Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi

adalah

proses

pertukaran

informasi

atau

proses

yang

menimbulkan dan meneruskan makna atau arti, berarti dalam komunikasi terjadi
penambahan

pengertian

antara

pemberi

informasi

dengan

penerima

informasisehingga mendapatkan pengetahuan (Taylor, 1993).


2.1.2. Tujuan Komunikasi
Pada dasarnya komunikasi bertujuan untuk memudahkan, melancarkan,
melaksanakan kegiatan tertentu dalam mencapai suatu tujuan. Artinya, dalam proses
komunikasi, terjadi suatu pengertian yang diinginkan bersama sehingga tujuan lebih
mudah tercapai ( Tatik, dkk, 2003).
Menurut Wijaya (1993), tujuan komunikasi persuasif adalah untuk
memengaruhi pikiran, perasaan, dan tingkah laku seseorang, kelompok, untuk
kemudian melakukan tindakan/perbuatan sebagaimana dikehendaki.
2.1.3. Jenis-jenis Komunikasi
Menurut Tatik, dkk (2003), ada dua jenis komunikasi, yaitu komunikasi
verbal dan nonverbal.
a. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alat
sehingga komunikasi verbal ini sama artinya dengan komunikasi kebahasaan.

Universitas Sumatera Utara

b. Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang tidak meggunakan bahasa


lisan maupun tulisan, tetapi menggunakan bahasa kial, bahasa gambar, dan
bahasa sikap.
2.2 Komunikasi Persuasif
Menurut Dedy, 1994 komunikasi persuasif adalah suatu proses komunikasi
dimana terdapat usaha untuk meyakinkan orang lain agar publiknya berbuat dan
bertingkah laku seperti yang diharapkan komunikator dengan cara membujuk tanpa
memaksanya.
2.2.1. Prinsip-prinsip Komunikasi Persuasif
Dalam prinsip komunikasi persuasif ada 5 (lima) prinsip, diantaranya :
1. Membujuk demi konsistensi
Khalayak lebih memungkinkan untuk mengubah perilaku mereka apabila
perubahan yang dianjurkan sejalan dengan kepercayaan, sikap, dan nilai sat ini. Sikap
didefenisikan sebagai predisposisi mengenai suka atau tidak suka. Nilai sebagai
pernyataan terakhir yang lebih abadi dari eksistensi atau mode yang luas dari
perilaku. Kepercayaan adalah tingkat keyakinan.
2. Membujuk demi perubahan-perubahan kecil
Khalayak lebih memungkinkan untuk mengubah perilaku mereka apabila
perubahan yang dianjurkan khalayak merupakan perubahan kecildan bukan
perubahan besar perilaku mereka.

Universitas Sumatera Utara

3. Membujuk demi keuntungan


Khalayak lebih mungkin mengubah perilakunya apabila perubahan yang
disarankan akan menguntungkan

mereka lebih dari biaya yang akan mereka

keluarkan.
4. Membujuk demi pemenuhan kebutuhan
Khalayak lebih mungkin untuk mengubah perilaku mereka apabila perubahan
yang disarankan berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan mereka.
5. Membujuk berdasarkan pendekatan-pendekatan gradual
Bergantung pada penerimaan khalayak terhadap perubahan yang disarankan
pembicara dalam kehidupan mereka. Pendekatan gradual menganjurkan yang lebih
memungkinkan untuk bekerja dibandingkan pendekatan yang meminta khalayak
untuk segera berubah perilakunya.
2.3 Bentuk Komunikasi
Adapun bentuk-bentuk komunikasi menurut Uripni, 2003 dalam buku
komunikasi kebidanan sebagai berikut :
1. Interpersonal Communication (face to face communication)
Komunikasi interpersonal adalah salah satu yang paling efektif dan
komunikator dapat langsung bertatap muka, sehingga stimulus yakin pesan
atau informasi yang disampaikan komunikan, langsung dapat direspon atau
ditanggapi pada saat itu juga.

Universitas Sumatera Utara

2. Intrapersonal communication
Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi yang terjadi dalam diri individu.
Komunikasi tersebut akan membantu seseorang atau individu agar tetap sadar
akan kejadian di sekitarnya. Atau penyampaian pesan seseorang kepada
dirinya sendiri.
2.4 Komponen Komunikasi
Komponen komunikasi merupakan unsur terpenting yang terdiri atas lima
unsur meliputi
1. Unsur dasar komunikasi
Dalam

komunikasi,

harus

mempunyai

komunikator,

pesan,

saluran

komunikasi. Metode komunikasi, komunikan, lingkungan, dan umpan balik.


2. Sumber dan sasaran komunikasi
Sumber komunikasi adalah komunikator yang berperan dalam membentuk
kesamaan persepsi dengan pihak lain yang dalam hal ini adalah sasaran,
memformulasikan pesan, menggunakan lambang, dan menginterpretasikan
pesan dalam pola pemahaman kontekstual.
Sasaran adalah penerima pesan yang menerjemahkan pesan disesuaikan
dengan pengalaman dan pengertian dari komunikan.
3. Bentuk komunikasi
Pelaksanaan kegiatan komunikasi pada prinsipnya disesuaikan dengan
kebutuhan sasaran yang akan membuat jalinan komunikasi. Jaringan

Universitas Sumatera Utara

komunikasi disesuaikan dengan kebutuhan akan mewujudkan bentuk


komunikasi yang menggambarkan proses dan pelaksanaan pelaksanaan
komunikasi tersebut. Bentuk komunikasi yang akan terjadi berdasarkan
kebutuhan terdiri atas komunikasi pribadi, komunikasi kelompok, dan
komunikasi massa.
4. Teknik komunikasi
Ada berbagai teknik komunikasi, diantaranya adalah jurnalisme, hubungan
masyarakat, periklanan, pameran persahabatan, propaganda, dan iklan
masyarakat.
2.5 Faktor yang Memengaruhi Komunikasi
Proses komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor (Potte; & Perry, 1993) :
1. Perkembangan
Agar dapat berkomunikasi efektif dengan seseorang, bidan harus mengerti
pengaruh perkembangan usia, baik dari sisi bahasa maupun proses berpikir
orang tersebut.
2. Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau
peristiwa persepsi ini dibentuk oleh pengharapan atau pengalaman.
3. Nilai
Nilai adalah standar yang memengaruhi perilaku sehingga penting bagi bidan
untuk menyadari nilai seseorang. Bidan perlu berusaha untuk mengetahui dan

Universitas Sumatera Utara

mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang


tepat dengan klien.
4. Latar belakang sosial budaya
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya.
Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan komunikasi.
5. Emosi
Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti
marah, sedih, senang akan dapat memengaruhi bidan dalam berkomunikasi
dengan orang lain. Bidan perlu mengkaji emosi klien dan keluarganya
sehingga mampu memberi asuhan kebidanan yang tepat.
6. Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang berbeda. Tanned
(1990) menyebutkan bahwa wanita dan laki-laki mempunyai perbedaan gaya
komunikasi.
7. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan memengaruhi komunikasi. Seseorang yang tingkat
pengetahuannya rendah akan sulit merespons pertanyaan yang mengandung
bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan tinggi. Bidan perlu mengetahui
tingkat pengetahuan klien sehingga dapat berinteraksi dengan baik dan
akhirnya dapat memberi asuhan kebidanan yang tepat kepada klien.
8. Peran dan hubungan

Universitas Sumatera Utara

Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antarorang yng


berkomunikasi. Cara berkomunikasi seorang bidan dengan koleganya, dengan
cara komunikasi seorang bidan pada klien akan berbeda tergantung peran.
9. Lingkungan
Lingkungan interaksi akan memengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana
bising, tidak ada privasi yang tepat akan menimbulkan kerancuan,
ketegangan, dan ketidaknyamanan.
10. Jarak
Jarak dapat memengaruhi komunikasi. Jarak tertentu akan memberi rasa aman
dan kontrol.
11. Citra diri
Manusia mempunyai gambaran tertentu mengenai dirinya, status sosial,
kelebihan dan kekurangannya. Citra diri terungkap dalam komunikasi.
12. Kondisi fisik
Kondisi

fisik

mempunyai

pengaruh

terhadap

komunikasi.

Artinya,

pembicaraan mempunyai andil terhadap kelancaran dalam berkomunikasi.


2.6 Pengaruh Komunikasi Terhadap Penggunaan Susu Formula
Bidan mempunyai peran yang sangat penting dalam penggunaan susu
forrmula. Komunikasi yang salah diberikan oleh bidan tentang penggunaan susu
formula sangat berdampak tidak baik untuk bayi maupun pada ibu bayi sendiri.
Kurangnya penyuluhan kepada masyrakat tentang menyusui masih sangat jarang
sehingga banyak di antara mereka yang kurang mengerti akan pentingnya pemberian

Universitas Sumatera Utara

ASI kepada bayi mereka. Tempat ibu bersalin juga sangat menentukan keberhasilan
menyusui, hendaknya bayi disusui segera atau sedini mungkin setelah lahir. Namun,
tidak semua persalinan berjalan normal dan tidak semua dapat melaksanakan
menyusui dini. Di samping itu, belum semua petugas paramedis diberi pesan dan
cukup informasi agar menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayinya, dan ada
praktik yang keliru dengan memberikan susu formula kepada bayi yang baru lahir
dan masih banyak rumah sakit yang masih merawat bayi secara terpisah dengan
ibunya.
Berdasarkan Kode Etik Pemasaran PASI (Pengganti Air Susu Ibu), makanan
yang paling tepat/ideal untuk bayi adalah Air Susu Ibu (ASI). Namun demikian,
karena beberapa hal bayi tidak memperoleh ASI, mungkin karena alasan kesehatan
ibu ataupun karena alasan lainnya, misalnya ibu bekerja di luar rumah. Untuk
menggantikan ASI, kepada bayi diberikan PASI yang juga terkenal dengan susu bayi
(Akre, 1994).
Oleh karena promosi PASI yang sangat berlebihan, banyak kaum ibu di
negara

berkembang

yang

sebenarnya

mampu

menyususi

anaknya/bayinya,

memberikan PASI kepada bayinya karena ingin dianggap modern. Praktek ini dapat
menimbulkan akibat yang merugikan kesehatan bayi diantara lain karena
penyiapannya yang tidak memenuhi syarat hygiene. Disamping itu sebagai akibat
dari keadaan ekonomi yang kurang atau belum baik, kepada bayi sering diberikan
PASI yang terlalu encer dan ini dapat mempengaruhi perkembangan pertumbuhan
bayi/balita (Akre 1994).

Universitas Sumatera Utara

Keadaan kesehatan bayi di Negara berkembang ini mendapatkan perhatian


WHO (World Health Organization). Dalam usaha menanggulangi hal ini WHO
menyusun suatu rekomendasi yang dinamakan Code of Marketing of Breast Milk
Subtitues (tata cara pemasaran pengganti air susu ibu). Code ini telah diterima oleh
negara-negara anggota WHO termasuk Indonesia tahun 1981 (Speirs,1992).
Sesuai dengan sikap pemerintah Indonesia yang menerima kode dari WHO
tersebut, maka Departemen Kesehatan (Depkes) mengeluarkan Peraturan Menteri
Kesehatan (PERMENKES) No. 240/MENKES/PER/V/1985 tentang PASI. Speirs
(1992), WHO (World Health Organization) telah menetapkan peraturan mengenai
pemasaran PASI.
1. Ketentuan tentang produksi dan peredaran PASI untuk menjamin beredarnya
produk yang memenuhi syarat mutu antara lain tentang keharusan persetujuan
untuk memproduksi dan pendaftaran produk sebelum diedarkan. Tata cara
untuk mendapat persetujuan akan ditetapkan oleh Direktorat Pengawasan
Obat dan Makanan (POM). Demikian juga ketentuan dan cara produksi yang
baik dan standar mutu untuk PASI.
2. Pada label harus dicantumkan
a. Persyaratan tentang keunggulan Air Susu Ibu (ASI)
b. Pernyataan yang menyatakan bahwa pengganti air susu ibu digunakan atas
nasihat tenaga kesehatan, serta penggunaan secara tunggal dapat
memenuhi kebutuhan bayi berumur antara empat dan enam bulan.
c. Tanggal kadaluarsa.

Universitas Sumatera Utara

d. Penjelasan tanda-tanda yang menunjukkan bilamana pengganti air susu


ibu sudah tidak baik lagi dan tidak boleh diberikan kepada bayi.
3. Dilarang dicantumkan pada label
a. Gambar bayi
b. Gambar atau tulisan yang dapat memberi kesan, bahwa penggunaan
pengganti air susu ibu merupakan suatu yang ideal.
c. Kata-kata semutu air susu ibu atau kata-kata yang semakna.
d. Tulisan pengganti air susu ibu.
4. Kegiatan promosi atau periklanan dilarang kecuali dalam media ilmu
kesehatan.
2.7 Susu Formula (PASI)
2.7.1 Susu Formula (PASI)
Susu formula adalah makanan tambahan bayi yang secara tunggal dapat
memenuhi kebutuhan gizi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi sampai berumur
enam bulan. PASI dapat dikelompokkan menjadi susu formula awal (adapted
formula), susu lanjutan (Followup Formula) dan susu formula khusus (specific
formula).
2.7.2 Jenis Susu Formula
Umumnya susu formula untuk bayi yang beredar di pasaran berasal dari susu
sapi. Susu sapi adalah salah satu susu pilihan untuk bayi yang tidak memiliki riwayat
alergi dalam keluarga, sedangkan untuk bayi yang memiliki alergi, maka bahan dasar
susu formula diganti menggunakan selain susu sapi.

Universitas Sumatera Utara

Di Indonesia, beredar berbagai macam susu formula dengan merek dagang,


diantaranya :
1. Susu Formula Adaptasi
Susu formula adaptasi adalah susu formula yang disesuaikan dengan
kebutuhan bagi bayi yang baru lahir sampai umur 6 bulan.
2. Susu Formula Awal Lengkap
Susu formula awal lengkap, berarti susunan zat gizinya lengkap dan
pemberiannya dapat dimulai setelah bayi dilahirkan. Berbeda dengan
formula adaptasi, susu formula ini memiliki kadar protein yang lebih tinggi
dan komposisi zat gizi lain tidak disesuaikan dengan yang terdapat dalam
ASI.
3. Susu Formula Follow Up
Pengertian follow up dalam dalam susu formula ini adalah lanjutan, yaitu
menggantikan susu formula yang sedang digunakan dengan susu formula
ini. Susu formula ini diperuntukkan untuk bayi berumur 6 bulan ke atas.
Pada umumnya susu formula follow up mengandung protein dan mineral
yang lebih tinggi daripada susu formula adapted dan completing startng.
4. Susu Formula Prematur
Susu formula permatur digunakan untuk bayi yang lahir prematur. Susu
formula prematur komposisi zat gizinya lebih besar dibandingkan dengan

Universitas Sumatera Utara

formula biasa karena pertumbuhan bayi prematur yang cepat sehingga


membutuhkan zat-zat gizi yang lebih banyak.
5. Susu Hipoalergenik
Susu formula hipoalergenik diberikan kepada bayi yang mengalami
gangguan pencernaan protein. Susu formula jenis ini kandungan lemaknya
sudah diperkecil.
6. Susu Soya
Bahan dasar dalam susu soya diganti dengan sari kedelai yang
diperuntukkan bagi bayi yang memiliki alergi terhadap protein susu sapi,
tetapi tidak alergi terhadap susu kedelai. Fungsinya sama dengan susu sapi
yang protein susunya sudah dipecah dengan sempurna sehingga dapat
digunakan sebagai pencegahan alergi.
7. Susu Rendah Laktosa atau Tanpa Laktosa
Susu rendah laktosa atau tanpa laktosa cocok untuk bayi yang tidak mampu
mencerna laktosa (intoleransi laktosa) karena tidak memiliki enzim untuk
mengolah laktosa. Intoleransi laktosa, biasanya ditandai dengan buang air
terus-menerus atau diare. Susu rendah laktosa adalah susu sapi yang bebas
dari kandungan laktosa (rendah laktosa atau tanpa laktosa). Sebagai
penggantinya, susu formula jenis ini akan menambahkan kandungan gula
jagung.
8. Susu Formula dengan Asam Lemak MCT (Lemak Rantai Sedang)
yang Tinggi

Universitas Sumatera Utara

Susu formula dengan lemak MCT tinggi diberikan kepada bayi yang
menderita kesulitan dalam menyerap lemak. Oleh karena itu, lemak yang
diberikan harus banyak mengandung MCT (lemak rantai sedang) tinggi
sehingga mudah dicerna dan diserap oleh tubuhnya.
9. Susu Formula Semierlementer
Susu formula ini biasa diberikan pada bayi yang mengalami infeksi usus
dan sudah dilakukan pembedahan akan menunjukkan intoleransi/penolakan
terhadap laktosa. Maka, dengan pemberian susu formula semierlementer
tidak boleh diberikan secara sembarangan tanpa petunjuk dokter.
2.7.3 Kandungan Susu Formula
Kandungan gizi susu formula untuk bayi di bawah 6 bulan lebih spesial
karena secara alami, usus bayi kecil belum mampu mencerna nutrisi susu dengan bai.
Masih rentannya ia dalam kelompok usia tersebut membuat susu yang dikonsumsinya
pun dibagi lagi secara khusus, seperti susu untuk bayi yang lahir cukup bulan,
ataupun yang lahir cukup bulan, namun dengan berat bayi lahir rendah (BBLR).
Meskipun pembuatan susu formula dibuat semirip mungkin dengan ASI, tetap
saja susu formula tidak sebaik ASI. Perbandingan komposisi kolostrum, ASI, dan
susu sapi sangat berbeda. Susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak
protein daripada ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya
berupa protein whey yang larut. Kandungan kasein yang tinggi akan membentuk
gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi. Walaupun, ASI mengandung lebih
sedikit total protein, namun bagian protein whey-nya lebih banyak sehingga akan

Universitas Sumatera Utara

membentuk gumpalan yang lunak, dan lebih mudah dicerna, serta diserap oleh usus
bayi.
1.

Lemak
Kadar lemak yang disarankan dalam susu formula adalah antara 2,7-4,1 gr
tiap 100 ml.komposisi asam lemaknya harus sedemikian rupa sehingga
bayi umur 1 bulan dapat menyerap sedikitnya 85% lemak yang terdapat
dalam susu formula.

2.

Protein
Kadar protein dalam susu formula harus berkisar antara 1,2-1,9 gr tiap 100
ml. Pemberian protein yang terlalu tinggi dapat menyebabkan tingginya
kadar ureum, amoniak, serta asam amino tertentu dalam darah. Perbedaan
antara protein ASI dan susu formula terletak pada kandungannya dan
perbandingan antara protein susu sapi terletak pada kandungannya dan
perbandingan antara protein jenis whey dan kaseinnya. Namun, ada yang
berpendapat bahwa kualitas kasein ASI lebih baik daripada kasein susu
sapi.

3.

Karbohidrat
Kandungan karbohidrat yang disarankan untuk susu formula, yaitu 5,4-8,2
gr tiap 100 ml. Dianjurkan supaya sebagian karbohidrat hanya atau hampir
seluruhnya memakai laktosa, selebihnya glukosa atau maltosa. Tidak
dibenarkan pada pembuatan susu formula untuk memakai tepung atau

Universitas Sumatera Utara

madu, atau diasamkan karena belum diketahui efek sampingnya, baik


dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
4.

Mineral
Kandungan sebagian besar mineral dalam susu sapi lebih tinggi 3-4 kali
dibandingkan dengan yang terdapat dalam ASI. Pada pembuatan susu
formula adaptasi, kandungan berbagai mineral harus diturunkan hingga
jumlahnya berkisar antara 0,25-0.34 gr tiap 100 ml. Kandungan mineral
dalam susu formula adaptasi memang rendah dan mendekati yang terdapat
pada ASI. Penurunan kadar mineral diperlukan karena bayi baru lahir
belum dapat mengeluarkan kelebihan mineral dengan sempurna.

5.

Vitamin
Biasanya, berbagai vitamin ditambahkan pada pembuatan formula hingga
dapat mencukupi kebutuhan sehari-harinya.

6.

Kandungan Zat Tambahan


Kemajuan teknologi memungkinkan susu formula yang sudah ada ditingkat
kualitasnya, yakni dengan diformulasikan sedemikian rupa sehingga
semakin

mirip dengan ASI, salah satunya adalah penambahan DHA.

Penambahan ini dibolehkan karena zat tambahan tersebut merupakan zatzat mikro.
2.7.4

Faktor- Yang Dapat Memengaruhi Penggunaan ASI

Universitas Sumatera Utara

Menurut Soetjiningsih (1997), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi


penggunaan ASI antara lain :
1. Perubahan sosial budaya
a. Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya
b. Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu
botol
c. Merasa ketingggalan zaman jika tidak menyusui bayinya dengan susu
botol
2. Faktor psikologis
a. Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita
b. Tekanan batin
3. Faktor fisik
a. Ibu sakit, misalnya mastitis, panas, dan sebagainya.
4. Faktor kurangnya peugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat
penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI
5. Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI
6. Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang
menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng.

2.7.5

Penurunan Penggunaan ASI


Penelitian dan pengamatan yang dilakukan di berbagai daerah menunjukkan

dengan jelas adanya kecenderungan meningkatnya jumlah ibu yang tidak menyusui

Universitas Sumatera Utara

sendiri bayi mereka. Menurunnya jumlah ibu yang menyusui bayi ini dimulai di kota
terutama pada kelompok ibu dari keluarga yang berpenghasilan cukup, yang
kemudian menjalar ke daerah pinggiran kota dan menyebar sampai ke desa-desa.
Para ahli mengemukakan beberapa sebab terjadinya penurunan penggunaan
ASI antara lain :
a. Adanya perubahan struktur masyarakat dan keluarga. Hubungan kerabat yang
luas di daerah pedesaan menjadi renggang setelah keluarga pindah ke kota.
Pengaruh orangtua seperti nenek, kakek, mertua, dan orang terpandang lain di
lingkungan keluarga secara berangsur menjadi berkurang, karena mreka
itupada umumnya tetap tinggal di desa sehingga pengalaman mereka dalam
merawat makanan bayi yang tidak diwariskan.
b. Kemudahan yang didapat sebagai kemajuan teknologi pembuatan makanan
bayi seperti pembuatan tepung makanan bayi, susu buatan untuk bayi
mendorong ibu untuk mengganti ASI dengan makanan olahan itu.
c. Iklan yang menyesatkan dari berbagai produsen makanan menyebabkan ibu
beranggapan bahwa makanan-makanan itu lebih baik dari ASI.
d. Karena para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena
tugas-tugas sosial, maka susu sapi adalah satu-satunya jalan keluar dalam
pemberian makanan bagi bayi yang ditinggalkan di rumah.
e. Adanya anggapan bahwa memberikan susu botol kepada anak sebagai suatu
simbol bagi kehidupan tingkat sosial yang lebih tinggi, terdidik, dan
mengikuti perkembangan zaman.

Universitas Sumatera Utara

f. Ibu takut payudaranya rusak apabila menyusui dan kecantikannya akan


hilang.
g. Pengaruh melahirkan di klinik bersalin atau rumah sakit. Belum semua
petugas paramedic diberi pesan dan diberi cukup informasi agar
menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayi mereka.
2.7.6 Kelemahan Susu Formula
Kemajuan teknologi yang menawarkan susu formula yang mirip ASI dengan
menambahkan berbagai macam zat gizi tetap tidak dapat menyamai keunggulan ASI.
Selain itu, ternyata susu formula memiliki beberapa kelemahan, apalagi jika dalam
pemberian susu formula, tidak sesuai petunjuk pemberian. Atau, memberikan susu
formula tidak sesuai dengan usia bayi sehingga berdampak buruk baginya.
Ada beberapa cara dalam melindungi hak bayi untuk mendapatkan ASI.
Pertama, menganjurkan ibu untuk menyusui segera setelah melahirkan. Kedua,
mendukung ibu untuk tinggal bersama dengan bayinya dalam satu ruangan setelah
melahirkan.
Ketiga, memberikan informasi yang tepat kepada ibu dan membantunya bila
menyusui. Keempat, menghentikan pemberian susu pada bayi dengan menggunakan
botol. Kelima, menolak contoh gratis, sumbangan, atau promosi susu formula ataupun
susu botol.

Universitas Sumatera Utara

1. Kandungan susu formula tidak selengkap ASI


Susu formula (susu sapi) tidak mengandung DHA seperti halnya pada ASI
sehingga tidak bisa membantu meningkatkan kecerdasan bayi.
2. Mudah tercemar
Pembutan susu formula sering mudah tercemar oleh bakteri, terlebih bila ibu
menggunakan botol. dan tidak merebusnya setisp selesai memberi susu.
3. Diare dan sering muntah
Pengenceran susu formula yang kurang tepat dapat mengganggu pencernaan
bayi, sedangkan susu yang terlalu kental dapat membuat usuu bayi susah
mencerna, sehingga sebelum dicerna, susu akan dikeluarkan kembali lewat
anus yang mengakibatkan bayi mengalami diare.
4. Infeksi
Susu sapi tidak mengandung sel darah putih hidup dan antibodi untuk
melindungi tubuh terhadap infeksi.
5. Obesitas
Suatu penelitian pernah membandingkan pola pertumbuhan normal antar bayi
yang diberi ASI dengan susu formula. Kelebihan berat badan pada bayi yang
mendapatkan susu formula diperkirakan karena kelebihan air dan komposisi
lemak tubuh yang berbeda dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI.
6. Pemborosan

Universitas Sumatera Utara

Pemberian susu formula secara tidak langsung juga menambah anggaran


untuk membeli susu formula.
2.8 Perilaku
2.8.1 Konsep Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
(makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan
manusia

itu berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing.

Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan
atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai kegiatan yang sangat luas
sepanjang kegiatan yang dilakukannya, yaitu antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan seterusnya. Dari uraian
ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua
kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar.
Sebagai individu setiap manusia adalah kompleks dan unik. Keunikan individu
karena menyangkut banyak aspek yang menyatakan bahwa perilaku manusia itu
merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik, maupun non fisik.
Menyinggung tentang apa yang dimaksud dengan perilaku terdapat macam-macam
pendapat.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Notoatmodjo, (1984), perilaku dijabarkan dalam 3 aspek operasional


yaitu :
a.

Perilaku dalam bentuk pengetahuan yakni dengan mengetahui rangsangan


atau situasi dari luar.

b.

Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap rangsangan dari
luar dari si objek, sehingga alam itu sendiri mencetak perilaku-perilaku
manusia yang hidup di dalamnya, sesuaia dengan sifat dan keadaan alam
tersebut.

c.

Perilaku dalam bentuk tindakan yang konkrit yang berupa perbuatan (action)
terhadap situasi dan rangsangan dari luar.
Menurut Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi reaksi

organisme terhadap lingkungannya.


Sedangkan menurut Kwick, (1974), menyatakan bahwa perilaku tindakan atau
perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan di pelajari.
2.8.2 Bentuk Perilaku
Bloom (1908) seorangahli psikologi pendidikan, membedakan adanya 3 ranah
perilaku, yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor).
Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini,
dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah
perilaku sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

a. Pengetahuan (knowledge)
b. Sikap (attitude)
c. Tindakan (practice)
a. Perilaku dalam bentuk Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini setelah orang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pascaindera
manusia, yakni indera penglihatan,pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior).
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang
berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi.

Universitas Sumatera Utara

tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi yang
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi dini dapat
diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis ialah kemampuan seseorang untuk menjabarkan suatu materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan pada kemampuan seseorang untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sitesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

Universitas Sumatera Utara

berdasarkan criteria yang ditentukan sendiri atau menngunakan criteriakriteria yang telah ada.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden. (Notoatmodjo, 2003).
b. Perilaku dalam bentuk Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu,
yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak
senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).
Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap merupakan (reaksi
terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau
reaksi tertutup.
Sepertinya halnya pengetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu . :
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2. Menanggapi (responding)

Universitas Sumatera Utara

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap


pertanyaan atau objek yang dihadapi.
3. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif
terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain dan
bahkan mangajak atau mempengaruhi orang lain merespons.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Sikap paling tinggi tindakannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang
telah diyakininya.
Pengalaman sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat
dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata setuju
atau tidak setuju tehadap pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu.

c. Perilaku dalam bentuk Tindakan


Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

Universitas Sumatera Utara

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian


mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya
diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau
disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan.
Praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut
kualitasnya, yakni :
1. Praktik terpimpin (guided respons)
Apabila suatu subjek atau seseorang telah malakukan sesuatu tetapi masih
tergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan.
2. Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu
hal secara otomatis, maka disebut praktik atau tindakan mekanis.
3. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya,
apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitasatau mekanisme saja, tetapi sudah
dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberap jam, hari, atau
bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni
dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2005).

Universitas Sumatera Utara

2.8.3 Proses Adopsi Perilaku


Dari pengalaman dan penelitian, terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih baik dari perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Penelitian Rogers (!974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan
yaitu :
1. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
stimulus (objek) terlebih dahulu
2. Interest yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus
3. Evaluation yaitu menimbang-nimbang baik tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya
4. Trial yaitu orang yang telah mulai mencoba perlaku baru
5. Adoption yaitu subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2003)
2.8.4 Faktor-faktor Yang Memengaruhi Perilaku
Menurut Green bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama,
yaitu :
1. Faktor-faktor predisposisi (disposing factor), yaitu faktor yang mempermudah
atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan,
sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor-faktor yang


memungkinkan atau memfasilitasi terjadinya

perilaku atau tindakan

seseorang atau masyarakat.


3. Faktor-faktor penguat (reinforcing faktors), adalah faktor-faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.
2.8.5 Teori SOR
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan
perilaku tergantung kepada kualitas rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi
dengan organisme.
Hostland (1953) mengatakan bahwa perubahan perilaku pada hakikatnya
adalah

sama

dengan

proses

belajar.

Proses

perubahan

perilaku

tersebut

menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :


a. Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau
ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus
itu tidak efektif dalam mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti disini.
Tetapi apabila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari
individu dan stimulus tersebut efektif.
b. Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme (diterima) maka
ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan
untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

Universitas Sumatera Utara

d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka


stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan
perilaku).
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila
stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula.
Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan
harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini faktor
reinforcement memegang peranan penting.
2.9

Kerangka Konsep

Komunikasi persuasif
bidan

Pengetahuan

Sikap

Tindakan

Dari skema di atas dapat dilihat, responden yang mendapatkan stimulus dari
komunikasi persuasif bidan akan memengaruhi organisme tersebut. Apakah stimulus
ditolak atau diterima dapat diukur dari pengetahuan responden. Apabila stimulus
telah memengaruhi pengetahuan responden maka selanjutnya akan memengaruhi
sikap responden, maka akan muncul respon dari responden, yang dapat diukur dari
sikap responden terhadap objek.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai