Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak, tidak hanya oleh
orang oerorang atau keluarga, tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh
anggota masyarakat.Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak upaya
yang harus dilaksanakan.Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peranan
yang cukup penting adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan.Jika pelayanan
kesehatan tidak tersedia (available), tidak tercapai (accessible), tidak terjangkau
(affordable), tidak berkesinambungan (continue) tidak menyeluruh (comprehensive),
tidak terpadu (integrated), dan atau tidak bermutu (quality) tentu sulit diharapkan
terwujudnya keadaan sehat tersebut.
Secara

umum

pelayanan

kesehatan

dibagi

menjadi

pelayanan

kesehatan

personal/pelayanan kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan


kedokteran keluarga termasuk dalam pelayanan kedokteran dimana pelayanan ini
memiliki karakteristik tertentu dengan sasaran utamanya adalah keluarga. Pelayanan
dokter keluarga memusatkan perhatian pada masalah-masalah kesehatan keluarga
secara keseluruhan sebenarnya bukanlah merupakan hal yang baru.Perkembangan
spesialisasi dan atau sub-spesialisasi ini berjalan dengan amat pesat sekali, yang
sampai dengan tahun 1988, sebagaimana yang tercatat dalam The American Medical
Dictionary, adalah sebnayak 33 macam. Pada saat ini jumlah spesialisasi dan subspesialisasi tersebut telah makin meningkat, yakni tidak kurang dari 57 macam.
Perkembangan spesialisasi dan sub-spesialisasi yang seperti ini, di samping
mendatangkan banyak manfaat yakni makin menigkatnya mutu pelayanan kesehatan,
yang antara lain ditandai oleh turunnya angka kesakitan, angka cacat dan angka
kematian, ternyata juga mendatangkan banyak masalah. Salah satu dari masalah yang
dimaksud yang dipandang cukup penting ialah makin berkurangnya minat dokter
1

menyelenggarakan pelayanan dokter umum., Akibatnya menimbulkan berbagai


masalah
Masalah yang paling menonjol yang diketemukan pada subsistem pelayanan
kesehatan ialah pelayanan kesehatan tersebut menjadi terkotak-kotak (fragmented
health service), amat tergantung pada berbagai peralatan kedokteran canggih serta
cenderung mengorganisir pelayanan kesehatan yang lebih majemuk. Keadaan seperti
ini tentu merugikan masyarakat, karena masyarakat akan sulit mendapatkan
pelayanan kesehatan yang menyeluruh (comprehensive health services). Pasien
akhirnya bagaikan berbelanja ke banyak toko.Berpindah dari satu tempat ke tempat
lain, tanpa tahu kegunaan dan manfaatnya. Lebih lanjut lagi karena pelayanan yang
terkotak-kotak ini, maka hubungan dokter pasien

(doctor-patient relationship)

menjadi renggang. Sering ditemukan perhatian dokter hanya terhadap belahan yang
disampaikan, bukan terhadap diri penderita secara keseluruhan.
Selain itu masalah yang menonjol juga ditemukan pada subsistem pembiayaan
kesehatan dimana biaya kesehatan menjadi meningkat.Peningkatan biaya kesehatan
tersebut bukan saja karena telah dipergunakannya berbagai peralatan canggih, tetapi
juga karena pelayanan kesehatan tersebut telah terkotak-kotak. Akibatnya
pemeriksaan kedokteran yang sama sering dilakukan berulang-ulang, yang tentu akan
memberatkan pasien. Masalah lainnya juga mutu pelayanan yang diselenggarakan
ternyata jauh dari memuaskan.
Dalam penerapan sistem pelayanan dokter keluarga, seorang Dokter Keluarga (DK)
harus menggunakan prinsip pelayanan dokter keluarga. Prinsip-prinsip pelayanan
dokter keluarga mengikuti anjuran dari WHO yang mencantumkan prinsip-prinsip ini
dalam terbitannya. Prinsip-prinsip ini juga merupakan simpulan untuk dapat
meningkatkan kualitas layanan dokter primer dalam melaksanakan pelayanan
kedokteran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Dokter Keluarga
Menurut WONCA, 1991 dalam Prasetyawati, pada saat ini, batasan dokter
keluarga banyak macamnya, beberapa diantaranya yang dipandang cukup
penting adalah Dokter Keluarga merupakan dokter yang mengutamakan
penyediaan pelayanan komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan
kedokteran, dan mengatur pelayanan oleh provider lain bila diperlukan. Dokter
ini adalah seorang generalis yang menerima semua orang yang membutuhkan
pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan usia, gender, ataupun jenis
penyakit. Dikatakan pula bahwa dokter keluarga adalah dokter yang mengasuh
individu sebagai bagian dari keluarga dan dalam lingkup komunitas dari individu
tersebut tanpa membedakan ras, budaya, dan tingkatan sosial. Secara klinis,
dokter ini berkompeten untuk menyediakan pelayanan dengan sangat
mempertimbangkan dan memperhatikan latar belakang budaya, sosioekonomi,
dan psikologis pasien. Dokter ini bertanggung jawab atas berlangsungnya
pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan bagi pasiennya.
B. Pelayanan Dokter Keluarga
Batasan pelayanan dokter keluarga banyak macamnya. Dua diantaranya yang
dipandang cukup penting adalah:
1. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh
yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana
tanggungjawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh
golongan umur atau jenis kelamin pasien , juga tidak oleh organ tubuh atau
3

jenis penyakit tertentu saja (The American Academy of Family Physician,


1969).
2. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan spesialis yang luas yang bertitik
tolak dari suatu pokok ilmu yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu
lainnya terutama ilmu penyakit dlam, ilmu kesehatan anak, ilmu kebidanan
dan kandungan, ilmu bedah serta ilmu kedokteran jiwa, yang secara
keseluruhan membentuk kesatuan yang terpadu, diperkaya dengan ilmu
perilaku, biologi dan ilmu-ilmu klinik, dan karenanya mampu mempersiapkan
dokter untuk mempunyai peranan yang unik dalam menyelenggarakan
penatalaksanaan pasien, penyelesaian masalah, pelayanan konseling, serta
dapat bertindak sebagai dokter pribadi yang mengkoordinasikan seluruh
pelayanan kesehatan (The American Academy of Family Physician,1996).
C. Tujuan Pelayanan Dokter Keluarga
Tujuan pelayanan dokter keluarga mencakup bidang yang amat luas sekali.
Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan tujuan
pelayanan kedokteran dan atau pelayanan kesehatan pada umumnya,
yakni terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.
2. Tujuan Khusus
a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang
lebih efektif. Bila dibandingkan dengan pelayanan kedokteran yang
lain, pelayanan dokter keluarga memang lebih efektif. Ini
disebabkan karena dalam menangani suatu masalah kesehatan,
perhatian tidak hanya ditujukan pada keluhan pasien semata,
melainkan memandang pasien sebagai manusia seutuhnya, dan
bahkan sebagai bagian anggota keluarga dengan lingkungannya
masing-masing. Dengan metode seperti ini diharapkan penyelesaian
4

masalah

kesehatan

dapat

dilakukan

secara

sempurna

dan

memuaskan.
b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang
lebih efisien. Pelayanan kedokteran keluarga lebih efisien
disebabkan pelayanan kedokteran keluarga lebih mengutamakan
pelayanan pencegahan penyakit yang diselnggarakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Hal ini bertujuan
untuk menurunkan angka jatuh sakit, yang secara tidak langsung
akan menurunkan biaya kesehatan. Dengan pelayanan yang
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan dapat dihindari
tindakan atau pemeriksaan yang berulang-ulang, yang besar
peranannya dalam mencegah penghamburan dana kesehatan yang
bersifat tidak terbatas.
D. Manfaat Pelayanan Dokter Keluarga
Sesungguhnya apabila pelayanan dokter keluar dapat diselenggarakan dengan
baik, akan banyak manfaat yang diperoleh. Manfaat yang dimaksud antara
lain:
a. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai
manusia seutuhnya, bukan hanya terhadap keluhan yang disampaikan.
b. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan
dijamin kesinambungan pelayanan kesehatan.
c. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih
baik dan terarah, terutama ditengah-tengah kompleksitas pelayanan
kesehatan saat ini.
d. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu
sehingga penanganan suatu masalah kesehatan tidak menimbulkan
berbagai masalah lainnya.

e. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka segala
keterangan tentang keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan
ataupun keterangan keadaan social dapat dimanfaatkan dalam
menangani masalah kesehatan yang dihadapi.
f. Akan dapat diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi
timbulnya penyakit, termasuk faktor sosial dan psikologi.
g. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tata
cara yang lebih sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan
meringankan biaya kesehatan.
h. Akan dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokteran yang
canggih yang memberatkan biaya kesehatan.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelayanan dokter keluarga mencakup bidang amat luas sekali.
Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam :
1.

Kegiatan yang dilaksanakan

Pelayanan yang diselenggarakan oleh dokter keluarga harus memenuhi syarat


pokok yaitu pelayanan kedokteran menyeluruh (comprehensive medical
services). Karakteristik:

jenis pelayanan yang diselenggarakan mencakup semua jenis

pelayanan kedokteran yang dikenal di masyarakat.


Tata cara pelayanan tidak diselenggarakan secara terkotak-kotak
ataupun

terputus-putus melainkan diselenggarakan secara terpadu

(integrated) dan berkesinambungan (continu).


Pusat perhatian pada waktu menyelenggarakan pelayanan kedokteran
tidak

memusatkan perhatiannya hanya pada keluhan dan masalah

kesehatan yang disampaikan penderita saja, melainkan pada penderita


sebagai manusia seutuhnya.

Pendekatan pada penyelenggaraan pelayanan tidak didekati hanya dari


satu sisi saja, melainkan dari semua sisi yang terkait (comprehensive
approach) yaitu sisi fisik, mental dan sosial (secara holistik).

2. Sasaran Pelayanan
Sasaran pelayanan dokter keluarga adalah kelurga sebagai suatu unit.
Pelayanan
kesehatan

dokter keluarga harus memperhatikan kebutuhan dan tuntutan


keluarga

pengaruhmasalah

sebagai

satu

kesatuan,

harus

memperhatikan

kesehatan yang dihadapi terhadap keluarga dan harus

memperhatikan pengaruh keluarga terhadap masalah kesehatan yang dihadapi


oleh setiap anggota keluarga. \
F. Prinsip Kedokteran Keluarga
Pelayanan dokter keluarga sebagai UPK strata pertama merupakan pelayanan
yang mengacu pada kepentingan status kesehatan setinggi-tingginya dari
pengguna jasa dengan konteks keluarga. Untuk itu dokter keluarga selaku
pemberi pelanyanan dituntut untuk memenuhi beberapa prinsip pelayanan
yang merupakan landasan berpikir dan bertindak.

1. Pelayanan yang Bersinambung (Continuity Of Care)


Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan
bersinambung, yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif
efisien, proaktif, dan terus-menerus demi kesehatan pasien. Pelayanan yang
kontinu berarti pasien harus dipantau secara terus menerus. Wujud
kontinuitas pelayanannya itu berupa pemantauan bersinambung, antara lain
melalui penyelenggaraan rekam medis yang handal dan kerjasama
professional dengan tenaga medik lainnya. Rekam medis bersinambung,
informasi dalam riwayat kesehatan pasien sebelumnya dan pada saat

datang digunakan untuk memastikan bahwa penatalaksanaan yang


diterapkan sesuai dengan pasien yang bersangkutan.
Pengertian pelayanan berkesinambungan ada dua macam, yaitu :
a. Berkesinambungan dalam arti pemenuhan kebutuhan pasien Seseorang
yang

berada

dalam

keadaan

sehat

membutuhkan

pelayanan

peningkatan derajat kesehatan dan pencegahan penyakit. Tetapi apabila


telah jatuh sakit ia membutuhkan pelayanan pengobatan. Sedangkan
bagi yang telah sembuh dari penyakit, mungkin memerlukan pelayanan
pemulihan. Kesemua jenis pelayanan kedokteran yang dibutuhkan ini
harus tersedia secara berkesinambungan.
b. Berkesinambungan dalam arti waktu penyelenggaraan

Pelayanan

berkesinambungan yang dimaksudkan disini adalah pelayanan yang


harus tersedia pada setiap saat yang dibutuhkan. Pelayanan kedokteran
yang tidak tersedia pada setiap saat, bukanlah pelayanan kedokteran
berkesinambungan.
2. Menyelenggarakan pelayanan komprehensif dengan pendekatan
holistik
Dokter keluarga memandang pasien tidak hanya dari sisi biologis saja
tetapi juga dari sisi sosial dan psikologisnya. Seorang dokter memandang
pasien secara keseluruhan dengan memperhatikan keseluruhan kebutuhan
mereka. Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memandang
pasien sebagai manusia seutuhnya.
Dokter keluarga memberikan pelayanan menyeluruh yang memadukan
promosi kesehatan, pecegahan penyakit, pengobatan, dan rehabilitasi
dengan aspek fisik, psikologis, dan social-buadaya sesuai dengan
kebutuhan pasien.

Holistik artinya tidak dibatasi pada masalah biomedis pasien saja, tetapi
juga dengan telihat latar belakang sosial-budaya pasien yang mungkin
berkaitan dengan penyakitnya. Misalnya, banyak penyakit didapat dari
pekerjaannya seperti nyeri otot dan tulang, radang saluran napas, radang
kulit atau kelelahan. Jika penyakit tersebut tidak ditangani secara holistik
dan hanya terfokus pada gejala atau penyakitnya saja, maka tidak akan
benarbenar berhasil disembuhkan.
Komprehensif artinya tidak hanya terbatas pada pelayanan pengobatan
atau kuratif saja, tetapi meliputi aspek lainnya mulai dari promotifpreventif hingga rehabilitatif. Misalnya, konseling, edukasi kesehatan,
imunisasi, KB, medical check-up, perawatan pasca RS dan rehabilitasi
medik.
Pelayanan dokter keluarga mendayagunakan segala sumber di sekitar
kehidupan pasien untuk meningkatkan keadaan kesehatan pasien dan
keluarganya. Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memandang
pasien sebagai bagian dari keluarga pasien, dan memerhatikan bahwa
keluarga pasien dapat mempengaruhi kondisi kesehatan pasien.
3. Pelayanan yang terkoordinasi (Coordination Of Care)
Pelayanan kolaboratif artinya bekerja sama juga dengan berbagai pihak
yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, guna mengefektifkan dan
mengefisienkan pelayanan. Dokter keluarga mengkoordinasikan semua
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan pasien. Kerjasama profesional
dengan semua pengandil agar dicapai pelayanan kesehatan yang bermutu
dan mencapai kesembuhan optimal, memanfaatkan potensi pasien dan
keluarganya seoptimal mungkin untuk penyembuhan. Dokter keluarga
bukan hanya mempertimbangkan segi medis tetapi juga ekonomi, sosial

dan budaya sehingga sering perlu melibatkan atau kerjasama dengan


berbagaipihak.
Dalam praktik sehari-hari seorang Dokter Keluarga tidak mungkin lepas
dari kebutuhan akan konsultasi dan rujukan, baik yang bersifat horizontal
dengan sesama dokter layanan primer maupun vertikal dengan dokter di
layanan sekunder. Konsultasi dan rujukan juga akan menjadi sarana
pengikat yang mampu meningkatkan kadar kesejawatan jika terlaksana
secara baik. Bersamaan dengan peningkatan kesejawatan sebenarnya
terjadi juga peningkatan kadar keilmuan dan keterampilan berpikir serta
bertindak. Oleh karena itu prinsip kolaborasi dan koordinasi dalam praktik
DK dengan sendirinya akan memfasilitasi peningkatan kadar profesionalisme dan kesejawatan.
4. Menyelenggarakan pelayanan yang mengutamakan pencegahan
Pencegahan penyakit memiliki banyak aspek, termasuk pengenalan faktor
resiko dari penyakit, dan promosi kesehatan gaya hidup sehat. Pencegahan
juga termasuk mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin memiliki
efek terhadap kesehatan emosional pasien dan keluarganya. Pencegahan
adalah mengenali faktor-faktor resiko tejadinya suatu penyakit, seperti
riwayat penyakit dalam keluarga dan melakukan skrining untuk kasus dini
dan pencegahan sedini mungkin. Karena berangkat dari paradigma sehat,
maka upaya pencegahan oleh dokter keluarga dilaksanakan sedini mungkin
sehingga yang sehat dipertahankan sehat dan yang sakit dicegah agar tidak
menjadi lebih parah dan segera kembali produktif

10

5. Pelayanan

personal

(individual)

sebagai

bagian

integral

dari

keluarganya
Dokter keluarga memberikan layanan yang bersifat pribadi dengan
mempertimbangkan pasien sebagai bagian dari keluarga. Adanya hubungan
baik dengan pasien dan seluruh keluarga memberi peluang kepada seorang
dokter keluarga untuk memahami masalah pasien secara lebih luas.
Dokter keluarga memandang pasiennya sebagai bagian dari keluarganya,
dan memahami pengaruh penyakit terhadap keluarga dan pengaruh
keluarga terhadap penyakit.dokter keluarga juga harus mengenali keluarga
yang disfungsi atau berfungsi baik. Penilaiannya dapat berdasarkan
genogram, family circle, dan family Apgar.
6.

Mempertimbangkan masyarakat, lingkungan kerja, dan lingkungan


(Community)
Dokter

keluarga

harus

mempertimbangkan

pengaruh

komunitas,

masyarakat dan lingkungannya yang dapat mempengaruhi penyembuhan


penyakitnya, dan memanfaatkan komunitas, masyarakat dan lingkungannya
untuk membantu penyembuhan penyakitnya. Banyak sumber-sumber di
masyarakat yang dapat digunakan dokter keluarga dalam rangka
memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
7. Menjunjung tinggi etika, moral dan hukum
Sadar etika dalam praktiknya diwujudkan dalam perilaku dokter dalam
menghadapi pasiennya tanpa memandang status sosial, jenis kelamin, jenis
penyakit, ataupun sistem organ yang sakit. Semua dalah pasiennya dan
harus dilayani secara profesional. Demikian pula dengan sadar hukum,
sangat dekat dengan perilaku dokter untuk tetap bekerja dalam batas-batas
11

kewenanangan dan selalau mentaati kewajiban yang digariskan oleh hukum


yang berlaku di daerah tempat praktiknya.
8. Menyelenggarakan pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu
Masalah biaya merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam
penyelenggaraan pelayanan dokter keluarga. Sadar biaya yang juga
sebenarnya menyangkut perilaku dokter keluarga dalam pertimbangkan
cost effectiveness dari biaya yang dikeluarkan oleh pasien. Dengan kata
lain biaya harus menjadi pertimbangan akan tetapi tidak boleh
menurunkan mutu pelayanan.
9. Menyelenggarakan

pelayanan

yang

dapat

diaudit

dan

dipertangungjawabkan
Sebenanrya yang diaudit mencakup selurut strata pelayanan kesehatan
bukan hanya layanan dokter keluarga. Kenyataannya sampai sekarang
audit medis masih jauh dari harapan terutamna di Indonesia. Namun
demikian praktik dokter keluarga harus memulai mempersiapkan diri
untuk sewaktu-waktu dapat diaudit oleh pihak yang berwenang. Audit
medis ini merupakan upaya peningkaan kualitas pelayanan dan samasekali
bukan upaya untuk memata-matai praktik dokter.
Secara logis dokter praktik umum (DPU) yang telah menyelenggarakan prinsip di
atas patut mendapat sebutan Dokter Keluarga walaupun sebutan itu mungkin hanya
datang dari komunitas pasien yang dilayaninya. Kenyataannya sebagian besar DPU di
Indonesia terutama yang sukses dalam praktiknya sehari-hari sebenarnya telah
menjalankan prinsip tersebut secara naluriah. Dapatlah disimpulkan bahwa
sebenarnya penerapan kesembilan butir prinsip pelayanan Dokter Keluarga bukanlah
upaya baru melainkan sebuah upaya mengembalikan krida DPU ke khitahnya sebagai
penyelenggara pelayanan primer yang paripurna dan handal. Penerapan prinsip itu
12

menghendaki agar Dokter Keluarga menyadari bahwa dalam melaksanakan tugasnya


di ranah layanan primer harus bekerjasama dengan semua pihak termasuk paramedis,
petugas laboratorium klinik, asuransi kesehatan, dokter spesialis, pasien dan
keluarganya, serta pihak lain yang terkait termasuk pihak pendana misalnya
perusahaan asuransi kesehatan. Jadi, penerapan sistem pelayanan dokter keluarga,
yang memerlukan kerjasama profesional mutualistis di antara para dokter yang
terlibat di dalamnya, mustahil dapat diwujudkan jika tidak didasari oleh: 1. keelokan
perilaku, 2. penguasaan ilmu, 3. kemahiran bernalar dan keterampilan menjalankan
prosedur klinis, serta 4. kinerja yang prima. Keempat butir tersebut merupakan 4 pilar
profesionalisme.

13

BAB III
KESIMPULAN
Dalam penerapan sistem pelayanan dokter keluarga, seorang Dokter Keluarga (DK)
harus menggunakan prinsip pelayanan dokter keluarga yang terdiri atas sembilan
butir yaitu:
1. Pelayanan yang bersinambung (kontinu)
2. Menyelenggarakan pelayanan komprehensif dengan pendekatan holistic
3. Pelayanan yang terkoordinasi
4. Menyelenggarakan pelayanan yang mengutamakan pencegahan
5. Menyelenggarakan pelayanan personal (individual) sebagai bagian integral
dari keluarganya
6. Mempertimbangkan masyarakat, lingkungan kerja, dan lingkungan
7. Menjunjung tinggi etika, moral dan hukum
8. Menyelenggarakan pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu
9. Menyelenggarakan pelayanan yang dapat diaudit dan dipertangungjawabkan
Penerapan kesembilan butir prinsip pelayanan Dokter Keluarga bertujuan untuk
meningkatkan kualitas layanan dokter primer dalam melaksanakan pelayanan
kedokteran.

14

DAFTAR PUSTAKA

Fujiati, Isti Ilmiati. 2011. Prinsip Pelayanan Dokter Keluarga. FKUI. Jakarta.
Gooh Lee, Gan. 2004. A Primer on Family Medicine Practice. Singapore
International Foundation. Singapur.
Idris, Fachmi.2006. Pelayanan Dokter Berbasis Dokter Keluarga Di Indonesia
Ikm/Ikk. FK Unsri. Palembang.
Lubis, Firman. 2008. Dokter Keluarga Sebagai Tulang Punggung Dalam Sistem
Pelayanan Kesehatan. Departemen IKK FKUI.Jakarta
Prasetyawati, dr.Arista Eka. 2010. Kedokteran Keluarga dan Wawasannya. Jakarta:
Rineka Cipta. 2-36.
Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia.2006. Standar Profesi Dokter
Keluarga.Jakarta
Suharto. 2013. Sejarah Filosofi Dan Pelayanan Dokter Keluarga.FKUI. Jakarta
Qomariyah .2012. Prinsip Pelayanan Dokter Keluarga. FK Universitas Yarsi. Jakarta.
WHO-WONCA working paper. Making medical practice and education relevant to
peoples needs: the contribution of family doctor. November 1994; Ontario, Canada
Wonodirekso, Sugito.2009. Sistem Pelayanan Dokter Keluarga Meningkatkan Kadar
Kesejawatan dan Profesionalisme. PDKI. MajInd

15

Anda mungkin juga menyukai