Anda di halaman 1dari 32

Diktat Komunikasi Verbal dan

Nonverbal
Sebuah Pengantar

Budi Santoso, S.Sos., M.Comn

DAFTAR ISI
KOMUNIKASI VERBAL.....................................................................................1
Simbol dan Referen...................................................................................1
Denotasi dan Konotasi...............................................................................2
Konotasi Positif dan Negatif.......................................................................3
Makna Pribadi............................................................................................ 3
Makna Bersama......................................................................................... 3
Bahasa...................................................................................................... 4
Bahasa dan Pikiran....................................................................................4
Bahasa Abstrak.......................................................................................... 5
Tangga Abstraksi.......................................................................................6
Inferensi.................................................................................................... 7
Dikotomi.................................................................................................... 7
Eufemisme................................................................................................8
Ekuivokal................................................................................................... 8
Fungsi Bahasa........................................................................................... 9
Mempelajari bahasa................................................................................11
Keterbatasan Bahasa...............................................................................12
Bahasa Seksis.......................................................................................... 16
Bahasa yang Kuat dan Lemah.................................................................17
Metakomunikasi.......................................................................................18
Makna Kata.............................................................................................. 19
Nama sebagai simbol..............................................................................20
Komunikasi Konteks Tinggi Vs Komunikasi Konteks Rendah.....................21
KOMUNIKASI NONVERBAL............................................................................22
Fungsi Komunikasi Nonverbal..................................................................22
Klasifikasi Pesan Nonverbal.....................................................................23
Bahasa Tubuh.......................................................................................... 24
Sentuhan................................................................................................. 25
Parabahasa.............................................................................................. 25
Penampilan Fisik......................................................................................26
Bau-bauan............................................................................................... 26
Orientasi ruang dan jarak pribadi............................................................27

Konsep waktu.......................................................................................... 30
Diam........................................................................................................ 31
Warna...................................................................................................... 32
Artefak..................................................................................................... 32
Simbol dan kode......................................................................................33
Dua macam kode.....................................................................................34
Teknik pengelolaan pesan........................................................................34
Tiga teori penyampaian pesan................................................................36
Gangguan komunikasi.............................................................................37
Rujukan....................................................................................................... 38

KOMUNIKASI VERBAL
Simbol dan Referen
Simbol adalah sesuatu yang dianggap mewakili sesuatu
yang lainnya. Contoh, warna merah dapat menjadi lambang
atau simbol keberanian, garis cat putih di tengah jalan
melambangkan tempat penyebarangan jalan (zebra cross) dst.
Kata sepatu adalah simbol verbal yang mewakili benda
yang menjadi pelindung kaki kita saat diluar rumah. Simbol
yang melambangkan suatu benda bisa berbeda-beda
namanya, tergantung tempat dan bahasa yang digunakan. Di
Inggris orang menyebutnya shoe(s), orang Belanda
menyebutnya schoen.
Referen adalah objek yang dinyatakan oleh simbol
verbal. Dari contoh diatas, sepatu adalah simbol dan bendanya
adalah referen. Penting untuk diketahui bahwasannya pada
awalnya tidak ada asosiasi antara kata yang disepakati untuk
menyebutkan sesuatu dengan referennya. Sebuah kata
hanyalah simbol verbal bagi objek yang dinyatakannya. Dan
apabila para pengguna bahasa bersangkutan sepakat dengan
kata atau simbol tersebut, maka ia dapat digunakan dalam
aktivitas komunikasi. Misalnya, kata-kata teletext, floppy disk,
sistem informasi, 3G, dsb.
Selain untuk merujuk (mereferen) pada objek-objek
nyata. Kata-kata juga dapat menyimbolkan peristiwa, sifat
sesuatu, tindakan, hubungan, konsep, dst.

Perlu diingat bahwa makna tidak melekat pada kata-kata.


Kata hanya bermakna bila telah dirujukkan pada sejumlah
referen. Manusialah yang memberikan makna pada kata.
Contoh sederhana adalah ketika ketika membaca kata dalam
bahasa asing. Misalnya anda pertama kali membaca kata
wheel (ban). Karena tidak bisa berbahasa inggris anda tidak
mengetahui konsep atau maknanya. Anda harus mempelajari
makna yang terkandung dalam kata tersebut.

Denotasi dan Konotasi


Denotasi adalah asosiasi primer yang dimiliki oleh
sebuah kata bagi kebanyakan anggota suatu masyarakat
linguistik tertentu, sedangkan konotasi adalah asosiasi
sekunder yang dimiliki sebuah kata bagi seorang atau lebih
anggota masyarakat tersebut.
Penggunaan makna denotasi dan konotasi bisa berubah
akibat perkembangan budaya. Misalnya, kata gay (inggris)
sama artinya dengan happy. Sekarang maknanya telah
bergeser menjadi laki-laki homoseksual.
Selain itu, konotasi dan denotasi juga sering
menimbulkan pertentangan, bergantung pada perspektif orang
yang menilainya.

Konotasi Positif dan Negatif


Kata bisa menimbulkan reaksi emosi yang luar biasa bagi
kita. Oleh karena ia memiliki konotasi negatif dan positif.
Misalnya, di Amerika, orang-orang tua lebih suka disebut
dengan senior citizens dibadingkan old people
(women/men).

Makna Pribadi
Sebagai makhluk yang berpikir, manusia normal (juga
abnormal) memiliki makna-makna pribadi terhadap kata-kata
tertentu. Makna pribadi bukan berarti hanya untuk kita
seorang. Ia juga dapat dibagi dengan orang-orang terdekat
dalam lingkungan kita baik significant others maupun peer
group.

Makna Bersama
Makna bersama memerlukan kesesuaian antara pesan
dalam pandangan pengirim dengan yang dipandang oleh
penerima. Kesesuaian pesan akan lebih mudah tercipta dalam
sekelompok orang yang mempunyai minat yang sama atau
yang berasal dari golongan atau budaya atau latar belakang
yang sama. Contohnya adalah makna bersama yang dishare
antara ahli-ahli komunikasi dsb.
Misalnya, pecandu obat bius akan fasih menggunakan
kata-kata ji, am, lin dsb. Anggota kelompok tidak akan
menemui kesulitan dalam memahami kata-kata ini karena
mereka memiliki sandi yang sama. Kesulitan komunikasi akan
timbul apabila ada orang diluar komunitas mereka yang
mereka harapkan untuk mengerti sandi atau konsep-konsep
tersebut.

Bahasa
Bahasa adalah instrumen yang sangat penting dalam
proses komunikasi. Coba bayangkan bila tidak ada bahasa. Kita
mengembangkan ilmu pengetahuan dengan menggunakan

bahasa. Kita menerima dan menyampaikan ide melalui bahasa,


dan menyatakan perasaan juga melalui bahasa.

Bahasa dan Pikiran


Menurut Sapir dan Whorf dunia ini dipersepsi secara
berbeda oleh para anggota komunitas linguistik yang berlainan
dan persepsi ini ditransmisikan serta dipertahankan oleh
bahasa. Singkatnya dapat dikatakan bahwa manusia berpikir
menggunakan bahasa. Meskipun ada ahli yang berbeda
pendapat, namun pendapat Sapir-Whorf diterima sebagai suatu
kebenaran logis.
Bahasa melakukan dua hal penting, pertama, berlaku
sebagai alat bantu memori. Bahasa membuat memori lebih
efisien bila peristiwa disandi dalam kategori verbal. Kita lebih
mudah mengenali kembali warna yang sulit disifatkan bila kita
sudah menamainya dengan cara kita sendiri sejak pertama kali
kita melihatnya. Memori orang dewasa diyakini berbentuk
verbal. Kedua, bahasa memungkinkan kita untuk
mengabstraksikan setiap hal yang berasal dari pengalaman
inderawi kita.

Bahasa Abstrak
Bahasa abstrak dapat kita artikan sebagai bahasa yang
mengandung ketidakjelasan kata-kata yang tinggi. Semakin
tidak jelas suatu kata, semakin tinggi tingkat abstraksinya, dan
makin besar pula kemungkinan kesalahpahaman yang
ditimbulkannya. Nilai keabstrakan suatu kata sendiri terkadang
tidak sama antara setiap orang. Kata dewasa sangat
mungkin dipahami secara berbeda oleh ayah dan anak.

Tangga Abstraksi
Berikut adalah tangga abstraksi (abstraction ladder) dari
SI Hayakawa. Mulai dari bawah terus ke atas.
8. Kekayaan

8. kata ini mengandung tingkat abstraksi yang sangat


tinggi, mengabaikan hampir semua referensi mengenai

7. Aset

karakteristik Bessie
7. Bila Bessie diartikan sebagai suatu aset masih banyak

6. aset pertanian

karakteristiknya tidak tercakup disini


6. Bila Bessie dimasukkan sebagai aset pertanian, ia
diartikan sama dengan benda lainnya yang biasa dijual

5. Ternak

di pertanian.
5. Bila Bessie diartikan sebagai ternak, maka ia

4. sapi

disifatkan setara dengan kambing, bebek, dan kerbau


4. Kata sapi memiliki karakteristik yang biasa
diabstraksikan untuk sapi 1, sapi 2, sapi 3 sapi n.
karakteristik yang menunjukkan sapi tertentu tidak

3. Bessie

tercakup disini
3. Kata Bessie (sapi 1), adalah nama yang diberikan
kepada objek persepsi pada tingkat 2. Nama bukanlah
objek; itu hanya menunjuk kepada objek dan
mengabaikan sejumlah karakteristik lainnya dan dimiliki

2.

objek.
Sapi yang kita lihat bukanlah sebuah kata, melainkan
objek pengalaman, yang diabstraksikan (dipilih) oleh
sistem saraf dari totalitas yang merupakan proses sapi.

Banyak karakteristik proses sapi yang tidak disertakan.


1. Sapi, dipandang dari sisi ilmiah, pada dasarnya terdiri dari atom-atom,
elektron, dsb menurut inferensi pengetahuan modern. Karakteristiknya
(disajikan dalam bentuk lingkaran) pada tingkat ini, tidak terbatas dan
selalu berubah. Ini disebut dengan tingkat proses.

Inferensi
Inferensi adalah kesimpulan yang diperoleh dari bukti
atau asumsi. Kita selalu membuat timbunan inferensi setiap
saat. Ketika kita memilih kursi untuk duduk, kita menilai
(berkesimpulan) bahwa kursi itu kuat menopang berat tubuh
kita. Kita juga akan menilai bahwa hari akan hujan karena
langit mendung. Bila anda menyimpulkan bahwa matahari
bersinar cerah, oleh karena itu ia juga bersinar terang ditempat
lain yang jauhnya 70 km dari tempat anda, maka kesimpulan
yang dibuat tidak hanya berdasarkan pada apa yang anda
saksikan, tapi lebih dari itu, yaitu anda membuat pernyataan
berdasarkan inferensi.

Dikotomi
Dikotomi adalah kata-kata yang bertolak belakang (polar
words) yang sangat mungkin menyebabkan timbulnya
permasalahan dalam menggunakan bahasa. Kecenderungan
kita adalah memberikan penilaian hitam putih terhadap
sesuatu. Misalnya, kita akan menganggap seorang
pengangguran adalah orang yang gagal, tapi ternyata ia
adalah seorang yang telaten dalam mengurus orang tuanya
yang sakit-sakitan. Atau apakah seorang lulusan ITB dengan IP
4,00 dikatakan orang yang pintar dibandingkan dengan lulusan
Unras dengan IPK ngepas tapi lebih mahir dalam memimpin
rapat senat mahasiswa?
Satu cara untuk tidak terjebak dalam dikotomi adalah
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan diawali dengan
bagaimana? dan sejauhmana?.

Eufemisme
Eufemisme adalah menghaluskan istilah-istilah lama
yang dianggap kasar atau tidak layak untuk dipergunakan lagi.
Contohnya, lonte/ pelacur menjadi wts, penyensoran menjadi
prosedur keamanan terpadu, penggusuran menjadi penertiban,
maling duit rakyat menjadi korupsi dsb.

Ekuivokal
Banyak kata yang kita gunakan umumnya adalah
ekuivokal, yaitu memiliki dua atau lebih interpretasi. Persoalan
kesepakatan timbul karena masing-masing pihak tidak sepakat
dengan kata-kata ini. Misalnya kebebasan, kemerdekaan,
tanggung jawab, tekanan, perdamaian, persamaan, dsb.
Ada dua hal penyebab kekacauan penggunaan kata dan
ungkapan ekuivokal. Pertama, orang berasumsi bahwa karena
mereka menggunakan kata yang sama, maka berarti mereka
telah bersepakat, padahal pada prinsipnya orang menafsirkan
kata-kata secara berbeda. Kedua, orang berasumsi bahwa
mereka berbeda pendapat karena menggunakan kara-kata
yang berlainan, padahal sebenarnya mereka sepakat pada
konsep atau maksud yang dikandung kata-kata tersebut.

Fungsi Bahasa
Secara prinsip, bahasa berfungsi untuk menamai atau
menjuluki orang, benda (objek), atau peristiwa. Kita tahu
bahwa setiap individu mempunyai nama untuk identifikasi
sosial.
Penamaan adalah dimensi pertama bahasa dan dasar
bahasa. Pada mulanya perilalu memberi nama ini dilakukan

secara sesuka hati, lalu menjadi kesepakatan umum


(konvensi).
Menurut Larry L. Baker (dalam Mulyana, 2005) bahasa
mengandung tiga fungsi, yaitu:
1. Penamaan (labelling, naming). Penamaan atau
penjulukan adalah usaha untuk mengidentifikasi objek,
tindakan, atau orang dengan menyebut nama tersebut
sehingga dapat digunakan dalam proses komunikasi.
2. Interaksi (interaction). Fungsi ini merujuk pada berbagai
gagasan dan emosi yang dapat menimbulkan simpati
dan pengertian, atau kemarahan dan kebingungan.
3. Transmisi informasi (information transmission). Bahasa
sangat berperan penting dalam proses penyampaian
informasi. Informasi disampaikan kepada sesama
manusia dengan menggunakan bahasa. Fungsi bahasa
untuk transmisi informasi bersifat lintas waktu dengan
menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa yang
akan datang.
Menurut Book (dalam Mulyana, 2005):
1. Untuk mengenal dunia sekitar kita. Melalui bahasa, kita
mempelajari segala sesuatu yang menarik minat kita.
Kita mempelajari sejarah, biologi, keterampilanketerampilan tertentu dengan menggunakan bahasa.
Kita juga menggunakan bahasa untuk memperoleh
dukungan atau persetujuan dari orang lain atas
pengalaman atau pendapat yang kita keluarkan.
2. Untuk berhubungan dengan orang lain. Fungsi yang
kedua ini berhubungan dengan fungsi instrumental dan
sosial dari komunikasi. Bahasa memungkinkan kita untuk
berinteraksi dengan orang lain demi kesenangan kita dan

juga untuk mempengaruhi mereka dalam pencapaian


tujuan kita.
3. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita.
Bahasa memberikan kekuatan untuk membuat kita lebih
teratur, saling mengerti, dan memahami diri kita dan
orang lain, juga mengenal dan memahami keyakinan dan
kepercayaan kita.
Namun perlu diingat bahwa tidak selamanya kita dapat
memanfaatkan ketiga fungsi bahasa tersebut secara
total, karena bahasa bersifat sangat cair dan memiliki
keterbatasan. Dan kata (sebagai penyusun bahasa)
bukan objek, artinya bila peserta komunikasi atau orangorang memaknai kata menurut versi mereka masingmasing, akan berpotensi timbulnya kesalahpahaman.

Mempelajari bahasa
Ada tiga teori yang mengupas mengapa manusia bisa
memiliki kemampuan berbicara.
1. Teori Operant Conditioning (dari BF Skinner, 1957).
Jika suatu organisme dirangsang oleh stimuli dari luar,
maka orang akan cenderung memberi reaksi. Manusia
mengetahui bahasa karena meniru apa yang diucapkan
oleh orang lain (significant others).
2. Teori Cognitive (Noam Chomsky). Bahasa berkorelasi
dengan pikiran dan kemampuan berbahasa pada
manusia adalah pembawaan biologis.
3. Teori Mediating (Charles Osgood). Manusia dalam
mengembangkan bahasa, selain menerima atau bereaksi

terhadap stimulasi dari luar (eksternal), juga dipengaruhi


oleh rangsangan internal.

Keterbatasan Bahasa
Komunikasi verbal yang menggunakan bahasa hanya
mencakup 30% dari aktivitas komunikasi kita secara
keseluruhan. Bahasa pun pada dasarnya memiliki
keterbatasan-keterbatasan. Apa saja keterbatasanketerbatasan bahasa? Simak penjelasan berikut:
1. Terbatasnya jumlah kata untuk menamai atau mewakili
objek-objek. Kata-kata adalah kategori-kategori untuk
merujuk pada objek tertentu: peristiwa, benda, sifat,
orang, perilaku, perasaan, dsb. Kata mewakili
realitas, tapi ia bukan realitas itu sendiri.
Karenanya, pada prinsipnya kata bersifat parsial
(sebagian, tidak penuh) dan tidak bisa mewakilkan atau
menggambarkan sesuatu secara pasti.
Kemudian, kata-kata sifat cenderung dikotomis,
pintar bodoh, baik jahat, tebal tipis dsb, meskipun
kenyataan (realitas) yang sesungguhnya tidak bersifat
hitam putih, tapi ada juga nuansa abu-abu.
Charles Osgood et al menciptakan suatu alat ukur
untuk mengukur makna kata secara lebih akurat yang
disebut dengan Beda-Semantik (Semantic Differential).
2. Sifat kata yang ambigu dan kontekstual. Kata-kata
bersifat ambigu karena mereka mewakili persepsi dan
interpretasi orang-orang yang berbeda, baik dari sisi
pribadi, budaya, pendidikan dsb. Menurut Mulyana,
adanya konsep dll (dan lain-lain),dsb (dan lain

10

sebagainya, memberikan fakta bahwa tidak ada suatu


pernyataan yang dapat mewakili dunia nyata secara
pasti. Kata berat juga ambigu, terlihat dalam contoh
berikut: badan saya berat, kepala saya berat (pening),
tugas MK Komunikasi Politik ini sangat berat, dsb.
Selain itu kata yang sama bisa memiliki makna
yang berbeda karena konteksnya berbeda. Bila kata yang
sama digunakan dalam konteks yang tidak tepat, bisa
jadi maknanya lucu dan tidak tepat.
3. Mengandung bias budaya. Karena bahasa terikat dengan
budaya, maka ia tergantung dari budaya tersebut.
Bahasa adalah perluasan budaya. Setiap bahasa
mempengaruhi penggunanya dari cara berpikir, menilai
lingkungan sekitarnya, dan juga cara berperilaku.
Menurut Benjamin L. Whorf ada(Mulyana, 2005)
beberapa ketentuan berkaitan dengan bahasa dan
budaya, yaitu:
a. Kita membutuhkan bahasa untuk berpikir. Tanpa
bahasa mustahil kita bisa berpikir.
b. Persepsi dipengaruhi oleh bahasa.
c. Bahasa juga mempengaruhi pola berpikir.
Namun begitu, menurut Deddy Mulyana, hipotesa ini
sukar diuji mengingat:
a. Berpikir itu susah didefinisikan.
b. Sulit menemukan orang yang tidak berbahasa,
yang digunakan sebagai pembanding.
Kedua hal tersebut diatas bisa menjadi benar karena kita
tidak memiliki cara untuk menafsirkan realitas tanpa
menggunakan bahasa.

11

4. Adanya pencampuradukan fakta (uraian), penafsiran


(dugaan), dan penilaian. Lihat contoh berikut:
Uraian: Ali adalah mahasiswa ilmu komunikasi
semester V. Ia adalah Presiden Mahasiswa yang
sangat aktif. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Ali

adalah 2,1.
Penafsiran I: Ali adalah mahasiswa yang terlalu

sibuk sehingga kurang waktu belajar.


Penafsiran II: Ali sok sibuk.
Penafsiran III: Nilai Ali dijegal dosen karena sering

memimpin demonstrasi.
Penilaian: Dosen tidak menyukai Ali.

Bahasa Seksis
Para feminis beranggapan bahwa bahasa (inggris) yang
digunakan bersifat seksis, yaitu mencerminkan suatu
prasangka yang mempengaruhi cara wanita dipersepsi dan
diperlakukan oleh orang lain dan kadang-kadang anggapan
mereka terhadap diri sendiri. Misalnya, pria diasosiasikan
dengan kuat, sportif, berani. Sementara wanita sembrono,
lengah, cengeng, dan penakut.
Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa julukan
untuk wanita didapatkan dari penambahan terhadap julukan
pria. Misalnya pramugari (stewardess) diperoleh dari kata
pramugara (steward), actress (aktris) dari actor (aktor) dsb.
Metafora yang diberikan kepada wanita juga bersifat lebih
lembut. Wanita dipadankan dengan kue, gula-gula, kelinci,
ayam (chick), anak kucing (kitty). Dan pria dimetaforkan
dengan sesuatu yang lebih kuat misalnya serigala, macan, dll.

12

Tabel berikut ini memberikan gambaran tentang katakata (bahasa) seksis dalam komunikasi.
Istilah bagi pria dan wanita
Wanita
Anak ayam Istri
Manis
Tuan

Pria
Buyung

Gadis

Perawan

Nyonya

Bapak

Kuda

Nyonya

tua

Sundal

Lelaki

jantan

tua

Betina

Anjing

Jantan

Sekerat

Ibu

sapi

suami

Tuna susila

perempua
n

Sumber: Judy C. Pearson, Gender & Communication (Dubuque, JA: Wm. C.


Brown, 1985)

Saat ini, dalam bahasa Inggris sudah terdapat beberapa


perubahan dalam penggunaan kata-kata yang mengandung
unsur gender. Misalnya, policeman diganti dengan police
officer, firemen dengan firefighters, spokesman diperbaharui
dengan spokesperson dst.

Bahasa yang Kuat dan Lemah


Bahasa juga bisa dikategorikan ke dalam bahasa yang
kuat (maskulin) dan lemah (feminin). Penggunaan kata-kata
semisal, hmm, saya pikirmungkinoh ya saya tidak yakin
(yang memancarkan keragu-raguan dan penyangkalan)
dianggap sebagai suatu bentuk feminin, tidak tegas, kurang
berkompeten, dan kurang efektif meskipun mereka juga
dianggap memiliki tingkat kehangatan yang tinggi, kepekaan,
keakraban, dan ketulusan.
Dalam budaya Amerika, penggunaan bahasa maskulin
(langsung dan tegas) dianggap lebih efektif dan lebih disukai,

13

utamanya untuk bisnis dan pekerjaan. Gaya bicara yang kuat


juga dipandang lebih kompeten dan lebih menarik. Namun, hal
yang berbeda akan dijumpai dalam ruang pengadilan (bidang
hukum). Pembicara yang tegas dilihat sebagai orang yang
dapat memanipulasi keadaan dan fakta sehingga layak
dipersalahkan, sementara mereka yang menggunakan gaya
bahasa lemah adalah diposisikan sebagai korban (victims).

Metakomunikasi
Metakomunikasi adalah berkomunikasi tentang
komunikasi. Konsep ini berkaitan erat dengan tingkat
hubungan interaksi manusia (human encounter). Misalnya
ketika seorang ayah mengatakan bilang A untuk
membereskan perlengkapan bandnya! Kalau tidak aku
buang!, dan sang ibu merespons jangan berkata seperti itu,
sabar dong!. Sang Istri tidak menanggapi isi pesan si suami,
melainkan merespons cara penyampaiannya. Jadi, setiap
komentar yang ditujukan kepada cara orang berkomunikasi
merupakan contoh metakomunikasi. Metakomunikasi tidak
selalu eksplisit, meskipun diungkapkan secara verbal.
Menurut Galvin dan Brommel (1991 dalam Tubbs dan
Moss, 2005), metakomunikasi terjadi ketika orang
membicarakan pembicaraannya, ketika mereka memberi
petunjuk verbal dan nonverbal tentang bagaimana pesan
mereka harus dimengerti

Makna Kata
Siapa yang memberi makna pada kata? Ya benar, kita,
manusia yang memberikan makna pada kata. Dan makna yang

14

kita berikan pada kata bisa lebih dari satu, tergantung dari
konteks ruang dan waktu.
Lalu apa makna dari makna? Makna adalah
kecenderungan total untuk menggunakan atau bereaksi
terhadap suatu bentuk bahasa (R. Brown).
Makna muncul dari hubungan khusus antara kata
(sebagai simbol verbal) dan manusia. Makna tidak melekat
pada kata-kata, namun kata-kata membangkitkan makna
dalam pikiran orang.
Makna dapat digolongkan ke dalam makna denotatif dan
makna konotatif . denotatif adalah makna faktual
(sebenarnya), dan konotatif sebaliknya.
Jadi makna muncul dari hubungan khusus antara kata
(simbol verbal) dan manusia. Makna tidak melekat pada katakata tapi menimbulkan makna dalam pikiran kita. Tidak ada
hubungan langsung antara suatu objek dan simbol yang
digunakan untuk merepresentasikannya. Berikut adalah
ilustrasi segitiga makna dan Bert E. Bradley sebagaimana
dikutip oleh Mulyana (2005):
Pikiran/ rujukan orang

Referen/
Semantik adalah
ilmu tentang makna kata.
Simbol merujuk
Simbol/

pada objek, pemahaman


adalah perasaanobjek
subjektif individu
kata

15

terhadap simbol, referen adalah objek yang sebenarnya eksis


di dunia nyata.

Nama sebagai simbol


Salah satu fungsi bahasa adalah penamaan (naming,
labelling). Nama kita adalah simbol bagi diri kita. Dan perlu
diingat bahwa nama adalah bagian yang penting dari konsep
diri kita (jadi, berikanlah nama yang terbaik untuk anak anda!).

Komunikasi Konteks Tinggi Vs Komunikasi Konteks


Rendah
Budaya konteks tinggi dan rendah diperkenalkan oleh
Edward T. Hall (1973). Budaya konteks rendah mempunyai ciriciri sebagai berikut:

Komunikasi konteks rendah


a. Pesan verbal dan terus terang (eksplisit)
b. Gaya bicara langsung, rendah basa basi, lugas
c. Cepat dan mudah berubah (tidak bisa menyatukan
kelompok).

Budaya konteks tinggi bercirikan:

Komunikasi konteks tinggi


a. Mayoritas pesan yang disampaikan bersifat implisit
b. Tidak langsung
c. Tinggi basa basi
d. Tahan lama dan mengikat kelompok.

Pada budaya atau komunikasi konteks tinggi, pesan yang


sesungguhnya bisa jadi ada pada pesan nonverbal peserta
komunikasi, yaitu gestur, intonasi, ekspresi wajah, postur
badan, kerlingan mata, dan bahkan konteks fisik (dandanan,
pengaturan ruangan dsb).

16

KOMUNIKASI NONVERBAL
Fungsi Komunikasi Nonverbal
1. Emblem: isyarat yang mempunyai arti langsung pada
simbol yang dibuat gerakan badan. Misal, simbol jari V
yang bermakna Victory (kemenangan).
2. Ilustrator. Isyarat yang dibuat dengan gerakangerakan badan untuk menjelaskan sesuatu. Misal,
besar-kecilnya objek yang sedang dibicarakan.
3. Regulator. Gerakan-gerakan tubuh yang terjadi pada
daerah kepala. Misal, mengangguk atau menggeleng.
4. Penyesuai (adaptory). Gerakan badan yang dilakukan
sebagai akibat dari rasa tidak puas. Misal,
mengangkat bahu karena kecewa.
5. Affect displays. Gerakan yang terjadi yang didahului
dorongan emosional yang tampak pada ekspresi
wajah. Misalnya tertawa karena sedang bergembira
dan menangis karena sedih.
Dalam keterkaitannya dengan perilaku verbal, perilaku
nonverbal berfungsi:
1.
2.
3.
4.
5.

Pengulang perilaku verbal.


Melengkapi, meneguhkan, melengkapi perilaku verbal.
Dapat menggantikan perilaku verbal.
Dapat meregulasi (mengatur) perilaku verbal.
Dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku
verbal.

Klasifikasi Pesan Nonverbal


Menurut Jurgen Ruesch:

17

1. Bahasa tanda (sign language). Contoh: lambaian tangan,


acungan jempol, acungan tinju, bahasa isyarat.
2. Bahasa tindakan (action language), yaitu semua gerakan
tubuh yang tidak digunakan secara ekslusif untuk
memberikan sinyal. Contoh: berjalan.
3. Bahasa objek (object language), yaitu pertunjukkan
benda, pakaian, dan lambang nonverbal bersifat publik.
Contoh: bendera, musik, ukuran ruang dll.
Larry A. Samovar dan Richard E. Porter:
1. Perilaku: penampilan/ pakaian, gerakan/ postur tubuh,
ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan,
parabahasa.
2. Ruang, waktu, dan diam.
John R. Wenburg dan William W. Wilmot:
1. Isyarat-isyarat nonverbal perilaku (behavioral)
2. Isyarat-isyarat nonverbal publik (ukuran ruang dan
faktor situasional lain.

Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh disebut juga dengan kinesik, dan bidang
yang mempelajarinya disebut dengan kinesika (kinesics). Yang
termasuk ke dalam kinesik adalah:
1.
2.
3.
4.

Isyarat tangan
Gerakan kepala
Postur tubuh dan posisi kaki
Ekspresi wajah dan tatapan mata

18

Sentuhan
Bidang yang mempelajari sentuhan disebut dengan
haptika (haptics). Sentuhan seringkali dianggap biasa, tetapi ia
bukan sesuatu yang acak. Sentuhan adalah strategi komunikasi
yang penting dan bersifat persuasif. Terdapat lima kategori
sentuhan dan mulai dari yang paling impersonal sampai
dengan personal. Kategori-kategori tersebut adalah:
1.
2.
3.
4.
5.

Fungsional profesional.
Sosial sopan.
Persahabatan kehangatan.
Cinta keintiman.
Rangsangan seksual.

Parabahasa
Parabahasa disebut juga dengan vokalika (vocalics). Ia
merujuk pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat
dipahami. Termasuk didalamnya adalah kecepatan berbicara,
nada, volume, intonasi, dialek, kegagapan, suara yang
gemetar, desahan, suitan, erangan dll.

Penampilan Fisik
1. Busana. Apa yang kita pakai juga dapat
mengkomunikasikan siapa diri kita. Seorang
pengangguran yang disulap dengan dasi dan jas serta
kacamata akan dikira sebagai seorang dosen,
dibandingkan dengan profesor yang memakai baju
kaos oblong dan celana jeans belel. Seorang ustad
mungkin akan dipandang sebelah mata dalam sebuah

19

pengajian karena tidak mengenakan kopiah dan


sorban, dst.
2. Karakteristik fisik. Sama halnya dengan busana, fisik
juga berpotensi untuk menyampaikan informasi
kepada orang lain.

Bau-bauan
Bau-bauan adalah salah satu unsur komunikasi nonverbal
yang kita gunakan. Penggunaan parfum, misalnya, adalah
salah satu cara kita mengkomunikasikan diri kita. Victor Hugo
berkata: tidak ada yang bisa membangkitkan kenangan
seperti suatu bau.
Membaui adalah juga jenis interaksi yang banyak
dijumpai pada budaya didunia. Orang Birma, Samoa, Mongol,
dan Lapp saling membaui pipi sebagai sapaan. Dan untuk
orang Arab, bisa mengenali bau kawannya adalah hal yang
menyenangkan.

Orientasi Ruang dan Jarak Pribadi


Bidang yang mengupas masalah ruang dan jarak adalah
proksemika (procsemics), yang diciptakan oleh Edward T. Hall.
1. Ruang pribadi dan ruang publik. Lyman dan Scott
memberikan empat kategori wilayah yang digunakan
manusia:
a. Body territory (ruang pribadi), yang selalu kita
bawa kemanapun.
b. Public territory (wilayah publik), yaitu tempat yang
secara bebas dimasuki dan ditinggalkan orang.

20

c. Home Territory. Wilayah publik yang bebas


dimasuki dan digunakan orang yang mengakui
memilikinya, misalnya Dinner Club dll.
d. Interactional territory, yaitu tempat pertemuan
yang memungkinkan semua orang berkomunikasi
secara informal, misalnya pasar (mall), atau barber
shop.
Sementara itu, Edward T. Hall menciptakan empat zona
spasial (diperoleh dari pengamatannya terhadap interaksi
sosial di AS), yaitu:
a.
b.
c.
d.

Zona
Zona
Zona
Zona

intim (0 18 inci)
pribadi (18 inci 4 kaki)
sosial (4 10 kaki)
publik (10 kaki )

Untuk lebih lengkapnya lihat tabel berikut:


Jarak

Zona jarak sosial


Deskripsi jarak
Karakteristik

0 6 inci

Intim (dekat)

vokal
Bisikan halus

Paling rahasia

6 18

Intim (jauh)

Bisikan

Amat rahasia

1,5 2,5 kaki

Pribadi (dekat)

terdengar

Masalah pribadi

2,5 4

Pribadi (jauh)

Suara halus

Masalah pribadi

47

Sosial (dekat)

Suara dipelankan

Informasi biasa

7 12

Sosial (jauh)

Suara penuh

Informasi publik

Suara penuh

untuk didengar

agak dikeraskan

orang lain

12 25

25 -

Publik (dekat)

Isi pesan

Informasi publik

Publik (jauh)

Suara keras

untuk didengar

bicara pada

orang lain

kelompok

Berteriak, salam
perpisahan

Suara paling

21

keras
Sumber: The Silent Language, Edward T. Hall dalam Tubbs & Moss (2005 hal.
121)

2. Posisi duduk dan pengaturan ruangan. Posisi duduk juga


berpotensi untuk menimbulkan komunikasi. Pilihan
tempat duduk anda apakah di depan, ditengah,
dibelakang, pada sebuah rapat atau pertemuan bisa
ditafsirkan beragam. Budaya juga mempengaruhi pilihan
posisi duduk. Di Jepang, orang yang paling dihormati
duduk di salah satu kepala meja berbentuk empat
persegi panjang, dan orang yang paling tidak penting
duduk dekat pintu atau ujung meja yang berlawanan
dengan orang yang paling dihormati di ruangan tersebut.
Hubungan antara pembicara dengan pendengar (dalam
ruang kuliah, seminar, lokakarya dll, juga bergantung pada tata
letak furnitur. Terdapat tiga pola dasar, yaitu pola tradisional,
pola sepatu kuda, dan pola modular (Hurt, Scott, McCroskey,
1978), sebagaimana terlihat dalam gambar berikut (dengan
sedikit modifikasi):
Dosen

Pola Tradisional

22

Dosen

Dosen

Pola Sepatu Kuda

Pola Modular

Konsep Waktu
Kronemika (Chronemics) adalah bidang ilmu yang
membahas tentang interpretasi waktu sebagai pesan. Cara kita
mempersepsi dan memperlakukan waktu secara simbolik
menunjukkan siapa kita dan bagaimana perlakukan atau
kesadaran kita terhadap lingkungan.
Edward T. Hall membagi konsep waktu menjadi dua,
yaitu:
a. Monokronik (M).
1) Waktu dipersepsi sebagai berjalan lurus dari masa
lampau ke masa depan.
2) Diperlakukan sebagai entitas nyata yang bisa
dipilah-pilah, dihabiskan, dibuang, dinikmati,
dibunuh, sehingga ada,

23

3) Penekanan pada penjadwalan dan kesegeraan


waktu.
b. Polikronik (P)
1) Waktu dipersepsi sebagai satu putaran yang
berulang.
2) Mementingkan kegiatan yang terjadi dalam waktu
alih-alih waktu itu sendiri.
3) Penekanan pada keterlibatan orang-orang dan
penyelesaian transaksi ketimbang penjadwalan
waktu.

Diam
Filsuf Henry David Thoreau menulis Dalam hubungan
manusia tragedi mulai bukan ketika ada kesalahpahaman
mengenai kata-kata, namun ketika diam tidak dipahami.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi kita terhadap
diam adalah:
1. Durasi diam
2. Hubungan antara orang-orang yang bersangkutan.
3. Situasi atau kelayakan waktu.

Warna
Warna juga mengkomunikasikan banyak hal. Yang sangat
kita ketahui misalnya makna warna bendera kita. Merah
dimaknai sebagai keberanian dan putih melambangkan
kesucian. Begitu pula dengan hijau yang identik dengan Islam.
Berikut adalah suasana hati yang diasosiasikan dengan
warna:
Suasana hati
menggairahkan, merangsang

Warna
merah

aman, nyaman

biru

tertekan, terganggu, bingung

oranye

24

lembut, menenangkan

biru

melindungi, mempertahankan

merah, coklat, biru, ungu,

sangat sedih, patah hati, tidak bahagia,

hitam

murung

hitam, coklat

kalem, damai, tenteram

biru, hijau

berwibawa, agung

ungu

menyenangkan, riang, gembira

kuning

menantang, melawan, memusuhi

merah, oranye, hitam

berkuasa, kuat, bagus sekali

hitam

Artefak
Artefak adalah hasil kecerdasan manusia. Benda-benda
yang kita gunakan untuk berinteraksi dan dalam memenuhi
kebutuhan kita mengandung makna-makna tertentu. Ilmu yang
mempelajari tentang benda buatan manusia disebut dengan
objetika (objectics).
Benda juga melambangkan status sosial si empunya,
meskipun terkadang tidak begitu dibutuhkan. Di Gandus,
Sumsel banyak keluarga nelayan yang memiliki kulkas yang
beralih fungsi menjadi lemari pakaian, karena disana belum
ada listrik.

Simbol dan Kode


Simbol adalah lambang yang memiliki suatu objek. Kode
adalah seperangkat simbol yang telah disusun secara
sistematis dan teratur sehingga memiliki arti. Simbol yang
tidak memiliki arti bukanlah kode.
Pemberian arti pada simbol dipengaruhi oleh konteks
sosial dan budaya dalam masyarakat pengguna simbol-simbol
tersebut. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwasannya:

25

semua kode memiliki objek nyata


semua kode mempunyai arti
semua kode bergantung pada konvensi atau persetujuan

penggunanya
semua kode mempunyai fungsi
semua kode dapat ditransmisikan, melalui saluransaluran komunikasi.

Dua macam kode:


1. Kode verbal
Kode verbal menggunakan bahasa. Tiga fungsi bahasa
(dalam Cangara, 1998):
a. Untuk mempelajari dunia sekitar kita
b. Untuk membina hubungan baik dengan sesama
manusia
c. Untuk menciptakan ikatan-ikatan sosial dalam
perikehidupan
2. Kode nonverbal. Fungsi kode nonverbal (Cangara,
1998):
a. Repetisi dari kode verbal
b. Subtitusi kode verbal
c. Identitas diri
d. Peneguh kode verbal.

Teknik Pengelolaan Pesan


Pesan dapat disusun dengan menggunakan dua model
secara umum. Yaitu penyusunan yang bersifat informatif dan
persuasif.
1. Penyusunan informatif.
a. Space order.
b. Time order.
c. Deductive order.
d. Inductive order.

26

Model penyusunan informatif umumnya dipakai dalam


Umum berita atau artikel, dengan pola piramida
penyajian
Sangat penting

terbalik, sebagaimana gambar berikut:

Khusus
Kurangpenting

2. Penyusunan pesan persuasif. Tujuan penyusunan pesan


persuasif adalah untuk mengubah persepsi, sikap, dan
pendapat khalayak. Karenanya dalam penyusunan model
ini dikenal adanya proposisi, yaitu apa yang dikehendaki
sumber terhadap penerima sebagai hasil pesan yang
disampaikannya. Dengan kata lain, setiap pesan yang
dibuat ditujukan untuk perubahan. Pesan persuasif dapat
disusun dengan teknik berikut:
a. Fear appeal. Pesan disusun untuk menimbulkan rasa
takut.
b. Emotional appeal. Pesan disusun untuk menggugah
perasaan khalayak.
c. Reward appeal. Pesan dibumbui dengan janji-janji
kepada khalayak.
d. Motivational appeal. Pesan dibarengi dengan
penyemangatan kepada khalayak, misalnya semangat
keberagaman, nasionalisme.
e. Humorous appeal. Pesan dibumbui dengan humor
atau cerita-cerita lucu.

27

Tiga Teori Penyampaian Pesan


1. Teori Power Over Them. Bila pesan terlalu sering
diulang, panjang, dan cukup keras, maka pesan itu
tidak akan membekas dalam pikiran khalayak.
2. Teori Glamour. Pesan dibungkus dengan apik, cantik,
dan menarik sehingga memberikan efek yang sangat
subtil (halus). Khalayak tidak merasa sedang terterpa
pesan-pesan persuasif.
3. Teori Do not Tell Them. Bila pesan (ide) tidak
disampaikan, kepada orang lain, maka mereka (orang
lain tersebut) tidak akan memegangnya dan
menanyakannya. Karenanya, mereka tidak akan
membuat pendapat tentang ide tersebut.

Gangguan Komunikasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Gangguan teknis
Gangguan semantik
Gangguan psikologis
Rintangan fisik/ organik
Rintangan status
Rintangan kerangka berpikir
Rintangan budaya

28

Rujukan
Cangara, H. (1998). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Effendy, O. U. (2006). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tubbs, S. L., & Moss, S. (2005). Human Communication: Prinsipprinsip Dasar (1st ed.). (Deddy Mulyana, Ed., Deddy Mulyana, &
Gembirasari, Trans.) Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
West, R., & Turner, L. H. (2008). Pengantar Teori Komunikasi:
Analisis dan Aplikasi (3 ed.). (N. Setyaningsih, Ed., & M. N.
Maer, Trans.) Jakarta: Salemba Humanika.

29

Anda mungkin juga menyukai