PENDAHULUAN
JUDUL
1.4
Manfaat
Manfaat perencanaan ini bagi penulis adalah menjadi bahan
pembelajaran dalam merencanakan gedung bertingkat serta dapat
dijadikan suatu pengalaman yang nantinya menjadi acuan dalam
merencanakan gedung bertingkat. Selain itu, penulisan Tugas Akhir
ini bermanfaat sebagai syarat dalam menyelesaikan jenjang D4 di
Politeknik TEDC Bandung.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
Pembebanan
Pembebanan merupakan langkah awal pada perencanaan struktur beton
bertulang. Hal ini dilakukan karena pembebanan akan mempengaruhi dimensi
dari struktur tersebut. Sebelum menentukan nilai beban yang bekerja perlu
diperhatikan arah gaya yang bekerja pada struktur tersebut. Penentuan arah
dilakukan karena beban pada struktur bangunan berupakan gaya vektor yang
bekerja sesuia dengan arahnya. seperti gambar di bawah ini yang mengacu
pada Peraturan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987 :
Keterangan:
DL
: beban mati
LL
: beban hidup
W
: beban angin tekan
+
W
: beban angin hisap
E
: beban gempa
2.1.1
kN/m2
kN/m2
kN/m2
kN/m2
kN
Beban Mati
Berdasarkan Peraturan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung
1987, beban mati ialah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang
bersifat
tetap,
termasuk
segala
unsur
tambahan,
penyelesaian-
Beban Hidup
Berdasarkan Peraturan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung
1987, beban hidup ialah semua beban yang terjadi akibat penghunian
atau penggunaan suatu gedung dan kedalamnya termasuk beban-beban
pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah,
mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari
gedung itu sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai
dan atap tersebut.
a. Ketentuan penggunaan beban hidup
1. Beban hidup pada lantai gedung ditentukan menurut Tabel 2.2
(terlampir).
2. Beban hidup pada atap serta pada struktur tudung (canopy) yang
dapat dicapai dan dibebani oleh orang harus diambil minimum
sebesar 1kN/m2 (100 kg/m2).
3. Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau seorang
pemadam kebakaran dengan peralatannya dapat diambil minimun
1 kN/m1 (100 kg/m1).
b. Reduksi beban hidup
Peluang untuk terjadinya beban hidup penuh yang membebani
semua bagian dan semua unsur struktur pemikul secara serempak
selama umur gedung tersebut sangat kecil, sehingga beban hidup
dapat dikalikan dengan suatu koefisien reduksi yang tercantum pada
Tabel 2.3 (terlampir).
2.1.3
Beban Angin
Berdasarkan Peraturan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung
1987, beban angin ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau
bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara.
b. Koefisien angin
Nilai koefisien angin tekan pada bidang atap gedung tertutup yang
memiliki kemiringan atap <45 diambil (0,2 0,4) dengan nilai
koefisien angin hisap -0,4.
2.1.4
Beban Gempa
a. Wilayah Gempa dan Respon Spektrum
Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung SNI 03 1726 2003, wilayah Indonesia
terbagi dalam 6 wilayah gempa meliputi wilayah 1 sampai wilayah 6.
Wilayah 1 merupakan wilayah dengan kekuatan gempa yang paling
kecil sedangkan untuk wilayah 6 adalah wilayah dengan kekuatan
gempa yang paling besar di Indonesia. Besarnya pengaruh gempa
Tabel 2.4
Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka tanah untuk
masing-masing wilayah gempa Indonesia.
Percepata
Wilayah
gempa
n pucak
Tanah
Tanah
Tanah
batuan
keras
sedang
lunak
Tanah khusus
dasar (g)
0,03
0,03
0,04
0,08
0,10
0,12
0,15
0,23
0,15
0,18
0,22
0,30
0,20
0,24
0,28
0,34
0,25
0,29
0,33
0,36
0,30
0,33
0,36
0,36
Diperluakan
evaluasi khusus
di setiap lokasi
Sumber : SNI 03 1726 2003 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung
Ar
Gempa
Untuk nilai Am dan Ar diberikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.5 Spektrum Respon Gempa Rencana
Wilayah
Gempa
1
2
3
4
5
6
Tanah
Keras
Tc = 0,5 det.
Am
Ar
Tanah
Sedang
Tc = 0,6 det.
Am
Ar
0,08
0,30
0,45
0,60
0,73
0,83
0,10
0,38
0,55
0,70
0,83
0,90
0,04
0,15
0,23
0,30
0,36
0,42
0,06
0,23
0,33
0,42
0,50
0,54
Tanah Lunak
0,4<Tc<1,0
Am
Ar
Tc
0,20
0,58
0,75
0,85
0,90
0,90
0,09
0,33
0,50
0,64
0,76
0,84
0,45
0,57
0,67
0,75
0,84
0,93
Sumber : SNI 03 1726 2003 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung
(terlampir)
: faktor reduksi gempa
: beban total struktur termasuk beban hidup yang
sesuai.kN
Beban geser nominal tersebut harus dibagi sepanjang tinggi
Fi =
W i zi
n
W i zi
kN
i=1
2.1.5
(2.3)
Keterangan :
Fi
: gaya nominal statik ekuivalen
kN
Wi
: berat struktur tingkat ke-i
kN
zi
: ketinggian lantai tingkat ke-i
m
Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan diperhitungkan berdasarkan
Tata
Cara
(2.7)
kN/m2
kN/m2
kN/m2
kN
10
normal, geser dan torsi, harus diambil sebagai hasil kali kuat
nominal, yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi dari tata
cara ini, dengan suatu faktor reduksi kekuatan . Faktor reduksi
kekuatan untuk struktur beton bertulang ditentukan pada Tabel 2.7
(terlampir) dan untuk struktur baja ditentukan pada tabel 2.8
(terlampir).
2.2. Perencanaan Struktur
2.2.1 Atap Baja
Sifat-sifat
mekanis
baja
struktural
untuk
maksud
Tegangan Leleh
Regangan
Jenis Baja
Tegangan Putus
Minimum
fu( MPa )
Minimum
fy( MPa )
Minimum
(%)
BJ 34
BJ 37
BJ 41
BJ 50
BJ 55
340
370
410
500
550
210
240
250
290
410
22
20
18
16
13
Sumber : SNI 03 1729 2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung
a. Perencanaan lentur
Perencanaan lentur pada gording diperhitungkan terhadap sumbu x
dan sumbu y, dikarenakan berat atap yang diterima gording bekerja
searah dengan gaya gravitasi. Berikut adalah arah penjabaran beban
pada gording.
11
Keterangan :
: sudut kemiringan atap
MPa
(2.8)
Keterangan :
Mu : momen lentur terfaktor MPa
Mn
(2.9)
Keterangan:
Nu- : kuat tekan terfaktor MPa
Nn-
12
l
k <200
r
(2.10)
Dimana :
lk
: kelangsingan
Nu+Nn+
(2.11)
kN
(2.12)
kN
(2.13)
dan
= 0,75
Nn+= Ae fu
Keterangan:
Ag
mm2
Ae
mm2
fy
: tegangan leleh
MPa
fu
MPa
Nu+
kN
Nn+
13
Pelat 1 arah
:apabila ly/lx 2
Pelat 2 arah.
Keterangan :
ly
: bentang terpanjang
lx
: bentang terpendek
(2.14)
14
fy
1500
36+ 9
l n 0,8+
h=
mm
(2.15)
dan tidak boleh kurang dari 90 mm
Keterangan :
m
: nilai rata-rata untuk semua balok pada tepi-tepi dari
suatu panel.
: rasio kekuatan lentur penampang balok terhadap kekakuan
lentur pelat.
ln
: bentang efektif pelat mm
2. Pelat satu arah
Perencanaan momen lentur pada pelat satu arah ditentukan
berdasarkan Gambar 2.5 (terlampir)
3. Pelat dua arah
Perencanaan momen lentur pada pelat dua arah ditentukan berdasarkan
Gambar 2.6 (terlampir) dimana tabel ini menunjukkan momen lentur
yang bekerja pada jalur 1m, masing-masing pada arah X dan arah Y.
Mlx adalah momen lapangan maksimum arah X
Mly adalah momen lapangan maksimum arah Y
Mtx adalah momen tumpuan maksimum arah X
Mty adalah momen tumpuan maksimum arah Y
Mtix adalah momen jepit tak terduga (insidentil) arah X
Mtiy adalah momen jepit tak terduga (insidentil) arah Y
Penyaluran beban terhadap tumpuan pada pelat dua arah ditentukan
pada gambar berikut :
15
Gambar 2.7
4. Penulangan pelat
Berdasarkan SNI 03 2847 2002, tulangan yang diperlukan pelat
lantai yaitu :
A s =. b . d
mm2
Keterangan :
As : luas tulangan yang diperlukan
: rasio tulangan
bw : lebar pelat diambil per 1m2
d : tebal efektif pelat
Mn
2.
bw d 2
0,85. fc'
1 1
fy
0,85. fc'
=
Keterangan :
fc' : kuat tekan beton
fy : tegangan leleh baja tulangan
Mn : momen nominal
(2.16)
mm2
mm
mm
(2.17)
MPa
MPa
kN.m
c. Balok
1. Penentuan dimensi balok berdasarkan SNI 03 2847 2002, tinggi
balok ditentukan sesuai dengan Tabel 2.11 (terlampir)
2. Balok T
Berdasarkan SNI 03 2847 2002 bila bagian sayap dan badan
balok dibuat menyatu (monolit) atau dilekatkan secara efektif
sehingga menjadi satu kesatuan,maka balok tersebut dikatakan
sebagai balok-T.
Dalam merencanakan balok-T harus ditentukan terlebih dahulu lebar
efektif balok :
Gambar 2.8
16
Balok Tengah :
1. be 1/4Lt
2. be bw+8ht
3. be bw+1/2Ln
Balok Tepi :
1. be 1/12Lt
2. be bw+6ht
3. be bw+1/2Ln
17
Gambar 2.9
Sebuah balok dapat dihitung dengan teori balok-T bila seluruh daerah tekan
berada pada daerah flens (c < ht), sesuai dengan diagran regangan dan tegangan
yang ditunjukkan pada gambar diatas.
3. Balok persegi
Gambar 2.10 Penampang balok T dengan diagram tegangan dan regangan (c<h t)
Sumber : Edward, 1998
Apabila c<ht seperti gambar di atas, maka balok dianggap sebagai suatu balok
persegi dengan lebar bw (sebagai pengganti b) dengan tinggi efektif d, sehingga
analisis balok berperilaku sebagai balok persegi dilakukan sebagai berikut:
Keterangan :
b : lebar balok
mm
h : tinggi balok
mm
d : tinggi efektif balok mm
d : selimut beton
mm
As : luas tulangan tarik mm2
As: luas tulangan tekan mm2
c : regangan ultimate beton sebesar 0,003
s : regangan tarik baja tulangan
c : jarak dari serat tekan terluar ke sumbu netral
a : 1.c,dimana nilai 1 diambil sebagai berikut :
mm
untuk fc 30 MPa
untuk 30 < fc < 55 MPa
untuk fc > 55 MPa
1 = 0,85
1 = 0,85-0,008(fc-30)
1 = 0,65
MPa
c : 0,85 x fc x b x a
4. Perencanaan tulangan geser
Perencanaan penampang terhadap geser berdasarkan Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03 2847 2002,harus
memenuhi:
Vn Vu
kN
(2.18)
Keterangan :
kN (2.20)
n
P
Keterangan :
Pn
f'c
Ag
Ast
fy
(2.21)
lk
r
: radius girasi penampang struktur tekan
M1
: momen ujung terfaktor yang lebih kecil kN.mm
M2
: momen ujung terfaktor yang lebih besar kN.mm
3. Geser pada kolom
Perencanaan geser kolom direncanakan sama dengan geser pada balok, harus
memenuhi persamaan :
Vn Vu
kN
(2.22)
Keterangan :
Gambar 2.12
Keterangan :
DL
: beban mati kN/m2
LL
: beban hidup kN/m2
Struktur Bawah
Pondasi Tiang Pancang
1.
Desain pondasi tiang pancang
Menurut sardjono (48-49) kemampuan tiang dihitung berdasarkan beberapa
perhitungan diantaranya :
a. Terhadap kekuatan bahan tiang
Beban tetap/statis
A x p OxLxc
Qtiang= tiang
+
3
5
kN
(2.26)
Beban dinamis
A x p OxLxc
Qtiang= tiang
+
5
8
kN
(2.27)
Keterangan :
Qtiang
: daya dukung keseimbangan tiang kN
p
: nilai konus dari hasil sondir
kN/mm2
O
: keliling tiang pancang
mm
L
: panjang tiang yang berada dalam tanah mm
c
: harga cleef rata-rata
kN/mm2
2. Perhitungan kelompok tiang (pile group)
Menurut Sardjono, jarak masing-masing tiang dalam kelompok disyaratkan :
2,5D
atau
3D
Keterangan :
S
: diameter tiang
Biasanya disini disyaratkan juga jarak antara 2 tiang dalam kelompok tiang :
minimum 0,6 m dan maximum 2,00 m.
Menurut Sardjono, perhitungan kelompok tiang pancang yang menerima
beban sentris dan momen yang bekerja pada dua arah, diperhitungkan sebagai
berikut:
Pmax =
v My . Xmax Mx . Ymax
kN
Keterangan :
Pmax
(2.28)
Mx
: momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu XkN.mm
My
: momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu YkN.mm
Xmax
: absis terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang mm.
Ymax
: absis terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang mm.
ny
nx
X2
Y2
kN
(2.29)
V u ponds=Pu =1,4 P
Keterangan :
kN
Vu ponds
Vc ponds
kN
Pu
kN
(2.30)
Vc geser lentur
2.3.
: 0,6.0,17.fc .B.d
Lokasi
Lokasi perencanaan pekerjaan ini bertempat di Jl. Prof. Dr. Hamka, Padang
Sumatra Barat, Indonesia. Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi perencanaan dapat
dilihat pada peta dibawah ini.
BAB III
METODOLOGI
Star
Tujuan dan Lingkup
Study Study
Identifikasi Dan
Pengumpulan Data
(Berupa Gambar Desain
Arsitektur
Mengikuti Peraturan
Tata Cara
Perencanaan
Struktur Baja Untuk
Bangunan Gedung
SNI 03 1729
2002, Tata Cara
Perhitungan Struktur
Beton Untuk Gedung
SNI 03 2847
2002 dan Literatur
Lainnya
Mengikuti Peraturan
Tata Cara
Perencanaan
`Struktur Baja Untuk
Bangunan Gedung
SNI 03 1729
2002, Tata Cara
Perhitungan Struktur
Beton Untuk Gedung
SNI 03 2847 2002
dan Literatur lainnya
Study Pustaka
Desain Awal
Perancangan Stuktur
dan Pembebanannya
Tidak
Mengikuti Peraturan
Tata Cara
Perencanaan
Pembebanan Untuk
Rumah dan Gedung
Analisis Struktur
Mendesai Struktur Atas
SAP2000
AutoCad
3.1.
Sehingga dapat sesuai dengan harap dari penulis. Selain itu juga dalam pembuatan
tugas akhir ini tidak lepas dari lingkup study yang dilakukan selama ini di Politeknik
TEDC bandung selama 8 semester.
3.2.
Data tersebut berupa gambar desain dari bangunan Kampus UNP yang nantinya akan
digunakan sebagai data perencanaan. Sehingga dengan adanya data tersebut penulis
dapat melakukan perencaan pada struktur bangunan tersebut.
3.3.
Study Pustaka
Pada tahap ini penulis melakukan pencarian-pencarian literatur yang sesuai
dengan data yang didapat. Sehingga dalam melakukan pengerjaan akan lebih mudah.
3.4.
Desain Awal
Pada tahap ini penulis menetukan desain awal dari sturktur bangunan Kampus
UNP. Pada tahap ini juga penulis melakuan perencanaan dari bentuk dan ukuran
struktur yang akan dirancang. Pada tahap ini juga penulis menggunakan bantuan
software SAP 2000 untuk mendapatkan gaya dalam yang bekerja pada struktur.
3.5.
dilakuaknnya perhitungan pembebanan maka proses analisis dan desain struktur akan
berjalan lebih mudah.
3.6.
Analisis Struktur
Pada tahap ini penulis melakukan analisis gaya dalam yang bekerja pada
Pada tahap ini penulis melakukan desain pada struktur atas. Struktur atas
terdiri dari struktur atap, plat, balok dan kolom. Pendesainan dilakukan dengan
perhitungan sesuai dengan Peraturan Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk
Bangunan Gedung SNI 03 1729 2002 dan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
Untuk Gedung SNI 03 2847 2002 serta literatur lainnya. Pada tahap ini pula di
tetapkan dan dipastikan bagai mana bentuk dan perkuatan pada struktur atas.
3.8.
3.10.