Anda di halaman 1dari 24

i

UPAYA PEMANFAATAN LAHAN BEKAS TAMBANG DENGAN


TEKNOLOGI KOMBINASI AGROFORESTRI DAN MIKORIZA
VESIKULAR ARBUSKULAR (MVA) UNTUK MENDUKUNG
INDONESIA SWASEMBADA PANGAN

Disusun oleh:

Rizal Tawaka Alya

H1F011024 / 2011

Zulfa Ulinnuha

A1L011086 / 2011

Warsono El Kiyat

A1M009078 / 2009

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Mengikuti Lomba Karya Tulis Mahasiswa Nasional 2013

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013

ii

LEMBAR PENGESAHAN
Lomba Karya Tulis Mahasiswa Nasional 2013

Judul Karya Tulis

: Upaya Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang dengan


Teknologi

Kombinasi

Agroforestri

Vesikular

Arbuskular

(MVA)

dan

untuk

Mikoriza

Mendukung

Indonesia Swasembada Pangan

Ketua Kelompok
a. Nama Lengkap

: Rizal Tawakal Alya

b. NIM

: H1F011024

c. Jurusan/Fakultas

: Teknik/ Sains dan Teknik

d. Asal Perguruan Tinggi

: Universitas Jenderal Soedirman

Anggota Kelompok

: 2 orang.

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Purwokerto, 4 Februari 2013


Ketua Pelaksana Kegiatan

(Ir. Sujiman, MP)


NIP.19640529 198901 1 0011

(Rizal Tawakal Alya)


NIM. H1F011024

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Tim Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas Rahmat dan
Karunia-Nya tim penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah
Upaya Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang dengan Teknologi Kombinasi
Agroforestri dan Mikoriza Vesikular Arbuskular (Mva) untuk Mendukung
Indonesia Swasembada Pangan.
Penyelesaian penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tak lepas dari bantuan,
motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga tim penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Edy Yuwono, Ph.D., selaku Rektor Universitas Jenderal Soedirman yang
memberikan perizinan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ir. Sujiman, MP., selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah atas
bimbingan dan dukungannya.
3. Semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun secara tidak
langsung dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Tim penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan.

Purwokerto, 4 Februari 2013

Tim Penulis

iv

DAFTAR ISI

Halaman
RINGKASAN .................................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan dan Manfaat ........................................................................ 2
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Kegiatan Pertambangan dan Pengaruhnya bagi Lingkungan .......... 3
B. Agroforestri .................................................................................... 4
C. Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) ......................................... 4
BAB III. METODOLOGI
A. Desain Penulisan .......................................................................... 5
B. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 5
C. Analisis Data ................................................................................ 5
BAB IV. PEMBAHASAN
A. Konsep Teknologi Kombinasi Agroforestri dengan Inokulasi
Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) ....................................... 6
B. Sistem Kerja Teknologi Kombinasi Agroforestri dengan
Inokulasi Mikoriza Vesikular Arbuskular pada Tanah dan
Tanaman ....................................................................................... 9
C. Potensi Teknologi Kombinasi Agroforestri dengan Inokulasi
Mikoriza Vesikular Arbuskular bagi Kesuburan Tanah dan
Tanaman ........................................................................................ 11
D. Langkah -Langkah Strategis Penggunaan Teknologi
Kombinasi untuk Memanfaatkan Lahan Bekas Tambang agar
Dapat Diterima Masyarakat sehingga Memiliki Keberlanjutan.... 13
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ......................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15
LAMPIRAN ...................................................................................................... 16

RINGKASAN

Lahan memiliki peran utama dalam sistem produksi pertanian. Indonesia memiliki
potensi lahan pertanian marjinal yang relatif luas, namun belum dimanfaatkan dan
dikelola dengan baik. Hal tersebut disebabkan pada tindakan penanganan yang
belum optimal. Upaya perbaikan kondisi tanah dapat dilakukan melalui teknologi
agrofestri dan inokulasi mikoriza vesikular arbuskular (MVA). Agroforestri
adalah sistem pemanfaatan lahan berkelanjutan yang dapat memelihara atau
meningkatkan total hasil pertanian. Pada lahan-lahan pasca pertambangan, MVA
mampu menstimulasi revegetasi melalui penambahan kapasitas penyerapan hara
pada sistem perakaran sehingga dapat memperbaiki daya hidup dan pertumbuhan
tanaman. Pemanfaatan lahan marjinal khususnya lahan bekas tambang untuk
bidang pertanian memerlukan pilihan teknologi dan sistem yang tepat. Beberapa
alasan tersebut memunculkan sebuah gagasan untuk melakukan upaya
pemanfaatan lahan bekas tambang di bidang pertanian secara berkelanjutan
melalui teknologi kombinasi agroforestri dengan inokulasi mikoriza vesikular
arbuskular (MVA) menuju Indonesia swasembada pangan. Tujuan dari penulisan
karya tulis ini yaitu: Mengetahui konsep, sistem kerja dan potensi teknologi
kombinasi agroforestri dengan mikoriza vesikular arbuskular (MVA) pada lahan
bekas tambang, serta mengetahui upaya yang harus dilakukan agar pemanfaatan
lahan bekas tambang menggunakan metode dapat diterima masyarakat sehingga
memiliki keberlanjutan. Kesmpulan yang diperoleh dari tulisan ini yaitu bahwa
secara garis besar, proses penerapan teknologi kombinasi agroforestri dengan
mikoriza vesikular arbuskular (MVA) ini dilakukan dengan melalui 2 (dua)
tahapan umum yaitu dengan melakukan inokulasi mikoriza vesikular arbuskular
kemudian dilanjutkan dengan penerapan sistem agroforestri. Sistem kerja dari
teknologi kombinasi ini yaitu MVA membentuk organ-organ khusus dengan
masuknya hifa ke dalam sel tanaman inang, kemudian diikuti oleh peningkatan
sitoplasma, pembentukan organ baru, pembengkakan inti sel, peningkatan
respirasi dan aktivitas enzim. Setelah itu, pengembangan agroforestri dengan
melalui 3 aspek utama: produktivitas, keberlanjutan, adaptabiliti. Potensi
teknologi kombinasi sangat efektif digunakan dalam pemanfaatan lahan bekas
tambang dalam mendukung Indonesia swasembada pangan. Upaya yang harus
dilakukan agar pemanfaatan lahan bekas tambang menggunakan metode dapat
diterima masyarakat sehingga memiliki keberlanjutan yaitu: a) sosialisasi
teknologi kombinasi agroforestri dan
mikoriza vasikular arbuskular; b)
emonstrasi dan praktik langsung teknologi kombinasi agroforestri dan mikoriza
vasikular arbuskular; c) pendirian usaha pertanian referensi berbasis teknologi
kombinasi; d) Pemberian pinjaman atau modal; e) pemberian alat penunjang
produksi dan teknologi; f) monitoring dan evaluasi usaha pertanian berbasis
teknologi industri g) Memfasilitasi pemasaran produk usaha pertanian.
Kata kunci: agroforestri, mikoriza vesikular arbuskular, lahan bekas tambang

BAB I . PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia memiliki daratan yang sangat luas, berdasarkan data yang
diperoleh

dari

BPS

(2011),

daratan

Indonesia

diperkirakan

seluas

1.910.931,32Km2. Hal tersebut yang menyebabkan Indonesia sangat potensial


dalam pengembangan berbagai komoditas pertanian. Produksi beras Indonesia
pada Tahun 2012 sekitar 68.594.067 ton, jagung sebesar 18.945.124 ton, kedelai
779.741 ton, dan kelapa sawit 22.899.109 ton. Produktifitas yang cukup besar
tersebut masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Peningkatan produktivitas dan optimalisasi sumberdaya lahan pertanian
saat ini tidak mampu mengimbangi kebutuhan terhadap produk pertanian yang
terus meningkat. Makanan pokok dalam negeri masih diperoleh dari negara
tetangga. Berdasarkan data (BPS, 2011), Indonesia mengimpor beras pada tahun
2009 dan 2010 berturut-turut sebesar 250.473.179 kg dan naik menjadi
687.581.501 kg beras, seharusnya bangsa Indonesia mampu untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, mengingat Indonesia pernah berhasil swasembada.
Lahan merupakan faktor produksi yang utama karena berhubungan dengan
berbagai aspek, baik teknis dan biofisik, maupun sosial ekonomi dan hukum.
Secara teknis lahan mempunyai peran utama dalam sistem produksi pertanian.
Indonesia memiliki potensi lahan pertanian marjinal yang relatif luas, namun
belum dimanfaatkan dan dikelola dengan baik. Hal tersebut disebabkan pada
tindakan penanganan yang belum optimal. Upaya perbaikan kondisi tanah dapat
dilakukan melalui teknologi agrofestri dan inokulasi mikoriza vesikular
arbuskular (MVA). Agroforestri adalah sistem pemanfaatan lahan berkelanjutan
yang dapat memelihara atau meningkatkan total hasil pertanian (Vergara, 1982;
dalam Mataluta, 2009). Pada lahan-lahan pasca pertambangan, MVA mampu
menstimulasi revegetasi melalui penambahan kapasitas penyerapan hara pada
sistem perakaran sehingga dapat memperbaiki daya hidup dan pertumbuhan
tanaman (Shetty et al. 1994).
Pemanfaatan lahan marjinal khususnya lahan bekas tambang untuk bidang
pertanian memerlukan pilihan teknologi dan sistem yang tepat. Beberapa alasan

tersebut memunculkan sebuah gagasan untuk melakukan upaya pemanfaatan


lahan bekas tambang di bidang pertanian secara berkelanjutan melalui teknologi
kombinasi agroforestri dengan inokulasi mikoriza vesikular arbuskular (MVA)
menuju Indonesia swasembada pangan.
B. Perumusan Masalah
Dalam penyusunan tulisan ini, ada beberapa rumusan masalah yang
menjadi dasar pemikiran dan permasalahan yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan teknologi agroforestri dengan mikoriza
vesikular arbuskular (MVA) pada lahan bekas tambang?
2. Bagaimana sistem kerja teknologi agroforestri dengan mikoriza vesikular
arbuskular (MVA) pada lahan bekas tambang?
3. Bagaimana potensi teknologi kombinasi agroforestri dengan mikoriza
vesikular arbuskular (MVA)

pada lahan bekas tambang sebagai

optimalisasi pertanian yang berkelanjutan?


4. Upaya apa saja yang harus dilakukan agar kombinasi teknologi dapat
diterima

oleh

masyarakat

sehingga

memiliki

keberlanjutan

dalam

pemanfaatan lahan bekas tambang?


C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari tulisan ini adalah :
1. Mengetahui konsep teknologi kombinasi agroforestri dengan mikoriza
vesikular arbuskular (MVA) pada lahan bekas tambang.
2. Mengetahui sistem kerja teknologi kombinasi agroforestri dengan mikoriza
vesikular arbuskular (MVA) pada lahan bekas tambang.
3. Mengetahui potensi teknologi kombinasi agroforestri dengan mikoriza
vesikular arbuskular (MVA) lahan bekas tambang sebagai optimalisasi
pertanian yang berkelanjutan.
4. Mengetahui upaya yang harus dilakukan agar pemanfaatan lahan bekas
tambang menggunakan metode dapat diterima masyarakat sehingga
memiliki keberlanjutan.

Manfaat penyusunan karya tulis ini adalah :


1. Memberikan solusi bagi pemerintah, pengembang dan masyarakat terhadap
pemanfaatan lahan kritis sebagai upaya peningkatan jumlah produksi
pertanian Indonesia.
2. Memberikan pandangan kepada pemerintah daerah dan pusat dalam
membuat kebijakan pertambangan melalui konsep yang ditawarkan.
3. Memberikan motivasi kepada, pemerintah, pengembang dan seluruh elemen
masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan Indonesia swasembada
pangan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kegiatan Pertambangan dan Pengaruhnya bagi Lingkungan


Menurut Inonu (2010), pertambangan adalah kegiatan dengan penggunaan
lahan yang bersifat sementara, oleh karena itu lahan pasca tambang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan produktif lain. Harus ada upaya dalam
memanfaatkan lahan pasca tambang untuk memulihkan kembali lahan yang telah
rusak akibat dari kegiatan penambangan.
Kegiatan operasi tambang berdampak secara nyata terhadap lingkungan
hidup. Menurut Sujitno (2007), dampak kegiatan ini terutama perubahan drastis
atas sifat fisik dan kimia tanah. Selain itu terjadi gangguan terhadap vegetasi,
hewan dan tanah yang ada, serta ekosistem alami (Setiadi, 2006; dalam Inonu,
2010). Dampak kehilangan vegetasi dan degradasi lahan secara potensial dapat
menyebabkan erosi tanah, kehilangan biodiversitas, berkurangnya habitat hewan
liar, dan degradasi daerah penampung air.
Karakteristik dari lahan bekas tambang timah pada umumnya berupa
kolong yaitu lahan bekas penambangan dengan kedalaman 40m yang berbentuk
semacam danau kecil, timbunan liat hasil galian (overburden) serta hamparan
talling yang berupa rawa atau lahan kering. Tailing merupakan bahan dengan
komponen utama berupa fraksi pasir bercampur kerikil. Menurut Majid et al.
(1994) tailing timah adalah hamparan sisa pencucian bahan galian timah pada
tambang aluvial. Hasil analisis tailing di lahan bekas tambang timah PT. Koba Tin

di Bemban Kabupaten Bangka Tengah menunjukkan kandungan fraksi pasir


sangat tinggi (88-96%) (PPBHL, 2002).
B. Agroforestri
Agroforestri adalah sistem dan teknologi penggunaan lahan secara
terencana dan dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan
tumbuhan berkayu dan tanaman pertanian yang dilakukan pada waktu yang
bersamaan atau bergiliran (Vergara, 1982; dalam Mataluta, 2009). Agroforestri
adalah nama kolektif untuk sistem-sistem dan teknologi-teknologi penggunaan
lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan
mengkombinasikan tumbuhan dengan tanaman pertanian dan/atau hewan (ternak)
dan/atau ikan, yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran
sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen
yang ada (Lundgren dan Raintree, 1982). Sistem agroforestri memiiliki perpaduan
antara berbagai jenis tanaman (Harjowigeno dan Widiatmaka, 2001).
Sistem agroforestri dibedakan menurut Irawan, et al., (2012) menjadi dua
yaitu: a) agroforestri sederhana yang merupakan perpaduan antara tanaman pohon
dan semusim dalam satu lahan yang dilakukan secara tumpangsari; dan b)
agroforestri kompleks yaitu pengelolaan lahan dengan melibatkan banyak jenis
pohon sehingga menyerupai ekosistem hutan.
C. Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA)
Mikoriza secara harfiah berarti jamur, jamur ini membentuk simbiosa
mutualisme antara jamur dan akar tumbuhan. Mikoriza merupakan jamur yang
hidup secara bersimbiosis dengan sistem perakaran tanaman tingkat tinggi. Jamur
mikoriza berperan untuk meningkatkan ketahanan hidup bibit terhadap penyakit
dan meningkatkan pertumbuhan (Hesti dan Tata, 2009).
Jamur mikoriza di kelompokkan dalam dua jenis, yaitu endomikoriza
(Mikoriza Vesikular Arbuskular) dan ektomikoriza (Kabirun, 1994). Mikoriza
Vesikular Arbuskular (MVA) dalam ekosistem sangat penting, yaitu berperan
dalam siklus hara, memperbaiki struktur tanah dan menyalurkan nutrisi yang
dibutuhkan organisme tanah dari akar tanaman (Brundrett et al., 1996), sedangkan
manfaatnya bagi tanaman dengan infeksi MVA dapat meningkatkan pertumbuhan

tanaman dan kemampuannya memanfaatkan nutrisi terutama unsur P, Ca, N, Cu,


Mn, K, dan Mg (Aldeman dan Morton, 1986).
Penggunaan mikoriza (MVA) telah terbukti mampu meningkatkan
pertumbuhan tanaman kehutanan (revegetasi) pada lahan bekas pertambangan
maupun lahan kritis secara signifikan (Setiadi, 2004). Selain itu mikoriza (MVA)
juga memiliki peranan yang sangat penting untuk melindungi tanaman dari
serangan patogen, dan kondisi tanah dan lingkungan yang kurang kondusif
seperti: pH rendah, stress air, temperatur ekstrim, salinitas yang tinggi, dan
tercemar logam berat (Brundret et al., 1996).

BAB III. METODOLOGI

A. Desain Penulisan
Karya tulis ini menjelaskan tentang konsep, sistem kerja dan potensi
teknologi kombinasi agroforestri dengan mikoriza vesikular arbuskular (MVA)
pada lahan lahan bekas tambang serta upaya yang

harus dilakukan agar

pemanfaatan lahan bekas tambang menggunakan metode dapat diterima


masyarakat sehingga memiliki keberlanjutan. Karya tulis ini didesain sebagai
gagasan tertulis dengan studi literature.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah
Library Research atau kajian terhadap kepustakaan yang relevan dengan tema
yang penulis angkat yaitu yang berkaitan dengan lahan kritis, reklamasi lahan
bekas tambang, mikoriza vesikular arbuskular (MVA), agroforestri dan hal lain
yang masih berhubungan dengan tema baik melaui jurnal ilmih, makalah, buku
cetak, e-book, skripsi dan media internet dengan tetap mencamtumkan sumber
data.
C. Analisis Data
Data Penulisan yang telah diperoleh pada tahap pengumpulan data
kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Penulis
mengembangkan gagasan dalam pembahasan berdasarkan data-data yang telah
diperoleh, kajian dalam setiap pustaka yang digunakan dari permasalahan yang

ada berupa asumsi-asumsi dan kemudian dilakukan generalisasi dari pembahasan


yang ada sebagai hasil sintesis dalam rangka mendukung ide yang penulis
tawarkan. Berdasarkan analisa yang dilakukan dalam pembahasan diperoleh
simpulan sebagai generalisasi dari pembahasan. Dalam mengambil sejumlah
kesimpulan penulis melakukan beberapa tahapan, yaitu :
1. Menganalisis permasalahan dengan mempelajari dan menelaah pustaka
2. Mengidentifikasi permasalahan berdasarkan pada data yang ada.
3. Mencari alternatif dalam pemecahan masalah.
Saran ditujukan dalam rangka tindak lanjut dari simpulan yang ada. Saran
berupa tindak lanjut yang sifatnya operasional sehingga dapat dilakukan kegiatan
lebih lanjut untuk menyempurnakan studi yang telah dilakukan.

BAB IV. PEMBAHASAN

A. Konsep Teknologi Kombinasi Agroforestri dengan Inokulasi Mikoriza


Vesikular Arbuskular (MVA)
Secara garis besar, proses penerapan teknologi kombinasi ini dilakukan
dengan melalui 2 (dua) tahapan umum yaitu dengan melakukan inokulasi
mikoriza vesikular arbuskular kemudian dilanjutkan dengan penerapan sistem
agroforestri. Adapun tahap-tahap dari teknologi kombinasi ini adalah sebagai
berikut.
1. Inokulasi Mikoriza Vesikular Arbuskular
Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) yang digunakan dalam teknologi
ini merupakan miselia cendawan atau spora mikoriza tersebut yang telah dikemas
dalam bentuk kapsul. Spora dikemas ke dalam kapsul dengan menggunakan
carrier (bahan pencampur) yang berasal dari tanah hitam dan bahan pengemas.
Proses inokulasi yang dilakukan yaitu dengan cara menaburkan kapsul tersebut
pada lubang tanam sebelum dilakukan penanaman. Menurut Hardiatmi (2008),
dalam teknik pemberian mikoriza, dapat dilakukan dengan berbagai cara antara
lain: a) menggunakan tanah yang sudah mengandung mikoriza; b) menggunakan
akar yang sudah mengandung mikoriza; c) menggunakan miselia cendawan atau
spora mikoriza yang sudah dikemas dalam bentuk kapsul; d) dengan cara

menaburkannya pada lubang tanam sebelum penanaman; e) dan dengan cara


menaburkan tanah yang terinfeksi mikoriza disekitar akar tanaman.
Penggunaan MVA efektif digunakan pada saat tanaman masih dalam
persemaian, dimana akarnya belum mengalami penebalan. Pada kondisi seperti ini
peluang MVA akan lebih besar untuk untuk menginfeksi tanaman. Pemberian
mikoriza diberikan dengan cara menaburkan pada lubang sebelm penanaman,
menempelkan pupuk/akar terinfeksi pada akar tanaman muda atau mencampur
MVA pada tanah untuk pembibitan tanaman (Widiastuti, 2011).
Alasan penggunaan mikoriza yang dikemas dalam bentuk kapsul,
dikarenakan lebih sederhana dan lebih praktis dengan dosis spora yang telah
diketahui secara pasti sehingga mudah untuk diaplikasikan. Berdasarkan laporan
dari Deptan (2007), spora yang dikemas dalam kapsul ini mempunyai daya
simpan cukup lama, karena dalam waktu 18 bulan masih cukup infektif dan
efektif dalam memacu pertumbuhan bibit manggis. Metode ini sangat mudah yaitu
dengan membuat lubang dengan sebilah bambu sebesar pensil di sebelah kiri atau
kanan bibit manggis sedalam 4-5 cm, selanjutnya kapsul bermikoriza tersebut
dimasukkan ke dalam lubang dan lubang ditutup kembali dengan tanah.
Syah et al. (2006), menyebutkan bahawa carrier yang digunakan untuk
inokulasi harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain harus steril (bebas
mikroorganisme), netral (tidak mengandung unsur hara dan bahan kimia lainnya),
tidak mempengaruhi aktivitas spora yang dikemas, mudah dibentuk dan mudah
diperoleh dengan harga yang murah. Bahan untuk pengemas selain harus mudah
diperoleh dengan harga murah juga harus tahan simpan dan mudah larut dalam air
agar spora yang berada di dalamnya dapat keluar dan segera aktif untuk
menginfeksi akar tanaman.
Penggunaan MVA sebagai media penyubur tanah dan tanaman harus
diimbangi dengan pengelolaan lahan yang terpadu agar tercipta pola pertanian
yang berkelanjutan yaitu dengan menggunakan teknologi agroforestri, khususnya
sistem kombinasi pertanian dan kehutanan (agrosilvikultur). Pemilihatan tanaman
kehutanan harus memiliki akar yang dalam, hal ini bertujuan untuk meningkatkan
input hara dalam tanah mengingat pada lahan bekas tambang lapisan hara dan
humus telah banyak terbuang saat kontruksi pertambangan, kemudian fungsi

lainnya untuk memperluas siklus hara, menurunkan kehilangan hara dan


memperbaiki lingkungan (sanchez et al.,1997). Pada prinsipnya penerapan
agroforestri pada lahan bekas tambang adalah bagaimana menghadapi tantangan
tanah masam akibat dampak pertambangan, sehingga perlu menentukan tanaman
yang tahan terhadap lingkungan asam.
2. Teknologi Agroforestri
Menanam pohon secara tumpang sari dengan tanaman semusim, pada
suatu tempat dan waktu yang bersamaan maupun bergiliran (sistem bera),
merupakan pola dasar sistem agroforestri. Pada sistem agroforestri terjadi
interaksi yaitu adanya proses saling mempengaruhi dari komponen-komponen
penyusun agroforestri. Interaksi tersebut dapat berdampak positif atau negatif.
Oleh karena itu, dalam memilih jenis pohon yang menjadi komponen agroforestri
harus didasarkan pada sifat dan bentuk pohon yang berpengaruh terhadap tanaman
semusim, apakah merugikan atau menguntungkan.
Proses selanjutnya yaitu dengan menggunakan teknologi agroforestri.
Tahapan penerapan sistem agroforestri menurut Irawan et al., (2012) diantaranya:
a. Penanaman lahan kosong memerlukan jenis tanaman yang membutuhkan
cahaya, yaitu: sukun, kelapa, jati putih, mangga, sengon, mahoni, jati dan
suren.
b. Penanaman sisipan memerlukan jenis tanaman yang tahan naungan, dimana
jenis tanaman yang membutuhkan naungan yaitu: durian, manggis, rambutan,
gaharu, pala, langsat dan sirsak.
c. Penanaman pertama pada lahan terbuka untuk pengendalian alang-alang, yaitu
dengan menggunakan tanaman kacang-kacangan seperti: centrosesma sp. dan
Pueraria sp.
d. Tanaman yang butuh cahaya ditanam terlebih dahulu
e. Melakukan kombinasi tanaman tahunan dan semusim.
Reinjtjes et al. (1999) mengatakan bahwa rancangan agroforestri
memperlihatkan perpaduan atau gabungan antara ciri ekosistem alami dan
kebutuhan usaha tani. Oleh karena itu, agroforestri sebaiknya memiliki fungsi
ekologis, ekonomis dan sosial. Fungsi ekologis berarti memiliki nilai konservasi

terhadap sumber daya alam dengan pemanfaatan yang berkelanjutan (sustainable


use).
B. Sistem Kerja Teknologi Kombinasi Agroforestri dengan Inokulasi Mikoriza
Vesikular Arbuskular pada Tanah dan Tanaman
Mikoriza Vesikular Arbuskular merupakan mahluk hidup, maka sejak
berasosiasi dengan akar tanaman akan terus berkembang dan selama itu pula
berfungsi membantu tanaman dalam peningkatan penyerapan unsur hara yang
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman sampai dewasa (Novriani dan Madjid,
2011).

MVA membentuk organ-organ khusus dan mempunyai peranan yang

spesifik. Organ khusus tersebut adalah arbuskul, vesikel dan spora. Vesikel
merupakan jamur yang berbentuk seperti kantong bulat, diujung hifa yang
mengandung banyak lemak yang berfungsi untuk tempat penyimpanan makanan.
Arbuskul merupakan hifa bercabang halus yang terdapat di dalam sel. Arbuskular
terbentuk 2-3 hari dan dapat meningkatkan luas permukaan akar 2-3 kali lipat dari
ukuran semula dan bertindak sebagai saluran pemindah hara dari jamur ke
tanaman. Masuknya hifa ke dalam sel tanaman inang diikuti oleh peningkatan
sitoplasma, pembentukan organ baru, pembengkakan inti sel, peningkatan
respirasi dan aktivitas enzim. Siklus hidup arbuskul cukup singkat yaitu 1 - 3
minggu.
Wright dan Uphadhyaya (1998), mengatakan bahwa cendawan MVA
mengasilkan senyawa glikoprotein glomalin yang sangat berkorelasi dengan
peningkatan kemantapan agregat. Menurut Hakim et al. (1986,) faktor-faktor yang
terlibat dalam pembentukan struktur adalah organisme, seperti benang-benang
jamur yang dapat mengikat satu partikel tanah dan partikel lainnya. Selain akibat
dari perpanjangan dari hifa-hifa eksternal pada jamur mikoriza, sekresi dari
senyawa-senyawa polysakarida, asam organik dan lendir yang di produksi juga
oleh hifa-hifa eksternal, akan mampu mengikat butir-butir primer/agregat mikro
tanah menjadi butir sekunder/agregat makro. Agen organik ini sangat penting
dalm menstabilkan agregat mikro dan melalui kekuatan perekat dan pengikatan
oleh asam-asam dan hifa tadi akan membentuk agregat makro yang mantap
(Subiksa, 2002).

10

Bagian yang penting dari mikoriza vesikular arbuskular adalah hifa


ekternal yang terbentuk diluar akar tanaman. Hifa ini yang membantu memperluas
wilayah jelajah akar sehingga memperluas daerah jangkauan akar dan akibatnya
jumlah hara yang dapat diserap tanaman dapat bertambah. Selanjutnya
ditambahkan pula oleh Mosse (1981) bahwa bagian yang penting dari mikoriza
adalah miselium yang berada di luar akar, karena pada bagian ini terbentuk spora
pad ujung-ujung hifa. Perkecambahan spora sangat sensitif terhadap logam berat
dan kandungan aluminium yang tinggi. Tingkat ketersediaan Mn didalam tanah
juga berpengaruh terhadap pertumbuhan miselium. Spora dapat bertahan hidup
didalam tanah selama beberapa bulan bahkan beberapa tahun, tetapi jamur tidak
akan dapat berkembang tanpa adanya jaringan akar yang hidup. Ribuan spora
yang baru dan sama jenisnya dapat terbentuk dan diproduksi dalam waktu 4
hingga 6 bulan.
Pengembangan agroforestri, menurut Raintree (1983) meliputi tiga aspek,
yaitu (a) meningkatkan produktivitas sistem agroforestri, (b) mengusahakan
keberlanjutan sistem agroforestri yang sudah ada dan (c) penyebarluasan sistem
agroforestri sebagai alternatif atau pilihan dalam penggunaan lahan yang
memberikan tawaran lebih baik dalam berbagai aspek (adoptability).
1. Produktivitas
Produk yang dihasilkan sistem agroforestri dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yakni (a) yang langsung menambah penghasilan petani, misalnya
makanan, pakan ternak, bahan bakar, serat, aneka produk industri, dan (b) yang
tidak langsung memberikan jasa lingkungan bagi masyarakat luas, misalnya
konservasi tanah dan air, memelihara kesuburan tanah, pemeliharaan iklim mikro
danpagar hidup Peningkatan produktivitas sistem agroforestri dilakukan dengan
menerapkan perbaikan cara-cara pengelolaan sehingga hasilnya bisa melebihi
yang diperoleh dari praktek sebelumnya, termasuk jasa lingkungan yang dapat
dirasakan dalam jangka panjang. Perbaikan (peningkatan) produktivitas sistem
agroforestri dapat dilakukan melalui peningkatan dan/atau diversifikasi hasil dari
komponen yang bermanfaat, dan menurunkan jumlah masukan atau biaya
produksi.

11

2. Keberlanjutan
Sasaran keberlanjutan sistem agroforestri tidak bisa terlepas dari
pertimbangan produktivitas maupun kemudahan untuk diadopsi dan diterapkan.
Sistem agroforestri yang berorientasi pada konservasi sumber daya alam dan
produktivitas jangka panjang ternyata juga merupakan salah satu daya tarik bagi
petani. Di negara berkembang, insentif tersebut diberikan dalam bentuk bantuan
teknologi seperti teknik-teknik konservasi lahan.
3. Kemudahan untuk diadopsi
Sebuah pendekatan yang lebih konstruktif yang bisa dilakukan adalah
dengan memikirkan permasalahan dalam penyusunan rancangan dan memasukkan
pertimbangan kemudahan untuk diadopsi sedini mungkin (sejak tahap rancangan).
Metode ini lebih ditekankan kepada proses penyuluhan dan adopsinya yang sangat
kompleks. Salah satu cara terbaik adalah dengan melibatkan secara aktif pemakai
(user) teknologi tersebut (petani agroforestri) dalam proses pengembangan
teknologi sejak dari tahap penyusunan rancangan, percobaan, evaluasi dan
perbaikan rancangan inovasi teknologi.
C. Potensi Teknologi Kombinasi Agroforestri dengan Inokulasi Mikoriza
Vesikular Arbuskular bagi Kesuburan Tanah dan Tanaman
Bioremidiasi tanah tercemar logam berat sudah banyak dilakukan dengan
menggunakan bakteri pereduksi logam berat sehingga tidak dapat diserap oleh
tanaman. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa cendawan memiliki
kontribusi yang lebih besar dari bakteri, dan kontribusinya makin meningkat
dengan meningkatnya kadar logam berat (Fleibach et al., 1994). Polusi logam
berat pada ekosistem hutan sangat berpengaruh terhadap kesehatan tanaman hutan
khususnya perkembangan dan pertumbuhan bibit tanaman hutan (Khan, 1993).
Tanaman yang tumbuh pada limbah pertambangan batubara diteliti Rani et
al. (1991), menunjukkan bahwa dari 18 spesies tanaman setempat yang diteliti, 12
di antaranya bermikoriza. Tanaman yang berkembang dengan baik di lahan
limbah batubara tersebut, ditemukan adanya "oil droplets" dalam vesikel akar
mikoriza. Hal ini menunjukkan bahwa ada mekanisme filtrasi, sehingga bahan
beracun tersebut tidak sampai diserap oleh tanaman.

12

Hasil penelitian yang dilakukan Hardiatmi (2008), menunjukkan bahwa


penggunaan MVA dapat mengendalikan serangan nematoda Meloidogyne spp.
pada jumlah takaran 1,00; 1.500 dan 2.00 gram. Hasil yang paling baik dan efektif
terjadi pada penggunaan MVA 2,00 gram. Benang-benang miselia yang
menempel pada akar pinus, mampu meningkatkan daya serap akar terhadap hara
fosfor (P), sampai 230%, Kalium (K) meningkat 86%, dan Nitrogen (N) 75%. Hal
tersebut berimplikasi pada peningkatkan efisiensi pemupukan. pengaruh mikoriza
dapat menjadikan tanaman tidak sensitif, karena tanah asam yang disebabkan
mikoriza menyukai tanah-tanah asam. Pemanfaatan mikoriza ini dapat mengatasi
kesulitan penghutanan kembali pada tanah asam.
Menurut Bagyaraj (1984), tanaman dengan MVA yang tinggi memiliki
kandungan giberelin dan sitokinin tinggi. Sitokinin tinggi dapat meningkatkan
ketahanan tanaman dengan cara meningkatkan produksi fitoalexin, menghambat
tilosis dan hiperplasia sel. disamping itu sistem vaskular yang kuat pada tanaman
yang bermikoriza dapat meningkatkan aliran nutrisi dan memberikan kekuatan
mekanik.
Penggunaan lahan dengan sistem agroforestri adalah perpaduan antara
tanaman pohon yang memiliki peran ekonomi penting atau memiliki peran
ekologi dan unsur tanaman musiman (De Foresta et al., 2000). Menurut Irawan et
al. (2012), kelebihan penggunaan sistem agroforestri di antaranya:

a)

produktifitas lebih tinggi; b) diversitas yaitu memiliki keberagaman produk/hasil;


c) mandiri, yaitu terlepas dari ketergantungan produk luar; serta d) stabilitas, yaitu
menjamin kesinambungan pendapatan petani. Adapun manfaat pengelolaan lahan
dengan sistem agroforestri yaitu: kombinasi tanaman dapat menutupi tanah dan
mengurangi erosi; pemanfaatan sinar matahari lebih maksimal; mencegah
perluasan tanah terdegradasi; memperluas kesempatan kerja; meningkatkan
pendapatan masyarakat; optimalisasi pemanfaatan lahan; serta menghasilkan
serasah untuk pupuk organik.
Penggunaan teknologi agroforestri dapat memberikan keuntungan yang
cukup besar bagi para pemilik lahan. Wiersum (1980) dalam Maltaluta (2009),
mengemukakan beberapa keuntungan yang diperoleh dengan penggunaan teknik
agroforestri yaitu sebagai berikut: a) Keuntungan ekologis, yaitu penggunaan

13

sumber daya yang efisien baik dalam pemanfaatan sinar matahari, air dan unsur
hara di dalam tanah; b) keuntungan ekonomis, yaitu total produksi yang
dihasilkan lebih tinggi sebagai akibat dari pemanfaatan yang efisien; c)
keuntungan sosial, yaitu memberikan kesempatan kerja sepanjang tahun; d)
Keuntungan phsikologis, yaitu perubahan yang relatif kecil terhadap cara
berproduksi tradisional dan mudah diterima masyarakat dari pada teknik pertanian
monokultur e) keuntungan politis, yaitu sebagai alat yang memberikan pelayanan
sosial dan kondisi hidup yang lebih baik bagi petani.
D. Langkah -Langkah Strategis Penggunaan Teknologi Kombinasi untuk
Memanfaatkan Lahan Bekas Tambang agar Dapat Diterima Masyarakat
sehingga Memiliki Keberlanjutan
Dalam pelaksanaan aplikasi teknologi ini, perlu adanya partisipasi aktif
dari masyarakat dalam hal ini yaitu petani. Teknologi kombinasi ini tidak akan
memiliki keberlanjutan apabila tidak dapat diadopsi oleh petani. Oleh karena
diperlukan langkah-langkah strategis penggunaan teknologi kombinasi untuk
untuk memanfaatkan lahan bekas tambang agar dapat diterima masyarakat
sehingga memiliki keberlanjutan.
Tabel 1. Langkah -Langkah Strategis Penggunaan Teknologi Kombinasi untuk
Memanfaatkan Lahan Bekas Tambang agar Dapat Diterima Masyarakat sehingga
Memiliki Keberlanjutan
Tahapan
Kegiatan
1. Sosialisasi
teknologi - Menjelaskan tentang macam-macam cara
kombinasi
agroforestri
pemanfaata lahan bekas tambang untuk
dan mikoriza vasikular
pertanian.
arbuskular
- Menjelaskan sistem agroforestri dan sistem
penggunaan mikoriza vesikular arbuskular.
- Menjelaskan tentangkonsep, sistem kerja, dan
kelebihan teknologi kombinasi tersebut.
2. Demonstrasi dan praktik - Mengadakan workshop dan training untuk
petani tentang aplikasi metode tersebut
langsung
teknologi
kombinasi
agroforestri - Melaksanakan pengujian/evaluasi terhadap
masyarakat terkait pengetahuan tentang
dan mikoriza vasikular
teknologi kombinasi tersebut.
arbuskular
- Mengadakan perlombaan usaha pertanian
berbasis
teknologi
kombinasi
untuk
meningkatkan motivasi masyarakat dalam
mengaplikasikan teknologi tersebut.
3. Pendirian usaha pertanian - Mendirikan industri pertanian berbasis
teknologi
kombinasi
untuk
dijadikan
referensi
berbasis
acuan/contoh bagi petani agar mempermudah
teknologi kombinasi

14

4. Pemberian pinjaman atau


modal

5. Pemberian alat penunjang


produksi dan teknologi

6. Monitoring dan evaluasi


usaha pertanian berbasis
teknologi industri

7. Memasilitasi pemasaran
produk usaha peranian

proses pembukaan industri.


- Melaksanakan pemantauan usaha pertanian
secara
berkala
untuk
mengetahui
perkembangannya.
- Memberikan
pinjaman
sebagai
modal
pendirian industri.
- Melaksanakan bina usaha untuk masyarakat
sebagai fasilitas pendampingan usaha.
- Memberikan
peralatan-peralatan untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi usaha.
- Penjelasan dan penerapan teknologi terbaru
dalam mengatasi permasalahan/kekurangan
yang terjadi.
- Mengawasi dan memberikan rekomendasi
untuk kemajuan usaha
- Mengadakan pertemuan secara rutin sebagai
sarana diskusi untuk meningkatkan wawasan
usaha antar petani.
- Memberikan informasi jaringan baik di dalam
maupun di luar kota untuk mempermudah
distribusi produk usaha pertanian.
- Mengadakan training tentang cara pemasaran
produk yang baik dan efektif.

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Secara garis besar, proses penerapan teknologi kombinasi agroforestri
dengan mikoriza vesikular arbuskular (MVA) ini dilakukan dengan melalui 2
(dua) tahapan umum yaitu dengan melakukan inokulasi mikoriza vesikular
arbuskular kemudian dilanjutkan dengan penerapan sistem agroforestri. Sistem
kerja dari teknologi kombinasi ini yaitu MVA membentuk organ-organ khusus
dengan masuknya hifa ke dalam sel tanaman inang, kemudian

diikuti oleh

peningkatan sitoplasma, pembentukan organ baru, pembengkakan inti sel,


peningkatan respirasi dan aktivitas enzim. Setelah itu, pengembangan agroforestri
dengan melalui 3 aspek utama: produktivitas, keberlanjutan, adaptabiliti. Potensi
teknologi kombinasi sangat efektif digunakan dalam pemanfaatan lahan bekas
tambang dalam mendukung Indonesia swasembada pangan. Upaya yang harus
dilakukan agar pemanfaatan lahan bekas tambang menggunakan metode dapat

15

diterima masyarakat sehingga memiliki keberlanjutan yaitu: a) sosialisasi


teknologi kombinasi agroforestri dan

mikoriza vasikular arbuskular; b)

emonstrasi dan praktik langsung teknologi kombinasi agroforestri dan mikoriza


vasikular arbuskular; c) pendirian usaha pertanian referensi berbasis teknologi
kombinasi; d) Pemberian pinjaman atau modal; e) pemberian alat penunjang
produksi dan teknologi; f) monitoring dan evaluasi usaha pertanian berbasis
teknologi industri g) Memfasilitasi pemasaran produk usaha pertanian.
A. Saran
Saran yang bisa disampaikan dalam karya tulis ini yaitu upaya dalam

pemanfaatan lahan bekas tambang untuk mendukung Indonesia swasembada


pangan diperlukan usaha yang maksimal dari semua pihak terkait.

DAFTAR PUSTAKA

Aldeman, J. M., and J. B. Morton. 1986. Infectivity of vesicular-arbuscular


mychorrizal fungi influence host soil diluent combination on MPN
estimates and percentage colonization. Soil Biolchen. 8(1) : 77-83.
Badan Pusat Statistik. 2011. Perkembangan Beberapa Indikator Utama SosialEkonomi Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Bagyaraj, D.J. 1984. Biological interaction with vascular arbuskular mychorrizal
fungy in Clayton, L.P and D.J. Bagyaraj. 1984. Vesicular Arbuskular
mychorrizal in submerge aquatic plant of New Zealand aquatic bit. New
Zealand.
Brundrett MC. 1991. Mycorrhizas in natural ecosystems. In: MacfaydenA,
BegonM, FitterAH, eds. Advances in ecological research , vol. 21.
London, UK: Academic Press, 171 313.
De Foresta, H. ,G. Michon and A. Kusworo. 2000. Complex Agroforests. Lecture
note 1. ICRAF SE Asia. 14 p.
Deptan. 2007. Cendawan Mikoriza Arbuskula Mampu Memacu Pertumbuhan
Bibit Manggis. (On-line). http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/538/.
Diakse 2 Februari 2013.
Fleibach, A.R. Martens and H.H. Reber, 1994. Soil microbial biomass and
microbial activity in soil treated with heavy metal contaminated sewage
sludge. Soil Biol. Biochem. 26 (9) : 1201 - 1205.

16

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha,
G.B. Hong Dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung. hlm. 488.
Hardjowigeno dan Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan
Tataguna Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor
Hardiatmi, S.J.M. 2008. Pemanfaatan Jasad Renik Mikoriza Untuk Memacu
Pertumbuhan Tanaman Hutan. Jurnal Inovasi Pertanian, Vol 7. hal 1-10.
Hesti, L., dan Tata. Mikoriza: Korporasi saling menguntungkan antara tanaman
dan jamur. Kiprah Agroforestri, No.1, 2009, h.14-15
Inonu, I. 2010. Pengelolaan Lahan Pasca Tambang di Pulau Bangka. Makalah
disampaikan pada Bintek Reklamasi Lahan Pasca Tambang Kabupaten
Bangka Tengah, Muntok, 12 Oktober 2010.
Irawan, U.S., Fransiskus. H., Edi. P., Wahyu. G., Hendra. G., 2012. Apa Itu
Agroforestri?. pnpm Mandiri : Jakarta
Kabirun, S. and J. Widada, 1995. Response of soybean grown on acid soil to
inoculation of vesicular-arbuscular mycorrhizal fungi. Biotrop Spec.
Publ.No56 : 131-137. Biology and Biotechnology of Mycorrhizae.
Khan, A.G., 1993. Effect of various soil environment stresses on the occurance,
distribution and effectiveness of VA mycorrhizae. Biotropia 8 : 39-44.
Lundgren, B.O. and J.B. Raintree. 1982. Suistainabed agroforetry. In: Nestel B
(ed.). 1982. Agricultural Research for Development. Potentials and
Challenges in Asia, ISNAR, The Hague, The Netherlands. hal 37- 49.
Matatula, J. 2009. Upaya Rehabilitasi Lahan Kritis Dengan Penerapan Teknologi
Agroforestry Sistem Silvopastoral Di Desa Oebola Kecamatan Fatuleu
Kabupaten Kupang. Makalah. Politeknik Negeri Kupang, Kupang.
Madjid, N.M. A. Hashim and I. Abdol. 1994. Rehabilitation of ex-tin mining land
by agroforestry practice. J. Tropical Forest Science 7(1): 113-127.
Margarettha. 2010. Pemanfaatan Tanah Bekas Tambang Batubara Dengan Pupuk
Hayati Mikoriza Sebagai Media Tanam Jagung Manis. J. Hidrolitan.,
Vol.1 No.3 :1-10
Novriani, dan Madjid A. 2009. Teknologi Pupuk Hayati. Makalah. Program
Pascasarjana, Universitas Sriwijaya, Palembang.

17

Pusat Penelitian Bioteknologi Hutan dan Lingkungan IPB. 2002. Effect of bioorganic on soil and plant improvement of post tin mine site at PT. Koba
Tin Project Area, Bangka. Pusat Penelitian Bioteknologi IPB, Bogor.
Rani, D.B.R., S. Ragupathy and A. Mahadevan, 1991. Incidence of vesicular arbuscular mycorrhizae (FMA ) in coal waste. Biotrop Special Publ. 42 :
77- 81 in Soerianegara and Supriyanto (Eds) Proceedings of Second Asean
Conference on Mycorrhiza.
Raintree JB. 1990. Theory and practice of Agroforestry Diagnosis and Design. In:
MacDicken KG and NT Vergara (eds). 1990. Agroforestry: Classification
and Management. John Wiley & Sons, Inc. New York.
Reijntjes, C., Haverkort,B., Waters- Bayer, A. 1999. Pertanian Masa Depan.
Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah
(Terjemahan Bahasa Indonesia oleh Y. Sukoco). Penerbit mitra Tani,
ILEIA dan Kanisius.
Setiadi, Y. 2004. Arbuscular Mycorrhizal Inoculum Production. Dalam prosiding
Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulan Endo-Ektomikoriza untuk
Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan. Asosiasi Mikoriza Indonesia-Jawa
Barat. Bandung. Hal 18-31
Shetty K.G., Hetrick B.A.D., Figge D.A.H., dan Schwab A.P. 1994. Effects of
mycorrhizae and other soil microbes on revegetasion of heavy metal
contamined mine spoil. Environmental Pollution 86: 181-188.
Subiksa,I.G.M, 2002 Pemanfaatan Mikoriza untuk Penanggulangan Lahan Kritis.
Makalah Falsafah Sains Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Sujitno, S. 2007. Sejarah Timah di Pulau Bangka.
Tbk. Pangkalpinang.

PT. Tambang Timah

Suryanto, et al. 2005. Dinamika Sistem Berbagi Sumberdaya (Resources Sharing)


dalam Agroforestri: Dasar Pertimbangan Penyusunan Strategi Silvikultur.
Ilmu Pertanian Vol 12. No 2, 2005 : 165 178.
Syah, A., M.J. Jumjunidang, dan Y. Herizal. 2006. Penyimpanan Kapsul
Cendawan Mikoriza Arbuskula untuk Mempertahankan Daya Multiplikasi
dan Infektivitas. J. Hort. Vol.16 No.2: 129-133.
Wright, S.F. and A. Uphadhyaya. 1998. Survey of soils for aggregate stability and
glomalin, a glycoprotein produced by hyphae of arbuscular mycorrhizal
fungi. Plant Soil 198: 97-107.

18

LAMPIRAN
Daftar Riwayat Hidup
Ketua Kelompok
Nama lengkap
Tempat, Tanggal Lahir

: Rizal Tawakal Alya


: Kabupaten Demak, 17 Januari 1993

Karya Tulis Ilmiah


:
1. Tradisi Jumat Kliwonan Dan Dampak Positif Negatifnya Terhadap Masyarakat
Kabupaten Demak
2. Remaja Beretika, Sukses Keluarga dan Sahabat
3. Tiga Sinergi Berkendara Sefety Riding, System, Dan Budaya Disiplin
4. Revitalisasi dan Deversifikasi Lahan Jambu dan Belimbing Sebagai Identitas
Potensi Lokal Kabupaten Demak
5. Perilaku Sex Remaja Di Kabupaten Demak
6. Revitalisasi Sistem dan Revolusi Budaya, Stop Komersialisasi, Kapitalisme,
dan Komoditas Pendidikan
7. Youth Generation With Green Project For The Future Of Earth
8. Optimalisasi Peran Pemuda Dalam Upaya Revitalisasi dan Optimalisasi Hutan
Mangrove Laguna Segara Anakan Berbasis Community-Based Managemen
dan 4D
9. Upaya pemanfaatan lahan bekas tambang dengan teknologi kombinasi
agroforestri dan MVA untuk mendukung keberlanjutan Indonesia swasembada
pangan
Prestasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Finalis LKTI Cagar Budaya tk.SMA se Jateng di Solo


Juara 1 Lomba ABSTRAK SMA Se-Kab.Demak
Juara 1 Lomba Esai SMA SeJawa-Bali-Madura di IAIN Wali Songo
Finalis LKTI Best Student ASTRA SMA se-Jateng di Semarang
Finalis LKTI se-Jawa SMA di Universitas Brawijaya Malang
Nominator ke 23 Esai Nasional di UMP Purwokerto
Peserta thp II, 33 besar Call For Paper Nasional di UGM Yogyakarta
Finalis 10 besar Lomba esai Maritim Nasional di Unv Mataram Lombok

(Rizal Tawakal Alya)


H1F011024

19

Anggota Kelompok II
Nama lengkap
: Zulfa Ulinnuha
Tempat, Tanggal Lahir
: Kabupaten Banyumas 21 Januari 1994
Karya Tulis Ilmiah
:
1. Pemanfaatan Senyawa Saponin dalam Tumbuhan Pegagan (Centella asiatica)
sebagai antiseptik alami
2. Budidaya Jamur Merang dengan Media Limbah Tekstil
3. Upaya pemanfaatan lahan bekas tambang dengan teknologi kombinasi
agroforestri dan MVA untuk mendukung keberlanjutan Indonesia swasembada
pangan
Prestasi
:
1. Finalis Olimpiade Fisika se-Kabupaten Banyumas
2. Juara Lomba Kaligrafi se-Kabupaten Banyumas
(Zula Ulinnuha )
A1L011086
Anggota Kelompok II
Nama Lengkap
: Warsono El Kiyat
Tempat, Tanggal Lahir
: Cirebon, 12 Januari 1991
Karya Tulis Ilmiah
:
1. Pemanfaatn Limbah Jerami sebaga Bahan Dasar ArtificialNest dalam
Meningkatkan Diversitas Burung di Kabupaten Banyumas (2012) (LKTI
Bioetchfair, Universitas Al-Azhar Indonesia).
2. Solusi Kreatif Energi Alternatif Bioetanol dalam Mengatasi Krisis Energi di
Indonesia tanpa Melalaikan Krisis Pangan di Indonesia (Hatta Radjasa Writing
Competition 2012).
3. Perwujudan Ketahanan Pangan Nasional dalam Menghadapi Krisis Pangan di
Indonesia (Pekan Ilmiah Mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman 2012).
4. Komersialisasi Pendidikan (Koran TEMPO 2009).
5. Peran Industri Rokok dalam Mengatasi Krisis Ekonomi: Mungkinkah
Menjawab Polemik Keberadaan Rokok di Indonesia? (IHPSS IAIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta 2012).
6. Kukulibupi (Kerupuk Kulit Ikan Buntal Pisang): Upaya Optimalisasi
Pemanfaatan Ikan Buntal Pisang (Tetraodon lunaris) Secara Berkerlanjutan
dengan Pengolahan Sederhana Menjadi Kerupuk (LKT Kemaritiman
Universitas Hasanuddin 2012).
Prestasi
:
1. Juara 1 LKTI Nasional Biotechfair 2012 Universitas Al Azhar Indonesia
2. Penghargaan Rektor Mahasiswa Berprestasi Bidang Akademik (2012).
3. Penerima Penghargaan UNSOED AWARD Bidang Karya Tulis Ilmiah (2012)
4. Penulis Utama The Book of 2nd Indonesia Public Health Summit. (2012).
5. Juara Harapan III LKT Kemaritiman, Universitas Hasanuddin,Makassar (2012)
Purwokerto, 15 November 2012

(Warsono El Kiyat )
A1M009078

Anda mungkin juga menyukai