya nampak sangat
heran. Hai Khentus, mengapa kamu terengah-engah, mukamu juga
kelihatan sangat pucat sekali, Tanya teman-temannya.
Tidak ada apa-apa. Aku hanya cemas saja. Lihatlah di tengah padang
rumput itu. Aku tidak tahu makhluk apa itu, tetapi makhluk itu sangat
sombong. Makhluk itu hendak menelan aku. Kata Kenthus.
Kakaknya yang baru tiba di situ menjelaskan. Makhluk itu anak lembu.
sepengetahuan kakak, anak lembu tidak jahat. Mereka memang biasa
dilepaskan di padang rumput ini setiap pagi.
Tidak jahat? Kenapa kakak bias bilang seperti itu? Saya hampir-hampir
ditelannya tadi, kata Kenthus. Ah, tidak mungkin. Lembu tidak makan
katak atau ikan tetapi hanya rumput. Jelas kakaknya lagi.
Saya tidak percaya kakak. Tadi, aku dikejarnnya dan hampir ditendang
olehnya. Celah Kenthus. Wahai kawan-kawan, aku sebenarnya bisa
melawannya dengan mengembungkan diriku, Kata Kenthus dengan
bangga.
Lawan saja Kenthus! Kamu tentu menang, teriak anak-anak katak
beramai-ramai.
Sudahlah Kenthus. Kamu tidak akan dapat menandingi lembu itu.
Perbuatan kamu berbahaya. Hentikan!kata Kakak Kenthus berulang kali
tetapi Kenthus tidak mempedulikan nasehat kakaknya. Kenthus terus
mengembungkan dirinya, karena dorongan dari teman-temannya.
Sebenarnya, mereka sengaja hendak memberi pelajaran pada Kenthus
yang sombong itu.
Sedikit lagi Kenthus. Teruskan! Begitulah yang diteriakkan oleh kawankawan Kenthus. Setelah perut Kenthus menggembung dengan sangat
besar, tiba-tiba Kenthus jatuh lemas. Perutnya sangat sakit dan perlahanlahan dikempiskannya. Melihat keadaan adiknya yang lemas, kakak
Kenthus lalu membantu.

Mujurlah Kenthus tidak apa-apa. Dia sembuh seperti sedia kala tetapi
sikapnya telah banyak berubah. Dia malu dan kesal dengan sikapnya
yang sombong.

Anda mungkin juga menyukai