Anda di halaman 1dari 40

BRONKOPNEUMONI

A
Oleh :
Novita Anggun Permata Sari
Pembimbing :
dr. Subagyo, Sp.P

Presentasi Kasus
I. IDENTITAS
Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 78 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Kp. Pos Citayam bojong gede,
Bogor
Agama : Islam
Ruang Perawatan : Bangsal Melati

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Sesak nafas yang semakin

berat 1 hari SMRS


Keluhan Tambahan : Batuk yang dirasa pasien

sejak 1 minggu SMRS dahak sulit dikeluarkan,


demam tinggi, lesu, nafsu makan berkurang
sejak 1 minggu yang lalu

Riwayat Penyakit
sekarang
Pasien datang ke RSUD Pasar Rebo dengan keluhan

sesak nafas sejak7 hari SMRS yang dirasakan tiba-tiba


dan semakin memberat 1 hari SMRS. Sesaknapas
tidak berhubungan dengan aktivitas. Setelah batuk
terus menerus suara nafas berbunyi (mengi)
Pasien juga mengalami batuk sejak 1 minggu SMRS
dan dahak sulit untuk dikeluarkan
Pasien menyangkal adanya penurunan Berat badan,
batuk lama lebihdari 2 minggu, dan tidak ada keluar
keringat dingin malam. Pasien menyangkal pernah
mendapatkan terapi obat yang membuat air seni
menjadi merah.

Pasien juga mengalami demam sejak 1

minggu SMRS. Demam dirasakan mendadak


dan naik turun yang cukup tinggi, siang sama
dengan malam. Panas badan tidak disertai
penurunan kesadaran.

Buang air besar dan buang air kecil tidak ada

keluhan. Keluarga pasien mengatakan sudah


membawa pasien berobat ke klinik setempat
tapi belum ada perbaikan

Riwayat Penyakit Dahulu :


Keluhan sesak napas sebelumnya diakui dan
riwayat asma (+)
Riwayat penyakit jantung (+)
Riwayat batuk lama, DM, Hipertensi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga : keluhan batuk lama
di keluarga disangkal

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Status Gizi : Cukup. TB : 148 cm BB: 45 kg
Vital Sign
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Suhu : 36,3 C
- Nadi : 82 x/menit
- Pernafasan : 22x/menit

Kepala
Mata : Mata cekung (-/-), conjungtiva anemis

(-/-), sklera ikterik (-/-), palpebra udem (-/-),


reflek pupil (+) normal, isokor
Telinga : Discharge (-/-), deformitas (-/-)
Hidung : Discharge (-/-) warna putih jernih
atau bening, deformitas (-/-), deviasi septum
(-/-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor
(-)
Leher : KGB Tidak teraba membesar, JVP tidak
meningkat, pembesaran thyroid (-),

Thoraks
PULMO
Inspeksi : simetris (+), ketinggalan gerak (-), retraksi intercostae
melebar (-).
Palpasi : Ketinggalan gerak (-), vocal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+), Wheezing (-), ronkhi basah kasar (+/+)
JANTUNG
Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak.
Palpasi : Ictus kordis teraba di ICS V LMC Sinistra 2 cm ke medial
Perkusi : Batas kiri atas ICS II LSB
Batas kanan atas ICS II RSB
Batas kiri bawah ICS V LMC (S)
Batas kanan bawah ICS V RSB
Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler, bising (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : Datar, pulsasi epigastrium (-),

eversi umbilikalis (-), sikatrik(-), striae(-)


Auskultasi : peristaltik (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan epigastrik (+), nyeri
ketok ginjal (-)
defans musculer (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-), nyeri ketok costovertebra
(-/-)
Perkusi : Tympani diseluruh regio abdomen

Ekstremitas
Superior : Edema (-/-), hambatan gerak (-/-),

akral hangat (+/+)


Inferior : Edema (-/-), hambatan gerak (-/-),
akral hangat (+/+)

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Darah Lengkap
LED: 20
(<15mm/jam)
Hb : 11,8 gr/dl
Leukosit : 14.150
Eritrosit : 4,3 juta)
Trombosit : 562
ribu/ml (150 450 )
Ht : 35%

Hitung Jenis Lekosit


Eosinofil : 1 (2 4)
Basofil : 0 (0 - 1)
Batang : 0 (2 5)
Segmen : 91 (51
67)
Limfosit : 4 (20 35 )
Monosit : 4 (4 8)

Fungsi Hati
Protein total: 5,8 (6-8 mg/dl)
Albumin: 3,1(3,4-5,8 mg/dl)
Globulin: 2,7 (<2 mg/dl)
Bilirubin Total: 0,55 (0,1-1,0 mg/dl)
Bilirubin Direct: 0,33 (0-0,2 mg/dl)
Bilirubun Indirect: 0,22
Alkali fosfat: 112 (30-120 mg/dl)
Kimia Darah
Cholesterol total :162 (<200)
Trigliserida : 108
HDL: 60
LDL: 78
Asam Urat : 6,6

Glukosa Darah
GDS : 96gr/dl <200
BTA
1 BTA = 2 BTA = 3 BTA = -

RADIOLOGI

EKG

Foto Thorax
Hasil :
Besar cor normal
Corakan

bronkovaskuler
meningkat (kasar)
kanan dan kiri
Tampak bercakbercak infiltrat di
basis paru dextra dan
sinistra

DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja : 1)Bronkopneunomonia

dengan
sindrom obstruksi
2)Dispepsia
3) Gagal Jantung terkompensasi
Diagnosis Banding : 1. Bronchiolitis
2. TB Paru

PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam

PENATALAKSANAAN
Terapi Farmakologis:
Bed Rest
O2 2-4 liter/ menit sampai sesak hilang
Infus Ringer Asering per24jam
Inj. Ceftriaxone 2x1, Ranitidin 2x1, Cedantron
2x1, Cefotaxim, Ceftriaxon 1 x 2 gr
Oral : Digoksin 1x1, spirolakton 1x1, Simarc
1x1, Cedocard 5 mg, Azitromycin 1x500,
ulsafat 3x1 cth
Inhalasi : Combiven, Bisolvon, Nacl per 8 Jam

FOLLOW UP
14 Agustus 2012

S : sesak napas, batuk berdahak

O : KU : tampak sakit sedang


Kesadaran : CM
TD
: 110/70 mmHg
Nadi
: 88x/menit
RR : 28x/menit
Suhu : 38 C
Thoraks Depan
Hemithorak

Inspeksi : Tampak simetris, tidak ada


pergerakan tertinggal

Palpasi : Tidak Terdapat penurunan


fremitus vokal dan taktil pada paru
kanan

Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan


paru

Thoraks Belakang
Hemithorak kiri

Inspeksi : Dalam batas normal

Palpasi : Dalam batas normal

Perkusi : Sonor pada seluruh


lapangan paru

Auskultasi : Suara nafas


vesikuler, rh +/+, wheezing +/
+

A : Bronkopneumonia

15 Agustus 2012
S : sesak napas, batuk
berdahak
O : KU : tampak sakit
sedang
Kesadaran : CM
TD
: 110/70
mmHg
Nadi
: 75x/menit
RR : 35x/menit
Suhu : 37 C

16 Agustus 2012
S : sesak napas berkurang,
batuk berdahak berkurang
O : KU : tampak sakit
sedang
Kesadaran : CM
TD
: 110/70
mmHg
Nadi
: 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 37 C

TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN
Pneumonia infeksi akut mengakibatkan adanya

konsolidasi sebagian dari salah satu atau kedua paru


Bronkopneumonia gangguan pada sistem

pernafasan bentuk pneumonia yang terletak pada


alveoli paru
Bronkopneumonia >>bayi dan anak kecilrespon

imunitas belum berkembang dengan baik


bakteri sebagai penyebab tersering
bronkopneumonia pada bayi dan anak
Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus
influenzae

ANATOMI

Pneumonia berdasarkan anatomis dibagi


menjadi 3 yaitu :
1. Pneumonia Lobaris
2. Pneumonia Lobularis

(Bronkopneumonia)
3. Pneumonia Interstitialis (Bronkiolitis)

EPIDEMIOLOGI
Pneumococcus merupakan penyebab utama

pneumonia. Pneumococcus dengan serotipe 1


sampai 8 menyebabkan pneumonia pada
orang dewasa lebih dari 80%, sedangkan
pada anak ditemukan tipe 14, 1, 6 dan 9.
Angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia
kurang dari 4 tahun dan megurang dengan
meningkatnya
umur.
Pneumonia
lobaris
hampir selalu disebabkan oleh pneumococus,
ditemukan pada orang dewasa dan anak

DEFINISI
Bronchopneumonia adalah suatu infeksi

saluran pernafasan akut bagian bawah dari


parenkim paru yang melibatkan bronkus /
bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk
bercak-bercak yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri,
virus, jamur dan benda asing

ETIOLOGI
Virus
RSV (Respiratory

Syncytial Virus)
Virus influenza
Adenovirus
Virus sitomegalik

Bakteri
S. pneumoniae
Haemophylus influenzae
Streptococcus

haemolyticus
Mycoplasma
pneumoniae
Chlamydia
pneumoniae
Staphylococcus
aureus

Jamur
Histoplasma

capsulatum
Cryptococcus
neoformis
Blastomyces
dermalitides
Coccidiodes limmitis
Aspergylus
Candida albicans

Benda Asing
Aspirasi benda

korosene (bensin dan


minyak tanah)
Makanan

Bila penyebaran kuman sudah


mencapaialveolus maka komplikasi yang
terjad iadalah kolaps alveoli, fibrosis,
emfisema dan atelektasis
Inflamasi Broncus dan Alveoli dengan
ditandai oleh penumpukan sekret
Daya Tahan tubuh menurun + Faktor
Penyebab Bronchopneumonia masuk
kedalam saluran pernafasan

PATOFISIOLOGI

PATOGENESIS
1. kongesti

4.
Resolusi

IMUNITAS
MENURUN

3. Hepatisasi
Kelabu

2. Hepatisasi
Merah

AKIBAT VIRUS

VIRUS
>> RSV
Infeksi saluran pernapasan bawah >> musim

dingin RSV >>bayi


Manifestasi klinis:
Rinitis, batuk
Demam
Takipnea
Retraksi interkostal, subkostal, dan suprasternal
NCH, otot pernapasan tambahan
Infeksi berat sianosis

Diagnosis:
Ro infiltrat difus,

hiperinflasi
Prognosis
Penatalaksanaan:
Rawat inap
Oksigenasi
Amantadin oral
Ribavirin aerosol

Sembuh
Dewasa

batuk,pilek
Bayi bronkiolitis,
pneumonia fulminan
akut mematikan
( adenovirus)

AKIBAT BAKTERI

Patogenesis
Organisme aspirasi dr sal.napas atas/nasofaring

perifer paru proliferasi organisme & penyebaran ke


bag.paru edema reaktif, konsolidasi dareah paru.

Manifestasi Klinis
Di dahului oleh infeksi saluran napas bagian atas selama
Suhu 39 400 C dan mungkin disertai kejang demam yang

tinggi
Pada Anak megalami kegelisahan, kecemasan, dispnoe
pernapasan
Kerusakan pernapasan diwujudkan dalam bentuk napas
cepat dan dangkal, pernapasan cuping hidung, retraksi
pada daerah supraclavikular, ruang-ruang intercostal,
sianosis sekitar mulut dan hidung, kadang-kadang disertai
muntah dan diare
Pada awalnya batuk jarang ditemukan tetapi dapat
dijumpai pada perjalanan penyakit lebih lanjut, mula-mula
batuk kering kemudian menjadi produktif.

Pada

bronkopneumonia,
pemeriksaan
fisik
tergantung dari pada luas daerah yang terkena.
Pada perkusi toraks sering tidak ditemukan
kelainan. Pada auskultasi mungkin terdengar
ronki basah nyaring halus sedang.
Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu
(konfluens), pada perkusi terdengar keredupan
dan suara pernapasan pada auskultasi terdengar
mengeras. Pada stadium resolusi, ronki terdengar
kembali. Tanpa pengobatan penyembuhan dapat
terjadi sesudah 2 3 minggu

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
1. Gejala klinis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium dan gambaran
radiologis

Penatalaksanaan
1. Bed rest
2. Oksigen 1 2 L / menit
3. IVFD Dextrose 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1, ditambah

larutan KCL 10 mEq/500 ml botol infus. Jumlah cairan


sesuai berat badan, kenaikan suhu.
4. Antibiotik
5. Antipiretik
6. Mukolitik
7. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi
dengan salin normal dan beta agonis
8. Gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
(Arief Mansjoer, 2000)

DAFTAR PUSTAKA
1. Wibisono, Jusuf. Buku Aajar Ilmu Penyakit Paru. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair.

Surabaya. 2010
2. Djojodibroto, Darmanto. Respirologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 2010
3. Rani, A. Panduan Pelayanan Medik. Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. 2009
4. BTS Pleural Disease Guideline 2010 A Quick Reference Guide. British Thoracic Society Pleural
Disease Guideline Group: a sub-group of the British Thoracic Society Standards of Care Committee.
Available online at: http://www.brit-thoracic.org.uk/clinical-information/pleural-disease.aspx
5. Har iad i, S., Amin, M., Prad joko, I., et all. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru.Departemen Ilmu
Penyakit Paru ; FK UNAIR RSUD Dr Soetomo.
6. Dahlan, Z. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi 4. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. Jakarta: 2006. Hal: 964-71.
7. Robbins, S, dkk. Buku Ajar Patologi Edisi 7 Vol. 2. EGC. Jakarta: 2007. Hal 537-43.
8. Artawijaya, I gusti . Anatomi Paru-Paru. http://ajunkdoank.wordpress.com/ 2009/07 /14/ anatomiparu-paru. diakses pada tanggal 03 agustus
9. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003. Pneumonia komuniti, Pedoman Diagnosis &
Penatalaksanaan di Indonesia.
10. Yunus faisal, dll. Pneumonia komuniti. Dalam: IPDs CIM Compendium of Indonesian Medicine.
Edisi 1. MedInfocomm Indonesia. 2009
11. Wilson, L. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6 Vol. 2. EGC. Jakarta: 2006.
Hal: 796-814.Medicine). EGC: Jakarta. 2009. Hal 136-142.

Anda mungkin juga menyukai