Anda di halaman 1dari 3

BAB III

PEMBAHASAN
Sudah dilaporkan satu kasus, penderita laki-laki, umur sebelas tahun,
didiagnosis dengan fraktur femur sinistra sepertiga tengah tertutup. Fraktur
dialami penderita akibat tertabrak motor, membuat gerakan tungkai bawah kiri
terbatas. Kasus ini sejalan dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa fraktur
femur lebih sering terjadi pada umur kurang dari 25 tahun dan lebih banyak
dialami oleh anak laki-laki daripada perempuan (rasio perbandingan antara anak
laki-laki dan perempuan adalah 2:1).
Diagnosis fraktur femur ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik lengkap dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesa pasien mengeluhkan
nyeri pada paha sebelah kiri terutama saat ditekan atau digerakkan. Hal ini
dikarenakan daerah tersebut terdapat diskontinuitas pada tulang sehingga
menimbulkan nyeri. Dari pemeriksaan fisik pada regio femur kiri tidak ditemukan
adanya luka terbuka, tetapi tampak bengkak dan terdapat deformitas. Selain itu
disertai dengan nyeri tekan, nyeri gerak aktif dan pasif, terdapat angulasi ke lateral
dan pemendekan pada paha kiri. Hasil pemeriksaan ini sesuai dengan kepustakaan
bahwa fraktur femur dapat menimbulkan pemendekan dan angulasi akibat tarikan
otot dan spasme. Dari anamnesis dan pemeriksaan sudah dapat disimpulkan
adanya fraktur. Namun untuk memastikan frakturnya, maka dilakukan
pemeriksaan yang dapat menunjang ditegakkannya diagnosis yaitu berupa foto
rontgen tulang. Pada pemeriksaan foto rontgen, tampak adanya diskontinuitas
tulang pada femur sinistra sepertiga tengah.

19

Pada kasus ini, penatalaksanaan dilakukan dengan terapi konservatif


berupa skin traksi sederhana karena fasilitas yang belum memadai untuk
dilakukan Russel traction, seperti tidak tersedianya tempat tidur khusus ortopedi
dan peralatan untuk Russel traction. Setelah dilakukan traksi, dilanjutkan dengan
operasi elektif (ORIF) plate and screw. Keuntungan dari metode ini adalah dapat
menahan berat badan secara penuh dan membantu mobilisasi secepatnya.
Penanganan ini sesuai dengan kepustakaan bahwa pada usia 10 tahun ke atas,
setelah dilakukan traksi, dilakukan pemasangan intramedullary nails atau plate
and screw. Canale dan Bourland pada tahun 1974, juga melaporkan bahwa dengan
operasi fiksasi yang diamati menunjukkan hasil yang lebih baik. Terapi
konservatif hanya bersifat untuk mengurangi spasme, reposisi dan immobilisasi.
Jika tercapai klinikal union, maka dilakukan mobilisasi dengan weigh
bearing, half weigh bearing dan non weight bearing dengan jarak tiap empat
minggu. Sedangkan untuk follow up pasca operatif dilakukan latihan secara pasif
kemudian dilanjutkan dengan latihan aktif oleh penderita. Pada minggu pertama,
kaki dilatih untuk fleksi dan ekstensi, selanjutnya miring kanan miring kiri dan
latihan duduk. Minggu kedua dilakukan mobilisasi dengan berdiri lalu berjalan
sesuai dengan tingkat nyeri. Fungsi lutut harus pulih dalam 6 minggu.
Kontrol dengan radiologi untuk memastikan posisi tulang, juga perlu
dilakukan. Hal ini tergantung pada usia anak dalam tiap kasus: balita usia 4
minggu dan anak usia 5-10 tahun dilakukan pada 6-8 minggu, anak >10 tahun
dilakukan pada 8-12 minggu dan dilanjutkan tiap 4 minggu sampai konsolidasi.
Pelepasa implan dapat dilakukan satu tahun pasca operasi. Setelah pelepasan
implan, penderita diinstruksikan untuk berjalan, latihan penguatan otot, latihan
koordinasi, dan untuk penderita yang mengambil bagian dalam bidang olahraga
20

dilakukan rehabilitasi bertahap sampai tingkat beban khusus untuk olahraga


tercapai.

21

Anda mungkin juga menyukai