Tahapan see pada siklus 1 dan 2 lesson study terlaksana dengan baik yaitu
dengan persentase sebesar 88,2%. Pada siklus tiga hingga delapan persentase
keterlaksanaannya adalah 94,1% yang berarti ada peningkatan sebesar 5,6% dari
siklus sebelumnya. Pada siklus sembilan hingga siklus terakhir, persentase
keterlaksanaan tahap see adalah sebesar 100% yang termasuk dalam kategori
terlaksana dengan sangat baik. Diagram keterlaksanaan tahap see dapat dilihat
pada Gambar 3.
bersama dalam kegiatan refleksi/see dalam kegiatan lesson study. Guru model
sudah menerapkan metode, strategi, maupun media pembelajaran yang bervariasi
untuk memfasilitasi belajar siswa. Siswa yang menimbulkan suasana kegiatan
pembelajaran tidak kondusif langsung mendapatkan tindakan dari guru model
dengan memberikan teguran, nasehat, hukuman seperti menunjuk siswa untuk
menjelaskan kembali materi yang sudah dibahas agar siswa terlibat secara aktif
dalam kegiatan pembelajaran. Guru juga melakukan pendekatan proses kelompok
dengan cara membentuk kelompok yang heterogen baik dari segi kemampuan
akademis maupun karakteristik siswa. Data kemampuan pengelolaan kelas yang
dilakukan oleh guru model dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Persentase Kemampuan Pengelolaan Kelas XI IA 4
Pertemuan
Ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
Rerata
77,5
78,4
81,4
78,6
87,5
84,3
91,1
91,7
94,1
Rerata
78,4
80,9
82,0
85,8
88,1
87,1
94,1
95,8
ketuntasan belajar klasikal berdasarkan hasil ulangan harian yang kedua yaitu
sebesar 88,37% yang berarti bahwa ketuntasan belajar klasikal terpenuhi dan
pembelajaran berlangsung efektif. Ringkasan persentase hasil belajar kognitif
siswa kelas XI IA 4 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas XI IA4
No
Keterangan
Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal
Sistem Ekskresi
Sistem Koordinasi
1
Post Test 1
42,5
80,5
2
Post Test 2
79,1
86,0
3
Post Test 3
80,5
88,4
4
Post Test 4
88,4
93,0
5
Ulangan Harian 1
86,0
88,4
PEMBAHASAN
Keterlaksanaan Lesson Study
Pada pelaksanaan lesson study, guru tidak hanya meneliti dengan jalan
memberikan perlakuan kemudian mengamati bagaimana dampaknya terhadap
siswa, melainkan ingin mengubah proses pembelajaran menjadi proses
pembelajaran yang efektif, dengan jalan mengamati dan mengumpulkan data,
kemudian melihat bagaimana dampaknya, dan selanjutnya merevisi rencana
pembelajaran itu untuk dilakukan pengkajian lagi (Syamsuri, 2008).
Keterlaksanaan tahap plan pada awal-awal siklus memang belum sempurna
karena masih belum terbiasa sehingga belum terlaksana dengan baik. Tahapan
yang tidak terlaksana ini pada awal tahap plan masih luput dari diskusi para
observer dan guru model. Hal ini disebabkan karena perlu adanya keterbiasaan
dan komunikasi yang baik antar anggota tim lesson study dalam melaksanakan
berbagai tahapan dalam lesson study sehingga tahap plan ini dapat terlaksana
dengan sangat baik. Tahap plan ini sangat membantu guru model untuk
merancang secara kolaboratif kegiatan pembelajaran yaitu dengan merancang
metode, media, tujuan pembelajaran, maupun LKS yang tersusun pada rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Tahap do yang dilaksanakan di kelas XI IA 4 dan XI IA 5 SMA Negeri 7
Malang ini mengalami peningkatan persentase keterlaksanaan setelah
melaksanakan beberapa kali open class. Pada siklus yang pertama hingga ke lima
terus mengalami peningkatan. Pada siklus keenam sedikit mengalami penurunan
yaitu menjadi 89,5%. Hal ini merupakan hal yang cukup wajar karena dalam
pelaksanaan pembelajaran tentu ada saja kekurangan sehingga kita harus tetap
belajar secara berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan falsafah dari lesson study yaitu
belajar. Jadi, dalam melaksanakan kegiatan lesson study kita harus terus belajar
dengan berbagai kenyataan yang ada untuk melakukan kegiatan belajar
selanjutnya yang lebih baik. Pada siklus selanjutnya yaitu siklus 7 hingga 17
mengalami peningkatan kembali karena guru model maupun observer sudah
terbiasa dan mengalami peningkatan dalam melaksanakan tahap do.
Keterlaksanaan tahap see juga mengalami peningkatan dari siklus satu ke siklus
selanjutnya. Manfaat perencanan pembelajaran yang dilakukan berdasarkan hasil
refleksi (see) pada kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan sangat
bermanfaat bagi guru model dalam menuyusun kegiatan pembelajaran yang lebih
aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan bagi siswa. Perencanaan
pembelajaran yang lebih baik tentu saja juga bermanfaat bagi siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas di kelas XI IA 4 pada pertemuan pertama hingga ketiga
mengalami peningkatan yaitu mulai dari 77,5%, 78,4%, hingga 81,4%. Pada
pertemuan keempat mengalami sedikit penurunan yaitu menjadi 78,6%. Hal ini
dikarenakan adanya perpendekan waktu menjadi 20 menit untuk masing-masing
jam pelajaran. Perpendekan waktu itu cukup mempengaruhi guru model dalam
mengelola kelas karena jam pelajaran dilakukan pada siang menjelang sore hari
sehingga sangat mempengaruhi kondisi fisik siswa yang cenderung mengantuk.
Pada kegiatan pembelajaran selanjutnya terus mengalami peningkatan persentase
kemampuan pengelolaan kelas hingga pada siklus 9 persentasenya menjadi
94,1%. Persentase kemampuan pengelolaan kelas di kelas XI IA 5 mengalami
peningkatan sedikit demi sedikit hingga mencapai 95,8%. Pengelolaan kelas XI
IA 5 relatif lebih mudah daripada di kelas XI IA 4 karena siswa kelas XI IA 5
lebih kondusif dan lebih mudah dikendalikan karena karakteristik siswanya
berbeda. Peningkatan kemampuan pengelolaan kelas ini tidak lain merupakan
hasil kegiatan refleksi secara berkelanjutan pada tahap see dalam lesson study.
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa
kendala yang dihadapi peneliti dalam mengelola kelas. Kendala yang dihadapi
dalam penelitian di antaranya yaitu 1) ada siswa yang mengganggu kegiatan
kelompok, dengan anggapan bahwa proses belajar mengajar yang efektif dan
efisien berlangsung dalam konteks kelompok. Melalui pendekatan proses
kelompok ini, pengalaman belajar siswa didapat dari kegiatan kelompok di mana
dalam kelompok terdapat norma-norma yang harus diikuti oleh anggotanya,
terdapat tujuan yang ingin dicapai, adanya hubungan timbal balik antar anggota
kelompok untuk mencapai tujuan, serta memelihara kelompok yang produktif.
Kendala pengelolaan kelas yang keempat yaitu anggapan siswa bahwa
pelajaran biologi itu sulit. Asumsi siswa itu akan mempengaruhi psikologis siswa
sehingga siswa enggan untuk belajar biologi, padahal pelajaran biologi itu sangat
menyenangkan dan objek yang dipelajari pun dekat dengan apa yang ada di
sekitar kita. Jika siswa sudah menganggap sulit dalam belajar biologi maka siswa
menjadi malas belajar dan akan mempengaruhi hasil belajarnya. Dalam mengatasi
hal tersebut, guru mengupayakan untuk merancang kegiatan pembelajaran dengan
metode yang bervariasi, menyenangkan, dan mempermudah siswa untuk belajar.
Guru juga selalu menyajikan berbagai media yang menarik berupa video, torso,
maupun gambar-gambar lainnya yang menarik bagi siswa.
Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru itu merupakan suatu upaya
untuk menjaga kondisi belajar tetap optimal sehingga siswa dapat belajar dengan
nyaman. Perencanaan yang dilakukan secara kolaboratif semakin memperkaya
variasi metode maupun media yang digunakan karena sudah didiskusikan dengan
para observer sehingga pembelajaran menjadi lebih kreatif dan inovatif.
Perencanaan yang matang akan mempengaruhi pelaksanaan kegiatan
pembelajarannya. Seorang guru tidak hanya dituntut untuk mengajar saja yaitu
menyampaikan materi saja tanpa memperdulikan bagaimana siswa belajar. Pada
hakikatnya guru bertindak sebagai fasilitator belajar bagi siswa sehingga guru
harus mengupayakan agar semua siswa belajar secara optimal. Usman (2005)
dalam Jatmikaningsari (2010:42) menyatakan bahwa pengelolaan kelas yang
efektif merupakan syarat bagi pembelajaran yang efektif.
Pembelajaran yang Efektif
Pembelajaran yang efektif dalam penelitian ini dilihat dari hasil belajar
siswa. Berdasarkan hasil belajar kognitif siswa pada penelitian yang telah
dilakukan dapat diketahui bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa seiring
dengan peningkatan kemampuan pengelolaan kelas oleh guru model dan juga
pelaksanaan lesson study. Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika ketuntasan
belajar klasikalnya 85%.
Ketuntasan belajar klasikal di kelas XI IA 4 pada materi sistem ekskresi
pada pertemuan pertama ketuntasan belajar klasikalnya hanya 42,5%. Rendahnya
persentase ketuntasan belajar siswa itu karena pada kegiatan pembelajaran,
kelompok praktikum masih belum heterogen sehingga kegiatan pembelajaran
masih kurang kondusif dan siswa tidak fokus dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Siswa menjadi tidak dapat belajar dengan baik dan berdampak pada
skor post test yang diperoleh siswa. Pada saat siklus lesson study yang pertama
itu, guru model juga masih belajar dan belum terbiasa dalam mengontrol siswa
sehingga pendekatan pengelolaan kelas terutama pendekatan proses kelompok
masih belum terlaksana dengan baik.
Ketuntasan belajar klasikal pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga
masih <85% sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran belum berlangsung
Saran
Penerapan lesson study ini sebaiknya dilaksanakan oleh mahasiswa
Universitas Negeri Malang selama kegiatan PPL karena dapat mengasah
kemampuan mahasiswa calon guru untuk dapat mengelola kelas dengan baik
bersama dengan tim PPL agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan
baik dan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Kemampuan pengelolaan kelas sebaiknya terus diasah dan guru terus
belajar sepanjang hayat karena situasi pembelajaran selalu berubah-ubah sehingga
membutuhkan kemampuan pengelolaan kelas yang memadai agar pembelajaran
dapat berjalan kondusif dan hak belajar siswa terpenuhi. Pendekatan pembelajaran
kontekstual dengan berbagai variasi metode maupun media perlu diterapkan agar
tercipta pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
DAFTAR RUJUKAN
Djamarah, S.B & Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Herlina. 2007. Pengaruh Pengelolaan Kelas Terhadap Hasil Belajar Biologi
Siswa. (Online), dalam ProQuest
(http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4004.pdf) diakses tanggal 10Mei
2012.
Ibrohim. 2011. PPL Berbasis Lesson Study: Sebagai Pola Alternatif untuk
Meningkatkan Efektivitas Praktik Pengalaman Mengajar Mahasiswa Calon
Guru. Malang: FMIPA UM.
Jatmikaningsari, Raberty, Hary. 2010. Upaya Pengelolaan Kelas yang Efektif
Oleh Guru Praktikan Bidang Studi Sejarah: Studi Kasus di SMPNegeri 4
Kepanjen. Skripsi. Tidak diterbitkan. Malang. FIS UM.
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Soetopo, H. 2005. Pendidikan dan Pembelajaran: Teori, Permasalahan, dan
Praktek. Malang: UMM Press.
Susanto, P. 2010. Buku Petunjuk Teknis Praktik Pengalaman Lapangan Bidang
Studi Pendidikan Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Susilo, H., Chotimah, H., Sari, Y.D. 2011. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru.Malang:
Bayumedia Publishing.
Syamsuri, I. & Ibrohim. 2008. Lesson Study (Studi Pembelajaran). Malang:
FMIPA UM.