Chapter II 13
Chapter II 13
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Respon
Respon diartikan sebagai suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud
balik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan,
suka atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Selain itu
menurut Daryl Beum respon juga diartikan sebagai tingkahlaku balas atau sikap
yang menjadi tingkahlaku atau adu kuat. Respon pada hakekatnya merupakan
tingkahlaku balas atau juga sikap yang menjadi tingkah laku balik, yang juga
merupakan proses pengorganisasian rangsang dimana rangsangan-rangsangan
proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi
fenomenal dari rangsangan-rangsangan proksimal tersebut (Adi, 1994:105).
Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang, karena sikap
merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku dalam
menghadapi suatu rangsangan tertentu. Melihat sikap seseorang atau sekelompok
orang terhadap sesuatu maka akan diketahui bagaimana respon mereka terhadap
kondisi
tersebut.
Menurut
Louis
Thursone,
respon
merupakan
jumlah
sikap
dapat
menggambarkan
respon
seseorang
atau
2.2 Narapidana
2.2.1 Pengertian Narapidana Wanita
Kehidupan narapidana adalah suatu pola kegiatan atau aktifitas yang
dilakukan oleh narapidana dan dikelompokkan pada suatu tempat yang tidak
bebas sifatnya (geraknya) guna mempertanggungjawabkan perbuatannya serta
mengarahkannya kepada perbuatan yang benar menurut hukum dan agama agar
mereka dapat bertobat bila sudah bebas nanti. Narapidana wanita yang dibina
dalam lembaga pemasyarakatan disebut warga binaan pemasyarakatan atau klien
pemasyarakatan. Narapidana atau warga binaan adalah terpidana yang menjalani
pidana di LAPAS, yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Seseorang yang dipenjara berarti telah terbukti melakukan pelanggaran,
yang tentu saja tidak disukai dan ditentang oleh masyarakat. Masyarakat pun pada
akhirnya mendiskreditkan atau menurunkan status seorang narapidana dari
seseorang yang seutuhnya menjadi seseorang yang tercemar dan diabaikan karena
perbuatan yang pernah dilakukan oleh para terpidana.
Wanita sebagai pelaku kejahatan dianggap telah melanggar norma ganda oleh
masyarakat, yaitu norma hukum dan norma konvensional tentang bagaimana
seharusnya wanita berperilaku dan bersikap.
Bagi narapidana wanita harus mampu melakukan penyesuaian diri yang
dilakukan secara seimbang baik dalam penyesuaian secara pribadi dan sosial.
Bahwa narapidana wanita mampu menerima dirinya dan menerima orang lain,
untuk
mendapatkan
perlindungan
terhadap
tindakan
yang
j.
pranata masyarakat, sebagai tempat untuk mendidik para narapidana agar dapat
meluluhkan kembali kesadaran mereka dalam bermasyarakat, untuk memperbaiki
martabat dan harga diri mereka ditengah-tengah masyarakatnya. Lembaga
Pemasyarakatan adalah sebagai wadah pembinaan untuk melenyapkan sifat-sifat
jahat melalui pendidikan (Panjaitan, Petrus, 1995:10).
Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan terhadap
narapidana berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang
merupakan bagian akhir dalam tata peradilan pidana. Lembaga pemasyarakatan
yang berkembang sekarang ini menganut sistem pemasyarakatan yaitu suatu
tatanan arah dan batas serta cara pembinaan terhadap narapidana berdasarkan
pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina dan
masyarakat untuk meningkatkan kualitas narapidana agar menyadari kesalahan,
memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima
kembali oleh lingkungan masyarakat, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga
yang baik dan bertanggung jawab.
2.3.2 Petugas Pemasyarakatan
Kewajiban untuk mengeluarkan narapidana dari lembaga untuk kembali ke
masyarakat tidak kalah pentingnya daripada tugas untuk memasukkan narapidana
ke dalam lembaga. Berhasilnya tugas untuk mengeluarkan dan mengembalikan
narapidana menjadi anggota masyarakat yang baik dan taat terhadap hukum,
digantungkan kepada petugas-petugas negara yang diserahi tugas menjalankan
sistem pemasyarakatan.
kehilangan
kemerdekaan,
negara
telah
mengambil
dihilangkannya
kemerdekaan
bergerak,
membimbing
untuk
memenuhi
kebutuhan-kebutuhan
individu,
karena
orang
yang
menjalaninya
untuk
membetulkan
dan
2. Pembinaan
narapidana
yang
dilaksanakan
di luar
gedung
lembaga
pemasyarakatan:
a. Belajar di tempat latihan kerja milik lembaga pemasyarakatan.
b. Belajar di tempat latihan kerja milik industri/dinas lain.
c. Beribadah, sembahyang di mesjid, gereja dan lain sebagainya.
d. Berolahraga bersama masyarakat.
e. Pemberian bebas bersyarat dan cuti menjelang bebas.
f. Pengurangan masa pidana/remisi.
2.4.2.2 Proses Pembinaan
Empat tahap proses pembinaan dalam sistem pemasyarakatan:
Tahap pertama
Tahap kedua
:Bilamana proses pembinaan telah berjalan selamalamanya sepertiga dari masa pidananya dan menurut
Dewan Pembina Pemasyarakatan sudah terdapat kemajuan
(insyaf, disiplin, patuh terhadap peraturan tata tertib),
maka yang bersangkutan ditempatkan pada Lembaga
Pemasyarakatan dengan sistem keamanan yang medium
(medium security), dengan kebebasan yang lebih banyak.
Tahap ketiga
cuti terakhir paling lama enam bulan. Remisi adalah pengurangan masa pidana
yang diberikan kepada narapidana karena telah memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan dan berkelakuan baik selama menjalani masa pidana.
2.4.2.3 Tujuan Pembinaan
Secara umum tujuan pembinaan adalah:
1. Memantapkan iman (ketahanan mental).
2. Membina mereka agar segera mampu berintegrasi secara wajar dalam
kehidupan kelompok selama dalam lembaga pemasyarakatan dan kehidupan
yang lebih luas (masyarakat), setelah selesai menjalani pidana.
Sedangkan secara khusus tujuan pembinaan adalah:
1. Berhasil memantapkan kembali harga diri dan kepercayaan dirinya serta
bersikap optimis akan masa depannya.
2. Berhasil memperoleh pengetahuan minimal keterampilan untuk bekal hidup
mandiri dan berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan nasional.
3. Berhasil menjadi manusia yang patuh hukum dengan tidak lagi melakukan
perbuatan yang melanggar hukum.
4. Berhasil memiliki jiwa dan semangat pengadilan terhadap bangsa dan negara.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan narapidana
berusaha kearah memasyarakatkan kembali seseorang yang pernah mengalami
konflik sosial, sebagai suatu cara baru untuk menjadi seseorang yang dapat
berguna bagi negara, hal ini merupakan usaha yang dilakukan untuk mencapai
negara yang sejahtera.
kerjasama
untuk
memperbaiki
kondisi
ekonomi
dan
sosial.
PROGRAM PEMBINAAN
Pendidikan umum.
Pendidikan keterampilan.
Pendidikan rohani.
Sosial budaya, kunjungan
keluarga.
5. Kegiatan rekreasi: olahraga,
hiburan, membaca.
1.
2.
3.
4.
RESPON NARAPIDANA
WANITA TERHADAP
PROGRAM PEMBINAAN
DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN
RESPON POSITIF
RESPON NEGATIF