Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS PENGELOLAAN KELAS DENGAN PENDEKATAN

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MELALUI LESSON STUDY DALAM


MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF OLEH CALON
GURU BIOLOGI DI SMA NEGERI 7 MALANG
(1) Dwi Nur Allen,
(2) Herawati Susilo, dan (3) Nugrahaningsih
Universitas Negeri Malang
E-mail: dwinurallen@yahoo.com
Abstrak: Kemampuan pengelolaan

kelas dengan berbagai pendekatan


diperlukan seorang guru agar tercipta pembelajaran yang sesuai dengan
PAIKEM. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan
kelas dengan pendekatan kontekstual agar pembelajaran biologi kelas XI IA 4
dan XI IA 5 di SMA Negeri 7 Malang berlangsung efektif. Pengelolaan kelas
oleh guru dapat ditingkatkan melalui kegiatan lesson study sehingga berdampak
positif bagi pembelajaran yang efektif. Data diperoleh melalui lembar observasi
dan lembar penilaian yang diisi oleh observer serta tes kognitif siswa. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan keterlaksanaan lesson study mengalami peningkatan,
yaitu tahap plan 94,9%, tahap do 96,2% dan tahap see 96,5%. Persentase
kemampuan pengelolaan kelas XI IA 4 sebesar 94,1% dan di kelas XI IA 5
sebesar 95,8%. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa di kelas XI IA 4 dan XI
IA 5 secara berurutan yaitu 93% dan 88,1% yang berarti bahwa kegiatan
pembelajaran berlangsung efektif. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
kemampuan pengelolaan kelas yang baik dapat mewujudkan kegiatan
pembelajaran yang efektif.
Kata kunci: pengelolaan kelas, lesson study, pendekatan pembelajaran
kontekstual, pembelajaran yang efektif.

Pelaksanaan pembelajaran berkaitan erat dengan peran seorang guru


dalam hal pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas tidak hanya berarti mengatur
tempat belajar dan sarana belajar siswa tetapi memiliki makna bagaimana guru
merencanakan, mengatur, melakukan berbagai kegiatan di kelas, sehingga proses
belajar mengajar dapat berjalan dan berhasil dengan baik. Guru yang baik adalah
guru yang dapat mengelola kelas dengan baik. Dalam mewujudkan hal tersebut
guru harus melakukan kegiatan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan (PAIKEM).
Pada umumnya, jumlah siswa untuk masing-masing kelas masih terlalu
banyak yaitu mencapai 40 siswa. Siswa memiliki berbagai macam karakter
sehingga memungkinkan timbulnya kendala dalam kegiatan pembelajaran dan
menimbulkan kegiatan pembelajaran tidak efektif. Banyaknya jumlah siswa yang
ada di kelas, menyebabkan ada siswa yang masih belum diperhatikan hak
belajarnya. Penyebabnya adalah keterbatasan guru dalam mengontrol masingmasing siswa sehingga siswa kurang fokus belajar. Siswa yang kurang mendapat
perhatian akan mengalami kesulitan belajar dan berdampak pada hasil belajarnya.
Hasil belajar siswa dapat mencerminkan proses pembelajaran yang diterapkan.
Pengelolaan kelas dalam penelitian ini adalah upaya yang dilakukan oleh
guru meliputi kemampuan dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP), keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan


kondisi belajar yang optimal, dan kemampuan praktik mengajar dalam
menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Djamarah (2006)
menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah keterampilan guru dalam
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengendalikannya
bila terjadi gangguan dalam proses interaksi edukatif. Lebih lanjut Soetopo (2005)
menyampaikan bahwa keberhasilan guru juga dapat dilihat dari keberhasilan
dalam mencegah timbulnya perilaku siswa yang mengganggu jalannya proses
belajar mengajar, kondisi fisik belajar dan kemampuan mengelolanya.
Kesulitan siswa dalam belajar biologi dapat diatasi dengan menerapkan
pendekatan pembelajaran kontesktual. Melalui pendekatan pembelajaran ini,
maka siswa dapat mengaitkan antara materi dengan kkondisi nyata dalam
kehidupan sehari-hari siswa sehingga pembelajaran lebih bermakna dan siswa
tertarik dalam belajar biologi. Penerapan pendekatan kontekstual ini juga dapat
dilakukan dengan melakukan variasi strategi, media, maupun metode
pembelajaran sesuai dengan prinsip pelaksanaan pendekatan pembelajaran
kontekstual. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam pendekatan kontekstual yaitu
meliputi: constructivist (konstruktivisme), questioning (bertanya), inquiry
(menemukan), learning community (masyarakat belajar), modeling (pemodelan),
authentic assessment (penilaian sebenarnya), reflecting (refleksi) (Susanto, 2010).
Lewis (2002) dalam Ibrohim (2011) Lesson study merupakan suatu cara
yang efektif untuk meningkatkan kualitas mengajar guru dan aktivitas belajar
siswa. Lesson study merupakan studi pembelajaran yang dilakukan secara
kolaboratif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang sangat
memperhatikan hak siswa untuk belajar agar kegiatan pembelajaran berlangsung
secara efektif. Kegiatan lesson study diterapkan mulai dari tahap perencanaan
kegiatan pembelajaran (plan), pelaksanaan kegiatan pembelajaran (do), hingga
refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan (see). Hasil
pengamatan observer terhadap siswa yang masih belum dapat belajar dengan
baik, akan dibahas dan dicarikan alternatif solusi untuk mengatasinya.
Perencanaan kegiatan pembelajaran pada siklus berikutnya akan
mempertimbangkan hasil refleksi dari observer sehingga kegiatan pembelajaran
selanjutnya dapat berjalan lebih baik.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan dengan pendekatan
deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif
karena fokus masalah yang diteliti lebih banyak menyangkut proses kegiatan
pembelajan. Susilo (2011) menyatakan bahwa beberapa fenomena seperti anak
lamban belajar, hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan kelas, atau berbagai
kasus pengajaran di kelas sering kali tidak dapat tertangkap oleh model penelitian
formal. Salah satu jalan keluar yang dipilih oleh para ahli pendidikan untuk
mengatasinya yakni dengan model pendekatan kualitatif. Para ahli pendidikan
menganggap bahwa model pendekatan kualitatif lebih akomodatif untuk
pembelajaran di kelas. Salah satu penelitian kualitatif di bidang pendidikan ialah
penelitian tindakan.

Penelitian ini dilakukan di 2 kelas yaitu kelas XI IA 4 dan XI IA 5 SMA


Negeri 7 Malang. Materi yang digunakan yaitu sistem ekskresi dan sistem
koordinasi. Siklus lesson study dilakukan sebanyak 8 siklus untuk masing-masing
kelas dengan rincian 4 siklus materi sistem ekskresi dan 4 siklus untuk materi
sistem koordinasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik
observasi, dokumentasi, dan catatan lapangan. Instrumen yang digunakan yaitu
lembar observasi, lembar penilaian, dan soal tes. Data pembelajaran yang efektif
diperoleh dari ketuntasan belajar klasikal siswa yang diperoleh dari skor post test
di setiap akhir siklus lesson study dan ulangan harian sebanyak 2 kali.
Analisis data dilakukan secara induktif, yaitu dimulai dari pencarian faktafakta yang muncul di lapangan, mempelajari berbagai fenomena yang terjadi di
lapangan. Data berupa angka seperti kemampuan pengelolaan kelas dan
keterlaksanaan lesson study diubah dalam bentuk persentase kemudian
dideskripsikan sesuai dengan pedoman kategori keterlaksanaan lesson study dan
kemampuan pengelolaan kelas. Siswa dianggap tuntas belajar jika skornya
mencapai 75 dan pembelajaran berlangsung efektif jika persentase ketuntasan
belajar siswa mencapai 85.
HASIL
Penelitian ini dilakukan dengan berbagai tahapan yaitu plan, do, dan see
pada setiap pembelajaran. Keterlaksanaan lesson study dan kemampuan
pengelolaan kelas mengalami peningkatan secara bertahap.
Keterlaksanaan Lesson Study
Persentase keterlaksanaan tahap plan, do, dan see mengalami peningkatan.
Tahap plan pada siklus 1 persentase keterlaksanaanya sebesar 78,6% yang berarti
terlaksana dengan baik. Pada tahap plan siklus 1 ini ada beberapa hal yang belum
terlaksana yaitu mengidentifikasi permasalahan dalam mata pelajaran, tujuan
pembelajaran, dan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran. Tahap plan
pada siklus 2 persentase keterlaksanaannya 85,7% . Pada siklus 3-9 mengalami
peningkatan sebesar 7,09%. Pelaksanaan tahap plan pada siklus 10-17 juga
mengalami peningkatan sebesar 7,2% sehingga peresntase keterlaksanaan tahap
plan ini adalah 100% yang termasuk kategori terlaksana dengan sangat baik.
Diagram keterlaksanaan tahap plan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Gambar Diagram Keterlaksanaan Tahap Plan dalam Lesson Study.


Keterangan: S = Siklus

Persentase keterlaksanaan tahap do siklus 1 sebesar 89,5% karena ada


kegiatan yang belum terlaksana yaitu penyampaian tujuan pembelajaran,
pemberian apersepsi dalam pembelajaran, dan diskusi kelompok masih ada yang
belum berjalan lancar. Tahap do siklus 2 adalah 89,5% dan siklus tiga sampai lima

persentase keterlaksanaan tahap do yaitu 94,7%. Tahapan yang belum terlaksana


yaitu penyampaian tujuan pembelajaran dan penyampaian apersepsi pada kegiatan
pembelajaran. Siklus 6 persentase keterlaksanaan tahap do adalah 89,5%, siklus 7
dan 8 mengalami peningkatan sebesar 5,2% yaitu dengan persentase 94,7%. Pada
siklus 9 hingga siklus yang terakhir persentase keterlaksanaan tahap do adalah
sebesar 100% yang termasuk dalam kategori terlaksana dengan sangat baik.
Diagram keterlaksanaan tahap do dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Gambar Keterlaksanaan Tahap Do dalam Lesson Study


Keterangan: S = Siklus

Tahapan see pada siklus 1 dan 2 lesson study terlaksana dengan baik yaitu
dengan persentase sebesar 88,2%. Pada siklus tiga hingga delapan persentase
keterlaksanaannya adalah 94,1% yang berarti ada peningkatan sebesar 5,6% dari
siklus sebelumnya. Pada siklus sembilan hingga siklus terakhir, persentase
keterlaksanaan tahap see adalah sebesar 100% yang termasuk dalam kategori
terlaksana dengan sangat baik. Diagram keterlaksanaan tahap see dapat dilihat
pada Gambar 3.

Gambar 3. Gambar Diagram Keterlaksanaan Tahap See dalam Lesson Study


Keterangan: S = Siklus

Kemampuan Pengelolaan Kelas


Pengelolaan kelas di kelas XI IA 4 pada pertemuan pertama persentasenya
sebesar 77,48%. Suasana kelas masih kurang kondusif karena kelompok masih
belum heterogen. Persentase kemampuan pengelolaan kelas pertemuan 2 yaitu
78,43% dan pertemuan ketiga sebesar 81,43%. Persentase kemampuan
pengelolaan kelas mengalami peningkatan hingga pada pertemuan terakhir yaitu
94,1%. Kemampuan pengelolaan kelas di kelas XI IA 5 juga mengalami
peningkatan. Peningkatan ini sebagai wujud dari perbaikan kegiatan pembelajaran
dan upaya pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru model dan dibahas

bersama dalam kegiatan refleksi/see dalam kegiatan lesson study. Guru model
sudah menerapkan metode, strategi, maupun media pembelajaran yang bervariasi
untuk memfasilitasi belajar siswa. Siswa yang menimbulkan suasana kegiatan
pembelajaran tidak kondusif langsung mendapatkan tindakan dari guru model
dengan memberikan teguran, nasehat, hukuman seperti menunjuk siswa untuk
menjelaskan kembali materi yang sudah dibahas agar siswa terlibat secara aktif
dalam kegiatan pembelajaran. Guru juga melakukan pendekatan proses kelompok
dengan cara membentuk kelompok yang heterogen baik dari segi kemampuan
akademis maupun karakteristik siswa. Data kemampuan pengelolaan kelas yang
dilakukan oleh guru model dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Persentase Kemampuan Pengelolaan Kelas XI IA 4
Pertemuan
Ke1
2
3
4
5
6
7
8
9

Persentase Kemampuan Pengelolaan Kelas


Observer 1
Observer 2
Observer 3
Observer 4
76,5
77,3
78,8
77,3
77,3
80,3
78,8
77,3
85,6
78,03
81,8
80,3
83,3
77,3
77,3
76,5
93,1
87,1
83,3
86,4
86,4
84,8
82,6
83,3
86,4
92,4
93,9
91,7
89,4
92,4
93,9
90,9
90,9
95,4
96,2
93,9

Tabel 2. Persentase Kemampuan Pengelolaan Kelas XI IA 5


Persentase Kemampuan Pengelolaan Kelas
Pertemuan
KeObserver 1
Observer 2
Observer 3
Observer 4
1
77,3
78,8
80,3
77,3
2
81,8
80,3
81,8
79,5
3
82,6
80,3
86,4
78,8
4
87,9
81,8
90,2
83,3
5
89,4
83,3
91,7
87,9
6
88,6
81,8
88,6
89,4
7
90,2
95,4
97,0
93,9
8
93,9
97,7
96,2
95,4

Rerata
77,5
78,4
81,4
78,6
87,5
84,3
91,1
91,7
94,1

Rerata
78,4
80,9
82,0
85,8
88,1
87,1
94,1
95,8

Hasil Belajar Kognitif Siswa


Hasil belajar klasikal siswa pada materi sistem ekskresi siklus lesson
study pertama, ketuntasan belajar siswa hanya 42,5%. Ketuntasan belajar siswa
pada post test kedua, dan ketiga mengalami peningkatan dengan persentase
secara berturut-turut yaitu 79,06%, 80,5%, sedangkan pertemuan keempat
persentasenya 7,89%. Hasil ulangan hariannya menunjukkan bahwa ketuntasan
belajar secara klasikal mencapai 86,04% yang berarti bahwa kegiatan
pembelajaran sudah berjalan secara efektif. Pada materi sistem koordinasi,
persentase ketuntasan belajar klasikal post test yang pertama yaitu 80,48%. Pada
post test yang kedua justru mengalami peningkatan yaitu sebesar 5,56%.
Ketuntasan belajar klasikal pada post test yang ketiga mengalami peningkatan
kembali yaitu dengan persentase 88,37%. Pada post test yang terakhir yaitu
keempat, persentase ketuntasan belajar klasikalnya 93,02% yang berarti
mengalami peningkatan dari post test sebelumnya yaitu sebesar 4,64%. Persentase

ketuntasan belajar klasikal berdasarkan hasil ulangan harian yang kedua yaitu
sebesar 88,37% yang berarti bahwa ketuntasan belajar klasikal terpenuhi dan
pembelajaran berlangsung efektif. Ringkasan persentase hasil belajar kognitif
siswa kelas XI IA 4 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas XI IA4
No
Keterangan
Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal
Sistem Ekskresi
Sistem Koordinasi
1
Post Test 1
42,5
80,5
2
Post Test 2
79,1
86,0
3
Post Test 3
80,5
88,4
4
Post Test 4
88,4
93,0
5
Ulangan Harian 1
86,0
88,4

Hasil belajar siswa kelas XI IA 5 pada kegiatan post test pertama,


ketuntasan belajar klasikalnya 80,48%, sedangkan pada post test yang kedua
85,71% dan menunjukkan adanya peningkatan sebesar 5,2%. Ketuntasan belajar
klasikal pada post test yang ketiga dan keempat secara berturut-turut mencapai
92,85% dan 95,23%. Jika dilihat kedua persentase ketuntasan belajar klasikal
tersebut termasuk kategori sangat baik dan dapat dikatakan bahwa pembelajaran
berlangsung secara efektif karena ketuntasan belajar klasikal siswa kelas XI IA 5
pada materi sistem ekskresi sudah mencapai 85%. Pada materi sistem
koordinasi, ketuntasan belajar klasikal siswa 92,5% pada post test yang pertama
dan 80,48% pada post test yang kedua. Jika dibandingkan, maka ada penurunan
sebesar 12,02%. Pada post test yang ketiga sudah mengalami peningkatan lagi
yaitu dengan persentase 83,33%. Pada pertemuan keempat, persentase ketuntasan
belajar klasikal siswa mengalami peningkatan yaitu 4,75% dengan persentase
88,09%. Persentase ketuntasan belajar siswa berdasarkan hasil ulangan harian
siswa mencapai 90,47% yang berarti bahwa kegiatan pembelajaran berlangsung
secara efektif. Ringkasan persentase hasil belajar kognitif siswa kelas XI IA 5
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas XI IA 5
No
Keterangan
Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal
Sistem Ekskresi
Sistem Koordinasi
1
Post Test 1
80,5
92,5
2
Post Test 2
85,7
80,5
3
Post Test 3
92,9
83,3
4
Post Test 4
95,2
88,1
5
Ulangan Harian 1
88,1
90,5

PEMBAHASAN
Keterlaksanaan Lesson Study
Pada pelaksanaan lesson study, guru tidak hanya meneliti dengan jalan
memberikan perlakuan kemudian mengamati bagaimana dampaknya terhadap
siswa, melainkan ingin mengubah proses pembelajaran menjadi proses
pembelajaran yang efektif, dengan jalan mengamati dan mengumpulkan data,
kemudian melihat bagaimana dampaknya, dan selanjutnya merevisi rencana
pembelajaran itu untuk dilakukan pengkajian lagi (Syamsuri, 2008).
Keterlaksanaan tahap plan pada awal-awal siklus memang belum sempurna

karena masih belum terbiasa sehingga belum terlaksana dengan baik. Tahapan
yang tidak terlaksana ini pada awal tahap plan masih luput dari diskusi para
observer dan guru model. Hal ini disebabkan karena perlu adanya keterbiasaan
dan komunikasi yang baik antar anggota tim lesson study dalam melaksanakan
berbagai tahapan dalam lesson study sehingga tahap plan ini dapat terlaksana
dengan sangat baik. Tahap plan ini sangat membantu guru model untuk
merancang secara kolaboratif kegiatan pembelajaran yaitu dengan merancang
metode, media, tujuan pembelajaran, maupun LKS yang tersusun pada rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Tahap do yang dilaksanakan di kelas XI IA 4 dan XI IA 5 SMA Negeri 7
Malang ini mengalami peningkatan persentase keterlaksanaan setelah
melaksanakan beberapa kali open class. Pada siklus yang pertama hingga ke lima
terus mengalami peningkatan. Pada siklus keenam sedikit mengalami penurunan
yaitu menjadi 89,5%. Hal ini merupakan hal yang cukup wajar karena dalam
pelaksanaan pembelajaran tentu ada saja kekurangan sehingga kita harus tetap
belajar secara berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan falsafah dari lesson study yaitu
belajar. Jadi, dalam melaksanakan kegiatan lesson study kita harus terus belajar
dengan berbagai kenyataan yang ada untuk melakukan kegiatan belajar
selanjutnya yang lebih baik. Pada siklus selanjutnya yaitu siklus 7 hingga 17
mengalami peningkatan kembali karena guru model maupun observer sudah
terbiasa dan mengalami peningkatan dalam melaksanakan tahap do.
Keterlaksanaan tahap see juga mengalami peningkatan dari siklus satu ke siklus
selanjutnya. Manfaat perencanan pembelajaran yang dilakukan berdasarkan hasil
refleksi (see) pada kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan sangat
bermanfaat bagi guru model dalam menuyusun kegiatan pembelajaran yang lebih
aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan bagi siswa. Perencanaan
pembelajaran yang lebih baik tentu saja juga bermanfaat bagi siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas di kelas XI IA 4 pada pertemuan pertama hingga ketiga
mengalami peningkatan yaitu mulai dari 77,5%, 78,4%, hingga 81,4%. Pada
pertemuan keempat mengalami sedikit penurunan yaitu menjadi 78,6%. Hal ini
dikarenakan adanya perpendekan waktu menjadi 20 menit untuk masing-masing
jam pelajaran. Perpendekan waktu itu cukup mempengaruhi guru model dalam
mengelola kelas karena jam pelajaran dilakukan pada siang menjelang sore hari
sehingga sangat mempengaruhi kondisi fisik siswa yang cenderung mengantuk.
Pada kegiatan pembelajaran selanjutnya terus mengalami peningkatan persentase
kemampuan pengelolaan kelas hingga pada siklus 9 persentasenya menjadi
94,1%. Persentase kemampuan pengelolaan kelas di kelas XI IA 5 mengalami
peningkatan sedikit demi sedikit hingga mencapai 95,8%. Pengelolaan kelas XI
IA 5 relatif lebih mudah daripada di kelas XI IA 4 karena siswa kelas XI IA 5
lebih kondusif dan lebih mudah dikendalikan karena karakteristik siswanya
berbeda. Peningkatan kemampuan pengelolaan kelas ini tidak lain merupakan
hasil kegiatan refleksi secara berkelanjutan pada tahap see dalam lesson study.
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa
kendala yang dihadapi peneliti dalam mengelola kelas. Kendala yang dihadapi
dalam penelitian di antaranya yaitu 1) ada siswa yang mengganggu kegiatan

pembelajaran dengan berbagai tingkah lakunya, 2) jam pelajaran biologi


bertepatan di waktu siang hari, 3) ada kelompok yang masih kurang optimal
dalam belajar, 4) siswa menganggap pelajaran biologi sangat sulit. Kendala yang
pertama diatasi oleh guru model dengan melakukan berbagai pendekatan
pengelolaan kelas. Pendekatan pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru model
yaitu pendekatan pengubahan tingkah laku. Teknik yang dilakukan untuk
melakukan pendekatan ini yaitu dengan memberikan penguatan positif berupa
stimulus melalui pemberian pujian kepada siswa, menghafal nama siswa sehingga
siswa menjadi lebih dekat dengan guru dan siswa menjadi lebih bersemangat
untuk belajar. Peneliti menilai bahwa siswa memiliki kebanggaan tersendiri ketika
namanya diingat oleh guru. Teknik lain yang digunakan guru yaitu penghukuman
melalui pemberian teguran secara langsung sehingga perilaku yang menyimpang
segera terhenti dan tidak mengganggu kegiatan pembelajaran. Tindakan yang
telah diterapkan itu sesuai dengan pernyataan Rusman (2011) bahwa komponen
pengelolaan kelas yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan
pemeliharaan kondisi belajar yang optimal seperti memberikan perhatian, dan
menegur bila siswa melakukan tindakan yang menyimpang. Strategi yang dapat
digunakan untuk memelihara kondisi belajar yang optimal bisa dilakukan dengan
cara modifikasi tingkah laku yaitu dengan cara memberikan penguatan positif,
penghukuman, dan sebagainya.
Kendala pengelolaan kelas yang kedua yaitu jam pelajaran biologi yang
bertepatan di siang hari. Belajar di siang hari membuat kondisi siswa mengantuk
dan lapar. Tindakan yang dilakukan guru dalam mengatasi hal tersebut yaitu
dengan melakukan variasi metode yang dapat membuat siswa berperan secara
aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru juga menyajikan media-media yang
menarik bagi siswa, misalnya torso organ ekskresi, kartu-kartu, maupun gambargambar lainnya yang dapat membantu siswa untuk belajar secara optimal. Guru
juga menciptakan suasana pembelajaran yang fleksibel dalam arti suasana
pembelajaran tidak tegang, santai tetapi tetap serius dan fokus terhadap tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Dalam melakukan hal tersebut, biasanya guru
menyelingi dengan intermezo sehingga siswa tidak tegang dan rileks dalam
belajar. Guru juga sering menunjuk siswa yang terlihat kurang fokus dalam belajar
dengan cara memberikan pertanyaan maupun meminta untuk menjelaskan
kembali topik yang sedang dibahas.
Kendala pengelolaan kelas yang ketiga yaitu ada kelompok yang masih
kurang optimal dalam belajar. Dalam mengatasi hal tersebut, guru selalu
mengontrol masing-masing kelompok dengan cara mendatangi setiap kelompok
dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar. Guru juga memberikan
motivasi dan nasihat kepada siswa yang masih pasif dalam berdiskusi dengan
kelompoknya. Langkah yang yang dilakukan guru yaitu dengan cara membuat
kelompok belajar yang heterogen baik dari segi akademik maupun karakteristik
siswa. Jadi, siswa yang biasanya ramai dan sering membuat kekacauan tidak
dijadikan dalam satu kelompok. Sebaliknya, siswa yang cenderung pasif dan
pendiam dikelompokkan dengan siswa yang memiliki kemampuan komunikasi
yang baik, dan seterusnya. Pada saat diskusi klasikal, guru selalu memberikan
kesempatan kepada kelompok yang masih belum berjalan secara optimal ketika
berdiskusi. Tindakan ini sesuai dengan pendapat Herlina (2007:15) bahwa
pendekatan proses kelompok berangkat dari psikologi sosial dan dinamika

kelompok, dengan anggapan bahwa proses belajar mengajar yang efektif dan
efisien berlangsung dalam konteks kelompok. Melalui pendekatan proses
kelompok ini, pengalaman belajar siswa didapat dari kegiatan kelompok di mana
dalam kelompok terdapat norma-norma yang harus diikuti oleh anggotanya,
terdapat tujuan yang ingin dicapai, adanya hubungan timbal balik antar anggota
kelompok untuk mencapai tujuan, serta memelihara kelompok yang produktif.
Kendala pengelolaan kelas yang keempat yaitu anggapan siswa bahwa
pelajaran biologi itu sulit. Asumsi siswa itu akan mempengaruhi psikologis siswa
sehingga siswa enggan untuk belajar biologi, padahal pelajaran biologi itu sangat
menyenangkan dan objek yang dipelajari pun dekat dengan apa yang ada di
sekitar kita. Jika siswa sudah menganggap sulit dalam belajar biologi maka siswa
menjadi malas belajar dan akan mempengaruhi hasil belajarnya. Dalam mengatasi
hal tersebut, guru mengupayakan untuk merancang kegiatan pembelajaran dengan
metode yang bervariasi, menyenangkan, dan mempermudah siswa untuk belajar.
Guru juga selalu menyajikan berbagai media yang menarik berupa video, torso,
maupun gambar-gambar lainnya yang menarik bagi siswa.
Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru itu merupakan suatu upaya
untuk menjaga kondisi belajar tetap optimal sehingga siswa dapat belajar dengan
nyaman. Perencanaan yang dilakukan secara kolaboratif semakin memperkaya
variasi metode maupun media yang digunakan karena sudah didiskusikan dengan
para observer sehingga pembelajaran menjadi lebih kreatif dan inovatif.
Perencanaan yang matang akan mempengaruhi pelaksanaan kegiatan
pembelajarannya. Seorang guru tidak hanya dituntut untuk mengajar saja yaitu
menyampaikan materi saja tanpa memperdulikan bagaimana siswa belajar. Pada
hakikatnya guru bertindak sebagai fasilitator belajar bagi siswa sehingga guru
harus mengupayakan agar semua siswa belajar secara optimal. Usman (2005)
dalam Jatmikaningsari (2010:42) menyatakan bahwa pengelolaan kelas yang
efektif merupakan syarat bagi pembelajaran yang efektif.
Pembelajaran yang Efektif
Pembelajaran yang efektif dalam penelitian ini dilihat dari hasil belajar
siswa. Berdasarkan hasil belajar kognitif siswa pada penelitian yang telah
dilakukan dapat diketahui bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa seiring
dengan peningkatan kemampuan pengelolaan kelas oleh guru model dan juga
pelaksanaan lesson study. Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika ketuntasan
belajar klasikalnya 85%.
Ketuntasan belajar klasikal di kelas XI IA 4 pada materi sistem ekskresi
pada pertemuan pertama ketuntasan belajar klasikalnya hanya 42,5%. Rendahnya
persentase ketuntasan belajar siswa itu karena pada kegiatan pembelajaran,
kelompok praktikum masih belum heterogen sehingga kegiatan pembelajaran
masih kurang kondusif dan siswa tidak fokus dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Siswa menjadi tidak dapat belajar dengan baik dan berdampak pada
skor post test yang diperoleh siswa. Pada saat siklus lesson study yang pertama
itu, guru model juga masih belajar dan belum terbiasa dalam mengontrol siswa
sehingga pendekatan pengelolaan kelas terutama pendekatan proses kelompok
masih belum terlaksana dengan baik.
Ketuntasan belajar klasikal pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga
masih <85% sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran belum berlangsung

secara efektif. Faktor yang menyebabkan yaitu berkaitan dengan pelaksanaan


lesson study dan kemampuan pengelolaan kelas guru model. Pada saat itu, guru
model masih belajar memahami segala situasi, kondisi, dan cara mengahadapi
suatu kendala yang muncul selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru
model selalu dibantu oleh observer yang selalu mengamati segala aktivitas siswa.
Tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran itu selalu dilaporkan dalam
kegiatan see sehingga selalu ada perbaikan untuk kegiatan pembelajaran
selanjutnya karena setiap siswa memiliki hak untuk belajar. Berdasarkan hasil
refleksi/see itu kemudian dijadikan sebagai acuan kegiatan pembelajaran
selanjutnya.
Pelaksanaan tahapan lessson study yaitu plan, do, dan see sangat
membantu dalam meningkatkan kemampuan pengelolaan kelas guru yang juga
berdampak pada terwujudnya kegiatan pembelajaran yang efektif. Pembelajaran
yang menggunakan pendekatan kontekstual dengan berbagai metode yang
diterapkan dan media yang digunakan dapat membantu siswa untuk belajar dan
kegiatan pembelajaran berlangsung secara aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan. Pada dasarnya, kegiatan lesson study yang dilaksanakan dengan
baik mampu meningkatkan kemampuan guru dalam memfasilitasi siswa belajar
dan meningkatkan kemampuannya dalam mengelola kelas dengan baik.
Kemampuan guru dalam mengelola kelas yang baik mulai dari perencanaan
pembelajaran hingga pelaksanaan pembelajaran dapat menciptakan pembelajaran
yang efektif.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa pelaksanaan lesson
study dan kemampuan guru dalam mengelola kelas membutuhkan suatu proses.
Pada pertemuan pertama hingga ketiga, ketuntasan hasil belajar siswa masih
<85% yang menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran belum efektif. Pada
pertemuan selanjutnya sudah mengalami peningkatan dengan persentase
ketuntasan hasil belajar siswa di kelas XI IA 4 dan XI IA 5 secara berurutan yaitu
93% dan 88,1% yang berarti bahwa kegiatan pembelajaran berlangsung efektif.
Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa itu seiring dengan peningkatan
kemampuan pengelolaan kelas dan keterlaksanaan lesson study. Persentase
keterlaksanaan lesson study mengalami peningkatan, yaitu tahap plan 94,9%,
tahap do 96,2% dan tahap see 96,5%. Persentase kemampuan pengelolaan kelas
XI IA 4 sebesar 94,1% dan di kelas XI IA 5 sebesar 95,8%. Berdasarkan
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan lesson study dan pengelolaan
kelas yang baik dapat mewujudkan kegiatan pembelajaran yang efektif.
Keterlaksanaan lesson study yang meningkat juga bermanfaat untuk
meningkatkan kemampuan pengelolaan kelas dan pembelajaran yang efektif
karena kegiatan pembelajaran dirancang secara kolaboratif berdasarkan hasil
refleksi tahap see sehingga pembelajaran lebih inovatif.
Pengelolaan kelas dengan pendekatan pembelajaran kontekstual melalui
lesson study dapat mewujudkan pembelajaran yang efektif di SMA Negeri 7
Malang. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan persentase ketuntasan belajar
klasikal siswa yang mencapai 85% sehingga pembelajaran dapat dikatakan telah
berlangsung secara efektif.

Saran
Penerapan lesson study ini sebaiknya dilaksanakan oleh mahasiswa
Universitas Negeri Malang selama kegiatan PPL karena dapat mengasah
kemampuan mahasiswa calon guru untuk dapat mengelola kelas dengan baik
bersama dengan tim PPL agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan
baik dan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Kemampuan pengelolaan kelas sebaiknya terus diasah dan guru terus
belajar sepanjang hayat karena situasi pembelajaran selalu berubah-ubah sehingga
membutuhkan kemampuan pengelolaan kelas yang memadai agar pembelajaran
dapat berjalan kondusif dan hak belajar siswa terpenuhi. Pendekatan pembelajaran
kontekstual dengan berbagai variasi metode maupun media perlu diterapkan agar
tercipta pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
DAFTAR RUJUKAN
Djamarah, S.B & Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Herlina. 2007. Pengaruh Pengelolaan Kelas Terhadap Hasil Belajar Biologi
Siswa. (Online), dalam ProQuest
(http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4004.pdf) diakses tanggal 10Mei
2012.
Ibrohim. 2011. PPL Berbasis Lesson Study: Sebagai Pola Alternatif untuk
Meningkatkan Efektivitas Praktik Pengalaman Mengajar Mahasiswa Calon
Guru. Malang: FMIPA UM.
Jatmikaningsari, Raberty, Hary. 2010. Upaya Pengelolaan Kelas yang Efektif
Oleh Guru Praktikan Bidang Studi Sejarah: Studi Kasus di SMPNegeri 4
Kepanjen. Skripsi. Tidak diterbitkan. Malang. FIS UM.
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Soetopo, H. 2005. Pendidikan dan Pembelajaran: Teori, Permasalahan, dan
Praktek. Malang: UMM Press.
Susanto, P. 2010. Buku Petunjuk Teknis Praktik Pengalaman Lapangan Bidang
Studi Pendidikan Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Susilo, H., Chotimah, H., Sari, Y.D. 2011. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru.Malang:
Bayumedia Publishing.
Syamsuri, I. & Ibrohim. 2008. Lesson Study (Studi Pembelajaran). Malang:
FMIPA UM.

Anda mungkin juga menyukai