Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan

Keputusan

Menteri

Kesehatan

RI

Nomor

812/Menkes/SK//VII/2007 tantangan yang kita hadapi pada di hari-hari kemudian


nyata sangat besar debgan melihat peningkatan jumlah pasien dengan penyakit
yang belum dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak salah satunya seperti
penyakit kanker, penyakit degeneratif, HIV/AIDS, penyakit kronik, dan lain-lain.
Namun saat ini, pelayanan kesehatan di Indonesia belum menyentuh kebutuhan
pasien dengan penyakit yang sulit disembuhkan tersebut, terutama pada stadium
lanjut dimana prioritas pelayanan tidak hanya pada penyembuhan tetapi juga
perawatan agar mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi pasien dan keluarganya.
Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami
berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan
aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka, kebutuhan pasien
pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan atau pengobatan gejala
fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan
spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai
perawatan paliatif. (Doyle & Macdonald, 2003 : 5)
Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien dalam kondisi
terminal yang akan segera meninggal. Namun konsep keperawatan baru paliatif
menekankan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik,
psikososial dan spiritual akan di atasi dengan baik. Perawatan paliatif adalah
pelayanan kesehatan yang bersikap holistik dan terintegrasi dengan melibatkan
berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan
perawatan terbaik sampai akhir hayatnya.(Doyle & Macdonald, 2003 :5)
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang bersifat progresif
dan irreversible. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga
menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah. Kerusakan ginjal

ini mengakibatkan masalah pada kemampuan dan kekuatan tubuh yang


menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh jadi mudah lelah dan lemas sehingga
kualitas hidup pasien menurun. (Brunner & Suddarth, 2001)
Mengapa pasien gagal ginjal stadium akhir dikaitkan dengan perawatan
paliatif, dikarenakan perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang
bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan
penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat
diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhdap keluarga yang
kehilangan/berduka (WHO, 2005). Perawatan paliatif ini diberikan untuk penderita
penyakit kronik dimulai pada saat didiagnosis sampai dengan akhir hayat pasien.
1.2 Pengertian
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahanbahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya.
Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang
terkandung,aksi reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit. (Wartonah, 2010)
Gangguan nutrisi disebut dengan istilah malnutrisi. Malnutrisi adalah
kekurangan gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan kebutuhan
energi tubuh.
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang persisten dan
irreversible. (Mansjoer, 2000)
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism
dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner and Suddarth, 2002).
Jadi, gangguan nutrisi yang diakibatkan oleh gagal ginjal kronik merupakan
penyakit yang sangat serius yang memerlukan perawatan paliatif. Perawatan paliatif
ini sangat penting untuk pasien terminal yang tujuannya untuk mengurangi nyeri
dan gejala-gejala fsik yang menganggunya. Gangguan nutrisi yang diakibatkan oleh

gagal ginjal ini biasanya ditandai dengan nafsu makan menurun, BAK sedikit dan
berat badan menurun.
1.3 Tujuan
Tujuan perawatan paliatif pada pasien gangguan nutrisi, yaitu :
1. Untuk mengetahui asuhan keperawatan paliatif pada pasien terminal dengan
gangguan nutrisi.
2. Untuk memberikan dukungan dan perhatian pada pasien terminal, sehingga
mereka bisa menikmati betul sisa hidup mereka.
1.4 Patofisiologi
Makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri salmonella typhosa masuk
melalui mulut terus sampai ke saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus,
kemudian melalui pembuluh limfe halus masuk ke dalam peredaran darah sampai di
organ-organ terutama hati dan limfe.
Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limfe, sehingga
organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Basil masuk ke dalam
darah dan menyebar ke seluruh tubuh terutama kelenjar limfoid di usus halus,
sehingga tukak berbentuk lonjong pada mukosanya, mengakibatkan perdarahan dan
perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh endotoxin. Infeksi terjadi pada
saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus. Melalui pembuluh limfe halus
masuk ke dalam peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati dan limfe,
sehingga organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan.
Kemudian basil masuk kembali ke dalam darah (bakteremia) dan menyebar ke
seluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid, usus halus menimbulkan plak
nyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala
demm disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan
disebabkan oleh kelainan pada usus.

Etiologi
Hipertensi

DN

Penurunan fungsi ginjal (sebagian nefron rusak)

Nefron yang sehat mengambil alih nefron yang


rusak
Peningkatan laju filtrasi, reabsorbsi dan sekresinya

Retensi urin

Reflux ke ginjal

MK : Nyeri

Penumpukan cairan di tubuh

Penekanan rongga
periteneum

Mual,
munta
h
Nafsu makan menurun

MK : Nutrisi kurang dari


kebutuhan

Edema

Penekanan SSP

Rentang gerak terganggu

SSP terganggu

Nyeri pada tungkai,


pegal, kesemutan

Kelemahan

Mk : Intoleransi
aktivitas

1.5 Asuhan Keperawatan Paliatif pada Pasien Terminal dengan Gangguan Nutrisi
Akibat Gagal Ginjal Kronik
A. Pengkajian
Bersifat holistik terdiri dari 4 dimensi :
1. Fisik
a. Status penampilan fisik (ADL)
b. Keluhan pasien dan gejala-gejala
c. Status nutrisi dan cairan (hidrasi)
d. Keamanan fisik
2. Psikologikal
a. Emosi
b. Kognisi
c. Mood (alam perasaan)
d. Ketakutan
e. Mimpi-mimpi yang menakutkan
3. Spiritual
Dimensi ini tak dapat diabaikan, inilah yang menjadikan dirinya sebagai
manusia :
a. Arti kehidupan dan kematian
b. Arti sebuah harapan
c. Kehilangan beragam
4. Sosial
a. Merasa sendiri
b. Keadaan ekonomi
c. Beban keluarga atau mengasuh
d. Dukungan kekerabatan
e. Lingkungan rumah dan pasien
f. Lingkungan komunitas dan masyarakat (dukungan kelompok budaya)

B. Analisa Data
Analisis data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya
berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan
pengetahuan, pengalaman, dan pengertian keperawatan. Dalam melakukan
analisis data, diperlukan kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan
data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat
kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan fisik kronis.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kehilangan nafsu makan.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan permukaan kulit.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
5. Gangguan konsep diri berhubungan dengan kurangnya percaya diri.

D. Intervensi Keperawatan

No

Nama

Diagnosa

Diagnosa keperawatan

Perencanaan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Setelah
dilakukan
asuhan 1. Kaji nyeri termasuk lokasi,
keperawatan selama x 24 jam

karakterisitik, durasi,

frekuensi dan kualitas nyeri

diharapkan

frekuensi dan kualitas nyeri.

memberikan gambaran

pasien

dapat

mengontrol nyeri dengan kriteria :

tentang persepsi nyeri

Melaporkan adanya nyeri.

Menggunakan non analgetik 2. Ajarkan teknik non

Nyeri berhubungan dengan


ketidakmampuan fisik kronis

Rasional
1. Lokasi, karakteristik durasi,

sesuai kebutuhan.
-

Melaporkan

nyeri

tersebut.
farmakologi.

sudah

2. Teknik non farmakologi


memberikan terapi agar
klien bisa menghilangkan

terkontrol.

ketegangan
3. Kolaborasi dengan dokter

3. Pemberian analgetik

dalam pemberian analagetik

alternatif kedua setelah

untuk mengurangi nyeri.

nonfarmalkologi tidak
efektif

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Setelah dilakukan asuhan

4. Tingkatkan istirahat.

4. Istirahat membuat klien

1. Kaji status nutrisi pasien :

merasa tenang.
1. Penurunan berat badan dapat

keperawatan selama ... x 24 jam

Penurunan berat badan,

menggambarkan kebutuhan

diharapkan pasien dapat

turgor kulit, kalori dan intake

nutrisi yang kurang dilihat

mempertahankan masukan nutrisi

nutrisi dan adanya edema.

dari turgor kulit, dan adanya

yang adekuat, dengan kriteria

2. Kaji adanya alergi makanan.

hasil :
-

Meningkatan berat badan


seperti yang diindikasikan

berhubungan dengan
kehilangan nafsu makan

oleh situasi individu.


-

Intake nutrien normal.

edema.
2. Makanan yang membuat

3. Kolaborasi dengan ahli gizi


jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan.
4. Berikan makan sedikit tapi
sering.
5. Berikan informasi tentang

alergi akan sulit dilakukan


intervensi selanjutnya.
3. Kolaborasi dengan ahli gizi
dapat memudahkan dalam
memberikan makanan.
4. Nutrisi klien terpenuhi.

kebutuhan nutrisi
5. Informasi tentang kebutuhan
nutrisi klien sangat penting
diketahui agar nutrisi klien
3

Setelah dilakukan keperawatan


Kerusakan integritas kulit
x 24 jam diharapkan tidak terjadi
berhubungan
dengan
gangguan permukaan kulit
kerusakan integritas kulit, dengan
kriteria hasil :
-

Kulit tidak kering.

1. Kaji terhadap ekstermitas


untuk warna, keringat, nadi,
tekstur, edema dan luka.
2. Monitor adanya kemerahan,
penyebab tekanan, adanya

dapat terus terpenuhi


1. Warna kulit yang pucat
adalah tanda bahwa sirkulasi
darah tidak optimal.
2. Dengan adanya penekanan
yang lama dan menyebabkan
8

Hiperpigmentasi berkurang

Warna dan tekstur dalam


rentang yang diharapkan.

Bebas dari lesi dan kulit

infeksi, temeratur kulit.

kemerahan adalah tanda


bahwa kulit tersebut sudah

3. Monitor mobilitas dan


aktifitas pasien.

utuh.

rusak.
3. Mobilitas dan aktifitas pasien
sangat penting dalam

4. Mobilisasi pasien minimal


setiap 2 jam sekali.
5. Annjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang
longgar.

kesehatan pasien khsusnya


sirkulasi darah.
4. Mobilisasi yang sering dapat
mengurangi terjadinya
dekubitus.
5. Pakaian yang longgar
membuat nyaman klien juga
kulit leluasan untuk

Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan
kelemahan fisik.

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan x 24 jam
diharapkan dapat berpartisipasi
dalam aktivitas yang dapat
ditoleransi, dengan kriteria hasil :
-

Dapat berpartisipasi dalam


aktivitas perawatan mandiri

1. Kaji faktor yang


menimbulkan keletihan.
2. Tingkatkan kemandirian
dalam aktivitas perawatan diri
yang dapat ditoleransi, bantu
jika keletihan terjadi.
3. Anjurkan aktivitas alternatif

bernapas.
1. Menyediakan informasi
tentang indikasi tingkat
keletihan.
2. Meningkatkan aktivitas
ringan / sedang dan
memperbaiki harga diri.

yang dipilih.

sambal istirahat.

3. Mendorong latihan dan


aktivitas dalam batas-batas
yang dapat ditoleransi dan

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan x 24 jam

persepsi dan hubungan

individual dalam menyusun

diharapkan pasien mampu

dengan derajat

rencana perawatan atau

mengembangkan koping yang

ketidakmampuan.

pemilihan intervensi.

positif, dengan kriteria hasil :


Gangguan konsep diri
5

berhubungan dengan
kurangnya percaya diri.

istirahat yang adekuat.


1. Kaji perubahan dari gangguan 1. Menentukan bantuan

Pasien kooperatif pada setiap

2. Anjurkan klien untuk


mengekspresikan perasaan.

intervensi keperawatan.
-

Mampu menyatakan
penerimaan diri terhadap
komunikasi.

2. Menunjukkan penerimaan
dan membantu pasien untuk
mengenal dan mulai

3. Bantu dan anjurkan


perawatan yang baik dan
memperbaiki kebiasaan.

menyesuaikan dengan
perasaan tersebut.
3. Membantu meningkatkan
perasaan harga diri dan
mengontrol lebih dari satu
area kehidupan.

10

E. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapo ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam potter & Perry, 1997)
F. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah suatu aktivitas yang direncanakan terus
menerus, aktivitas yang disengaja dimana klie, keluarga dan perawat serta
tenaga kesehatan profesional lainnya (Wlikinson, 2007)

11

Anda mungkin juga menyukai