Anda di halaman 1dari 13

PERCOBAAN VI

PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA


URINE
I.

TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui cara pemeriksaan protein

dan glukosa urine dan mengetahui kadar protein dan glukosa urine.
II.
DASAR TEORI
Sistem ekskresi merupakan sistem yang berperan dalam proses
pembuangan zat-zat yang sudah tidak diperlukan (zat sisa) ataupun zat-zat yang
membahayakan bagi tubuh dalam bentuk larutan. Ekskresi terutama berkaitan
dengan pengeluaran-pengeluaran senyawa-senyawa nitrogen. Selama proses
pencernaan makanan, protein dicernakan menjadi asam amino dan diabsorpsi oleh
darah, kemudian diperlukan oleh sel-sel tubuh untuk membentuk protein-protein
baru. Mamalia memiliki sepasang ginjal yang terletak dibagian pinggang dibawah
peritonium. Urine yang dihasilkan oleh ginjal akan mengalir melewati saluran
ureter menuju kantung kemih. Dinding kantung kemih akan berkontraksi secara
volunter mendorong urine keluar melalui uretra (Kurniati, 2009).
Sistem eksresi merupakan hal yang pokok dalam homeostatis karena
sistem tersebut membuang limbah metabolisme dan merespons terhadap tingkat
keseimbangan cairan tubuh dengan cara mengeksresikan ion-ion tertentu sesuai
kebutuhan dan mengeluarkan sebagian dari sisa metabolisme yang tidak terpakai
lagi oleh tubuh dalam bentuk yang bermacam-macam, baik itu berupa lewat urine
yang di didalamnya terkandung berbagai macam kandungan mineral, glukosa, dan
zat lain yang tidak diperlukan tubuh. selain urine juga bisa melalui keringat
(Campbell, 2004).
Pembentukan urine dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam
tubuh maupun lingkungan, misalnya minum cairan hipotonik dalam jumlah besar,
tingkat stress, ketakutan, dan lain-lain. Faktor dari luar tubuh berupa pengaruh
suhu lingkungan, topografi, tempat tinggal seseorang. Sekresi dan ekskresi
memiliki nilai yang sangat penting dalam proses metabolisme dan kehidupan
hewan dan manusia. Tanpa kedua sistem ini pastilah mahluk hidup tidak akan
dapat bertahan hidup dan kesintasannya tidak akan terjaga (Yuwono, 2004).
Pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang tidak dipakai lagi oleh sel
darah, dikeluarkan bersama urine keringat dan pernapasan. Salah satu sistem

metabolisme yang terdapat dalam tubuh hewan adalah sistem eksresi dan
osmoregulasi. Ekskresi mempunyai peranan mengeluarkan dan membuang hasil
sampingan metabolisme, mencegah gangguan aktifitas metabolik dalam tubuh dan
membuang zat-zat buangan, mengatur jumlah air yang terdapat dalam cairan
tubuh mengendalikan kandungan ion dalam cairan tubuh dan mengatur kadar ion
H+ atau pH cairan tubuh (Kusnadi, 2007).
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks yang berisi nefron (terdiri
dari glomerulus dan kapsul bowman), bagian dalam lagi disebut medulla yang
berisi tubulus ginjal. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medula
ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan
saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang
disebut kapsula (Wulangi, 2008).
Fungsi utama ginjal adalah mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme
yang mengandung nitrogen misalnya ammonia. Ammonia adalah hasil pemecahan
protein dan bermacam-macam garam, melalui proses deaminasi atau proses
pembusukan

mikroba

dalam

usus.

Selain

itu,

ginjal

juga

berfungsi

mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan, misalnya vitamin yang larut


dalam air; mempertahankan cairan ekstraseluler dengan jalan mengelluarkan air
bila berlebihan serta mempertahankan keseimbangan asam dan basa. Sekskresi
dari ginjal berupa urine. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah atau keadaan
urine yaitu diantaranya jumlah air yang diminum, keadaan system syaraf, hormon
ADH (Antidiuretik), banyaknya garam yang harus dikeluarkan dari darah agar
tekanan menjadi osmotik, pada penderita diabetes mellitus pengeluaran glukosa
diikuti kenaikan volume urine (Soewolo, 2005).
Proses terbentuknya urine berawal pada penyaringan darah pada ginjal
lalu terjadilah urine. Darah masuk ginjal melalui pembuluh nadi ginjal. Ketika
berada di dalam membrane glomerulus, zat-zat yang terdapat dalam darah (air,
gula, asam amino dan urea) merembes keluar dari pembuluh darah kemudian
masuk kedalam kapsul bowman dan menjadi urine primer. Proses ini disebut
filtrasi. Urine primer dari kapsul bowman mengalir melalui saluran-saluran halus

(tubulus kontortokus proksimal). Di saluran-saluran ini zat-zat yang masih


berguna, misalnya gula, akan diserap kembali oleh darah melalui pembuluh darah
yang mengelilingi saluran tersebut sehingga terbentuk urine sekunder. Proses ini
disebut reabsorpsi. Urine sekunder yang terbentuk kemudian masuk tubulus
kotortokus distal dan mengalami penambahan zat sisa metabolisme maupun zat
yang tidak mampu disimpan dan akhirnya terbentuklah urine sesungguhnya yang
dialirkan ke kandung kemih melalui ureter. Proses ini disebut augmentasi. Apabila
kandung kemih telah penuh dengan urine, tekanan urine pada dinding kandung
kamih akan menimbulkan rasa ingin buang air kecil atau kencing (Poedjiadi,
2005).
Banyaknya urine yang dikeluarkan dari dalam tubuh seseorang yang
normal sekitar 5 liter setiap hari. Faktor yang mempengaruhi pengeluaran urine
dari dalam tubuh tergantung dari banyaknya aIr yang diminum dan keadaan suhu
apabila suhu udara dingin, pembentukan urine meningkat sedangkan jika suhu
panas, pembentukan urine sedikit (Kurniati, 2009).
Pada saat minum banyak air, kelebihan air akan dibuang melalui ginjal.
Oleh karena itu jika banyak minum akan banyak mengeluarkan urine. Warna urine
setiap orang berbeda-beda. Warna urine biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan
yang dimakan, jenis kegiatan atau dapat pula disebabkan oleh penyakit. Namun
biasanya warna urine normal berkisar dari warna bening sampai warna kuning
pucat.Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N .
Protein sangat penting sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk
membangun struktur tubuh. Selain itu protein juga bisa digunakan sebagai sumber
energi bila terjadi defisiensi energi dari karbohidrat dan lemak. Sifat-sifat protein
beraneka ragam, dituangkan dalam berbagai sifatnya saat bereaksi dengan air,
beberapa reagen dengan pemanasan serta beberapa perlakuan lainnya. Urine
terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea),
garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urine berasal
dari darah atau cairan interstisial (Poedjiadi, 2005).

Urine yang dikeluarkan oleh tubuh merupakan hasil ekskresi yang


berasal dari organ ginjal. Baik buruknya keadaan ginjal dapat diketahui dengan
melihat dan menguji hasil urine yang dikeluarkan. Urine sehat itu berwarna
kuning pucat atau kuning gelap. Hal ini tergantung pada tingkat hidrasi, sehingga
urine tetap berada di koridor warna kuning. Kandungan pada urine normal adalah
air, urea, amonia, zat warna empedu yang memberikan warna pada urine, dan
garam mineral. Untuk ginjal yang sehat, glukosa tidak boleh ada dalam urine, jika
terdapat glukosa maka menandakan terjadi kelainan pada fungsi hormon insulin
yang dihasilkan oleh pulau Langerhans dalam pankreas, jika urine mengandung
gula (glukosa) berarti tubulus kontortus proksimal pada ginjal tidak menyerap
gula dengan sempurna. Hal ini dapat diakibatkan oleh kerusakan tubulus ginjal,
dapat pula akibat kadar gula dalam darah yang tinggi sehingga giinjal tidak dapat
menyerap kembali semua gula. Kadar gula darah yang tinggi akibat dari proses
pengubahan gula menjadi glikogen terhambat karena produksi hormos insulin
terhambat. Orang yang demikian menderita kencing manis (Diabetes melitus).
Bahan pengawet atau pewarna makanan juga dapat membuat ginjal bekerja keras
sehingga dapat merusak ginjal. Adanya insektisida pada makanan atau terlalu
banyak mengkonsumsi obat-obatan juga akan merusak ginjal (Karmana, 2007).
III.

WAKTU DAN TEMPAT


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 10 April 2015

pukul 14.00-16.00 WITA, bertempat di Laboratorium Dasar Fakultas Matematika


dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
IV.

ALAT DAN BAHAN


Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung reaksi,

lampu spiritus (bunzen), rak tabung reaksi, dan penjepit tabung reaksi .
Bahaan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah urine,
reagen robert, larutan fehling A & B.
V.

PROSEDUR KERJA
Mahasiswa

Sebagai praktikan dan naracoba harus siap dan meguasai


langkah-langkah pemeriksaan

Disiapkan seluruh peralatan dan bahan yang dibutuhkan


Dilakukan percobaan dengan seksama
Dicatat semua hasil pengamatan dan ditabulasikan menjadi

data kelompok
Diminta persetujuan asisten

Hasil
Pemeriksaan protein dan glukosa dalam urin :
1

Pemeriksaan Protein dengan uji Robert


2 mL reagen Robert

Dimasukkan

menggunakan pipet.
Di amati reaksi yang terjadi. Apabila reaksi positif maka

melalui

dinding

tabung

reaksi

dengan

terjadi cincin putih pada perbatasan yang menunjukkan


adanya protein dalam urin yang dipresipitasikan oleh asam
kuat.
Hasil
2

Pemeriksaan Glukosa dalam urin


Urine

Disaring terlebih dahulu.

Reagen Fehling A dan


Fehling B 5 mL
Dicampur
Dilarutkan dalam akuades 1 liter
2,5 mL urin

Ditambahkan kedalam tabung reaksi kemudian bagi

kedalam dua tabung reaksi sama banyak.


Dipanaskan satu tabung sampai mendidih dan yang lain

sebagai pembanding
Apabila dalam urin terdapat glukosa maka akan terbentuk

endapan berwarna kuning atau kuning kemerahan.


Dilakukan pengujian urin tanpa reagen dan dibandingkan
hasilnya.

VI.

HASIL DAN
Hasil PEMBAHASAAN

6.1 Hasil
Tabel 1. Data Pemeriksaan Protein dan Glukosa dalam urine
Kode
Sampe
Protein
Glukosa
Keterangan
l
urine (+/-) urine (+/-)
Tidak terbentuk
cincin putih pada
uji protein. Uji
A
(-)
(-)
glukosa warna
menjadi lebih tua
dan tidak terdapat
endapan
kemerahan
Tidak terbentuk
cincin putih pada
uji protein. Uji
(-)
(-)
glukosa warna
B
menjadi lebih tua
dan tidak terdapat
endapan
kemerahan
Tidak terbentuk
cincin putih pada
uji protein. Uji
glukosa warna
C
(-)
(-)
menjadi lebih tua
dan tidak terdapat
endapan
kemerahan
Tidak terbentuk
cincin putih pada
uji protein. Uji
glukosa warna
D
(-)
(-)
menjadi lebih tua
dan tidak terdapat
endapan
kemerahan
Terbentuk cincin
putih (sangat
E
(+)
(-)
sedikit) pada uji
protein. Uji
glukosa warna
menjadi lebih tua
dan tidak terdapat
endapan
kemerahan

Foto

(-)

(-)

(-)

(-)

Tidak terbentuk
cincin putih pada
uji protein. Uji
glukosa warna
menjadi lebih tua
dan tidak terdapat
endapan
kemerahan
Tidak terbentuk
cincin putih pada
uji protein Uji
glukosa warna
menjadi lebih tua
dan tidak terdapat
endapan
kemerahan

6.2 Pembahasaan
Struktur Ginjal
Alat pengeluaran (ekskresi) utama pada manusia adalah ginjal. Ginjal
atau buah pinggang manusia berbentuk seperti kacang merah, berwarna
keunguan, dan berjumlah dua buah. Bobot kedua ginjal orang dewasa antara
120-150 gram. Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang
perut atau abdomen.

Gambar. Struktur ginjal


Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut
kelenjar suprarenal). Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh tulang
rusuk ke sebelas dan dua belas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak
(lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.

Pada bagian kulit ginjal (korteks) terdapat

alat penyaring

darah

yang

disebut nefron.
Saluran panjang yang berlengkung (tubulus) dikelilingi oleh pembuluh
kalpiler darah. Tubulus yang letaknya dekat badan malpighi disebut tubulus
proximal. Tubulus yang letaknya jauh dari badan malpighi disebut tubulus
distal. Tubulus proximal dan tubulus distal dihubungkan oleh lengkung Henle
atau angsa Henle.
Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut
apatarus juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular.
Sel juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin. Cairan
menjadi makin kental disepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin,
yang kemudian dibaw ke kandung kemih melewati ureter. Lengkung Henle ini
berupa pembuluh menyerupai leher angsa yang turun ke arah medula ginjal,
kemudian naik lagi menuju korteks ginjal. Bagian akhir dari tubulus ginjal
adalah saluran (tubulus) pengumpul yang terletak pada sum-sum ginjal.
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi
disebut medulla (sum-sum ginjal). Bagian paling dalam disebut pelvis (rongga
ginjal), pada bagian medulla ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida
yang merupakan bukan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan
jaringan ikat longgar yang disebut kapsul. Sebuah nefron terdiri dari sebuah
komponen penyaring yang disebut korpuskula atau badan mal[ighi yang
dilanjutkan oleh saluran-saluran tubulus.
Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut
glomerulus yang berada dalam kapsul Boeman. Setiap glomerulus mendapat
aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki poripori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding
epitelium tipis yang berpori dari glomerullus dan kapsul Bowman karena adanya
tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan
masuk kedalam tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan
ginjal lewat arteri eferen.
Fungsi Ginjal

Fungsi ginjal berperan dalam pembentukan urine yang terjadi melalui


serangkaian proses, yaitu : penyaringan, penyerapan kembali dan pengumpulan
(agumentasi).
1. Penyaringan (Filtrasi)
Proses pembentukan urine diawali dengan penyaringan darah yang
terjadi di kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler glomerulus yang berpori
(podosit), tekanan dan permeabilitas yang tinggi pada glomerulus
mempermudah proses penyaringan. Selain penyaringan, di glomerulus
juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian
besar protein plasma. Bahan-bahan kecil yang terlarut di dalam plasma
darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat,
dan urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasi
penyaringan di glomerulus disebut filtrat glomerolus atau urine primer,
mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam
lainnya.
2. Penyerapan kembali (reabsorbsi)
Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urine primer akan
diserap kembali di tubulus kontrortus proksimal, sedangkan di tubulus
kontortus distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea. Meresapnya zat
pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui
peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Setelah terjadi
reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang
masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zatzat sisa metabolisme yang bersifa racun bertambah, misalnya urea.

3. Augmentasi

Augmentasi adalah proses penambahan za sisa dan urea yang mulai


terjadi di tubulus kontortus distal. Dari tubulus-tubulus ginjal, urin akan
menuju rongga ginjal, selanjutnya menuju kantong kemih melalui saluran
ginjal. Urin akan keluar melalui uretra.
Praktikum ini dilakukan dengan dua metode yang pertama pemeriksaan
protein uji Robert dengan masukkan 2 mL reagen Robert melalui dinding tabung
reaksi dengan menggunakan pipet (reagen Robert terdiri dari HNO3 pekat : 1
bagian, MgSO4 jenuh : 5 bagian 770 gram dalam 1 liter aquadest). Metode kedua
melakukan pemeriksaan glukosa dalam urine dengan cara mencampur reagen
Fehling A dan Fehling B masing-masing 2,5 mL. Kemudian melarutkan Fehling A
Kristal CuSO4 dalam aquadest sampai 1 liter dan Fehling B garam signete 173
gram, Natrium hidroksida 50 gram dilarutkan dalam aquades sampai 1 liter,
kemudian kedalam tabung reaksi tersebut ditambahkan 1,25 mL urine, dan dibagi
kedalam dua tabung reaksi sama banyak, dipanaskan satu tabung reaksi sampai
mendidih dan yang lain untuk pembanding. Apabila didalam urine terdapat
glukosa maka akan terbentuk endapan berwarna kuning atau kuning kemerahan.
Dilakukan juga terhadap urine tanpa campuran reagen dan bandingkan hasilnya.
Pemeriksaan urine menggunakan reagen Robert untuk memeriksa
kandungan protein dalam urine. Reagen Robert memiliki kemampuan asam kuat
untuk mempresipitasikan protein. Reaksi positifnya membentuk cincin putih
menunjukan adanya protein. Adanya protein dalam urin sering disebut dengan
proteinuria (albuminuria). Proteinuria yaitu adanya albumin dan globulin dalam
urin dengan konsentrasi abnormal. Proteinuria fisiologis terdapat sekitar 0,5%
protein, ini dapat terjadi setelah latihan berat, setelah makan banyak protein, atau
sebagai akibat gangguan sementara pada sirkulasi ginjal bila seseorang berdiri
tegak. Proteinuria patologis sering disebabkan oleh adanya kelainan dari organ
ginjal karena sakit, misalnya nefrosklerosis, yaitu suatu bentuk vaskuler penyakit
ginjal. Proteinuria pada penyakit ini meningkat dengan makin beratnya kerusakan
ginjal. Proteinuria dapat juga terjadi karena keracunan tubulus ginjal oleh logamlogam berat (raksa, arsen, bismut).
Pemeriksaan glukosa dalam urine dilakukan dengan menggunakan uji
Fehling. Prinsip uji Fehling adalah mereduksi glukosa terhadap CuSO 4 sehingga

terbentuk endapan berwarna merah bata (merah kekuningan). Untuk mendapatkan


hasil yang baik sebelum digunakan sebaiknya urine dan reagen disaring terlebih
dahulu. Adapun cara membuat reagen Fehling adalah sebagai berikut:
Fehling I : CuSO4- kristal dilarutkan dalam 1 liter aquadest
Fehling II : Garam signette 173 gram dan NaOH 50 gram dilarutkan dalam
1 liter aquadest
Reaksi positif terhadap uji ini adalah terjadi endapan berwarna merah bata
atau warna larutan berubah menjadi kuning kemerahan yang berarti bahwa di
dalam urine terdapat glukosa. Endapan ini adalah endapan Cu 2O berdasarkan
reaksi :
RCOH + 2Cu+ 2+ +5 OH- RCOOH + Cu2O + 3H2O
Uji Fehling dapat digunakan untuk mengetahui adanya glukosa dalam urine.
Sebagian glukosa akan direabsorsbsi dan sebagian akan larut dalam urine. Dalam
urine yang mengandung glukosa dengan kadar yang cukup tinggi akan terbentuk
endapan merah bata atau warna larutan menjadi kuning kemerahan setelah
dilakukan uji Fehling. Kadar glukosa yang terlarut dalam urine tergantung pada
kadar gula dalam darah. Adanya glukosa dalam urine dapat mengindikasikan
bahwa orang tersebut menderita diabetes, tetapi tidak semua glukosuria (adanya
gula dalam urin) menunjukkan diabetes. Glukosuria dapat ditemukan pada
seseorang yang mengalami strees emosi (misalnya pertandingan atletik yang
sangat menegangkan). Galaktosuria dan laktosutia dapat terjadi pada ibu selama
masa kehamilan, laktasi maupun menyapih. Pentosuria sementara terjadi setelah
makan makanan yang mengandung gula pentosa.
Pada praktikum kali ini dihasilkan untuk percobaan pertama pemeriksaan
protein dengan uji Robert dihasilkan urine A, B,C, D, Fdan G tidak mengandung
protein atau negatif (-). Hal ini dapat dikatakan sesuai dengan teori atau urine
dikatakan normal, karena urine yang normal sebenarnya tidak mengandung
protein. Namun pada sampel urine E mengandung protein, hal ini disebabkan
kesalahan praktikan yang memproduksi urine karena dia tidak puasa selama 3 jam
sehinga hasil metabolismenya masih tersisa. Percobaan kedua pemeriksaan
glukosa dalam urine dihasilkan pada urine A, B, C, D, E, F dan G tidak
mengandung glukosa berarti urinenya normal. Adanya glukosa dalam urine dapat

mengindikasikan bahwa orang tersebut menderita diabetes, tetapi tidak semua


glukosuria (adanya gula dalam urin) menunjukkan diabetes. Glukosuria dapat
ditemukan pada seseorang yang mengalami strees emosi. Galaktosuria dan
laktosutia dapat terjadi pada ibu selama masa kehamilan, laktasi. Pentosuria
sementara terjadi setelah makan makanan yang mengandung gula pentosa.
VII. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Urine digunakan sebagai indikator untuk mengetahui berbagai penyakit
yang dialami tubuh kita.
2. Pemeriksaan urine menggunakan reagen Robert untuk memeriksa
kandungan protein dalam urine. Reaksi positifnya membentuk cincin putih
menunjukan adanya protein.
3. Pemeriksaan glukosa dalam urine dilakukan dengan menggunakan uji
Fehling. Rekasi positifnya terbentuk endapan berwarna merah bata (merah
kekuningan).
4. Pemeriksaan protein dengan uji Robert dihasilkan urine A, B,C, D, F dan G
tidak mengandung protein atu negatif (-), namun pada urine E terdapat
protein dengan membentuk reaksi yang positif
5. Pemeriksaan glukosa dalam urine dihasilkan pada urine A, B, C, D, E dan G
tidak mengandung glukosa.
5.2 Saran
Saran dalam praktikum kali ini adalah hendaknya pada saat praktikum
ketelitian dan kerjasama lebih diperhatikan, agar praktikum dapat berjalan dengan
baik. Kemudian diharapkan asisten atau praktikan lebih aktif lagi dalam
menjalankan praktikum ini.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A, Jane B.C, dan Lawrence G.M. 2004. Biologi. Jilid III 2nd
edition. Penerbit Erlangga : Jakarta.
Karmana, O. 2007. Cerdas Belajar Biologi. Grafindo Media Pratama: Jakarta

Kurniati,T. 2009. Zoologi Vertebrata. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung


Djati: Bandung.
Kusnadi. 2007. Biologi Umum.Piranti: Jakarta.
Poedjiadi, A., & Suryati. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press: Jakarta.
Soewolo. 2005. Fisiologi Manusia.Malang : UM press: Malang.
Wulangi, K. 2007. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Gadjah Mada University
Press : Yogyakarta.
Yuwono, Edy. 2004. Fisiologi Hewan I. Depertemen Pendidikan Nasional,
Universitas Jenderal Soedirman, Fakultas Biologi. Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai