Anda di halaman 1dari 97

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang Masalah

1.1.1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Kemayoran


1.1.1.1. Keadaan Geografis Kecamatan Kemayoran
Kecamatan Kemayoran merupakan salah satu dari delapan kecamatan yang
berada di wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat yang mempunyai luas wilayah
7.25 km2. Puskesmas Kecamatan Kemayoran secara administratif terletak di Jl.
Serdang Baru 1, Kelurahan Serdang, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat .
1.1.1.2. Keadaan Demografi
Menurut data Biro Pusat Statistik Jakarta Pusat periode Januari-Desember
2014, Kecamatan Kemayoran mempunyai jumlah penduduk sebanyak 238.781
jiwa, dengan kepadatan penduduk 32.935 per km2. Berikut rincian jumlah
penduduk yang ada di kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014.
Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin berdasarkan Kelurahan
di Kecamatan Kemayoran Januari Desember 2014
NO

kelurahan

WNI

WNA

Jumlah
total

Gn. Sahari

LK

PR

JML

LK

PR

JML

11.642

11.445

23.087

13

15

28

23.115

selatan
2

Kemayoran

12.381

11.960

24.341

14

24.355

Kebon kosong

15.797

15.486

31.283

33

25

58

31.341

Serdang

17.406

17.170

34.576

34.576

Harapan mulia

13.666

13.217

26.883

26.889

Utan panjang

17.350

16.532

33.882

33.889

Cempaka baru

19.083

18.628

37.711

37.714

Sumur batu

13.509

13.360

26.869

20

13

33

26.902

120.834 117.798 238.632

79

70

149

236.781

Total

(Sumber: Buku Laporan Tahunan Kecamatan KemayoranTahun 2014)

Tabel 1.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kecamatan


Kemayoran Tahun 2014
No

Keterangan

Jumlah

Laki-laki

120.913

Perempuan

117.868

Jumlah

238.781

(Sumber: Buku Laporan Tahunan Kecamatan KemayoranTahun 2014)

Tabel 1.3. Data Luas Wilayah, Jumlah RW, dan Jumlah RT berdasarkan
Kelurahan Di Kecamatan Kemayoran Tahun 2014
No

Kelurahan

Luas Wilayah (km2)

Jumlah RW

Jumlah RT

Gn. Sahari Selatan

1,53

10

122

Kebon Kosong

1,16

13

129

Kemayoran

0,53

10

121

Serdang

0,86

113

Harapan Mulia

0,53

120

Utan Panjang

0,54

10

139

Cempaka Baru

0,99

10

138

Sumur Batu

1,15

105

7,25

77

987

Jumlah

(Sumber: Buku Laporan Tahunan Kecamatan KemayoranTahun 2014)

Tabel 1.4 Data Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Kemayoran Tahun 2014
N

Kelurahan

Luas Wilayah

Jumlah

Kepadatan Penduduk

(km2)

Penduduk

per km2

Sahari

1,53

23.116

15.107

Kebon Kosong

1,16

24.335

20.995

Kemayoran

0,53

31.341

59.133

Serdang

0,82

34.576

42.165

Harapan Mulia

0,53

26.889

50.733

Utan Panjang

0,54

33.889

62.757

Cempaka Baru

0,99

37.714

38.094

Sumur Batu

1,15

26.902

23.393

Jumlah

7,25

238.781

32.935

O
1

Gn.
Selatan

(Sumber: Buku Laporan Tahunan Kecamatan KemayoranTahun 2014)

Tabel 1.5. Nama dan alamat Puskesmas Kelurahan di Kecamatan


Kemayoran Tahun 2014
No
1

Nama Puskesmas

Alamat

Telp

Kelurahan Kebon kosong

Jl. Pelita III Rt 008/08

(021) 4250857

Kelurahan Kemayoran

Jl Kemayoran Gempol No. 28 Rt 006/06

(021) 4256429

Kelurahan Serdang

Jl. Eka V Rt 009/03

(021) 4222510

Kelurahan Harapan Mulia

Jl. Harapan Mulia Rt 04/05

(021) 4229104

Kelurahan Utan Panjang

Jl. Bendungan Jago Rt 09/01

(021) 42802057

Kelurahan Cempaka Baru

Jl. Cempaka Baru Tengah I Rt 005/06

(021) 4229103

Kelurahan Sumur Batu

Jl. Sumur Batu Raya Rt 007/01

(021) 4220947

(Sumber: Buku Laporan Tahunan Kecamatan KemayoranTahun 2014)

Tabel I.6. Jumlah Kepala Keluarga menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi


yang ditamatkan tahun 2014
No.

Kelurahan

Tidak
Tamat
SD

Tamat
SDSLTP

Tamat
SLTA

Tamat
AK/PT

Jumlah

Gunung Sahari Selatan

400

1.346

1.669

517

3.932

Kemayoran

2.159

2.074

236

357

5.186

Kebon Kosong

572

2.906

1.808

554

5.840

Serdang

483

2.468

3.905

555

7.411

Harapan Mulia

454

1.491

1.836

580

4.361

Utan Panjang

381

2.672

3.536

480

7.069

Cempaka Baru

542

3.900

2.702

699

7.843

Sumur Batu

301

1.576

1.854

786

4.517

5.652

18.433

17.546

4.528

46.159

Jumlah

(Sumber: Buku Laporan Tahunan Kecamatan KemayoranTahun 2014)

Tabel 1.7. Data dasar di Wilayah Kecamatan Kemayoran Tahun 2014


Data Dasar
Jumlah Penduduk

Jumlah
238.781

Jumlah Kelurahan

Jumlah Puskesmas

Jumlah RW

77

Jumlah RT

987

Jumlah KK

67.547

Tenaga Kesehatan

169

Posyandu

103

Kader Aktif

739

Kader Tidak Aktif

179

Jumlah Balita

14.553

(Sumber: Buku Tahunan Kecamatan KemayoranTahun 2014)

1.1.2. Gambaran Umum Puskesmas


1.1.2.1. Definisi Puskesmas
Puskesmas ialah suatu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja.
Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang
pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai
pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu

wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan
kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan.
Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka puskesmas dituntut untuk
mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan.
Tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi
pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki puskesmas juga meliputi:
kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya,
kewenangan menentukan kegiatan yang termasuk public goods atau private goods
serta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi puskesmas.
Jumlah kegiatan pokok puskesmas diserahkan pada

tiap puskesmas sesuai

kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, namun


puskesmas tetap melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi
kesepakatan nasional.
Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan kesehatan
nasional secara komprehensif. Tidak terbatas pada aspek kuratif dan rehabilitatif
saja seperti di Rumah Sakit.
Puskesmas merupakan salah satu jenis organisasi yang sangat dirasakan oleh
masyarakat umum. Seiring dengan semangat reformasi dan otonomi daerah maka
banyak terjadi perubahan yang mendasar dalam sektor kesehatan, yaitu terjadinya
perubahan paradigma pembangunan kesehatan menjadi Paradigma Sehat.
Dengan paradigma baru ini, mendorong terjadinya perubahan konsep yang sangat
mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara lain :
1. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya kuratif
dan rehabilitatif, menjadi lebih fokus padaupaya preventif dan kuratif tanpa
mengabaikan kuratif-rehabilitatif
2. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah
(fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated)
3. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari pemerintah,
berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari masyarakat
4. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula fee for
service menjadi pembayaran secara pra-upaya

5. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan konsumtifmenjadi


investasi
6. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah, akan
bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai mitra pemerintah
(partnership)
7. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization),
menjadi otonomi daerah (decentralization)
8. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring
dengan era desentralisasi.
1.1.2.2. Wilayah Kerja
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepada kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik,
dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan pertimbangan dalam penentuan
wilayah kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah
Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh
Walikota/Bupati,

dengan

saran

teknis

dari

kepala

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota. Sasaran penduduk yang dilayani oleh satu puskesmas adalah


sekitar 30.000 penduduk. Untuk jangkauan yang lebih luas, dibantu oleh
Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Puskesmas di ibukota kecamatan
dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan Puskesmas
Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan
juga mempunyai fungsi koordinasi.
1.1.2.3. Pelayanan Kesehatan Menyeluruh
Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan puskesmas meliputi :
1. Promotif (peningkatan kesehatan).
2. Preventif (upaya pencegahan).
3. Kuratif (pengobatan).
4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak membedakan jenis
kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai meninggal.
7

1.1.2.4. Peran Puskesmas


Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran yang
vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial
dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan
daerah melalui sistem perencanaan yang matang, tatalaksana kegiatan yang
tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat.
1.1.2.5. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk
peningkatan

derajat

kesehatan

masyarakat.Upaya

kesehatan

wajib

ini

diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di seluruh wilayah Indonesia.


Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :
1. Promosi kesehatan masyarakat.
2. Kesehatan lingkungan.
3. KIA (Kesejahteraan Ibu dan Anak).
4. KB (Keluarga Berencana).
5. Perbaikan gizi masyarakat.
6. P2M (Pengendalian Penyakit Menular).
7. Pengobatan dasar.
Tabel 1.8. Program Kesehatan Wajib yang dilakukan di Puskesmas
Upaya Kesehatan Wajib
Promosi Kesehatan

Kegiatan
Promosi hidup bersih dan
sehat

Kesehatan Lingkungan

Penyehatan pemukiman

Kesehatan ibu dan anak

ANC

Indikator
Tatanan sehat
Perbaikan perilaku sehat
Cakupan air bersih
Cakupan jamban keluarga
Cakupan SPAL
Cakupan rumah sehat
Cakupan K1, K4

Keluarga Berencana
Pemberantasanpenyakit
menular

Pertolongan persalinan
MTBS
Imunisasi
Pelayanan Keluarga
Berencana
Diare
ISPA
Malaria

Cakupan linakes
Cakupan MTBS
Cakupan imunisasi
Cakupan MKET

Cakupan kasus diare


Cakupan kasus ISPA
Cakupan kasus malaria
Cakupan kelambunisasi
Tuberkulosis
Cakupan penemuan kasus
Angka penyembuhan
Gizi
Distribusi vit A/ Fe / cap Cakupan vit A / Fe / cap
yodium
yodium
PSG
% gizi kurang / buruk,
SKDN
Promosi Kesehatan
% kadar gizi
Pengobatan
Medik dasar
Cakupan pelayanan
UGD
Jumlah
kasus
yang
ditangani
Laboratorium sederhana
Jumlah pemeriksaan
(Sumber: Trihono, 2005, Manajemen Kesehatan, Arrimes, ed.)

1.1.2.6. Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas


Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas, yaitu:
1. Upaya Kesehatan Sekolah.
2. Upaya Kesehatan Olahraga.
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat.
4. Upaya Kesehatan Kerja.
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.
6. Upaya Kesehatan Jiwa.
7. Upaya Kesehatan Mata.
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut.
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional.
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi
yaitu upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan
9

kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam


rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas
bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan
dari Konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila
upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target
cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai.Penetapan upaya
kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota.Dalam

keadaan

tertentu

upaya

kesehatan

pengembangan

puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kabupaten/kota.


Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
pengembangan, padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas
kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya.
Untuk itu dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit
fungsional lainnya.
Kegiatan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan pengembangan di
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari-Juli 2014 adalah sebagai
berikut:
1. Upaya Kesehatan Dasar
a. Upaya Promosi Kesehatan.
b. Upaya Kesejahteraan Ibu dan Anak.
c. Upaya Keluarga Berencana.
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat.
e. Upaya Kesehatan Lingkungan.
f. Upaya Pengendalian Penyakit Menular.
g. Upaya Pengobatan.
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
a.

Upaya Kesehatan Sekolah.

b.

Upaya Kesehatan Olah Raga.

10

c.

Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat.

d.

Upaya Kesehatan Usia Lanjut.

e.

Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.

f.

Upaya Kesehatan Jiwa.

g.

Upaya Kesehatan Mata.

1.1.2.7. Azas Puskesmas


Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan harus
menerapkan

azas

penyelenggaraan

puskesmas

secara

terpadu.

Azas

penyelenggaraan tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar


pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi
puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya
kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.
Azas penyelenggaran puskesmas yang dimaksud adalah:
1. Azas pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya.
Untuk ini Puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai
berikut:
a.

Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga


berwawasan kesehatan.

b.

Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan


masyarakat di wilayah kerjanya.

c.

Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh


masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.

d.

Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata


dan terjangkau di wilayah kerjanya.

2.

Azas pemberdayaan masyarakat


Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar

berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap program puskesmas.Untuk ini,


11

berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan


Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh
puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat, antara lain:
1.

KIA: Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB).

2.

Pengobatan: Posyandu, Pos Obat Desa (POD).

3.

Perbaikan Gizi: Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi


(Kadarzi).

4.

Kesehatan Lingkungan: Kelompok Pemakai Air (Pokmair),


Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL).

5.

UKS: Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos


Kesehatan Pesantren (Poskestren).

6.

Kesehatan Usia Lanjut: Posyandu Usila, Panti Wreda.

7.

Kesehatan Kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK).

8.

Kesehatan Jiwa: Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat


(TPKJM).

9.

Pembinaan

Pengobatan

Tradisional:

Tanaman

Obat

Keluarga (TOGA), Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra).

3. Azas Keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang
optimal, penyelenggaraan setiap program puskesmas harus diselenggarakan
secara terpadu.
Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Keterpaduan Lintas Program
Upaya memadukan penyelengaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi
tanggung jawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara lain :
1)

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA


dengan P2M, gizi, promosi kesehatan & pengobatan.

2)

UKS: keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi


kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan
kesehatan jiwa.
12

3)

Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB,


Gizi, promosi kesehatan, & kesehatan gigi.

4)

Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, kesehatan


jiwa, dan promosi kesehatan.

b. Keterpaduan Lintas Sektor


Upaya memadukan penyelenggaraan program puskesmas dengan program
dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan
dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas sektoral antara lain :
1)

UKS: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala


desa, pendidikan & agama.

2)

Promosi Kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan


dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama dan pertanian.

3)

KIA: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala


desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK dan PLKB.

4)

Perbaikan Gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,


lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperasi, dunia usaha
dan organisasi kemasyarakatan.

5)

Kesehatan Kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan


camat, lurah, kepala desa, tenaga kerja dan dunia usaha.

4. Azas Rujukan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang
dimiliki oleh puskesmas terbatas. Pada hal puskesmas berhadapan langsung
dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatan. Untuk
membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut
dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap
program puskesmas harus ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas penyakit
atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara
vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana

13

pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata
sarana pelayanan kesehatan yang sama.
Ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :
a.

Rujukan Medis
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu penyakit tertentu,

maka puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana pelayanan kesehatan


yang lebih mampu (baik vertikal maupun horizontal). Rujukan upaya
kesehatan perorangan dibedakan atas:
1)

Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan


tindakan medis (contoh: operasi) dan lain-lain.

2)

Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan


laboratorium yang lebih lengkap.

3)

Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga


yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan
atau menyelenggarakan pelayanan medis spesialis di puskesmas.

b.

Rujukan Kesehatan

Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam:


1)

Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan


fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio
visual, bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan bahan pakaian.

2)

Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan


kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan,
gangguan kesehatan karena bencana alam.

3)

Rujukan

operasional,

yakni

menyerahkan

sepenuhnya

kewenangan dan tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan


masyarakat dan atau penyelenggaraan kesehatan masyarakat ke periode
dinas kesehatan kabupaten/kota. Rujukan operasional diselenggarakan
apabila puskesmas tidak mampu.
Gambar 2. Sistem Rujukan Puskesmas

14

4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
(Sumber: Trihono, Manajemen Puskesmas Arrimes)
Setiap upaya atau program yang dilakukan oleh puskesmas memerlukan
evaluasi untuk menilai apakah program yang dilaksanakan berhasil atau tidak.
Untuk itu dibuat indikator keberhasilan sesuai dengan fungsi puskesmas:
15

1.

Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan


Fungsi pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan dapat dinilai

dari seberapa jauh institusi jajaran non-kesehatan memperhatikan kesehatan bagi


institusi dan warganya. Keberhasilan fungsi ini bisa diukur melalui Indeks
Potensi Tatanan Sehat (IPTS). Ada tiga tatanan yang bisa diukur yaitu :

2.

a.

Tatanan sekolah.

b.

Tatanan tempat kerja.

c.

Tatanan tempat-tempat umum.

Pusat pemberdayaan masyarakat


Segala upaya fasilitasi yang bersifat non-instruktif guna meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi


masalah, merencanakan & melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan
potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik instansi lintas sektoral maupun
LSM dan tokoh mayarakat.
Fungsi ini dapat diukur dengan beberapa indikator :
a. Tumbuh kembang, Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM).
b. Tumbuh dan kembangnya LSM di bidang kesehatan.
c. Tumbuh dan berfungsinya konsil kesehatan kecamatan atau BPKM
(Badan Peduli Kesehatan Masyarakat) atau BPP (Badan Penyantun
Puskesmas).
3.

Pusat pelayanan kesehatan strata pertama


Indikator keberhasilan fungsi ini dapat dikelompokkan ke dalam IPMS

(Indikator Potensi Masyarakat Sehat), yang terdiri dari cakupan dan kualitas
program puskesmas. IPMS minimal mencakup seluruh indikator cakupan upaya
kesehatan wajib dan kualitas atau mutu pelayanan kesehatan.
1.1.3. Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Kemayoran
Kecamatan Kemayoran merupakan salah satu dari delapan kecamatan yang
berada di wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat yang mempunyai luas wilayah
16

7.25 km2. Puskesmas Kecamatan Kemayoran secara administratif terletak di Jl.


Serdang Baru 1, Kelurahan Serdang, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat. Luas
total lahan Puskesmas Kecamatan Kemayoran adalah 2.430 m 2 dengan luas lahan
terbangun yaitu 1.361 m2, dengan demikian proporsi lahan terbangun (Building
Coverage Ratio) mencapai 56%. Pada saat ini gedung Puskesmas Kecamatan
Kemayoran terdiri dari 3 lantai. Lantai Pertama digunakan untuk :
Lantai Pertama digunakan untuk :
-

Pelayanan Loket/Pendaftaranpasien
Pelayanan 24 Jam
Poli PTM Poli Lansia/geriatri
Poli PTRM

RB (Rumah Bersalin)
Radiologi
Poli TB. Paru
Ruang Pemeriksaan

Poli IMS
Poli KIA
Poli KB
Apotek
Laboratorium
Rawat Inap

Ruang Rapat
Aula
Ruang Arsip
Mushola

Kesehatan Haji
Lantai Kedua digunakan untuk :
-

PoliGizi Poli Jiwa


Poli MTBS
Ruang Tindakan
Poli Umum
Kasir - Informasi
HR VCT
Poli Gigi
Poli PKPR KDRT & EKG - PAL

Sedangkan Lantai Ketiga digunakan untuk :


-

Ruang Kepala Puskesmas


Ruang Ka. Subag TU
Ruang Tata Usaha - Keuangan
Ruang Program
Ruang Kepengurusan JKN

Berdasarkan jenis pelayanan yang tersedia. Puskesmas Kecamatan


Kemayoran diharapkan mampu memberikan pelayanan dasar yang dibutuhkan
oleh masyarakat di Kecamatan Kemayoran dan sekitarnya.
Secara teritorial wilayah Pemerintahan Kecamatan Kemayoran terdiri dari 8
Kelurahan, 1 puskesmas kecamatan, 7 puskesmas kelurahan karena terdapat 1
kelurahan yang tidak memiliki puskesmas sehingga 1 kelurahan bergabung
17

dengan puskesmas kecamatan, 77 Rukun Warga (RW), dan 986 Rukun Tetangga
(RT).
a. Letak Wilayah
Kecamatan Kemayoran adalah salah satu Kecamatan yang berada di
Wilayah Kotamadya Jakarta Pusat.
b. Batas Wilayah Kecamatan Kemayoran adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara

: Jalan Angkasa,

Pertengahan bekas Lapangan

Terbang Kemayoran dari Barat ke Timur, Jln


Sunter Kemayoran (berbatasan langsung dengan
Kecamatan Sawah Besar, Kecamatan Tanjung
Priok Jakarta Utara)
2. SebelahTimur

: Jalan Yos Sudarso ( berbatasan dengan Kecamatan


Kelapa Gading Jakarta Utara )

3. Sebelah Selatan

: Jalan Letjen Suprapto, Kali Sentiong, Jln Kali


Baru Timur (berbatasan dengan Kecamatan
Cempaka Putih, Kecamatan Senen dan Kecamtan
Johar Baru Jakarta Pusat)

4. Sebelah Barat

: Jalan Gunung Sahari Raya ( berbatasan dengan


Kecamatan Sawah Besar)

c. Luas Wilayah
Wilayah Jakarta Pusat terbagi dalam delapan wilayah kecil yang disebut
Kecamatan yaitu : Kecamatan Gambir, Kecamatan Sawah Besar, Kecamatan
Kemayoran, Kecamatan Cempaka Putih, Kecamatan Johar Baru, Kecamatan
Menteng, Kecamatan Tanah Abang dan Kecamatan Senen.
Kecamatan Kemayoran merupakan salah satu dari delapan kecamatan
yang berada di wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat yang mempunyai
luas wilayah 7.25 Km2.

18

Gambar 1.2. Peta Pembagian Wilayah Kerja Puskesmas Kec. Kemayoran

Sumber: Profil Puskesmas Kecamatan Kemayoran tahun 2014


Diagram 1.1. Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Kemayoran Tahun 2014

Sumber : Laporan Hasil Kegiatan di Puskesmas Kecamatan Kemayoran Tahun 2014


1.1.3.1. Visi Puskesmas
Terwujudnya Puskesmas Kec. Kemayoran sebagi pusat pelayanan
kesehatan dasar yang bermutu dan professional
1.1.3.2. Misi Puskesmas
19

1.

Mengembangkan kualitas pelayanan dari program sesuai dengan standard


mutu

2.

Mengembangkan SDM yang professional dan berkualitas

3.

Mengembangkan system manajemen Puskesmas

4.

Mengembangkan sarana dan prasarana pelayanan Puskesmas

5.

Mengembangkan upaya kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan

6.

Menggalang kerjasama dengan mitra strategis

1.1.3.3. Tujuan
1.

Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan manajerial pegawai

2.

Meningkatkan kemampuan teknis pegawai

3.

Meningkatkan kemampuan teknis pegawai

4.

Meningkatkan pembinaan pegawai

5.

Tersedianya system informasi yang cepat, tepat dan akurat serta mudah
dimengerti

6.

Meningkatkan minat masyarakat untuk berkunjung ke Puskesmas

7.

Meningkatkan mutu program Puskesmas

8.

Terselenggaranya pelayanan tepat waktu

9.

Meningkatkan kepuasan pegawai

10. Terlaksananya prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit


11. Meningkatnya fasilitas kesehatan di Puskesmas
12. Mengembangkan jenis pelayanan.
1.1.3.4. Fungsi Puskesmas
1.

Penyusunan rencana kerja dan anggaran puskesmas kecamatan.

2.

Pelaksanaan rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan.

3.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan perorangan.

4.

Penyelenggaraan pelayanan medis umum.

5.

Penyelenggaraan asuhan keperawatan.

6.

Penyelenggaraan pelayanan persalinan.

7.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

20

8.

Penyelenggaraan

pelayanan

kesehatan

spesialis

terbatas

kebidanan,

kesehatan anak, penyakit dalam, mata dan telinga, hidung dan tenggorokan.
9.

Penyelenggaraan rawat inap terbatas.

10. Penyelenggaraan pelayanan penunjang medis laboratorium, radiologi, gizi,


farmasi dan optik.
11. Penyelenggaraan pelayanan ambulans rujukan.
12. Penyelenggaraan pelayanan Keluarga Berencana.
13. Penyelenggaraan pelayanan imunisasi.
14. Penyelenggaraan pelayanan 24 jam.
15. Penyelenggaraan pelayanan rujukan.
16. Penyelenggaraan konsultasi kesehatan perorangan.
17. Penyelenggaraan pemberdayaan puskesmas kelurahan.
18. Penyelenggaraan pencatatan medis.
19. Penyelenggaraan pemeliharaan perawatan peralatan kedokteran, peralatan
keperawatan, peralatan perkantoran dan perawatan medis lainnya.
20. Penyelenggaraan peningkatan dan penjaminan mutu pelayanan.
21. Penyusunan Standar Operasional Prosedur.
22. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat dan
kearsipan serta kebersihan, keamanan dan keindahan puskesmas.
23. Pembinaan dan pengembangan kesehatan kerja.
24. Pemeriksaan Jenazah.
25. Pengumpulan dan pengolahan data seluruh hasil pelaksanaan tugas dan
fungsi yang diselenggarakan oleh puskesmas kelurahan.
26. Pengolahan data seluruh hasil pelaksanaan fungsi puskesmas kecamatan.
27. Pelaporan

dan pertanggungjawaban

pelaksanaan tugas

dan fungsi

puskesmas kecamatan secara berkala setiap bulan dan setiap triwulan


kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta melalui Suku Kepala
Dinas Kesehatan.
1.1.3.5.

Sumber Daya Manusia

21

Potensi tenaga kesehatan yang ada di Wilayah Puskesmas Kecamatan


Kemayoran tahun 2014 berjumlah 101 orang, dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.9 Jumlah Sumber Daya Manusia Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran tahun 2014
No.
1

Jenis Tenaga Kesehatan


Sarjana Kesehatan
- Dokter Umum
- Dokter Gigi
- Apoteker

Paramedis
- Bidan
- Perawat
- Perawat Gigi
- Analis

Jumlah
23 Orang
5 Orang
3 Orang

16 Orang
19 Orang
2 Orang
4 Orang
1 Orang
4 Orang

- Radiografer
- Ahli Gizi

Sanitarian

3 orang

Perkarya Kesehatan

12 orang

Pembantu perawat

0 orang

Pembantu bidan

3 orang

Administrasi

8 orang

Kebersihan

15 orang

Juru masak

1 orang

( Sumber : Laporan Tahunan Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran Tahun 2014)

22

1.1.3.6. Sarana dan Prasarana


Di Puskesmas Kecamatan Kemayoran juga dilengkapi fasilitas perlengkapan
medis dan non medis. Perlengkapan medis dan non medis adalah perlengkapan
dan alat-alat tidak habis pakai yang diberikan kepada puskesmas.
Perlengkapan alat-alat medis diantaranya :
1.

Basic Equipment

2.

Public Health Nursing and Midwifery kit

3.

Diagnostic and Surgical Equipment

4.

Physician ki

5.

Health Education Equipment

6.

Laboratory Equipment

7.

Nebulizer

8.

Screening kit bagi UKS di Puskesmas

9.

Alat-alat Imunisasi

10. Alat-alat penyuluhan


11. Perangkat peralatan gigi
12. Perlengkapan/alat-alat pertolongan persalinan
13. EKG dan Treadmill
14. Slitlam
15. Optotip snellen/snellen chart
16. Optik kaca mata
17. Alat-alat KB
18. Bangku ginekologi
19. Rontgen
20. Klinik jiwa
21. Test Ishihara
22. Akupunktur
23. Inkubator neonatus

23

Sedangkan perlengkapan non medis yang dimiliki Puskesmas Kecamatan


Kemayoran adalah:
1. Meubel
a.

Meja periksa 16 buah.

b.

Meja rapat 2 buah.

c.

Meja kerja 40 buah.

d.

Kursi 60 buah.

e.

Bangku tunggu 60 buah.

2. Kendaraan/transportasi
a.

Mobil puskesmas keliling 2 buah.

b.

Sepeda motor 9 buah.

3. Perlengkapan kantor
a. Administrasi (formulir,kertas,map,dll).
b. Mesin ketik (portable, elektronik).
c. Mesin hitung.
d. Brankas.
e. Personal komputer 3 (tiga) unit.
f. LCD 1 buah.
4.

Alat komunikasi : Telepon, intercom.

5.

Alat penerangan : PLN dan generator diesel.

6.

Alat Rumah Tangga Kantor :

a.

Televisi.

b.

Radio kaset/radio.

c.

Kulkas.

d.

Peralatan dapur.

e.

Kasur, bantal, gorden, taplak.

f.

Alat-alat kebersihan.

1.4 Program Kesehatan Dasar di Puskesmas Kecamatan Kemayoran


Program kesehatan dasar puskesmas terdiri dari :

24

1. Promosi Kesehatan Masyarakat (PKM).


2. Program Kesehatan Lingkungan.
3. Program Kesehatan Ibu dan Anak.
4. Keluarga Berencana (KB).
5. Program Gizi.
6. Pengendalian Penyakit menular (P2M).
7. Program Pengobatan Dasar.
1.1.4.1 Program
Program Imunisasi Di Puskesmas Kecamatan Kemayoran
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia
terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit (Ranuh. et. all,
2008:40).
Imunisasi adalah pemberian vaksin kepada seseorang untuk
melindunginya dari beberapa penyakit tertentu (Wahab, A. Samik, 2002:
22).
Imunisasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas,
memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respon memori
terhadap pathogen tertentu/toksin dengan menggunakan preparat antigen
non virulen/non toksik (Wong. DL, 2008: 28).
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat
anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah
bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang
dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT,
campak, dan melalui mulut seperti vaksin polio. Di negara Indonesia terdapat
jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan ada juga yang hanya
dianjurkan. Imunisasi wajib di Indonesia sebagaimana telah diwajibkan oleh
WHO ditambah dengan Hepatitis B. Imunisasi yang dianjurkan oleh
pemerintah dapat digunakan untuk mencegah suatu kejadian yang luar biasa

25

atau penyakit endemik, atau untuk kepentingan tertentu (bepergian) seperti


jemaah haji yaitu imunisasi meningitis (Hidayat. AA, 2008: 37)

Imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan memberi


kekebalan

pada

bayi.

Fungsi

imunisasi

adalah

untuk

memberi

perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya dan


sering terjadi pada tahun tahun awal kehidupan seorang anak. Tujuan
program imunisasi adalah menurunkan angka kematian bayi akibat
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Keberhasilan program
imunisasi diukur dengan pencapaian target cakupan imunisasi. Sasaran
kegiatan ini adalah bayi dan ibu hamil.
Imunisasi merupakan hal yang terpenting dalam usaha melindungi
kesehatan anak untuk memberikan kekebalan khusus terhadap seseorang
yang sehat, dengan tujuan utama menurunkan angka kesakitan dan
kematian karena berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Tanpa imunisasi, kira-kira tiga dari 100 kelahiran anak akan meninggal
karena penyakit campak, dua dari 100 kelahiran anak akan meninggal
karena batuk rejan. satu dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena
penyakit tetanus. Setiap 200.000 anak, satu akan menderita penyakit polio.
Imunisasi yang dilakukan dengan memberikan vaksin tertentu akan
melindungi anak terhadap penyakit-penyakit tertentu.
Sesuai dengan program pemerintah (Departemen kesehatan)
tentang program pengembangan imunisasi, maka anak harus mendapat
perlindungan terhadap tujuh jenis penyakit utama yaitu penyakit TBC
dengan pemberian vaksin BCG, penyakit difteri tetanus pertusis dengan
pemberian vaksin DPT, penyakit poliomyelitis dengan vaksin polio,
penyakit hepatitis B dengan vaksin hepatitis B, dan penyakit campak
dengan vaksin campak.
Ada dua Imunisasi yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
Perbedaan antara imunisasi aktif dan imunisasi pasif berhubungan dengan
kekebalan yang didapat. Kekebalan Aktif yaitu tubuh anak sendiri
membuat zat anti yang akan bertahan selama bertahuntahun, Sedangkan

26

Imunisasi pasif ialah tubuh anak tidak membuat sendiri zat anti, si anak
mendapatnya dari luar tubuh dengan cara penyuntikan bahan atau serum
yang telah mengandung zat anti atau anak tersebut mendapat zat anti dari
ibunya semasa dalam kandungan. Kekebalan yang diperoleh dengan
imunisasi pasif tidak berlangsung lama.
1.1.4.2 Jenis Vaksin
Pada dasarnya vaksin dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a.

Live attenuated (kuman atau virus hidup yang dilemahkan)

b. Inactivated (kuman, virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif).


Sifat vaksin attenuated dan inactivated berbeda sehingga hal ini menentukan
bagaimana vaksin ini digunakan.
a. Vaksin hidup attenuated
Vaksin hidup dibuat dari virus atau bakteri liar (wild) penyebab penyakit.
Virus atau bakteri liar ini dilemahkan di laboratorium, biasanya dengan
pembiakan berulang-ulang.
Vaksin hidup yang tersedia: berasal dari virus hidup yaitu vaksin campak,
gondongan (parotitis), rubella, polio, rotavirus, demam kuning (yellow
fever). Berasal dari bakteri yaitu vaksin BCG dan demam tifoid.
b.

Vaksin inactivated
Vaksin inactivated dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri atau virus
dalam media pembiakan (persemaian), kemudian dibuat tidak aktif
(inactivated) dengan penanaman bahan kimia (biasanya formalin). Untuk
vaksin komponen, organisme tersebut dibuat murni dan hanya komponenkomponennya

yang

dimasukkan

dalam

vaksin (misalnya

kapsul

polisakarida dari kuman pneumokokus). Vaksin inactivated tidak hidup


dan tidak dapat tumbuh, maka seluruh dosis antigen dimasukkan dalam
suntikan. Vaksin ini selalu membutuhkan dosis multipel, pada dasarnya

27

dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif, tetapi hanya memacu


atau menyiapkan sistem imun.
c. Vaksin polisakarida
Vaksin polisakarida adalah vaksin sub-unit yang inactivated dengan
bentuknya yang unik terdiri atas rantai panjang molekul-molekul gula
yang membentuk permukaan kapsul bakteri tertentu. Vaksin ini tersedia
untuk tiga macam penyakit yaitu pneumokokus, meningokokus, dan
haemophillus influenzae type b.
d.

Vaksin rekombinan
Terdapat tiga jenis vaksin rekombinan yang saat ini telah tersedia :
1. Vaksin hepatitis B dihasilkan dengan cara memasukkan suatu
segmen gen virus hepatitis B ke dalam gen sel ragi.
2. Vaksin tifoid (Ty21a) adalah bakteri salmonella typhi yang secara
genetik diubah sehingga tidak menyebabkan sakit.
Tiga dari empat virus yang berada di dalam vaksin rotavirus hidup
adalah rotavirus kera rhesus yang diubah secara genetik menghasilkan
antigen rotavirus manusia apabila mereka mengalami replikasi
Program imunisasi dasar ( bayi ) yang dilaksanakan di puskesmas

kecamatan Menteng terdiri dari :


1)

BCG

2)

Hepatitis B

3)

Polio

4)

Campak

5)

DPT

1.1.4.2 Penyimpanan dan transportasi vaksin


Secara umum vaksin terdiri dari vaksin hidup dan vaksin mati yang
mempunyai ketahanan dan stabilitas yang berbeda terhadap perbedaan suhu.

28

Syarat-syarat penyimpanan dan transportasi vaksin harus diperhatikan untuk


menjamin potensinya ketika diberikan kepada seorang anak.
1.1.4.2.1 Rantai vaksin
Adalah rangkaian proses penyimpanan dan transportasi vaksin dengan
menggunakan berbagai peralatan sesuai prosedur untuk menjamin kualitas
vaksin sejak dari pabrik sampai diberikan kepada pasien. Rantai vaksin
terdiri dari proses penyimpanan vaksin di kamar dingin atau kamar beku,
di lemari pendingin, di dalam alat pembawa vaksin, pentingnya alat-alat
untuk mengukur dan mempertahankan suhu. Dampak perubahan suhu
pada vaksin hidup dan mati berbeda. Untuk itu harus diketahui suhu
optimum untuk setiap vaksin sesuai petunjuk penyimpanan dari pabrik
masing-masing.

29

Gambar 1.5 Macam-macam tempat penyimpanan Vaksin


1.1.4.2.2 Suhu optimum untuk vaksin hidup
Secara umum semua vaksin sebaiknya disimpan pada suhu +2C sampai
dengan +8C, diatas suhu +8C vaksin hidup akan cepat mati, vaksin polio
hanya bertahan dua hari, vaksin BCG dan campak yang belum dilarutkan
mati dalam tujuh hari. Vaksin hidup potensinya masih tetap baik pada suhu
kurang dari 2C sampai dengan beku. Vaksin oral polio yang belum dibuka
lebih bertahan lama (2 tahun) bila disimpan pada suhu -25C sampai
dengan -15C, namun hanya bertahan enam bulan pada suhu +2C sampai
dengan +8C. Vaksin BCG dan campak berbeda, walaupun disimpan pada

30

suhu -25C sampai dengan -15C, umur vaksin tidak lebih lama dari suhu
+2C sampai dengan +8C, yaitu BCG tetap satu tahun dan campak tetap
dua tahun. Oleh karena itu vaksin BCG dan campak yang belum dilarutkan
tidak perlu disimpan di suhu -25C sampai dengan -15C atau didalam
freezer.
1.1.4.2.3 Suhu optimum untuk vaksin mati
Vaksin mati (inaktif) sebaiknya disimpan dalam suhu +2C sampai dengan
+8C juga, pada suhu dibawah +2C (beku) vaksin mati (inaktif) akan
cepat rusak. Bila beku dalam suhu -0.5C vaksin hepatitis B dan DPTHepatitis B (kombo) akan rusak dalam jam, tetapi dalam suhu diatas
8C vaksin hepatitis B bisa bertahan sampai tiga puluh hari, DPT-hepatitis
B kombinasi sampai empat belas hari. Dibekukan dalam suhu -5C sampai
dengan -10C vaksin DPT, DT dan TT akan rusak dalam 1,5 sampai
dengan dua jam, tetapi bisa bertahan sampai empat belas hari dalam suhu
di atas 8C.
1.1.4.2.4 Kamar dingin dan kamar beku
Kamar dingin (cold room) dan kamar beku (freeze room) umumya berada
dipabrik, distributor pusat, Dinas Kesehatan Provinsi, berupa ruang yang
besar dengan kapasitas 5-100 m, untuk menyimpan vaksin dalam jumlah
yang besar. Suhu kamar dingin berkisar +2C sampai dengan +8C,
terutama untuk menyimpan vaksin-vaksin yang tidak boleh beku. Suhu
kamar beku berkisar antara -25C sampai dengan -15C, untuk menyimpan
vaksin yang boleh beku, terutama vaksin polio. Kamar dingin dan kamar
beku harus beroperasi terus menerus, menggunakan dua alat pendingin
yang bekerja bergantian. Aliran listrik tidak boleh terputus sehingga harus
dihubungkan dengan pembangkit listrik yang secara otomatis akan
berfungsi bila listrik mati. Suhu ruangan harus dikontrol setiap hari dari
data suhu yang tercatat secara otomatis. Pintu tidak boleh sering dibuka
tutup.

31

1.1.4.2.5 Lemari es dan freezer


Setiap lemari es sebaiknya mempunyai satu stop kontak tersendiri. Jarak
lemari es dengan dinding belakang 10-15 cm, kanan kiri 15 cm, sirkulasi
udara disekitarnya harus baik. Lemari es tidak boleh terkena sinar
matahari langsung. Suhu didalam lemari es harus berkisar +2C sampai
dengan +8C, digunakan untuk menyimpan vaksin-vaksin hidup maupun
mati, dan untuk membuat cool pack (kotak dingin cair). Sedangkan suhu
di dalam freezer berkisar antara -25C sampai dengan -15C, khusus untuk
menyimpan vaksin polio dan pembuatan cold pack (kotak es beku).
Termostat di dalam lemari es harus diatur sedemikian rupa sehingga
suhunya berkisar antara +2 sampai dengan +8C dan suhu freezer berkisar
-15C sampai dengan -25C. Di dalam lemari es lebih baik bila dilengkapi
freeze watch atau freeze tag pada rak ke-3, untuk memantau apakah
suhunya pernah mencapai di bawah 0 derajat. Sebaiknya pintu lemari es
hanya dibuka dua kali sehari, yaitu ketika mengambil vaksin dan
mengmbalikan sisa vaksin, sambil mencatat suhu lemari es.
Lemari es dengan pintu membuka ke atas lebih dianjurkan untuk
penyimpanan vaksin. Karet-karet pintu harus diperiksa kerapatannya,
untuk menghindari keluarnya udara dingin. Bila pada dinding lemari es
telah terdapat bunga es, atau di freezer telah mencapai tebal 2-3 cm harus
segera dilakukan pencairan (defrost). Sebelum melakukan pencairan,
pindahkan vaksin ke cool box atau lemari es yang lain. Cabut kontak
listrik lemari es, biarkan pintu lemari es dan freezer terbuka selama 24
jam, kemudian dibersihkan. Setelah bersih, pasang kembali kontak listerik,
tunggu sampai suhu stabil. Setelah suhu lemari sedikitnya mencapai +8C
dan suhu freezer-15C, masukkan vaksin sesuai tempatnya.

32

Gambar 1.6 Lemari es penyimpanan Vaksin


1.1.4.2.6 Susunan vaksin di dalam lemari es
Karena vaksin hidup dan vaksin inaktif mempunyai daya tahan berbeda
terhadap suhu dingin, maka kita harus mengenali bagian yang paling
dingin dari lemari es. Letakkan vaksin hidup dekat dengan bagian yang
paling dingin, sedangkan vaksin mati jauh dari bagian yang paling dingin.
Di antara kotak-kotak vaksin beri jarak selebar jari tangan (sekitar 2 cm)
agar udara dingin bias menyebar merata ke semua kotak vaksin.
Bagian paling bawah tidak untuk menyimpan vaksin tetapi khusus untuk
meletakkan cool pack, untuk mempertahankan suhu bila listerik mati.
Pelarut vaksin jangan disimpan di dalam lemari es atau freezer, karena
akan mengurangi ruang untuk vaksin, dan akan pecah bila beku. Penetes
(dropper) vaksin polio juga tidak boleh di letakkan di lemari es atau
freezer karena akan menjadi rapuh, mudah pecah.
Tidak boleh menyimpan makanan, minuman, obat-obatan atau bendabenda lain di dalam lemari es vaksin, karena mengganggu stabilitas suhu
karena sering di buka.
1.1.4.2.7 Lemari es dengan pintu membuka ke depan
Bagian yang paling dingin lemari es ini adalah di bagian paling atas
(freezer). Di dalam freezer disimpan cold pack, sedangkan rak tepat di
bawah freezer untuk meletakkan vaksin-vaksin hidup, karena tidak mati

33

pada suhu rendah. Rak yang lebih jauh dari freezer (rak ke 2 dan 3) untuk
meletakkan vaksin-vaksin mati (inaktif), agar tidak terlalu dekat freezer,
untuk menghindari rusak karena beku. Thermometer Dial atau Muller
diletakkan pada rak ke-2, freeze watch atau freeze tag pada rak ke 3.

Gambar 1.7 lemari es penyimpanan Vaksin


1.1.4.2.8 Lemari es dengan pintu membuka ke atas
Bagian yang paling dingin dalam lemari es ini adalah bagian tengah
(evaporator) yang membujur dari depan ke belakang. Oleh karena itu
vaksin hidup diletakkan di kanan-kiri bagian yang paling dingin
(evaporator). Vaksin mati diletakkan dipinggir, jauh dari evaporator. Beri
jarak antara kotak-kotak vaksin selebar jari tangan (sekitar 2 cm).
Letakkan termometer Dial atau Muller atau freeze watch/freeze tag dekat
vaksin mati.

34

Gambar 1.8 Lemari es dengan pintu membuka ke atas


1.1.4.2.9 Wadah pembawa vaksin
Untuk membawa vaksin dalam jumlah sedikit dan jarak tidak terlalu jauh
dapat menggunakan cold box (kotak dingin) atau vaccine carrier (termos).
Cold box berukuran lebih besar, dengan ukuran 40-70 liter, dengan
penyekat suhu dari poliuretan, selain untuk transportasi dapat pula untuk
menyimpan vaksin sementara. Untuk mempertahankan suhu vaksin di
dalam kotak dingin atau termos dimasukkan cold pack atau cool pack.

Gambar 1.9 Wadah pembawa vaksin


1.1.4.2.10 Cold pack dan cool pack
Cold pack berisi air yang dibekukan dalam suhu -15C sampai dengan
-25C selama 24 jam, biasanya di dalam wadah plastik berwarna putih.
Cool pack berisi air dingin (tidak beku)yang didinginkan dalam suhu +2C
sampai dengan +8C selama 24 jam, biasanya di dalam wadah plastik
berwarna merah atau biru. Cold pack (beku) dimasukkan ke dalam termos
untuk mempertahankan suhu vaksin ketika membawa vaksin hidup
sedangkan cool pack (cair) untuk membawa vaksin hidup dan vaksin mati
(inaktif).

35

Gambar 1.10 Ice pack


1.1.4.3 Menilai kualitas vaksin
Vaksin hidup akan mati pada suhu di atas batas tertentu, dan vaksin mati
akan rusak di bawah suhu tertentu.
1.) Kualitas rantai vaksin dan tanggal kadaluwarsa
Untuk mempertahankan kualitas vaksin maka penyimpanan dan
transportasi vaksin harus memenuhi syarat rantai vaksin yang baik,
antara lain : disimpan di dalam lemari es atau freezer dalam suhu
tertentu, transportasi vaksin di dalam kotak dingin atau termos
yang tertutup rapat, tidak terendam air, terlindung dari sinar
matahari langsung, belum melewati tanggal kadaluarsa, indikator
suhu berupa VVM (vaccine vial monitor) atau freeze watch/tag
belum melampaui batas suhu tertentu.
2.) VVM (vaccine vial monitor)
Untuk menilai apakah vaksin sudah pernah terpapar suhu di atas
batas yang dibolehkan, dengan membandingkan warna kotak segi
empat dengan warna lingkaran di sekitarnya. Bila waran kotak segi
empat lebih muda daripada lingkaran dan sekitarnya (disebut
kondisi VVM A atau B) maka vaksin belum terpapar suhu di atas
batas yang diperkenankan. Vaksin dengan kondisi VVM B harus
segera dipergunakan. Bila warna kotak segi empat sama atau lebih
36

gelap daripada lingkaran dan sekitarnya (disebut kondisi VVM C


atau D) maka vaksin sudah terpapar suhu di atas batas yang
diperkenankan, tidak boleh diberikan pada pasien.

Gambar 1.11 Vaccine Vial Monitor (VVM)


3.) Freeze watch dan freeze tag
Alat ini untuk mengetahui apakah vaksin pernah terpapar suhu
dibawah 0C. Bila dalam freeze watch terdapat warna biru yang
melebar ke sekitarnya atau dalam freeze tag ada tanda silang (X),
bearti vaksin pernah terpapar suhu di bawah 0C yang dapat
merusak vaksin mati. Vaksin-vaksin tersebut tidak boleh diberikan
kepada pasien.
4.) Warna dan kejernihan vaksin
Warna dan kejernihan beberapa vaksin dapat menjadi indikator praktis
untuk menilai stabilitas vaksin. Vaksin polio harus berwarna kuning
oranye. Bila warnanya berubah menjadi pucat atau kemerahan berarti
pHnya telah berubah, sehingga tidak stabil dan tidak boleh diberikan
kepada pasien.
Vaksin toksoid, rekombinan dan polisakarida umumnya berwarna putih
jernih sedikit berkabut. Bila menggumpal atau banyak endapan berarti
sudah pernah beku, tidak boleh digunakan karena sudah rusak. Untuk
meyakinkan dapat dilakukan uji kocok seperti dibawah ini. Bila vaksin
setelah dikocok tetap menggumpal atau mengendap maka vaksin tidak
boleh digunakan karena sudah rusak.
37

5.) Pemilihan vaksin


Vaksin yang harus segera dipergunakan adalah : vaksin yang belum
dibuka tetapi telah dibawa ke lapangan, sisa vaksin telah dibuka
(dipergunakan), vaksin dengan VVM B, vaksin dengan tanggal
kadaluarsa sudah dekat (EEFO = Early Expire First Out), vaksin yang
sudah lama tersimpan dikeluarkan segera (FIFO = First In First Out).
1.1.4.4 Macam-Macam Vaksin Dan Fungsinya
1.1.4.4.1 Imunisasi BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
Tuberkulosis (TB). Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus CalmetteGuerrin hidup yang dilemahkan. BCG diberikan satu kali sebelum anak
berumur dua bulan.
Di Indonesia TBC merupakan penyakit rakyat yang mudah
menular, di negara yang sudah berkembang penyakit ini sudah jarang
ditemukan

karena

dilaksanakannya

imunisasi

BCG

yang

luas,

pengawasan ketat terhadap penderita TBC dan perbaikan keadaan sosial


ekonomi.
1.1.4.4.2 Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin three-in-one yang melindungi
terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Di Indonesia vaksin terhadap ketiga
penyakit tersebut dipasarkan dalam tiga jenis kemasan, yaitu dalam
bentuk kemasan tunggal khusus bagi tetanus, dalam bentuk kombinasi
DT (difteri dan tetanus) dan kombinasi DPT.
Vaksin difteri terbuat dari toksin kuman difteri yang telah
dilemahkan. Biasanya diolah dan dikemas bersama-sama dengan vaksin
tetanus dalam bentuk vaksin DT atau dalam bentuk tetanus dan pertusis
dalam bentuk DPT.
Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan
dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Penyakit

38

difteri disebabkan oleh corynebacterium diphtheriae, sifatnya sangat


ganas dan mudah menular.
Seorang anak akan terjangkit difteri bila ia berhubungan langsung
dengan anak lain sebagai penderita difteri atau sebagai pembawa kuman
(karier). Dalam hal inilah perlunya dilakukan imunisasi. Dengan
imunisasi anak akan terhindar, sedangkan anak yang belum mendapat
imunisasi akan tertular penyakit difteri yang diperoleh dari temannya
sendiri yang menjadi karier. Pertusis (batuk rejan) adalah infeksi bakteri
Bordetella pertussis ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta
bunyi pernafasan yang melengking.
Pertusis

berlangsung

selama

beberapa

minggu

dan

dapat

menyebabkan serangan batuk sehingga anak sulit bernafas, makan atau


minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti
pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Sementara tetanus adalah infeksi
bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.
Gejala yang khas yaitu anak tiba-tiba batuk keras secara terus-menerus,
sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan, keluar air mata dan
kadang-kadang sampai muntah.
Vaksin DPT diberikan dengan cara disuntikkan pada otot lengan
atau paha. Imunisasi DPT diberikan sebanyak tiga kali, yaitu pada saat
anak berumur dua bulan (DPT I), tiga bulan (DPT II) dan empat bulan
(DPT III); selang waktu tidak kurang dari empat minggu. Imunisasi DPT
ulang diberikan satu tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6
tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka
diberikan DT, bukan DPT.
Daya proteksi atau daya lindung vaksin difteri cukup baik yaitu
sebesar 80-95% dan daya proteksi vaksin tetanus sangat baik yaitu
sebesar 90-95% sedangkan daya proteksi vaksin pertusis masih rendah
yaitu 50-60%. Oleh karena itu tidak jarang anak yang telah mendapat
imunisasi pertusis masih terjangkit penyakit batuk rejan, tetapi dalam
bentuk yang lebih ringan.

39

1.1.4.4.3 Imunisasi Polio


Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
poliomielitis.

Terdapat

dua

jenis

vaksin

yang

masing-masing

mengandung virus polio tipe I, II & III yang sudah dimatikan (Vaksin
Salk), cara pemberiannya dengan penyuntikan. Dan yang masih hidup
tapi dilemahkan (Vaksin Sabin) cara pemberiannya melalui mulut berupa
cairan. Di Indonesia vaksin yang lazim diberikan ialah vaksin jenis
Sabin.Vaksin polio dapat mencegah penyakit poliomielitis yang
disebabkan oleh virus polio, yaitu tipe I, II dan III. Virus polio akan
merusak bagian anterior susunan saraf pusat tulang belakang. Penyakit ini
terutama banyak terdapat di negara yang sedang berkembang. Di
Indonesia tercatat beberapa kali wabah polio misalnya di Belitung tahun
1948, di Semarang tahun 1954, di Medan tahun 1957. Gejala penyakit ini
sangat bervariasi, dari gejala ringan sampai timbul kelumpuhan bahkan
sampai timbul kematian. Gejala yang umum dan mudah dikenal ialah
anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota gerak setelah menderita
demam selama 2-5 hari. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada
otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan.
Imunisasi dasar polio diberikan pada anak umur 0-4 bulan sebanyak
empat kali (polio I, II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari
empat minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun setelah
imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada
saat meninggalkan SD (12 tahun). Daya proteksi vaksin polio sangat baik
yaitu sebesar 95-100%.
1.1.4.4.4 Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
campak (tampek) yang disebabkan oleh sejenis virus termasuk golongan

40

paramiksovirus. Gejala yang khas yaitu timbulnya bercakbercak merah


dikulit setelah anak demam 3-5 hari, bercak merah ini semula timbul pada
pipi di bawah telinga kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota
gerak.
Imunisasi campak diberikan sebanyak dua kali. Pertama, pada saat
anak berumur sembilan bulan atau lebih, Campak kedua diberikan pada
umur 5-7 tahun. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur
enam bulan dan diulangi enam bulan kemudian. Vaksin disuntikkan
secara langsung di bawah kulit (subkutan). Campak I diperlukan untuk
menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan Campak II diperlukan
untuk meningkatkan kekuatan antibodi sampai pada tingkat yang tertingi.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare.
Daya proteksi imunisasi campak sangat tinggi yaitu 96-99%,
Menurut penelitian, kekebalan yang diperoleh ini berlangsung seumur
hidup.
1.1.4.4.5 Imunisasi Hepatitis B (HBV)
Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker
hati dan kematian. Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap
hepatitis B. Imunisasi ini diberikan sebanyak empat kali. Antara suntikan
HBV1 dengan HBV2 diberikan dengan selang waktu satu bulan pada saat
anak berumur di bawah empat bulan. Kepada bayi yang lahir dari ibu
dengan hepatitis, vaksin HBV disuntikan dalam waktu 12 jam setelah
lahir. Sedangkan pada bayi yang lahir dari ibu yang status hepatitisnya
tidak diketahui, HBV I diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir.
HBV3 diberikan pada usia antara 6-18 bulan. Imunisasi HBV empat
diberikan saat anak berusia 10 tahun. Dosis pertama diberikan segera
setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki Hepatitis B. Imunisasi juga
bisa diberikan pada saat bayi berumur dua bulan. Pemberian imunisasi
kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar
pulih.

41

Program imunisasi di Puskesmas Kecamatan Menteng adalah


imunisasi dasar dan imunisasi pada ibu hamil. Imunisasi dasar yang
diberikan pada anak adalah:
a. BCG untuk mencegah penyakit TB,
b. DPT untuk mencegah penyakit Difteria, Pertusis dan Tetanus,
c. Polio untuk mencegah penyakit Poliomyelitis,
d. Campak untuk mencegah penyakit Measles,
Hepatitis B untuk mencegah penyakit Hepatitis B.
Berdasarkan tabel 1.14 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi DPT/HB/Hib
1 Sekecamatan Tanjung Priok Periode Januari Desember 2014 adalah 92
% dengan jumlah sasaran sebanyak 7212 bayi.

1.1.1.

Hasil Kegiatan Program Imunisasi di Puskesmas Wilayah Kecamatan


Kemayoran Periode Januari Desember 2014

Tabel 1.12 Indikator Program Imunisasi Puskesmas Kecamatan Kemayoran


Periode Januari Desember 2014
Program
Imunisasi

Indikator
HB 0 (0-7)
BCG
Polio 1
DPT/HB/Hib 1
Polio 2
DPT/HB/Hib 2
Polio 3
DPT/HB/Hib 3
Polio 4
Campak

Target 1 tahun (%)


80 %
95 %
95 %
95 %
90 %
90 %
90 %
90 %
90 %
90 %

Tabel 1.21 Cakupan Peserta Imunisasi HB 0 (0-7 HR) di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran Periode Januari Desember 2014

42

Nama Puskesmas
Kelurahan

Gunung Sahari
Selatan
Kemayoran
Kebon Kosong
Serdang
Utan Panjang
Harapan Mulia
Cempaka Baru
Sumur Batu
Total

Jumlah
Bayi Baru
Lahir
(Bayi)

% Target 1
Tahun

Januari s/d Desember


Jumlah Bayi
% Bayi yang
yang
diimunisasi
diimunisasi
selama 1 tahun
(Bayi)

281

80 %

270

96 %

308
359
410
307
205
359
333
2562

80 %
80 %
80 %
80 %
80 %
80 %
80 %
80 %

304
351
406
294
196
347
317
2485

87 %
97 %
99 %
95 %
95 %
96 %
95 %

Tabel 1.13 Cakupan Peserta Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran
Periode Januari Desember 2014
Nama Puskesmas

Gunung Sahari
Selatan
Kemayoran
Kebon Kosong
Serdang
Utan Panjang
Harapan Mulia
Cempaka Baru
Sumur Batu
Total

Jumlah
Bayi
Baru
Lahir
(Bayi)
281
308
359
410
307
205
359
333
2562

% Target 1
Tahun

95 %
95 %
95 %
95 %
95 %
95 %
95 %
95 %
95 %

Januari s/d Desember


Jumlah Bayi
% Bayi yang
yang
diimunisasi
diimunisasi
(Bayi)
274

97 %

305
357
401
305
201
352
327
2252

99 %
99 %
97 %
99 %
98 %
98 %
98 %

43

Tabel 1.17 Cakupan Peserta Imunisasi Polio 1 di Wilayah Puskesmas Kecamatan


Kemayoran Periode Januari Desember 2014
Nama Puskesmas
Kelurahan

Gunung Sahari
Selatan
Kemayoran
Kebon Kosong
Serdang
Utan Panjang
Harapan Mulia
Cempaka Baru
Sumur Batu
Total

Jumlah
Bayi Baru
Lahir
(Bayi)

% Target 1
Tahun

Januari s/d Desember


Jumlah Bayi
% Bayi yang
yang
diimunisasi
diimunisasi
(Bayi)

280

95 %

277

98 %

307
358
409
306
204
358
332
2554

95 %
95 %
95 %
95 %
95 %
95 %
95 %
95 %

313
356
403
305
198
358
327
2576

98 %
99 %
98 %
99 %
97 %
100 %
98 %

Tabel 1.14 Cakupan Peserta Imunisasi DPT/HB 1 di Wilayah Puskesmas Kecamatan


Kemayoran Periode Januari Desember 2014
Nama Puskesmas
Kelurahan

Gunung Sahari
Selatan
Kemayoran
Kebon Kosong
Serdang
Utan Panjang
Harapan Mulia
Cempaka Baru
Sumur Batu
Total

Sasaran
Imunisasi
Rutin

% Target 1
Tahun

Januari s/d Desember


Jumlah Bayi
% Bayi yang
yang
diimunisasi
diimunisasi
(Bayi)

280

95 %

276

98 %

307
358
409
306
204
358
332
2554

95 %
95 %
95 %
95 %
95 %
95 %
95 %
95 %

303
351
403
304
201
355
329
2576

98 %
98 %
98 %
99 %
98 %
99 %
99 %

44

45

Tabel 1.18 Cakupan Peserta Imunisasi Polio 2 di Wilayah Puskesmas Kecamatan


Kemayoran Periode Januari Desember 2014
Nama Puskesmas
Kelurahan

Gunung Sahari
Selatan
Kemayoran
Kebon Kosong
Serdang
Utan Panjang
Harapan Mulia
Cempaka Baru
Sumur Batu
Total

Sasaran
Imunisasi
Rutin

% Target 1
Tahun

Januari s/d Desember


Jumlah Bayi
% Bayi yang
yang
diimunisasi
diimunisasi
(Bayi)

280

90 %

279

99 %

307
358
409
306
204
358
332
2554

90 %
90 %
90 %
90 %
90 %
90 %
90 %
90 %

296
355
407
304
203
355
330
2529

96 %
99 %
99 %
99 %
99 %
99 %
99 %

Tabel 1.15 Cakupan Peserta Imunisasi DPT/HB 2 di Wilayah Puskesmas Kecamatan


Kemayoran Periode Januari Desember 2014
Nama Puskesmas
Kelurahan

Gunung Sahari
Selatan
Kemayoran
Kebon Kosong
Serdang
Utan Panjang
Harapan Mulia
Cempaka Baru
Sumur Batu
Total

Sasaran
Imunisasi
Rutin

% Target 1
Tahun

Januari s/d Desember


Jumlah Bayi
% Bayi yang
yang
diimunisasi
diimunisasi
(Bayi)

280

90 %

273

97,5 %

307
358
409
306
204
358
332
2554

90 %
90 %
90 %
90 %
90 %
90 %
90 %
90 %

304
350
398
301
195
354
320
2495

99 %
97,7 %
97 %
98 %
95 %
98 %
96 %
%

46

Tabel 1.19 Cakupan Peserta Imunisasi Polio 3 di Wilayah Puskesmas Kecamatan


Kemayoran Periode Januari Desember 2014
Nama Puskesmas
Kelurahan

Gunung Sahari
Selatan
Kemayoran
Kebon Kosong
Serdang
Utan Panjang
Harapan Mulia
Cempaka Baru
Sumur Batu
Total

Sasaran
Imunisasi
Rutin

% Target 1
Tahun

Januari s/d Desember


Jumlah Bayi
% Bayi yang
yang
diimunisasi
diimunisasi
(Bayi)

280

90 %

279

99 %

307
358
409
306
204
358
332
2554

90 %
90 %
90 %
90 %
90 %
90 %
90 %
90 %

306
356
408
305
203
357
331
2545

99 %
99 %
99 %
99 %
99 %
99 %
99 %

Tabel 1.16 Cakupan Peserta Imunisasi DPT/HB 3 di Wilayah Puskesmas Kecamatan


Kemayoran Periode Januari Desember 2014
Nama Puskesmas
Kelurahan

Gunung Sahari
Selatan
Kemayoran
Kebon Kosong
Serdang
Utan Panjang
Harapan Mulia
Cempaka Baru
Sumur Batu
Total

Sasaran
Imunisasi
Rutin

% Target 1
Tahun

Januari s/d Desember


Jumlah Bayi
% Bayi yang
yang
diimunisasi
diimunisasi
(Bayi)

280

90 %

278

99 %

307
358
409
306
204
358
332
2554

90 %
90 %
90 %
90 %
90 %
90 %
90 %
90 %

304
354
402
305
202
354
330
2529

99 %
98 %
98 %
99 %
99 %
98 %
99 %

47

Tabel 1.20 Cakupan Peserta Imunisasi Polio 4 di Wilayah Puskesmas Kecamatan


Kemayoran Periode Januari Desember 2014
Nama Puskesmas
Kelurahan

Gunung Sahari
Selatan
Kemayoran
Kebon Kosong
Serdang
Utan Panjang
Harapan Mulia
Cempaka Baru
Sumur Batu
Total

Sasaran
Imunisasi
Rutin

% Target 1
Tahun

Januari s/d Desember


Jumlah Bayi
% Bayi yang
yang
diimunisasi
diimunisasi
(Bayi)

280

90 %

277

98 %

307
358
409
306
204
358
332
2554

90 %
90 %
90 %
90 %
90 %
90 %
90 %
90 %

306
354
408
303
202
356
328
2534

99 %
98 %
99 %
99 %
99 %
99 %
98 %

Tabel 1.22 Cakupan Peserta Imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas Kecamatan


Kemayoran Periode Januari Desember 2014
Nama Puskesmas
Kelurahan

Gunung Sahari
Selatan
Kemayoran
Kebon Kosong
Serdang
Utan Panjang
Harapan Mulia
Cempaka Baru
Sumur Batu
Total

Sasaran
Imunisasi
Rutin

% Target 1
Tahun

Januari s/d Desember


Jumlah Bayi
% Bayi yang
yang
diimunisasi
diimunisasi
(Bayi)

280

90 %

263

93 %

307
358
409
306
204
358
332
2554

90 %
90 %
90 %
90 %
90 %
90 %
90 %
90 %

304
352
401
301
202
352
328
2503

99 %
98 %
98 %
98 %
99 %
98 %
98 %

48

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH


Sasaran program imunisasi dasar adalah bayi baru lahir dan bayi lahir
hidup. Sasaran lainnya adalah kelompok masyarakat yang mempunyai resiko
tinggi tertular penyakit. Setelah didapatkan identifikasi masalah dari program
Imunisasi dasar di Puskesmas Kecamatan Penjaringan maka dengan cara
menghitung dan membandingkan nilai kesenjangan antara apa yang diharapkan
(expected) dengan apa yang telah terjadi (observed) akan dipilih dua masalah
yang menjadi prioritas utama untuk diselesaikan. Selanjutnya dilakukan
perumusan masalah untuk membuat perencanaan yang baik sehingga masalah
yang ada dapat diselesaikan.
Dari berbagai hasil pencapaian program kegiatan imunisasi dasar yang
dievaluasi di Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember
2014 maka didapatkan identifikasi masalah sebagai berikut:
Januari Desember 2014
1.

Cakupan imunisasi HB0 (0-7 hari) di Wilayah Puskesmas Kecamatan

2.

Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 95 %.


Cakupan imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas
Kecamatan

3.

Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,12 %.


Cakupan imunisasi Polio 1 di Wilayah Puskesmas Kecamatan

4.

Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,4 %.


Cakupan imunisasi DPT/HB(1) di Wilayah Puskesmas Kecamatan

5.

Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,4 %.


Cakupan imunisasi Polio 2 di Wilayah Puskesmas Kecamatan

6.

Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %.


Cakupan imunisasi DPT/HB(2) di Wilayah Puskesmas Kecamatan

7.

Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 97,3 %.


Cakupan imunisasi Polio 3 di Wilayah Puskesmas Kecamatan

8.

Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 99 %.


Cakupan imunisasi DPT/HB(3) di Wilayah Puskesmas Kecamatan

9.

Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %.


Cakupan imunisasi Polio 4 di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %.
49

10. Cakupan imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas

Kecamatan

Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 97,62 %.


1.3 RUMUSAN MASALAH
Setelah didapatkan identifikasi masalah dari program Imunisasi dasar di
Puskesmas

Kecamatan Penjaringan maka dengan cara menghitung dan

membandingkan nilai kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan


apa yang telah terjadi (observed) akan dipilih dua masalah yang menjadi prioritas
utama untuk diselesaikan. Selanjutnya dilakukan perumusan masalah untuk
membuat perencanaan yang baik sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan.
Rumusan masalah meliputi 4 W 1 H (What, Where, When, Whose, How much)
Rumusan masalah dari program imunisasi dasar Puskesmas adalah sebagai berikut
:
Januari Desember 2014
1. Cakupan imunisasi HB0 (0-7 hari) di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 95 % lebih tinggi
dari target 80 %.
2. Cakupan imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran
periode Januari Desember 2014 sebesar 98,12 % lebih tinggi dari target
95%.
3. Cakupan imunisasi Polio 1 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran
periode Januari Desember 2014 sebesar 98,4 % lebih tinggi dari target
95%.
4. Cakupan imunisasi DPT/HB(1) di Wilayah Puskesmas

Kecamatan

Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,4 % lebih tinggi


dari target 95 %.
5. Cakupan imunisasi Polio 2 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran
periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 % lebih tinggi dari target
90%.
6. Cakupan imunisasi DPT/HB(2) di Wilayah Puskesmas

Kecamatan

Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 97,3 % lebih tinggi


dari target 90 %.

50

7. Cakupan imunisasi Polio 3 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran


periode Januari Desember 2014 sebesar 99 % lebih tinggi dari target 90
%.
8. Cakupan imunisasi DPT/HB(3) di Wilayah Puskesmas

Kecamatan

Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 % lebih


tinggi dari target 90 %.
9. Cakupan imunisasi Polio 4 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran
periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 % lebih tinggi dari target
90%.
10. Cakupan imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas

Kecamatan

Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 97,62 % lebih


tinggi dari target 90%.

BAB II
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH
2.1. Penetapan Prioritas Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan
(expected) dengan apa yang aktual terjadi (observed). Idealnya, semua
permasalahan yang timbul harus dicarikan jalan keluarnya, namun karena
keterbatasan sumber daya, dana, dan waktu menyebabkan tidak semua
permasalahan dapat dipecahkan sekaligus. Untuk itu perlu ditentukan
masalah yang menjadi prioritas. Setelah pada tahap awal merumuskan
masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang

51

harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang
ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya
pengetahuan yang cukup.
Pada BAB I, telah dirumuskan masalah yang terdapat pada
program imunisasi dasar yang merupakan salah satu dari 7 program
kesehatan dasar di Puskesmas Kecamatan Kemayoran. Dikarenakan
adanya keterbatasan sumber daya manusia, dana dan waktu, maka dari
semua masalah yang telah dirumuskan, perlu ditetapkan masalah yang
menjadi prioritas untuk diselesaikan.
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan
pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring
perlu dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat
dilakukan secara menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota
kelompok diharapkan mempunyai informasi dan data yang tersedia.
Beberapa langkah yang dilakukan dalam penetapan prioritas masalah
meliputi :
1. Menetapkan kriteria
2. Memberikan bobot masalah
3. Menentukan skoring tiap masalah

52

2.1.1. Non-Scoring Technique


Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah
yang lazim digunakan adalah teknik non scoring.
Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai melalui diskusi
kelompok, oleh sebab itu juga disebut Nominal Group Technique
(NGT). NGT terdiri dari dua, yaitu:
A. Metode Delbecq
Menetapkan prioritas masalah menggunakan tekhnik ini
dilakukan melalui diskusi dan kesepakatan sekelompok orang,
namun yang tidak sama keahliannya. Sehingga untuk menentukan
prioritas masalah, diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk
memberikan pengertian dan pemahaman peserta diskusi, tanpa
mempengaruhi peserta diskusi. Hasil diskusi ini adalah prioritas
masalah yang disepakati bersama.
B. Metode Delphi
Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok
orang yang mempunyai keahlian yang sama melalui pertemuan
khusus. Para peserta diskusi diminta untuk mengemukakan
pendapat mengenai beberapa masalah pokok. Masalah yang
terbanyak dikemukakan pada pertemuan tersebut, menjadi prioritas
masalah.
2.1.2 Scoring Technique
Berbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan
teknik skoring antara lain :
2.1.2.1 Metode Bryant
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu:
1. Prevalence
Besarnya masalah yang dihadapi
2. Seriousness
53

Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam


masyarakat dan dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka
kematian akibat masalah kesehatan tersebut.
3. Manageability
Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber daya
4. Community concern
Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah kesehatan
tersebut. Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah
yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor
yang diberikan adalah satu sampai lima yang ditulis dari arah kiri
ke kanan sesuai baris untuk tiap masalah. Kemudian dengan
penjumlahan dari arah atas ke bawah sesuai kolom untuk masingmasing masalah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai
tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi metode
ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil yang didapat dari setiap
masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan
prioritas masalah yang akan diambil.
2.1.2.2 Metode Matematik PAHO
Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan masalahmasalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan
digunakan kriteria untuk penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai
prioritas masalah. Kriteria yang dipakai ialah:
1. Magnitude
Berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit yang
ditunjukkan dengan angka prevalensi
2. Severity
Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case
fatality rate masing- masing penyakit.
3. Vulnerability
Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif untuk
mengatasi masalah tersebut

54

4. Community and political concern


Menunjukkan sejauh mana masalah tersebut menjadi concern atau
kegusaran masyarakat dan para politisi
5. Affordability
Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia
2.1.2.3Metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment)
Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada
kesepakatan mengenai bobot kriteria yang akan digunakan, dan masalahmasalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Metode ini
memakai lima kriteria untuk penilaian masalah tetapi masing-masing
kriteria diberikan bobot penilaian dan dikalikan dengan penilaian masalah
yang ada sehingga hasil yang didapat lebih objektif. Masalah dengan nilai
tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang dipakai
terdiri dari:
1. Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan
sehingga menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang
digunakan dalam kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika
masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai
adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan parameter
kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang
dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut. Misalnya masalah
K1, maka yang digunakan sebagai parameter adalah angka
kematian ibu dan lain sebagainya.
2. Greetes member
Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak
penduduk yang terkena masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah
kesehatan yang berupa penyakit, maka parameter yang digunakan
adalah prevalence rate.Sedangkan untuk masalah lain, maka
greetes member ditentukan dengan cara melihat selisih antara

55

pencapaian suatu kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan


target yang telah ditetapkan.
3. Expanding Scope
Menunjukan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan
terhadap sektor lain diluar sektor kesehatan. Parameter lain yang
digunakan adalah seberapa luas wilayah yang menjadi masalah,
berapa banyak jumlah penduduk di wilayah tersebut, serta berapa
banyak sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan dengan
masalah tersebut.
4. Feasibility
Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah
seberapa mungkin masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang
digunakan adalah ketersediaan sumber daya manusia berbanding
dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait dengan kegiatan
bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada tidaknya anggaran
untuk kegiatan tersebut.
5. Policy
Berhubung orientasi masalah yang ingin diselesaikan
adalah masalah kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk
menilai apakah masyarakat memiliki kepedulian terhadap masalah
tersebut

serta

apakah

kebijakan

pemerintah

mendukung

terselesaikannya masalah tersebut.Hal tersebut dapat dinilai dengan


apakah ada seruan atau kebijakan pemerintah yang concern
terhadap masalah tersebut, apakah ada lembaga atau organisasi
masyarakat yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta
apakah masalah tersebut terpublikasi diberbagai media.
Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut di atas
untuk penilaian masalah dan masing-masing kriteria harus
diberikan bobot penilaian untuk dikalikan dengan penilaian
masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih objektif. Pada
metode ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot
yang akan digunakan.

56

Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara


kriteria yang satu dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria
2.1.3 Pemilihan Metode MCUA
mana yang mempunyai nilai bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot
berkisar satu sampai lima, dimana nilai yang tertinggi adalah
kriteria yang mempunyai bobot lima.
Bobot 5
: paling penting
Bobot 4
: sangat penting sekali
Bobot 3
: sangat penting
Bobot 2
: penting
Bobot 1
: cukup penting
2.1.3.1Emergency
Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan
sehingga

menimbulkan

kematian

atau

kesakitan.Parameter

yang

digunakan dalam kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika
masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai adalah
masalah kesehatan lain,maka parameter yang digunakan berupa proxy
CFR yaitu suatu angka yang digunakan untuk masalah - masalah yang
tidak berhubungan dengan penyakit. Nilai proxy CFR ditentukan
berdasarkan hasil diskusi, argumentasi, serta justifikasi.

57

Berikut merupakan rincian dari CFR dan proxy :

TBC

: 24,2 %

Difteri

: 5,01%

Pertusis

: 0.5 %

Tetanus

: 53,8 %

Campak

: 1,74 %

Hepatitis B

: 3,1 %

Polio

:0%

(Sumber: Depkes.2013)
Tabel 2.1 Penentuan CFR dan Proxy Tiap Masalah
Skala
Score
1-8
1
9-16
2
17-24
3
25-32
4
33-39
5
40-47
6
48-55
7
56-63
8
64-71
9
72-79
10

58

Tabel.2.2 Penentuan Score Emergency


N0
MASALAH
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Cakupan imunisasi HB0 (0-7 hari) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 95 %
Cakupan imunisasi BCG pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,12 %
Cakupan imunisasi Polio 1 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,4 %
Cakupan imunisasi DPT/HB(1) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,4 %
Cakupan imunisasi Polio 2 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %
Cakupan imunisasi DPT/HB(2) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 97,3 %
Cakupan imunisasi Polio 3 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 99 %
Cakupan imunisasi DPT HB(3) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %
Cakupan imunisasi Polio 4 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %
Cakupan imunisasi Campak pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 97,62 %

(X)
Proxy
(%)
3,1

(Y)
Target Cakupan
(%)
15

24,2

X+Y
(%)

SCOR
E

18,1

3,12

27,32

3,4

3,4

62,41

3,4

65,81

8,62

8,62

62,41

7,3

69,71

62,41

8,62

71,03

10

8,62

8,62

1,74

7,62

9,36

59

2.1.3.2. Greetets Members


Greetest member menunjukkan berapa banyak penduduk yang
terkena masalah atau penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalens.
Semakin besar selisih antara target dan cakupan maka akan semakin besar
score yang didapatkan.
Tabel 2.3 Skala Score GreetesMember
Range
1-2
3-4
5-6
7-8
9-10
11-12
13-14
15-16
17-18
19-20

Score
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Keterangan:
Untuk menentukan score pada greetest member digunakan range. Range
didapatkan dari selisih antara target dan cakupan dari tiap masalah. Diberikan
score dari 1 sampai 20 dengan jarak tiap range sebesar 1.

60

Tabel.2.2 Penentuan Score Greetes Member


N0
MASALAH
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Cakupan imunisasi HB0 (0-7 hari) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 95 %
Cakupan imunisasi BCG pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,12 %
Cakupan imunisasi Polio 1 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,4 %
Cakupan imunisasi DPT/HB(1) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,4 %
Cakupan imunisasi Polio 2 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %
Cakupan imunisasi DPT/HB(2) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 97,3 %
Cakupan imunisasi Polio 3 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 99 %
Cakupan imunisasi DPT HB(3) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %
Cakupan imunisasi Polio 4 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %
Cakupan imunisasi Campak pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 97,62 %

(X)
Target
(%)
80

(Y)
Cakupan(%)

X-Y
(%)

SCOR
E

95

15

95

98,12

3,12

95

98,4

3,4

95

98,4

3,4

90

98,62

8,62

90

97,3

7,3

90

99

90

98,62

8,62

90

98,62

8,62

90

97,62

7,62

61

2.1.3.3Expanding Scope
1. Expanding Scope

menunjukkan

seberapa

luas

pengaruh

suatu

permasalahan terhadap sektor lain diluar kesehatan. Berapa banyak


jumlah bayi di wilayah tersebut, serta ada tidaknya score di luar sektor
kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut.
2. Jumlah sasaran tertinggi terdapat di kelurahan Serdang adalah 409 jiwa,
dan jumlah bayi terendah terdapat di kelurahan Harapan Mulia adalah
204 jiwa, dan untuk jumlah sasaran Kecamatan Kemayoran 2554 jiwa,
dengan ini maka skoring penilaian didasarkan atas jumlah bayi pada
interval-interval tertentu. Jarak antar interval adalah 21.
3. Untuk keterpaduan lintas sektor didapatkan hasil yang sama pada seluruh
puskesmas

kelurahan

dan

kecamatan,

yaitu

didapatkan

adanya

keterpaduan lintas sektor pada seluruh puskesmas kelurahan dan


kecamatan.
Tabel 2.5 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Jumlah
Sasaran

Score
1
2
3
4
5
6
7
8

Jumlah Sasaran
280-285
286-291
292-297
298-303
304-309
310-315
316-321
322-327

62

Tabel 2.6 Penentuan Score Expanding Scope Program Imunisasi Periode Januari Desember 2014
N0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

MASALAH
SCORE
Cakupan imunisasi HB0 (0-7 hari) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode
6
Januari Desember 2014 sebesar 95 %
Cakupan imunisasi BCG pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari
1
Desember 2014 sebesar 98,12 %
Cakupan imunisasi Polio 1 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari
8
Desember 2014 sebesar 98,4 %
Cakupan imunisasi DPT/HB(1) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari
8
Desember 2014 sebesar 98,4 %
Cakupan imunisasi Polio 2 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari
7
Desember 2014 sebesar 98,62 %
Cakupan imunisasi DPT/HB(2) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari
6
Desember 2014 sebesar 97,3 %
Cakupan imunisasi Polio 3 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari
7
Desember 2014 sebesar 99 %
Cakupan imunisasi DPT HB(3) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari
7
Desember 2014 sebesar 98,62 %
Cakupan imunisasi Polio 4 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari
7
Desember 2014 sebesar 98,62 %
Cakupan imunisasi Campak pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari
6
Desember 2014 sebesar 97,62 %

63

2.1.3.4. Feasibility
Menunjukkan sejauh mana kemungkinan program kerja yang
terdapat di puskesmas dapat atau tidak dilaksanakan.Untuk menilai hal
tersebut digunakan sistem scoring dilihat dari ketersediaan sumber daya
manusia, program kerja, material, serta transportasi yang efektif serta
efisien untuk mengatasi masalah tersebut.
Adapun parameter yang digunakan untuk menilai apakah suatu
masalah dapat diselesaikan meliputi :
1. Rasio tenaga kesehatan Puskesmas terhadap jumlah penduduk.
Semakin banyak jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah
penduduk, maka kemungkinan suatu permasalahan terselesaikan
akan semakin besar. Oleh karena itu, dilakukan penghitungan rasio
tenaga kesehatan di setiap Puskesmas kelurahan terhadap jumlah
penduduk yang menjadi sasaran program kesehatan di masing
masing wilayah Puskesmas.
Berikut adalah rasio tenaga kesehatan di tiap puskesmas terhadap jumlah
penduduk sasaran di wilayah Puskesmas tersebut :
Tabel 2.7 Penentuan Nilai Feasibility berdasarkan rasio tenaga
kesehatan Puskesmas terhadap jumlah Bayi
Score

Perbandingan

Score

Perbandingan

1:204 1:225

1:314 1:335

1:226 1:247

1:336 1:357

1:248 1:269

1:358 1:379

1:270 1:291

1:380 1:401

1:292 1:313

10

1:402 1:423

64

Tabel 2.8 Scoring Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Sasaran di


Wilayah Kecamatan Kemayoran Periode Januari Desember 2014
Puskesmas
Gunung Sahari Selatan
Kemayoran
Kebon Kosong
Serdang
Utan Panjang

Jumlah Tenaga
Kesehatan
1

Jumlah
Sasaran
280

1
1
1
1
Harapan Mulia
1
Cempaka Baru
1
Sumur Batu
1
2. Ketersediaan fasilitas (material),

Perbandingan

Score

1: 280

307
1: 307
5
358
1: 358
8
409
1: 409
10
306
1: 306
5
204
1: 204
1
358
1: 358
8
332
1: 332
6
fasilitas juga merupakan hal yang

dibutuhkan untuk menjalankan suatu kegiatan dan menyelesaikan


suatu masalah dan cakupan kegiatan tersebut. Namun, fasillitas
yang dibutuhkan oleh setiap kegiatan berbeda-beda. Oleh karena
itu, dibuatkan kategori untuk fasilitas yang dibutuhkan oleh
kegiatan-kegiatan tersebut.
Kategori

fasilitas

digolongkan

menjadi

dua

yaitu

ketersediaan obat dan ketersediaan alat. Penilaian berdasarkan ada


dalam jumlah mencukupi, ada namun kurang mencukupi dan tidak
ada sama sekali. Digolongkan cukup bila dari kegiatan pelaksanaan
program tidak ada masalah yaitu selalu tersedia dan diberi nilai
dua. Digolongkan kurang bila tersedia namun jumlah kurang, atau
terlambat datang, atau ada namun tidak layak pakai dan diberi nilai
satu.Dan tidak ada bila tidak tersedia dan diberi nilai nol.

65

Tabel 2.9Scoring Ketersediaan Fasilitas Terhadap Kegiatan di


Wilayah

Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari

Desember 2014
Kategori
Obat

Alat

Ketersediaan
Tidak ada
Ada tetapi kurang
Ada dan cukup
Tidak ada
Ada tetapi kurang
Ada dan cukup

Score
0
1
2
0
1
2

3. Ketersediaan dana, Scoring ketersediaan dana terhadap setiap


kegiatan Puskesmas penilaian dibagi tiga yaitu ada dan cukup
ada tapi kurang dan tidak ada. Penilaian berdasarkan
wawancara dengan pemegang program dan kepala Puskesmas
terkait.
Tabel 2.10Scoring ketersediaan Dana Terhadap Kegiatan di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari Desember 2014
Dana

Score

Ada dan banyak

Ada dan cukup

Ada tapi kurang

Tidak ada

66

Tabel 2.11 Penentuan Score Feasibility Terhadap Kegiatan Imunisasi di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari Desember 2014
No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

MASALAH

SDM

FASILITAS
OBAT
ALAT

DANA

SCORE

Cakupan imunisasi HB0 (0-7 hari) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 95 %
Cakupan imunisasi BCG pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran
periode Januari Desember 2014 sebesar 98,12 %
Cakupan imunisasi Polio 1 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,4 %
Cakupan imunisasi DPT/HB(1) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,4 %
Cakupan imunisasi Polio 2 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %
Cakupan imunisasi DPT/HB(2) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 97,3 %
Cakupan imunisasi Polio 3 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 99 %
Cakupan imunisasi DPT HB(3) pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %
Cakupan imunisasi Polio 4 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62 %
Cakupan imunisasi Campak pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 97,62 %

26

32

26

32

26

32

26

32

26

32

26

32

26

32

26

32

26

32

26

32

67

2.1.3.5. Policy
Untuk dapat menyelesaikan masalah ini, maka aspek lain yang
harus dipertimbangkan dari suatu masalah tersebut menjadi concern
masyarakat dan pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah terhadap masalah tersebut. Parameter yang
digunakan sebagai hasil justifikasi ditentukan bahwa untuk mengetahui hal
tersebut dilihat dari seberapa seringnya masalah tersebut dipublikasikan di
berbagai media.
Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter yang
paling mungkin sampai ke masyarakat. Publikasi suatu informasi
kesehatan di media elektronik memiliki jangkauan yang lebih luas
diberikan nilai15. Sedangkan kebijakan pemerintah berupa undang-undang
yang mengatur jumlah anak diberikan nilai 10. Begitupun dengan
publikasi informasi dalam bentuk media cetak diberikan nilai 5.Maka pada
publikasi informasi yang diberikan secara penyuluhan diberikan nilai 1
dan tidak ada diberikan nilai 0. Penjumlahan dari nilai tersebut dijadikan
score.
Tabel 2.12Penentuan Nilai Policy Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014
Parameter
Score
Baliho
5
Media Cetak
Leaflet
3

Media Elektronik

Koran, Majalah

Internet

TV

Radio

68

Tabel 2.13 Penentuan Score Policy Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari - Desember 2014
NO MASALAH
Balih Leaflet
Koran, Radio TV Interne Jumlah
o
majala
t
h
1
Cakupan imunisasi HB0 (0-7 hari) pada bayi baru lahir di Wilayah
3
5
8
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014
sebesar 95 %
2
Cakupan imunisasi BCG pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas
3
5
8
Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar
98,12 %
3
Cakupan imunisasi Polio 1 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas
3
5
8
Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,4
%
4
Cakupan imunisasi DPT/HB(1) pada bayi baru lahir di Wilayah
3
5
8
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014
sebesar 98,4 %
5
Cakupan imunisasi Polio 2 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas
3
5
8
Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar
98,62 %
6
Cakupan imunisasi DPT/HB(2) pada bayi baru lahir di Wilayah
3
5
8
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014
sebesar 97,3 %
7
Cakupan imunisasi Polio 3 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas
3
5
8
Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 99 %
8
Cakupan imunisasi DPT HB(3) pada bayi baru lahir di Wilayah
3
5
8
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014
sebesar 98,62 %
9
Cakupan imunisasi Polio 4 pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas
3
5
8
Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar
69

10

98,62 %
Cakupan imunisasi Campak pada bayi baru lahir di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014
sebesar 97,62 %

70

Tabel 2.14 Penentuan Masalah 1-4 Program Imunisasi menurut Metode


MCUA di Kecamatan Kemayoran Periode Januari-Desember2014
MS1
MS2
MS-3
MS-4
MS-5
Paramete
Bobot
N
BN
r
N
BN N
BN
N BN N
BN
Emergenc
5
3
15
4
20
1
5
9
45
2
10
y
Greatest
4
8
32
2
8
2
8
2
8
5
20
Member
Expandin
3
6
18
1
3
8
24
8
24
7
21
g Scope
Feasibility
2
32
64
32
64
32 64
32
64
32 64

Policy

N
o
1
2
3

Jumlah

N
o
1

Paramete
r
Emergenc
y
Greatest
Member
Expandin
g Scope
Feasibility

Policy

2
3

Jumlah

137

103

109

149

123

MS6
N BN

MS7
N
BN

MS-8
N BN

MS-9
N
BN

MS-10
N BN

45

10

10

50

10

10

16

20

20

20

16

18

21

21

21

18

32

64

32

64

32

64

32

64

32

64

Bobot

151

123

163

123

116

Keterangan :
MS-1 Cakupan imunisasi HB0 (0-7 hari) pada bayi baru lahir di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember
2014 sebesar 95 %
MS-2 Cakupan imunisasi BCG pada bayi baru lahir di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar
98,12 %
MS-3 Cakupan imunisasi Polio 1 pada bayi baru lahir di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember
2014 sebesar 98,4 %
MS-4 Cakupan imunisasi DPT/HB(1) pada bayi baru lahir di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember
2014 sebesar 98,4 %
MS-5 Cakupan imunisasi Polio 2 pada bayi baru lahir di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember
71

MS-6
MS-7
MS-8
MS-9
MS-10

2014 sebesar 98,62 %


Cakupan imunisasi DPT/HB(2) pada bayi baru lahir di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember
2014 sebesar 97,3 %
Cakupan imunisasi Polio 3 pada bayi baru lahir di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember
2014 sebesar 99 %
Cakupan imunisasi DPT HB(3) pada bayi baru lahir di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember
2014 sebesar 98,62 %
Cakupan imunisasi Polio 4 pada bayi baru lahir di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember
2014 sebesar 98,62 %
Cakupan imunisasi Campak pada bayi baru lahir di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember
2014 sebesar 97,62 %

Berdasarkan perhitungan tabel MCUA dari

masalah di atas,

didapatkan dua prioritas masalah hasil diskusi, argumentasi dan


justifikasi karena adanya keterbatasan sumber daya, tenaga, waktu
dan dana yaitu :
1. Cakupan imunisasi DPT/HB(2) pada Jumlah Bayi Baru Lahir di
Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari
Desember 2014 sebesar 97,3 % melebihi target yaitu 90% dengan
Final Score sebesar 151
2. Cakupan imunisasi DPT/HB(3) pada Jumlah Bayi Baru Lahir
(Bayi)di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode
Januari Desember 2014 sebesar 98,62% melebihi target yaitu
90% dengan Final Score sebesar 163
2.2. Menentukan Kemungkinan Penyebab Masalah
Setelah dilakukan penetapan prioritas terhadap masalah yang ada,
selanjutnya ditentukan kemungkinan penyebab masalah untuk mendapatkan
penyelesaian masalah yang ada terlebih dahulu. Pada tahap ini dicari apa yang
menjadi akar permasalahan dari setiap masalah yang telah diprioritaskan. Pada
tahap ini, digunakan diagram sebab akibat yang disebut juga dengan diagram

72

tulang ikan (fishbone diagram/Ishikawa). Dengan memanfaatkan pengetahuan


dan dibantu dengan data Puskesmas yang tersedia dapat disusun berbagai
penyebab masalah secara teoritis.
Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses.
Input yaitu sumber daya atau masukan yang diperlukan oleh suatu sistem.
Sumber daya sistem adalah: (Azwar Azrul, 1996).
Man
: Sumber daya manusia
Money
: Dana
Material : Sarana
Method : Cara
Proses adalah semua kegiatan sistem untuk mengubah input menjadi
output. Pada proses, menurut George R. Terry, terdiri dari :
Planning (perencanaan) :
Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan
tujuan organisasi, sampai dengan menetapkan alternatif

kegiatan untuk mencapainya.


Organizing (pengorganisasian) :
Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun
semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan
memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan

organisasi.
Actuating (panggerak pelaksanaan):
Proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu
bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya
sesuai dengan keterampilan yang telah dimiliki, dan dukungan

sumber daya yang tersedia.


Controlling (monitoring):
Proses untuk mengamati

secara

terus-menerus

pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah


disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan.
Berikut ini adalah prioritas masalah yang akan ditetapkan penyebab
masalahnya dengan menggunakan fishbone diagram/Ishikawa:

73

1. Cakupan imunisasi DPT/HB(2) pada Jumlah Bayi Baru Lahir di Wilayah


Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014
sebesar 97,3 % melebihi target yaitu 90% dengan Final Score sebesar 151
2. Cakupan imunisasi DPT/HB(3) pada Jumlah Bayi Baru Lahir (Bayi)di
Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember
2014 sebesar 98,62% melebihi target yaitu 90% dengan Final Score
sebesar 163
b. Menentukan penyebab masalah yang paling dominan
Pada tahap ini adalah menentukan penyebab masalah yang
dominan.Dari dua prioritas masalah yang ada, dengan menggunakan metode
Ishikawa atau lebih dikenal dengan fishbone (diagram tulang ikan) dan telah
dikonfirmasi dengan data yang ada, ditemukanlah akar penyebab masalah
(yang terdapat pada lingkaran). Dari sekian banyak akar penyebab masalah
yang telah ditemukan, dapat dicari akar penyebab masalah yang paling
dominan. Akar penyebab masalah yang paling dominan adalah akar penyebab
masalah yang apabila diselesaikan maka secara otomatis sebagian besar
masalah dapat dipecahkan. Penentuan akar penyebab masalah yang paling
dominan adalah melalui cara diskusi, argumentasi, justifikasi dan pemahaman
program yang cukup.
Menggunakan gambar diagram tulang ikan (fishbone) dapat diketahui
akar penyebab masalah yang paling dominan dalam program imunisasi dasar
di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari
Desember 2014.

2.3.1 Kemungkinan penyebab masalah dengan menggunakan fishbone


(diagram tulang ikan) pada cakupan imunisasi DPT/HB(2) pada
Jumlah Bayi Baru Lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan

74

Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 97,3 %


melebihi target yaitu 90% dengan Final Score sebesar 151
Akar penyebab masalah yang di temukan pada input adalah :
1. Pembagian petugas yang tidak merata dalam pelaksanaan program
imunisasi ( Man ).
2. Kurangnya pelatihan bagi petugas imunisasi tentang pencatatan
data (Method )
Akar penyebab masalah yang di temukan pada proses adalah :
1. Tidak jelasnya pembagian tugas pada program imunisasi
(Organizing )
2. Kurangnya komunikasi antar petugas pelaksana program imunisasi
( Actuating )
3. Penumpukan dalam pendataan di wilayah Puskesmas Kemayoran
(Enviroment)
Dari lima akar penyebab masalah diatas, dipilih tiga akar penyebab
masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi
langsung juga pemahaman yang cukup. Ketiga akar penyebab masalah
yang paling dominan tersebut adalah :
1. Kurangnya pelatihan bagi petugas imunisasi tentang pencatatan data
(Method )
2. Tidak jelasnya

pembagian

tugas

pada

program

imunisasi

(Organizing )
3. Penumpukan dalam pendataan di wilayah Puskesmas Kemayoran
(Enviroment)

1. 2.3.2 Kemungkinan penyebab masalah dengan menggunakan fishbone


(diagram tulang ikan) pada Cakupan imunisasi DPT/HB(3) pada
Jumlah Bayi Baru Lahir (Bayi) di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari Desember 2014 sebesar 98,62%
melebihi target yaitu 90% dengan Final Score sebesar 163
Akar penyebab masalah yang di temukan pada input adalah :

75

1. Kurangnya tenaga kesehata ( Man ).


2. Ketersediaan vaksin HB yang kurang di puskesmas ( Material)
Akar penyebab masalah yang di temukan pada proses adalah :
1. Petugas tidak mengisi laporan harian secara teratur ( Controlling )
2. Pembagian ruangan yang tidak sesuai ( Environment )
3. Kurangnya pengetahuan petugas imunisasi untuk membuat rencana
yang baik ( Planning)
Dari lima akar penyebab masalah diatas, dipilih tiga akar penyebab
masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi
langsung juga pemahaman yang cukup. Ketiga akar penyebab masalah
yang paling dominan tersebut adalah :
1. Ketersediaan vaksin HB yang kurang di puskesmas ( Material)
2. Pembagian ruangan yang tidak sesuai ( Environment )
3. Petugas tidak mengisi laporan harian secara teratur ( Controlling )

76

Gambar 2.1 Fishbone Cakupan Imunisasi DPT/HB(2) di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari-Desember 2014
Method

Material

Money

Terjadinya pencatatan yang tidak


akurat sehingga menghasilkan
data yang tidak sesuai mengenai
pelaksanaan program imunisasi

Man
Terlambatnya pencatatan data

Kurangnya pengetahuan petugas program


imunisasi tentang cara pencatatan data yang
baik

cakupan
Terlambatnya penyampain informasi
mengenai adanya pemberian imunisasi

imunisasi
DPT/HB(2) pada
Jumlah Bayi

Kurangnya pelatihan bagi


petugas imunisasi mengenai
pencatatan data yang baik

Pelaksanaan program
imunisasi tidak terarah
sesuai target dan sasaran

Banyak pendatang yang


berada di luar wilayah
kerja puskesmas

Minimnya informasi dan


penjelasan pelaksanaan
program imunisasi pada
para petugas di lapangan
Kurangnya kerjasama antar
petugas pelaksana program
imunisasi

Meningkatnya kunjungan
pasien yang berobat ke
puskesmas

Kurangnya
komunikasi
antar petugas
pelaksana
program

Penumpukan
dalam pendataan
di wilayah
puskesmas
Kemayoran

Environment

Baru Lahir di

Pembagian petugas
yang tidak merata
dalam program
imunisasi

Wilayah
Puskesmas
Kecamatan

Pengorganisasian program
yang digabungkan dengan
program imunisasi lain

Kemayoran
periode Januari
Desember 2014

Outcome imunisasi yang tidak


sepenuhnya menggambarkan
tingkat keberhasilan program
imunisasi

sebesar 97,3 %
melebihi

Kurang maksimalnya
fungsi organisasi program
imunisasi

target

yaitu 90%

Tidak jelasnya
pembagian tugas
pada program
imunisasi

77
Controlling

Actuating

Organizing

Planning

Gambar 2.2 Fishbone Cakupan Imunisasi DPT/HB(3) di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran Periode Januari-Desember 2014
Method

Money

Material

Man

Distribusi vaksin yang tidak


merata antar puskesmas

Kurangnya petugas

Tidak dilakukan pemeriksaan vaksin


HB secara merata

Petugas kurang menjalankan tugas


dengan baik

Ketersediaan vaksin HB yang


kurang di puskesmas

Ketidak nyamanan
ruangan untuk imunisasi

Sempit dan ada


nyamuk diruangan

Pembagian
ruangan yang
tidak sesuai

Environment

Kurangnya tenaga
kesehatan

Petugas hanya melanjutkan rencana


program yang telah dilaksanakan
sebelumnya

Mengalami kesulitan dalam


mengevaluasi program

Tidak adanya data yang


lengkap

Petugas perencanaan
merasa perencanaan
program yang sudah cukup
baik

Petugas tidak
mengisi laporan
harian secara
teratur

Controlling

Cakupan
imunisasi
DPT/HB(3)
pada Jumlah
Bayi Baru
Lahir (Bayi) di
Wilayah
Puskesmas
Kecamatan
Kemayoran
periode
Januari
Desember 2014
sebesar 98,62%
melebihi target
yaitu 90%

Kurangnya
pengetahuan
petugas imunisasi
untuk membuat
rencana yang baik

Actuating

Organizing

Planning

78

79

Gambar 2.2 Fishbone Cakupan imunisasi DPT/HB(3) pada Jumlah Bayi Baru Lahir (Bayi) di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Kemayoran periode Januari Desember 2014

Method

Material

Man

Money

Petugas memerlukan bantuan dari


petugas lain

Kurangnya dana untuk merekrut


petugas tambahan

Sulitnya meminta bantuan


petugas dari program lain

Keuangan puskesmas yang


terbatas

Cakupan
imunisasi
DPT/HB(3) pada
Wilayah

Pengalokasian dana belum


sesuai dengan kepentingan
setiap program

Kurangnya
koordinasi lintas
program

Puskesmas
Kecamatan
Kemayoran
periode Januari

Puskesmas
tidak pernah
melakukan
rapat apabila
akan
melaksanakan

Banyaknya staf yang


bekerja secara merangkap

Terbatasnya
waktu yang
dimiliki
petugas

Planning

Organizing

Desember 2014

Staf tidak bekerja


secara optimal

Kurangnya petugas
yang memiliki
kemampuan dalam
bidang imunisasi

Actuating

Pengawasan
kegiatan tidak
dilaksanakan
secara terusmenerus

sebesar 98,62 %
melebihi target
yaitu 90 %
dengan final
score sebesar 163

Pengawas
merangkap sebagai
pelaksana kegiatan
Controlling
80

BAB III
MENETAPKAN ALTERNATIF CARA PEMECAHAN MASALAH

a. Menetapkan Alternatif Cara Pemecahan Masalah dan


Menentukan Cara Pemecahan Masalah yang Paling Fleskibel
Setelah menentukan akar penyebab masalah yang paling dominan,
untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan akar penyebab masalah yang
paling dominan tersebut maka ditentukan beberapa alternatif pemecahan
masalah. Penetapan alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan
metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assesment), yaitu dengan
memberikan skoring pada bobot berdasarkan hasil diskusi, argumentasi, dan
justifikasi kelompok. Parameter diletakkan pada baris, sedangkan alternatif
diletakkan pada kolom. Selanjutnya kepada setiap masalah diberikan nilai dari
kolom kiri ke kanan sehingga hasil yang didapatkan merupakan perkalian
antara bobot kriteria dengan skor dari setiap alternatif masalah dan
dijumlahkan tiap baris menurut setiap kriteria berdasarkan masing masing
alternatif masalah tersebut.
Kriteria dalam penetapan alternatif masalah yang terbaik adalah :
1. Mudah dilaksanakan
Diberi nilai tertinggi pada masalah yang paling
mungkin diselesaikan dengan sempurna dan diberi nilai
terendah pada masalah yang paling sulit diselesaikan.
2. Murah biayanya
Diberi nilai tertinggi pada masalah yang paling murah
biaya pelaksanaannya dan diberi nilai terendah pada masalah
yang paling mahal biaya pelaksanaannya.
3. Dapat memecahkan masalah dengan sempurna
Diberi nilai tertinggi pada masalah yang paling
mungkin diselesaikan dengan sempurna dan diberi nilai
terendah pada masalah yang paling sulit diselesaikan.

140

4. Waktu penerapan sampai masalah terpecahkan tidak lama


Diberi nilai tertinggi pada masalah yang paling dapat
diselesaikan dengan cepat dan diberi nilai terendah pada
masalah

yang

memerlukan

waktu

paling

lama

dalam

penyelesaiannya.
3.2 cakupan imunisasi DPT/HB(2) pada Jumlah Bayi Baru Lahir di
Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode Januari
Desember 2014 sebesar 97,3 % melebihi target yaitu 90% dengan
Final Score sebesar 151
Dari lima akar penyebab masalah, maka dipilih tiga akar penyebab
masalah yang paling dominan dan ditetapkan alternatif pemecahan
masalahnya, sebagai berikut :
1. Kurang inisiatif dari petugas untuk mengambil data ke bidan
mandiri / RBS.
Alternatif pemecahan masalah: Petugas memiliki inisiatif untuk
mengambil data ke bidan mandiri/ RBS
2. Kurang tenaga kerja untuk melakukan follow up terhadap
program imunisasi.
Alternatif pemecahan masalah: Tenaga kerja ditambah untuk
terlaksananya follow up program imunisasi
3. Kurang pengawasan dari kepala program terhadap pencatatan
data imunisasi.
Alternatif pemecahan masalah: Kepala program melakukan
pengawasan terhadap pencatatan imunisasi bayi.

Tabel 3.1. MCUA Alternatif Pemecahan Masalah Cakupan DPT/HB(2) pada


Jumlah Bayi Baru Lahir di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran
periode Januari Desember 2014
No

Parameter

Bobot

AL

AL

AL

141

1
2
3

Mudah dilaksanakan
Murah biayanya
Waktu penerapannya sampai

4
3
2

N
2
3
1

BN
8
9
4

N
1
1
1

BN
4
3
2

N
2
3
2

BN
8
9
4

2 2

3 3

2 2

22

12

23

masalah terpecahkan tidak


4

terlalu lama
Dapat memecahkan masalah
dengan sempurna
Jumlah
Keterangan :
AL 1

: Petugas memiliki inisiatif untuk mengambil data ke bidan


mandiri/ RBS.

AL 2

:Tenaga kerja ditambah untuk terlaksananya follow up


program imunisasi

AL 3

:Kepala

program

melakukan

pengawasan

terhadap

pencatatan imunisasi bayi.

Dari hasil penetapan alternatif pemecahan masalah dengan


menggunakan metode MCUA, berdasarkan pada jumlah BN tertinggi
didapatkan hasil berupa peringkat sebagai berikut :
1. Kepala program melakukan pengawasan terhadap pencatatan imunisasi
bayi.
2. Petugas memiliki inisiatif untuk mengambil data ke bidan mandiri/
RBS.

142

3. Tenaga kerja ditambah untuk terlaksananya follow up program


imunisasi
3.3 Cakupan imunisasi DPT/HB(3) pada Jumlah Bayi Baru Lahir
(Bayi) di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kemayoran periode
Januari Desember 2014 sebesar 98,62% melebihi target yaitu
90% dengan Final Score sebesar 163
Dari lima akar penyebab masalah, maka dipilih tiga akar penyebab
masalah yang paling dominan dan ditetapkan alternatif pemecahan
masalahnya, sebagai berikut :
1. Pengalokasian dana belum sesuai dengan kepentingan
setiap program
Alternatif pemecahan masalah: Menyesuaikan pengalokasian
dana sesuai dengan kepentingan setiap program.
2. Kurangnya petugas yang memiliki kemampuan dalam
bidang imunisasi
Alternatif pemecahan masalah: Menambahkan petugas yang
memiliki kemampuan dalam bidang imunisasi
3. Terbatasnya waktu yang dimiliki petugas
Alternatif pemecahan masalah : Petugas memiliki waktu yang
lebih.

Tabel 3.2. MCUA Alternatif Pemecahan Masalah Cakupan Imunisasi


DPT/HB(3) pada Jumlah Bayi Baru Lahir (Bayi) di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Kemayoran periode Januari Desember 2014
No

1
2
3

Parameter

Mudah dilaksanakan
Murah biayanya
Waktu penerapannya sampai

Bobot

4
3
2

AL

AL

AL

1
BN
8
6
2

2
BN
4
3
2

3
BN
4
6
2

N
2
2
1

N
1
1
1

N
1
2
1

143

masalah terpecahkan tidak


4

terlalu lama
Dapat memecahkan masalah

dengan sempurna
Jumlah

3 3

2 2

3 3

19

11

15

Keterangan :
AL 1

Menyesuaikan

pengalokasian

dana

sesuai

dengan

kepentingan setiap program.


AL 2

: Menambahkan petugas yang memiliki kemampuan dalam


bidang imunisasi

AL 3

: Petugas memiliki waktu yang lebih.

Dari hasil penetapan alternatif pemecahan masalah dengan


menggunakan metode MCUA, berdasarkan pada jumlah BN tertinggi
didapatkan hasil berupa peringkat sebagai berikut :
1. Menyesuaikan pengalokasian dana sesuai dengan kepentingan setiap
program.
2. Petugas memiliki waktu yang lebih.
3. Menambahkan petugas yang memiliki kemampuan dalam bidang
imunisasi

144

BAB IV
RENCANA PELAKSANAAN PEMECAHAN MASALAH
4.1. Menyusun Rencana Kegiatan Pemecahan Masalah
Setelah ditemukannya alternatif pemecahan masalah maka sampailah
pada tahap penyusunan rencana pemecahan masalah. Dalam tahap ini,
diharapkan dapat mengambil keputusan-keputusan untuk memecahkan akar
masalah yang dianggap paling dominan. Perencanaan adalah upaya menyusun
berbagai keputusan yang bersifat pokok yang dipandang paling penting dan
akan dilakukan menurut urutannya guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan rencana memecahkan
masalah.
4.1.1. Cakupan imunisasi HB0 (0-7HR) pada Jumlah Bayi Baru Lahir
(Bayi) di Wilayah Puskesmas Kelurahan Sunter Jaya 2 periode
Januari Desember 2014.
Agar dapat melaksanakan alternatif pemecahan masalah, Cakupan
Imunisasi HB0 (0-7HR) di Wilayah Puskesmas Kelurahan Sunter Jaya 2
Periode Januari Desember 2014, yang didapatkan dalam BAB III, maka
dibuat rencana usulan kegiatan sebagai berikut:

145

Tabel 4.1 Rencana Pemecahan Masalah Cakupan Imunisasi HB0 (0-7HR) di Wilayah Puskesmas Kelurahan Sunter Jaya 2
Periode Januari Desember 2014
N
O

KEPUTUSAN

Memberikan
himbauan
dan
pemahaman
kepada
petugas
imunisasi dan orang tua agar
melakukan imunisasi di sarana
pelayanan kesehatan yang disesuai
dengan wilayah tempat tinggalnya

Menambah jumlah petugas baru


sebagai pelaksana program
imunisasi di Puskesmas Keluraan
Tanjung Priok I.

RENCANA KEGIATAN

TARGET

VOLIME
KEGIATAN

BIAYA

a. Mengadakan pertemuan
antar petugas imunisasi

a. Terlaksananya
pertemuan antar
petugas imunisasi

1x/bulan

Rp. 100.000

b. Mengadakan temu wicara


antar para ibu di sekitar
wilayah kerja

b. Terlaksananya
pertemuan antarpara
ibu sekitar wilayah
kerja dan tercapainya
pemahaman untuk
melakukan imunisasi
sesuai wilayah tepat
tinggal

1x/bulan

Rp. 200.000

a. Rapat koordinasi
pembuatan proposal
penambahan tenaga
kesehatan

a. Meningkatkan jumlah
tenaga kerja

2x/tahun

Rp. 400.000,-

a. Melaksanakan test seleksi.

b. Memperoleh tenaga
kesehatan yang
terampil dan
berpengalaman.

2x/tahun

Rp. 300.000,-

146

Menambah jadwal perekrutan


tenaga kerja baru bagi petugas
program imunisasi di Puskesmas
Kelurahan Tanjung Priok I.

Menyediakan panduan pencatatan


imunisasi bagi pelaksanaan
program imunisasi di Kelurahan
Tanjung Priok I

a. Menyusun rencana jadwal


perekrutan tenaga kerja
program imunisasi

a. Tersedianya waktu,
tempat dan tenaga
kerja untuk perekrutan
enaga kerja baru

b. Melaksanakan perekrutan
tenaga kerja program
imunisasi

b. Memperoleh tenaga
kerja

2x/tahun

Rp. 300.000,-

c. Evaluasi kegiatan

d. Memastikan program
dapat berjalan dengan
baik dan optimal

2x/tahun

Rp. 100.000,-

a. Meminta panduan
pencatatan imunisasi bagi
pelaksanaan program
imunisasi
b. Melakukan pembinaan
pencatatan kepada petugas
imunisasi

a. Pengadaan panduan
pencatatan imunisasi
dari dinas kesehatan
profinsi
b. Petugas mengetahui
pembinaan pencatatan
program imunisasi
TOTAL

2x/tahun

Rp. 400.000,-

1x/tahun

Rp. 200.000,-

1x/bulan

Rp. 200.000,-

Rp. 2.200.000,-

147

4.1.2. Cakupan Imunisasi Polio 3 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Tanjung


Priok I Periode Januari April 2014
Agar dapat melaksanakan alternatif pemecahan masalah, Cakupan
Imunisasi Polio 3 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Tanjung Priok 1
Periode Januari April 2014, yang didapatkan dalam BAB III, maka
dibuat rencana usulan kegiatan sebagai berikut:

148

Tabel 4.2 Rencana Pemecahan Masalah Cakupan Imunisasi Polio 3 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Tanjung Priok 1 Periode
Januari April 2014
NO

KEPUTUSAN

Menambah jumlah
petugas baru sebagai
pelaksana imunisasi
di Puskesmas
Kelurahan Tanjung
Priok I

Menambah jadwal
perekrutan tenaga
kerja baru bagi
pelaksana program
imunisasi di
Puskesmas Kelurahan
Tanjung Priok I
menjadi 2 kali/tahun

TARGET

VOLUME
KEGIATAN

BIAYA

a. Rapat koordinasi pembuatan


proposal penambahan tenaga
kesehatan

a. Terlaksananya pertemuan
rutin antar petugas dengan
kepala puskesmas.

2x/tahun

Rp. 400.000,-

b. Melaksanakan test seleksi.

c. Untuk menyelesaikan
permasalahan internal
maupun eksternal antara
kepala puskesmas dan
petugas.

2xtahun

Rp. 300.000,-

a. Menyusun rencana jadwal


perekrutan tenaga kerja program
imunisasi

a. Tersedianya waktu, tempat


dan tenaga kerja untuk
perekrutan enaga kerja baru

2x/tahun

Rp. 400.000,-

b. .Melaksanakan perekrutan tenaga


kerja program imunisasi
c. Evaluasi program

b. Memperoleh tenaga kerja


c. Memastikan program dapat
berjalan dengan baik dan
optimal

2x/tahun
2x/tahun

Rp. 300.000,Rp. 100.000

RENCANA KEGIATAN

149

Memberikan
himbauan dan
pemahaman kepada
petugas imunisasi
dan orang tua agar
melakukan imunisasi
di sarana pelayanan
kesehatan yang sesuai
dengan wilayah
tempat tinggalnya
Menyediakan
panduan pencatatan
imunisasi bagi
pelaksanaan program
imunisasi di tingkat
Kelurahan Tanjung
Priok I

a. Terlaksananya pertemuan
antar petugas imunisasi
1x/bulan

Rp. 200.000,-

b. Terlaksananya pertemuan
antarpara ibu sekitar wilayah
kerja dan tercapainya
pemahaman untuk melakukan
imunisasi sesuai wilayah
tepat tinggal

1x/bulan

Rp. 100.000,-

a. Meminta panduan pencatatan imunisasi


bagi pelaksanaan program imunisasi

a. Pengadaan panduan
pencatatan imunisasi dari
dinas kesehatan profinsi

1x/tahun

Rp. 200.000,-

b. Melakukan pembinaan pencatatan


kepada petugas imunisasi

b. Petugas mengetahui
pembinaan pencatatan
program imunisasi

1x/bulan

Rp. 200.000,-

a. Mengadakan pertemuan antar


petugas imunisasi
b. Mengadakan temu wicara antar para
ibu di sekitar wilayah kerja

TOTAL

Rp. 2.100.000,-

150

4.2. Rencana Pelaksanaan Pemecahan Masalah


Setelah menyusun rencana pemecahan masalah, maka akan dilakukan
rencana pelaksanaan pemecahan masalah yang disusun berdasarkan rencana
usulan kegiatan. Perencanaan pelaksanaan pemecahan masalah disajikan dalam
bentuk tabel gan chart berikut ini :
Tabel 4.3 Rencana PelaksanaanKegiatan Imunisasi Polio 2 di Puskesmas
KelurahanTanjung Priok Periode Januari April 2014
Bulan
No

1
2

3
4
5

6
7
8

Kegiatan

Juni
1 2

Mengadakan
pertemuan
antar
petugas imunisasi
Mengadakan
temu
wicara antar para ibu di
sekitar wilayah kerja
Rapat
koordinasi
pembuatan
proposal
x
penambahan
tenaga
kesehatan
Melaksanakan
test
seleksi.
Menyusun
rencana
jadwal
perekrutan
x
tenaga kerja program
imunisasi
Melaksanakan
perekrutan tenaga kerja
program imunisasi
Evaluasi kegiatan
Meminta
panduan
pencatatan imunisasi
x
bagi
pelaksanaan
program imunisasi
Melakukan pembinaan
pencatatan
kepada
petugas imunisasi

Juli
1 2

x
x

Tabel 4.4 Rencana PelaksanaanKegiatan Imunisasi Polio 3 di Puskesmas


KelurahanTanjung Priok Periode Januari April 2014

151

Bulan
No

1
2

3
4
5

6
7
8

Kegiatan

Juni
1 2

Mengadakan
pertemuan
antar
petugas imunisasi
Mengadakan
temu
wicara antar para ibu di
sekitar wilayah kerja
Rapat
koordinasi
pembuatan
proposal
x
penambahan
tenaga
kesehatan
Melaksanakan
test
seleksi.
Menyusun
rencana
jadwal
perekrutan
x
tenaga kerja program
imunisasi
Melaksanakan
perekrutan tenaga kerja
program imunisasi
Evaluasi kegiatan
Meminta
panduan
pencatatan imunisasi
x
bagi
pelaksanaan
program imunisasi
Melakukan pembinaan
pencatatan
kepada
petugas imunisasi

Juli
1 2

x
x

152

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Setelah melewati berbagai proses maka didapatkan satu program
kesehatan dasar Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok yang dievaluasi yaitu
program Imunisasi bayi dan didapatkan beberapa masalah yang teridentifikasi
melewati diskusi dan justifikasi sehingga didapatkan prioritas masalah selama
bulan Januari April 2014, yaitu :
1. Cakupan imunisasi Polio 2 di wilayah Puskesmas Kelurahan Tanjung
Priok 1 Periode Januari-April 2014 adalah sebesar 136,2 %, berada di atas
target yakni 32,3 % dengan finale score
2. Cakupan imunisasi Polio 3 di wilayah Puskesmas Kelurahan Tanjung
Priok 1 Periode Januari-April 2014 adalah sebesar 134 %, berada di atas
target yakni 31, 6 % dengan finale score
Selanjutnya kedua prioritas masalah diatas dicari akar penyebab masalah
yang paling dominan dan setelah dilakukan diskusi, argumentasi dan justifikasi
maka dapat disimpulkan akar penyebab masalah yang dominan dari kedua
prioritas masalah sebagai berikut :
Cakupan Imunisasi Polio 2 di wilayah Puskesmas Kelurahan Tanjung
Priok I Periode Januari April 2014 adalah sebesar 136,2 %, berada di atas target
yakni 32,3 % dengan finale score
Akar penyebab masalah dominan :
1. Kurangnya tenaga kesehatan
2. Kurangnya perekrutan tenaga kerja kesehatan di bidang imunisasi
3. Kurangnya informasi ibu dan petugas imunisasi untuk melakukan
imunisasi sesuai wilayah tinggal
4. Kurangnya pedoman tentang cara pencatatan imunisasi

153

5.2. Saran
Berdasarkan permasalahan program kesehatan dasar tersebut, disarankan atau
direkomendasikan beberapa hal kepada Kepala Puskesmas Kecamatan Tanjung
Priok sebagai berikut :
1. Cakupan Imunisasi Polio 2 di wilayah Puskesmas Kelurahan Tanjung
Priok I Periode Januari April 2014 adalah sebesar 136.2 %, berada di
atas target yakni 32,3 % dengan finale score :
a. Memberikan informasi mengenai pelaksanaan imunisasi di
puskesmas
i. Mengadakan pertemuan antar petugas imunisasi
ii. Mengadakan temu wicara antar para ibu di wilayah kerja
iii. Membuat agenda pertemuan yang rutin
b. Menambah jumlah tenaga kesehatan di bidang imunisasi
i. Rapat koordinasi pembuatan proposal penambahan tenaga
kesehatan
ii. Pengajuan proposal
iii. Melakukan tes seleksi
c. Menambah jadwal perekrutan tenaga kerja kesehatan
i. Menyusun jadwal pertemuan, koordinasi secara teratur
ii. Melaksanakan pertemuan, koordinasi secara teratur pada
tiap akhir program
d. Menyediakan pedoman mengenai tatacara pencatatan imunisasi
i. Rapat koordinasi pembuatan proposal pengadaan panduan
pencatatan imunisasi
ii. Pengajuan proposal
2. Cakupan Imunisasi Polio 3 di wilayah Puskesmas Kelurahan Tanjung
Priok I Periode Januari April 2014 adalah sebesar 134%, berada di atas
target yakni 31,6 % dengan finale score :
a. Menambah jumlah tenaga kesehatan di bidang imunisasi
i. Rapat koordinasi pembuatan proposal penambahan tenaga
kesehatan
ii. Pengajuan proposal
iii. Melakukan tes seleksi
b. Menambah jadwal perekrutan tenaga kerja kesehatan
154

i. Menyusun jadwal pertemuan, koordinasi secara teratur


ii. Melakukan pertemuan, koordinasi secara teratur pada tiap
akhir program
c. Memberikan informasi mengenai pelaksanaan imunisasi di
puskesmas
i. Mengadakan pertemuan antar petugas imunisasi
ii. Mengadakan temu wicara antar para ibu di wilayah kerja
iii. Membuat agenda pertemuan yang rutin
d. Menyediakan pedoman mengenai tatacara pencatatan imunisasi
i. Rapat koordinasi pembuatan proposal pengadaan panduan
pencatatan imunisasi
ii. Pengajuan proposal

155

DAFTAR PUSTAKA
1. Profil Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Tahun 2013
2. Laporan Bulanan Imunisasi Kecamatan Tanjung Priok bulan Januari April
tahun 2014. Jakarta : Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok; 2014
3. Kurikulum & Modul Pelatihan Manajemen Puskesmas, Departemen
Kesehatan RI, 2000
4. Trihono. Arrimes: Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta:
Sagung Seto, 2005
5. Modul Kepaniteraan Kedokteran Komunitas dan Kedokteran Keluarga ; 2012

156

Anda mungkin juga menyukai