Anda di halaman 1dari 8

Kajian Perencanaan Saluran Tresier dan Kuarter Irigasi Kecamatan Kampar

KAJIAN PERENCANAAN SALURAN TERSIER DAN KUARTER PADA DAERAH


IRIGASI RANAH SINGKUANG KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR
Sutopo
ABSTRAK
Tujuan utama dari penelitian ini adalah melakukan kajian perencanaan Saluran Tersier dan Saluran
Kuarter Daerah Irigasi Ranah Singkuang Kabupaten Kampar melalui variasi pola tanam. Daerah Irigasi
Ranah Singkuang denganluas fungsionalnya adalah 241.5 Ha.Pengolahan lahan pertanian di lokasi juga
hanya dilakukan dua kali dalam setahun dengan pola tanam Padi-Padi-Bera.
Metode penelitian yang digunakan adalah kriteria perencanaan irigasiyang diterbitkan oleh
Departemen Pekerjaan umum Republik Indonesia sebagai dasar penetapan dimensi Saluran Tersier dan
Saluran Kuarter pada Daerah Irigasi Ranah Singkuang Kabupaten Kampar untuk kebutuhan air irigasi.
Hasil utama dari penelitian dengan menetapkan empat alternatif awal pola tanam yang direncanakan
maka diperoleh nilai debit terbesar 1,381 lt/dt/ha dengan pola tanam Padi-Padi-Bera pada awal tanam Januari
periode I. Hasil analisadimensi saluran sekunder dan tersier bentuk trapezium pada Daerah Irigasi Ranah
Singkuang Kabupaten Kampar berturut-turut untuk lebar dasar saluran (b) 0.42 m dan 0.2 m,kedalaman air
di saluran (h) 0.42 m dan 0.2 m dan tinggi jagaan (w) 0.14 m dan 0.67 dan kemiringan dasar saluran (I) 1.8 x
10-4 dan 1.8 x 10-4 .
Kata kunci : perencanaan, kebutuhan air irigasi, pola tanam, saluran sekunder, saluran tersier, dimensi
saluran
ABSTRACT
The aim of this research is planning secondary and tertiary canalin Ranah Singkuang Irrigation
Area ofKampar District through variation of crop patterns. Ranah Singkuang Irrigation area functional is
241.5 Ha.The processing of agricultural land at the location is also done twice a year with padi-padi-bero
crop pattern.
This research method used of criteria design irrigation at published Public Works Republic of
Indonesia to obtain secondary and tertiary canal dimension in Ranah Singkuang Irrigation Area, District
Kampar for net field requirement.
The results of four early planting alternative planned. Crop pattern is obtained which get the greatest
discharge 1,381 lt/s/ha is padi-padi-bero at early planting January period I. Result of analysis for secondary
and tertiary trapezium canal dimension respectively for width of canal (b) 0.42 m and 0.2 m, water level of
canal (h) 0.42 m and 0.2 m , working of canal (w) 0.14 m dan 0.67 and sloope of canal (I) 1.8 x 10-4 and 1.8
x 10-4 .
Key words : design, net field requirement, crop pattern,secondary canal, tertiary canal, canal dimension.

1.

LATAR BELAKANG

Tingkat pertumbuhan penduduk yang


semakin tinggi merupakan suatu tantangan bagi
pemerintah dalam penyediakan bahan pangan
terutama beras, hal ini mendorong pemerintah,
petani dan unsur terkait untuk dapat meningkatkan
produktivitas padi sebagai bahan makanan pokok.
Peningkatan produktivitas padi ini dapat dilakukan
dengan cara pengaturan air secara tepat dan benar.
Pengaturan air secara tepat dan benar dapat
dilakukan salah satunya dengan membangun suatu
sistim pengairan yang dapat dikontrol pembagian

Sutopo, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau

airnya yaitu dengan sistim irigasi dengan saluran


yang direncanakan.
Menurut laporan dari Badan Ketahahan
Pangan Provinsi Riau (2007) bahwa prioritas
pembangunan Provinsi Riau dalam mendukung
kegiatan Operasi Pangan Riau Makmur (OPRM)
khususnya bidang Sumber Daya Air (SDA) adalah
mendukung upaya swasembada pangan Nasional
dan kegiatan pertanian di Riau. Masih bersumber
dari Badan Ketahanan Pangan Provinsi Riau (2007)
bahwa sektor pertanian memegang peranan penting
karena lebih 60% penduduknya bergerak pada
sektor tersebut. Hal ini didukung oleh kondisi
Page 121

geografis
sangat
mendukung
guna
di
kembangkannya sektor pertanian khususnya
tanaman pangan. Namun dengan segala potensi
yang dimiliki Provinsi Riau diketahui bahwa
Provinsi Riau masih mengalami defisit beras
130.000 ton/tahun
Daerah Irigasi (DI) Ranah
Singkuang yang terletak di Kecamatan Kampar
Kabupaten Kampar merupakan salah satu daerah
target kegiatan OPRM yang sangat potensial bagi
pertanian dengan memiliki daerah yang relatif
datar serta berpotensi besar
menjadi daerah
pertanian yang dapat menghasilkan lumbung padi
Kabupaten Kampar. Faktor kendala mendasar yang
dihadapi DI Ranah Singkuang dalam upaya
meningkatkan hasil produksi padi adalah tata
kelola pangairan yang masih bersifat semi teknis
sehingga pembagian air ke petak sawah tidak
merata. Maka penetapan tujuan utama penelitian
adalah melakukan perencanaan Saluran Tersier
dan Kuarter Pada Daerah Irigasi (DI) Ranah
Singkuang Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar
dengan luas areal pengairan 241,5 ha di Kelurahan
Air Tiris dengan sumber air Bendung Ketaman.
Konsep Perimbangan Air Pada Sawah
Air irigasi yang masuk ke petak sawah
akan digunakan oleh tanaman untuk transpirasi dan
tanah akan melepaskan evaporasi. Dan air yang
ada di areal pertanian akan merembes kelapisan
tanah yang disebut infiltrasi dan selanjutnya
rembesan itu akan diteruskan ke lapisan yang
paling dalam, peristiwa ini disebut perkolasi
vertikal untuk rembesan kebawah dan perkolasi
lateral untuk rembesan ke samping, air untuk
evaporasi
dan
transpirasi
disebut
juga
evapotransirasi. Menurut Triatmodjo (2008) secara
empiris Van de Goor menyusun persamaan 1
seperti di bawah ini :
Is + Re + Ig = S + U + Gv +
Gh + Os ..................................................... (1)
Dengan Is adalah jumlah air yang masuk, Re
adalah curah hujan efektif, Ig adalah air yang
masuk dari bawah permukaan, S adalah jumlah air
yang ada sebelumnya, U adalah evapotransirasi,
Gv adalah perkolasi kebawah, Gh adalah perkolasi
ke samping dan Os adalah air yang keluar dari
petakan sawah. Apabila Ig sama dengan 0 dan P
sama dengan penjumlahan Gv + Gh yang
merupakan jumlah keseluruhan perkolasi (P), maka

Page 122

persamaan 1 dapat ditulis kembali menjadi


persamaan 2 seperti di bawah ini :
Is = (U Re) + S + P + O ....................... (2)
Dengan nilai (U Re) besar kebutuhan air
komsumtif. Dan pada petakan sawah S adalah
jumlah air untuk penjenuhan tanah, dimana pada
saat pengolahan tanah hal tersebut sudah terpenuhi
maka kebutuhan air saat pemeliharaan dapat ditulis
kembali menjadi persamaan 3 seperti di bawah ini.
Is = (U Re) + P ........................................... (3)
Dengan
Ossama dengan 0, melalui pintu
pembuangan air
Evapotranspirasi
Menurut
Soemarto
(1995)
bahwa
evapotranspirasi adalah peristiwa berubahnya air
menjadi uap ke udara bergerak dari permukaan
tanah, permukaan air dan penguapan melalui
tanaman.Jika air yang tersedia dalam tanah cukup
banyak maka evapotranspirasi itu disebut
evapotranspirasi potensial.Faktor-faktor yang
mempengaruhi evapotranpirasi potensial adalah
temperatur udara, kecepatan angin, kelembaban
udara dan penyinaran matahari. Untuk selanjutnya
evapotranspirasi potensial dapat dihitung dengan
menggunakan rumus penman Modifikasi seperti
persamaan 4 di bawah ini :
Eto = c [w x Rn + (I w) x f(U)
x (ea ed) ] ............................................. (4)
Dengan ea adalah tekanan uap jenuh dalam mmbar dalam fungsi t, t adalah temperatur
berdasarkan dari data stasiun pengamatan dan d
adalah tekanan uap nyata
engan
RH adalah kelembaban udara relatif berdasarkan
hasil stasiun pengamatandan f(U) adalah fungsi
angin. Dimana f(U) adalah persamaan 5 seperti di
bawah ini:
f(U) = 0.27. [1 + U2 / 100] ........................... (5)
Dengan U2
adalah kecepatan angin pada
ketinggian pengukuran 2 meter yang disajikan
pada Persamaan 6 di bawah ini :
U2 = U x (2/x)0.15 ............................................. (6)
Dengan Xadalah tinggi pengukuran dalam m, W
adalah faktor koreksi temperatur terhadap radiasi,
dan Rns adalahradiasi gelombang pendek netto
dalam mm/hari yang disajikan seperti pada
Persamaan 7 di bawah ini:
............................. (7)

JURNAL APTEK Vol. 4 No.2 Juli 2012

Kajian Perencanaan Saluran Tresier dan Kuarter Irigasi Kecamatan Kampar

Sedangkan Rs adalah r adiasi sinar matahari


yang disajikan seperti pada Persamaan 8 di bawah
ini:

Dengan Etcadalah
penggunaan konsumtif,
Kcadalah koefisien tanaman dan Eto adalah
evapotranspirasi potensial

......................... (8)
Dengan Ra adalah radiasi ektra terextrialdan
Rsadalah radiasi gelombang pendek yang
memenuhi batas atmosfir (angka Angkot). Besar
angka angot berhubungan dengan letak lintang dan
letak bulan, n/Nadalah perbandingan penyinaran
matahari dalam satu hari yang dinyatakan dalam
persen, radalah koefisien pemantulan / angka
albedo dan Rnladalah radiasi gelombang netto
dalammm/hari yang diekspresikan menggunakan
Persamaan 9 seperti di bawah ini.
Rn1 = f (T) x f (ed) x (n/N) ........................ (9)
Perkolasi
Menurut Soemarto (1995) bahwa perkolasi
adalah gerakan air ke bawah zona tidak jenuh,
yang terletak diantara permukaan tanah sampai
kepermukaan air tanah (zona jenuh). Bersumber
dari Kriteria Perencaanaan 01 (1986) bahwa
perkolasi merupakan proses penjenuhan lapisan
permukaan tanah. Laju perkolasi sangat tergantung
pada sifat-sifat tanah.Laju perkolasi dapat
mencapai 1-3 mm/hari.
Hujan Efektif (Re)
Masih
bersumber
dari
Kriteria
Perencaanaan 01 (1986) bahwa hujan efektif
adalah curah hujan yang jatuh di daerah irigasi
yang langsung dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan air bagi tanaman. Untuk
irigasi padi curah hujan efektif bulanan diambil 70%
dari curah hujan minimum tengah bulanan dengan
periode ulang 5 tahun. Efektif tanaman padi
dihitung dengan Persamaan 10 sebagai berikut.
Re = (70% x R80) x 1/15 ......................... (10)
Dengan
dari urutan susunan data
bulanan dan dimensi n adalah
pengamatan.

periode lama

Penggunaan Konsumtif
Masih bersumber dari Dirjen Dikti (1997)
bahwa penggunaan konsumtif adalah sejumlah air
diperlukan untuk mengganti air yang hilang akibat
dari penguapan. Dihitung dengan Persamaan 11
seperti di bawah ini.
Etc = Kc x Eto ................................... (11)
Sutopo, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau

Kebutuhan air untuk pengelolahan tanah


Kebutuhan air irigasi adalah kebutuhan
air mulai dari pengolahan tanah hingga masa panen.
Untuk menghitung jumlah kebutuhan air dipakai
metode yang digunakan oleh Van de Goor dan
Zijlstra (KP-01,1986) yang disajikan seperti pada
Persamaan 12 seperti di bawah ini.
IR = M.ek / (ek 1) ................................ (12)
DenganIRadalah
kebutuhan
air
ditingkat
persawahan, M adalah kebutuhan air untuk
mengganti kehilangan air akibat evaporasidan
perkolasi disawah yang sudah dijenuhkan yang
disajikan seperti pada Persamaan 13 sebagai
berikut:
M = Eo + P ......................................... (13)
Dengan Eoadalah evaporasi air terbuka yang di
ambil (1,1 x Eto), P adalah perkolasi.
Penggantian Lapisan Air
Bersumber dari penggantian lapisan air
dilakukan
setelah
pemupukan
menurut
kebutuhan.Jika tidak ada jadwal biasanya
dilakukan dua kali. Masing-masing 50 mm (atau
3,3 mm/hari selama 0.5 bulan) selama sebulan
setelah transplantasi (pemindahan bibit tanaman).
(KP-01,1986)
Kebutuhan air di sawah
Kebutuhan air untuk pertumbuhan
tanaman tergantung dari umur tanaman terdiri dari
penggunaan konsumtif, perkolasi, adanya curah
hujan serta untuk keperluan penggantian lapisan air.
Kebutuhan air di sawah untuk tanaman padi
dihitung dengan Persamaan 14ditambah dengan
pergantian lapisan air sehingga menjadi :
NFR = Etc + P Re+ WLR .................... (14)
Dengan NFR adalah kebutuhan air disawah, Etc
adalah penggunaa konsumtif untuk tanaman dalam
mm/hari, WLRadalah penggantian lapisan air
dalam mm/hari, Re
adalah curah hujan efektif
dan Padalah perkolasi.
Efisiensi irigasi
Masih
bersumber
dari
Kriteria
Perencaanaan 01 (1986) bahwa efisiensi irigasi
adalah perbandingan jumlah air yang dipakai untuk
Page 123

kebutuhan tanaman dengan jumlah air yang keluar


dari pintu pengambian. Besarnya Efisiensi irigasi
akibat kehilangan air diperkirakan sebagai berikut
saluran primer sebesar 90 %, saluran sekunder
sebesar 90 % dan saluran tersier sebesar 80 %.
Masih bersumber dari Kriteria Perencaanaan 03
(1986) maka efisiensi menyeluruh yang digunakan
adalah 0,9 x 0,9 x 0,8 = 0,65 .
Pola Tanaman
Masih bersumber dari Sudjarwadi (1979)
bahwa pola tanaman adalah suatu sistem dalam
menentukan jenis jenis tanaman atau pengaliran
tanaman produksi pada suatu daerah tertentu yang
disesuaikan dengan persediaan air yang ada dalam
suatu periode musim hujan dan musim kemarau.
Penentuan pola tanam merupakan hal halyang
perlu dipertimbangkan untuk memenuhi kebutuhan
air bagi tanaman.Tujuan dari penerapan pola tanam
adalah menghindarkan adanya ketidak seragaman
tanaman, melaksanakan waktu tanam sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan, efisiensi
irigasi
dan peningkatan produksi pangan.
Selanjutnya Tabel
2 adalah mendiskripsikan
hubungan antara pola tanam dalam setahun dengan
kondisi ketersediaan air di jaringan irigasi.
Debit saluran
Debit saluran adalah untuk menghitung
banyaknya air yang diperlukan untuk memenuhi
kapasitas air pada petak sawah dengan
menggunakan Persamaan 15, Persamaan16 dan
Persamaan 17 adalah sebagai berikut :
Saluran Primer
Q = (A x NFR ) / (Effprimer x Eff sek
x Eff ter) ........................................................... (15)
Saluran Sekunder
Q = (A x NFR ) / ( Eff sek x Eff ter) .................... (16)
Saluran Tersier
Q = (A x NFR ) / ( Eff ter) ................................. (17)
Dengan Q adalah debit air yang dibutuhkan dalam
m3/dt, A
adalah luas area yang diairi dalam
ha, Eff adalah efisiensi irigasi dan NFR adalah
kebutuhan air disawah dalam mm/hari.
Dimensi Saluran Irigasi
Dimensi saluran irigasi dapat dihitung
dengan menggunakan rumus Manning yang

Page 124

disajikan seperti pada Persamaan 18 dan


Persamaan 19 di bawah ini:
V= 1/n x R2/3 x I1/2 ................................. (18)
Q = A x V ........................................... (19)
DenganQ adalah debit saluran dalam m3/dt, n
adalah koefisien Manning, R adalah jari jari
hidrolis dalam m dan I adalah kemiringan saluran,
V
adalah kecepatan aliran dalam m/detik dan
A adalah luas penampang basah saluran dalam m2.
Selanjutnya desain saluran irigasi umumnya
menggunakan saluran yang berpenampang
trapesium karena lebih mudah dan ekonomis.
Untuk menetapkan tinggi jagaan saluran (w) dapat
di hitung dengan Persamaan 20 seperti di bawah
ini :
W = 1/3 x h ............................................. (20)

2.

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan Daerah Irigasi (DI) Ranah
Singkuang yang terletak di Kecamatan Kampar
Kabupaten Kampar dengan luas areal pengairan
241,5 ha di Kelurahan Air Tiris dengan sumber air
Bendung Ketaman.
Ketersediaan Data
Data curah hujan
Data curah hujan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data curah hujan bulanan disajikan
sepanjang 10 tahun dari tahun 2002 sampai tahun
2012 dari dari Stasiun curah hujan Bangkinang.
Data curah hujan bulanan tersebut selanjutnya
dianalisa guna mengetahui harga curah hujan ratarata pada lokasi penelitian. Sedangkan data Jumlah
hari hujanyang tersedia digunakan untuk
menganalisa harga evapotranspirasi terbatas.
Data Klimatologi
Untuk memeperkirakan besarnya evaporasi dan
evapotranspirasi yang terjadi pada daerah
penelitian merupakan areal persawahan sangat
diperlukan dukungan data klimatologi dari stasiun
pengukuran yang dapat mewakili. Data klimatologi
terdiri dari data temperatur, data kelembaban udara,
data kecepatan angin, dan penyinaran matahari.

JURNAL APTEK Vol. 4 No.2 Juli 2012

Kajian Perencanaan Saluran Tresier dan Kuarter Irigasi Kecamatan Kampar

Data Debit Sungai


Bersumber dari Dinas Tanaman Pangan dan
Hortikultura dan Irigasi Kabupaten Kampar
disajikan data debit Sungai Ketaman pada tahun
2011.

3.

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Analisa Hidrologi
Perhitungan Evapotranspirasi
Perhitungan
Evapotranspirasi
potensial
menggunakan metode pendekatan Pennman
Modifikasi hasil selengkapnya disajikan seperti
pada Gambar 1 di bawah ini:

Perhitungan Kebutuhan Air


Bersumber dari hasil perhitungan kebutuhan air
berdasarkan harga evapotranspirasi, curah hujan
dengan pola tanam padi-padi-bero.
Dengan
mengambil empat alternatif mulai masa tanam
untuk penyiapan lahan yaitu :
Masa tanam bulan Januari periode 1 untuk
periode tanam Padi I bulan Januari dan
Padi II bulan Mei II.
Masa tanam bulan April periode 1 untuk
periode tanam Padi I bulan April dan Padi
II bulan Agustus II.
Masa tanam bulan Juni periode 1 untuk
periode tanam Padi I bulan Juni dan Padi
II bulan Oktober II.
Masa tanam bulan Agustus periode 1
untuk periode tanam Padi I bulan Agustus
dan Padi II bulan Desember II.
Untuk perhitungan kebutuhan air irigasi alternatif I
sampai IV hasil selengkapnya disajikan seperti
pada Gambar 3 di bawah ini:

Gambar 1. Perhitungan ETo Menggunakan


Pennman Modifikasi
Perhitungan Curah Hujan Effektif
Perhitungan curah hujan effektif diambil dari harga
curah hujan bulanan Stasiun pencatat hujan
Kampar.Data-data yang digunakan adalah data
curah hujan selama 10 tahun yaitu dari tahun 20022012. Untuk perhitungan curah hujan disajikan
seperti pada Gambar 2 di bawah ini:

Gambar 3. Grafik Hubungan Antara Nilai


Kebutuhan Air Irigasi Untuk
Berbagai Alternatip Pola Tanam I
sampai IV
Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air di
sawah (NFR) yang disajikan pada Gambar 3 di
atas untuk berbagai alternatif pola tanam I
sampai IV maka dipilih Alternatip I karena
diperoleh nilai NFR maksimum 1,381 lt/dt/ha.
Gambar 2.Hasil Perhitungan Curah Hujan Effektif
Sutopo, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau

Page 125

Perhitungan Debit Saluran


Dengan menetapkan kebutuhan air irigasi
(NFR) maksimum adalah sebesar 1,381 lt/dt/ha
untuk pola tanam alternatip I, langkah selanjutnya
menghitung debit saluran Tersier B dengan
menggunakan Persamaan 17 yang hasil
selengkapnya adalah sebagai berikut :
Q = (A x NFR ) / ( Eff ter)
Q = (58 x 1.381 ) / (0.8) = 100.05 lt/dt
Hasil perhitungan debit untuk saluran sekunder
disajikan seperti pada Gambar 4 di bawah ini.

Analisa Debit di Pintu Pengambilan


Dengan menetapkan kebutuhan air irigasi
(NFR) maksimum adalah sebesar 1,381 lt/dt/ha
untuk pola tanam alternatip I, langkah selanjutnya
menghitung debit saluran primer dengan
menggunakan Persamaan 15 dengan contoh
perhitungan Saluran Primer
Q = (241.5 x 1.381 ) / (0.65)
Q = 513 lt/dt
maka debit air yang diharapkan dari sungai untuk
mengairi sawah sebesar 0,513 m3/dt sedangkan
debit sungai Ketaman dengan debit maksimum
sebesar 1,520 m3/dt dan minimum sebesar 0,505
m3/dt seperti yang terlihat pada Gambar 5seperti di
bawah ini dapat memenuhi kebutuhan air pada
sawah

Gambar 4. Grafik Hasil Perhitungan Debit


Saluran Sekunder Daerah Irigasi Ranah
Singkuang Kabupaten Kampar
Langkah selanjutnya hasil perhitungan debit untuk
saluran tersier disajikan seperti pada Gambar 5 di
bawah ini.

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura Dan Irigasi


Kabupaten Kampar

Gambar 5. Grafik Nilai Debit Rata-rata Sungai


Ketaman
Perhitungan Dimensi Saluran
Saluran Tersier b1
Luas areal yang dialiri = 58 Ha
Debit (Q ) = 0.1005 m3/dt
b/h = 1 atau b=h untuk m=1
Kekasaran Manning (n) = 0.015
Kecepatan aliran (v) = 0.3 m/dt
Gambar 5. Grafik Hasil Perhitungan Debit Saluran
Sekunder Daerah Irigasi Ranah
Singkuang Kabupaten Kampar

Page 126

Berdasarkan data-data di atas maka akan


diperoleh hasil yang disajikan seperti pada tabel 1
di bawah ini :

JURNAL APTEK Vol. 4 No.2 Juli 2012

Kajian Perencanaan Saluran Tresier dan Kuarter Irigasi Kecamatan Kampar

Tabel 1. Hasil
Tersier b1
Parameter
Luas
penampang
basah
saluran (A)
Keliling
penampang
basah
saluran (P)
Jari-jari
hidrolis (R)
Kedalaman
Air (h)
Lebar dasar
saluran (b)
Kemiringan
Saluran (I)
Tinggi
jagaan (w)

Perhitungan Dimensi Saluran


Rumus

Hasil
0.334

A= Q/V

h
b
I= [(v.n)/R2/3]1/2
W=1/3xh

Direktorat Jenderal Pengairan. 1986. Standar


Perencanaan Irigasi KP-01. Bandung: C.V.
Galang Persada

1.562

Direktorat Jenderal Pengairan. 1986. Standar


Perencanaan Irigasi KP-02. Bandung: C.V.
Galang Persada

0.192

Sudjarwadi. 1979. Pengantar Teknik Irigasi.


Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

P= b+ h
(m2+1)1/2
R=A/P

DAFTAR PUSTAKA

0.408
0.408
0.00018

Soemarto, C.D. 1979. Hidrologi Teknik, Jakarta:


Erlangga.
Triatmodjo, Bambang. 2008. Hidrologi Terapan.
Yogyakarta: Beta Offset

0.136

Sumber : Hasil Perhitungan

4.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kajian perencanaan Saluran


Tersier dan Saluran Kuarter pada Daerah Irigasi
Ranah Singkuang Kabupaten Kampar, maka
didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
Dengan melakukan empat variasi awal
tanam kebutuhan air di sawah (NFR)
dengan pola tanam padi-padi-bero untuk
alternatip I akan diperoleh nilai NFR
maksimum sebesar 1,381 lt/dt/ha.
Dimensi saluran tersier dan kuarter
berturut - turut untuk lebar dasar saluran
(b) 0.42 m dan 0.2 m, tinggi air pada
saluran (h) 0.42 m dan 0.20 m, tinggi
jagaan (w) 0.14 m dan 0.67 m dan
kemiringan dasar saluran (I) 1.8 x 10-4
dan 1.8 x 10-4 .

Sutopo, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau

Page 127

Page 128

JURNAL APTEK Vol. 4 No.2 Juli 2012

Anda mungkin juga menyukai