Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
JUDUL

:PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERKULIAHAN


PADA UNIVERSITAS NEGERI PADANG

1.1 Latar Belakang Masalah


Universitas Negeri Padang (UNP) merupakan salah satu perguruan
tinggi di indonesia dimana tempat tersebut diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan mahasiswa yang hendak mempelajari dan mengembangkan
potensi yang dimiliki oleh mahasiswa yang berkuliah disana. Sehingga
untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka perlu adanya sarana dan
prasarana yang mendukung adanya proses belajar mengajar. Salah satu
sarana yang dibutuhkan dalam proses belajar dan mengajar adalah
bangunan sebagai tempat berlangsungnya perkuliahan.
Berkaitan dengan gedung perkuliahan, dikarenakan meningkatnya
mahasiswa yang diterima di perguruan tinggi ini dan kurangnya ruang
kelas untuk memenuhi proses perkuliahan. Sehingga Universitas Negeri
Padang memutuskan untuk melakukan pembangunan sebuah gedung, guna
memenuhi kebutuhan dari sarana dan prasarana perkuliahan.
Hal yang perlu dilakukan pertama kali dalam pembanguan gedung
ialah perencanaan. Dalam perencanaan gedung perlu adanya perencanaan
posisi, arsitektur, struktur, dan mekanikal serta elektrikalnya. Sehingga
bangunan dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Berdasar perencanaan yang diperlukan, maka penulis berniat
merencanakan struktur bangunan gedung perkuliahan yang diperlukan
oleh Universita Negeri Padang berdasarkan gambar desain arsitektur dan
data yang diperoleh. Perencanaan struktur bangunan gedung ini mengacu
kepada SNI 03 1729 2002 dengan perhitungan gaya dalam
menggunakan bantuan sofware SAP2000. Berkaitan pada gedung yang
akan direncanakan, maka penulis mengambil suatu judul Perencanaan

Struktur Gedung Perkuliahan Pada Universitas Negeri Padang yang


ditujukan untuk perencanaan gedung perkuliahan pada jurusan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang diperoleh, maka dapat
diambil beberapa rumusan masalah diantaranya :
1. Bagaimana merencanakan dan mendesain komponen struktur Gedung
Perkuliahan pada Universita Negeri Padang dengan mengacu pada Tata
Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI-032847-2002 ?
2. Bagaimana merencanakan struktur atap dari bangunan tersebut yang
mengacu pada Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung SNI 03 1729 2002
3. Bagaimana merencanakan pondasi yang sesuai dengan kondisi tanah
yang ada di lokasi perencanaan ?
1.3 Batasan Masalah
Pada penulisan tugas akhir ini, penulis membatasi masalah yang
akan dibahas agar tidak terjadi penyimpangan dalam topik tugas akhir
yang dibahas. Batasan masalahnya yaitu :
1. Perhitungan konstruksi atap hanya dibatasi pada pembahasan atap
dengan struktur baja saja
2. Perhitungan struktur atas yang akan dibahas ialah menghitung dimensi
struktur serta penulangan pada plat, balok, dan kolom saja.
3. Sedangkan unttuk struktur bawah hanya memperhitngkan balok sloof,
pile cap dan tiang pancang saja.

1.4

Tujuan dan Manfaat


1.4.1 Tujuan
Tujuan dari perencanaan struktur ini adalah untuk merencanakan
struktur beton menggunakan Tata Cara Perencanaan Struktur Beton

untuk Rumah dan Gedung SNI 03 2847 2002 dengan


perencanaan atap berdasarkan Tata Cara Perencanaan Struktur Baja
untuk Rumah dan Gedung SNI 03 1729 2002 dan
perencanaan pondasi sesuai dengan kondisi tanah di lokasi
perencanaan.
1.4.2

Manfaat
Manfaat perencanaan ini bagi penulis adalah menjadi bahan
pembelajaran dalam merencanakan gedung bertingkat serta dapat
dijadikan suatu pengalaman yang nantinya menjadi acuan dalam
merencanakan gedung bertingkat. Selain itu, penulisan Tugas Akhir
ini bermanfaat sebagai syarat dalam menyelesaikan jenjang D4 di
Politeknik TEDC Bandung.

1.5 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan yang dibahas adalah latar belakang
penulisan, perumusan masalah dan batasan masalah, tujuan dan manfaat
dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini membahas tentang landasan teori yang menjadi acuan
sebagai dasar perencanaan.
BAB III METODELOGI PERENCANAAN
Pada bab ini membahas tentang metode yang dipergunakan sebagai
acuan dalam perhitungan struktur.

BAB IV ANALISA STRUKTUR


Pada bab ini berisi akan berisikan tentang perhitungan struktur atap
pelat lantai, balok, kolom dan juga perhitungan pondasi.
BAB IV PENUTUP
Pada bab ini akan membahas kesimpulan dari materi yang dibahas,
juga memberikan beberapa saran terhadap obyek yang dibahas.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.

Pembebanan
Pembebanan merupakan langkah awal pada perencanaan struktur beton
bertulang. Hal ini dilakukan karena pembebanan akan mempengaruhi dimensi
dari struktur tersebut. Sebelum menentukan nilai beban yang bekerja perlu
diperhatikan arah gaya yang bekerja pada struktur tersebut. Penentuan arah

dilakukan karena beban pada struktur bangunan berupakan gaya vektor yang
bekerja sesuia dengan arahnya. seperti gambar di bawah ini yang mengacu
pada Peraturan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987 :

Gambar 2.1 Arah beban pada struktur gedung


Sumber : Hasil Analisa, 2014

Keterangan:
DL
: beban mati
LL
: beban hidup
W
: beban angin tekan
+
W
: beban angin hisap
E
: beban gempa
2.1.1

kN/m2
kN/m2
kN/m2
kN/m2
kN

Beban Mati
Berdasarkan Peraturan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung
1987, beban mati ialah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang
bersifat

tetap,

termasuk

segala

unsur

tambahan,

penyelesaian-

penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian


yang tak terpisahkan dari gedung itu.
a. Ketentuan penggunaan beban mati
1. Beban mati atau berat sendiri dari bahan-bahan bangunan
ditentukan menurut Tabel 2.1 (terlampir).
2. Apabila bahan bangunan setempat diperoleh berat sendiri yang
menyimpang lebih dari 10% terhadap nilai-nilai yang tercantum
dalam Tabel 2.1 (terlampir), maka berat sendiri ditentukan sendiri.
3. Berat sendiri bahan bangunan yang tidak tercantum pada Tabel
2.1 (terlampir) , harus ditentukan sendiri.

b. Reduksi beban mati


Apabila beban mati memberikan pengaruh yang menguntungkan
terhadap pengerahan kekuatan suatu struktur, maka beban mati yang
diambil menurut Tabel 2.1 harus dikalikan dengan koefisien reduksi
sebesar 0,9.
2.1.2

Beban Hidup
Berdasarkan Peraturan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung
1987, beban hidup ialah semua beban yang terjadi akibat penghunian
atau penggunaan suatu gedung dan kedalamnya termasuk beban-beban
pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah,
mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari
gedung itu sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai
dan atap tersebut.
a. Ketentuan penggunaan beban hidup
1. Beban hidup pada lantai gedung ditentukan menurut Tabel 2.2
(terlampir).
2. Beban hidup pada atap serta pada struktur tudung (canopy) yang
dapat dicapai dan dibebani oleh orang harus diambil minimum
sebesar 1kN/m2 (100 kg/m2).
3. Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau seorang
pemadam kebakaran dengan peralatannya dapat diambil minimun
1 kN/m1 (100 kg/m1).
b. Reduksi beban hidup
Peluang untuk terjadinya beban hidup penuh yang membebani
semua bagian dan semua unsur struktur pemikul secara serempak
selama umur gedung tersebut sangat kecil, sehingga beban hidup
dapat dikalikan dengan suatu koefisien reduksi yang tercantum pada
Tabel 2.3 (terlampir).

2.1.3

Beban Angin
Berdasarkan Peraturan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung
1987, beban angin ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau
bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara.

a. Ketentuan penggunaan beban angin


1. Angin tekan harus diambil minimum 0,25 kN/m2 (25 kg/m2)
2. Angin tekan di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5km dari pantai
harus diambil minimum 0,4 kN/m2 (40 kg/m2)

b. Koefisien angin

Gambar 2.2 Koefisien angin pada gedung tertutup


Sumber : Peraturan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987

Nilai koefisien angin tekan pada bidang atap gedung tertutup yang
memiliki kemiringan atap <45 diambil (0,2 0,4) dengan nilai
koefisien angin hisap -0,4.
2.1.4

Beban Gempa
a. Wilayah Gempa dan Respon Spektrum
Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung SNI 03 1726 2003, wilayah Indonesia
terbagi dalam 6 wilayah gempa meliputi wilayah 1 sampai wilayah 6.
Wilayah 1 merupakan wilayah dengan kekuatan gempa yang paling
kecil sedangkan untuk wilayah 6 adalah wilayah dengan kekuatan
gempa yang paling besar di Indonesia. Besarnya pengaruh gempa

berdasarkan wilayah ditentukan pada Gambar 2.3 (terlampir) dan


percepatan puncak batuan dasar ditentukan pada Tabel 2.4 dibawah
ini :

Tabel 2.4

Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka tanah untuk
masing-masing wilayah gempa Indonesia.

Percepata
Wilayah
gempa

Percepatan pucak muka tanah Ao (g )

n pucak

Tanah

Tanah

Tanah

batuan

keras

sedang

lunak

Tanah khusus

dasar (g)

0,03

0,03

0,04

0,08

0,10

0,12

0,15

0,23

0,15

0,18

0,22

0,30

0,20

0,24

0,28

0,34

0,25

0,29

0,33

0,36

0,30

0,33

0,36

0,36

Diperluakan
evaluasi khusus
di setiap lokasi

Sumber : SNI 03 1726 2003 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung

Besarnya percepatan respon maksimum Am ditetapkan dengan


menggunakan persamaan seperti yang tercantum dibawah ini:
Am = 2,5 Ao
(2.1)
- Untuk T Tc , maka C = Am
- Untuk T > Tc , maka C = Ar/T
- Ar = Am x Tc
Keterangan :
Am
: spektrum percepatan maksimum
Ao
: percepatan puncak muka tanah
T
: waktu getar alami struktur bangunan gedung detik
Tc
: waktu getar alami sudut
C
: faktor respon gempa

Ar

: pembilang dalam persamaan hiperbola Faktor Respon

Gempa
Untuk nilai Am dan Ar diberikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.5 Spektrum Respon Gempa Rencana

Wilayah
Gempa
1
2
3
4
5
6

Tanah
Keras
Tc = 0,5 det.
Am
Ar

Tanah
Sedang
Tc = 0,6 det.
Am
Ar

0,08
0,30
0,45
0,60
0,73
0,83

0,10
0,38
0,55
0,70
0,83
0,90

0,04
0,15
0,23
0,30
0,36
0,42

0,06
0,23
0,33
0,42
0,50
0,54

Tanah Lunak
0,4<Tc<1,0
Am

Ar

Tc

0,20
0,58
0,75
0,85
0,90
0,90

0,09
0,33
0,50
0,64
0,76
0,84

0,45
0,57
0,67
0,75
0,84
0,93

Sumber : SNI 03 1726 2003 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung

b. Analisa beban statis


Berdasarkan SNI 03 1726 2003, ketahanan struktur
terhadap gempa rencana dapat dianalisa dengan menggunakan
metode 3 dimensi linear. Dalam konteks ini disebut analisis statik 3
dimensi, adapun untuk beban geser nominal dasar statik ekuivalen V
dapat dihitung dengan metode sebagai berikut :
C I
V= 1 Wt
kN
R
(2.2)
Keterangan :
V
: beban geser nominal kN
C1
: faktor respon gempa
I
: faktor keutamaan gedung yang diambil dari Tabel 2.6
R
Wt

(terlampir)
: faktor reduksi gempa
: beban total struktur termasuk beban hidup yang
sesuai.kN
Beban geser nominal tersebut harus dibagi sepanjang tinggi

struktur gedung menjadi beban-beban nominal statik ekuivalen


nominal F1 yang menangkap pada massa lantai ke I dengan mengacu
pada persamaan sebagai berikut:

Fi =

W i zi
n

W i zi

kN

i=1

2.1.5

(2.3)
Keterangan :
Fi
: gaya nominal statik ekuivalen
kN
Wi
: berat struktur tingkat ke-i
kN
zi
: ketinggian lantai tingkat ke-i
m
Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan diperhitungkan berdasarkan

Tata

Cara

Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03 2847


2002, dijelaskan sebagai berikut :
a. Kuat perlu
1. Kuat perlu (U)untuk menahan beban mati (DL)paling tidak harus
sama dengan
U = 1,4 DL
(2.4)
2. Kuat perlu (U)untuk menahan beban mati (DL) dan beban hidup
(LL)
U = 1,2 DL+ 1,6 LL
(2.5)
3. Bila ketahanan struktur terhadap beban angin (W)harus
diperhitungkan dalam perencanaan, maka pengaruh kombinasi
beban DL, LLdan W berikut harus ditinjau untuk menentukan
nilai U yang terbesar, yaitu:
U = 1,2 DL+ 1,0 LL 1,6 W
(2.6)
4. Bila ketahanan struktur terhadap beban gempa E harus
diperhitungkan dalam perencanaan, maka nilai kuat perlu
(U)harus diambil sebagai:
U = 1,2 DL+ 1,0 LL 1,0 E
Keterangan :
DL : beban mati
LL : beban hidup
W
: beban angin
E
: beban gempa
b. Kuat Rencana

(2.7)
kN/m2
kN/m2
kN/m2
kN

Berdasarkan SNI 03 2847 2002, kuat rencana suatu


komponen struktur, sambungannya dengan komponen struktur lain,
dan penampangnya, sehubungan dengan perilaku lentur, beban

10

normal, geser dan torsi, harus diambil sebagai hasil kali kuat
nominal, yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi dari tata
cara ini, dengan suatu faktor reduksi kekuatan . Faktor reduksi
kekuatan untuk struktur beton bertulang ditentukan pada Tabel 2.7
(terlampir) dan untuk struktur baja ditentukan pada tabel 2.8
(terlampir).
2.2. Perencanaan Struktur
2.2.1 Atap Baja
Sifat-sifat
mekanis

baja

struktural

untuk

maksud

perencanaanditetapkan berdasarkan Tata Cara Perencanaan Struktur


Baja untuk Bangunan Gedung SNI 03 1729 2002 ,sebagai berikut:
- Modulus elastisitas : E = 2,0 x 105MPa
- Modulus geser
: G = 0,8 x 105MPa
- Nisbah poisson
: = 0,3
- Koefisien pemuaian : = 12 x 10-6 /C
Tabel 2.9 Sifat-sifat mekanis baja

Tegangan Leleh

Regangan

Jenis Baja

Tegangan Putus
Minimum
fu( MPa )

Minimum
fy( MPa )

Minimum
(%)

BJ 34
BJ 37
BJ 41
BJ 50
BJ 55

340
370
410
500
550

210
240
250
290
410

22
20
18
16
13

Sumber : SNI 03 1729 2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung

a. Perencanaan lentur
Perencanaan lentur pada gording diperhitungkan terhadap sumbu x
dan sumbu y, dikarenakan berat atap yang diterima gording bekerja
searah dengan gaya gravitasi. Berikut adalah arah penjabaran beban
pada gording.

11

Gambar 2.3Distribusi beban pada Gording


Sumber : hasil analisa,2014

Keterangan :
: sudut kemiringan atap

q : beban merata yang diterima gording dari atap


kN/m1
Perencanaan lentur pada gording direncanakan berdasarkan Tata
Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI 03
1729 2002, ditentukan sebagai berikut :
Mu Mn

MPa

(2.8)

Keterangan :
Mu : momen lentur terfaktor MPa

: faktor reduksi = 0,9

Mn

: kuat nominal dari momen lentur penampang atau diambil


sebesar fuMPa untuk perencanaan lentur elastis dan

fyMPa untuk perencanaan lentur plastis.


b. Perencanaan struktur tekan
Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung SNI 03 1729 2002,suatu komponen struktur yang
mengalami gaya tekan konsentris akibat beban terfaktor (Nu), harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Nu-Nn- kN

(2.9)

Keterangan:
Nu- : kuat tekan terfaktor MPa

: faktor reduksi kekuatan untuk struktur tekan diambil 0,80

Nn-

: kuat tekan nominal komponen struktur kN

Dengan nilai kelangsingan diambil :

12

l
k <200
r

(2.10)

Dimana :
lk

: panjang tekuk komponen dalam satuan mm yang


dikalikan dengan faktor panjang tekuk (kc) yang ditentukan
pada Gambar 2.4 (terlampir)

: jari-jari girasi komponen struktur mm2

: kelangsingan

c. Perencanaan struktur yang menerima gaya tarik


Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung SNI 03 1729 2002, komponen struktur yang memikul
gaya tarik aksial terfaktor (Nu)harus memenuhi:
kN

Nu+Nn+

(2.11)

dengan Nn+adalah kuat tarik rencana yang besarnya diambil sebagai


nilai terendah di antara dua perhitungan menggunakan harga-harga
dan Nn+di bawah ini:
= 0,9
Nn+= Ag f y

kN

(2.12)

kN

(2.13)

dan
= 0,75
Nn+= Ae fu
Keterangan:
Ag

:luas penampang bruto

mm2

Ae

: luas penampang efektif

mm2

fy

: tegangan leleh

MPa

fu

: tegangan tarik putus

MPa

Nu+

: kuat tarik terfaktor

kN

: faktor reduksi kekuatan struktur tarik diambil 0,80

Nn+

: kuat tarik nominal komponen struktur kN

13

2.2.2 Struktur Atas


a. Beton bertulang
Berdasarkan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung SNI 03 2847 2002, Nilai modulus elastisitas beton, baja
tulangan, dan tendon ditentukan sebagai berikut:
1. Untuk berat satuan beton (wc) memenuhi syarat 15 kN/m3<wc < 25
kN/m3, nilai modulus elastisitas beton (Ec)dapat diambil sebesar wc1,5
x0,043 fc MPa. Untuk beton normal Ecdapat diambil sebesar
4700fc MPa.
2. Modulus elastisitas untuk tulangan non-prategang (Es) boleh diambil
sebesar 2,0 x 105 MPa.
Tebal selimut beton minimum untuk beton bertulang berdasarkan Tata
Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03
2847 2002, tertera pada Tabel 2.10 (terlampir).
b. Pelat lantai
Berdasarkan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung SNI 03 2847 2002, ada dua jenis pelat antara lain :
-

Pelat 1 arah

:apabila ly/lx 2

Pelat 2 arah.

: apabila ly/lx < 2

Keterangan :
ly

: bentang terpanjang

lx

: bentang terpendek

1. Penentuan tebal pelat


Untuk m yang sama atau lebih kecil dari 0,2 harus menggunakan

Tabel 2.11 (terlampir)


Untuk m lebih besar dari 0,2 tapi tidak lebih dari 2,0 ketebalan pelat
minimum harus memenuhi:
f
l n 0,8+ y
1500
mm
h=
36+5 ( m0,2)

(2.14)

dan tidak boleh kurang dari 120 mm


Untuk m lebih besar dari 2,0 ketebalan pelat minimum tidak boleh
kurang dari:

14

fy
1500
36+ 9

l n 0,8+
h=

mm

(2.15)
dan tidak boleh kurang dari 90 mm
Keterangan :
m
: nilai rata-rata untuk semua balok pada tepi-tepi dari

suatu panel.
: rasio kekuatan lentur penampang balok terhadap kekakuan

lentur pelat.
ln
: bentang efektif pelat mm
2. Pelat satu arah
Perencanaan momen lentur pada pelat satu arah ditentukan
berdasarkan Gambar 2.5 (terlampir)
3. Pelat dua arah
Perencanaan momen lentur pada pelat dua arah ditentukan berdasarkan
Gambar 2.6 (terlampir) dimana tabel ini menunjukkan momen lentur
yang bekerja pada jalur 1m, masing-masing pada arah X dan arah Y.
Mlx adalah momen lapangan maksimum arah X
Mly adalah momen lapangan maksimum arah Y
Mtx adalah momen tumpuan maksimum arah X
Mty adalah momen tumpuan maksimum arah Y
Mtix adalah momen jepit tak terduga (insidentil) arah X
Mtiy adalah momen jepit tak terduga (insidentil) arah Y
Penyaluran beban terhadap tumpuan pada pelat dua arah ditentukan
pada gambar berikut :

15

Gambar 2.7

Penyaluran beban terhadap tumpuan pada pelat dua arah


dengan syarat yang sama pada 4 tepi

4. Penulangan pelat
Berdasarkan SNI 03 2847 2002, tulangan yang diperlukan pelat
lantai yaitu :
A s =. b . d

mm2

Keterangan :
As : luas tulangan yang diperlukan
: rasio tulangan
bw : lebar pelat diambil per 1m2
d : tebal efektif pelat

Mn
2.

bw d 2
0,85. fc'
1 1
fy
0,85. fc'

=
Keterangan :
fc' : kuat tekan beton
fy : tegangan leleh baja tulangan
Mn : momen nominal

(2.16)
mm2
mm
mm

(2.17)
MPa
MPa
kN.m

c. Balok
1. Penentuan dimensi balok berdasarkan SNI 03 2847 2002, tinggi
balok ditentukan sesuai dengan Tabel 2.11 (terlampir)
2. Balok T
Berdasarkan SNI 03 2847 2002 bila bagian sayap dan badan
balok dibuat menyatu (monolit) atau dilekatkan secara efektif
sehingga menjadi satu kesatuan,maka balok tersebut dikatakan
sebagai balok-T.
Dalam merencanakan balok-T harus ditentukan terlebih dahulu lebar
efektif balok :

Gambar 2.8

penampang balok-T untuk penentuan lebar flens efektif(be)


Sumber : Hasil Analisa, 2014

16

Balok Tengah :
1. be 1/4Lt
2. be bw+8ht
3. be bw+1/2Ln

Balok Tepi :
1. be 1/12Lt
2. be bw+6ht
3. be bw+1/2Ln

17

Gambar 2.9

penampang balok T dengan diagram tegangan dan regangan (c>ht)

Sumber : Edward, 1998

Sebuah balok dapat dihitung dengan teori balok-T bila seluruh daerah tekan
berada pada daerah flens (c < ht), sesuai dengan diagran regangan dan tegangan
yang ditunjukkan pada gambar diatas.
3. Balok persegi

Gambar 2.10 Penampang balok T dengan diagram tegangan dan regangan (c<h t)
Sumber : Edward, 1998

Apabila c<ht seperti gambar di atas, maka balok dianggap sebagai suatu balok
persegi dengan lebar bw (sebagai pengganti b) dengan tinggi efektif d, sehingga
analisis balok berperilaku sebagai balok persegi dilakukan sebagai berikut:

Gambar 2.11 Analisa Balok Bertulang Rangkap


Sumber: Istimawan, 1993

Keterangan :
b : lebar balok
mm
h : tinggi balok
mm
d : tinggi efektif balok mm
d : selimut beton
mm
As : luas tulangan tarik mm2
As: luas tulangan tekan mm2
c : regangan ultimate beton sebesar 0,003
s : regangan tarik baja tulangan
c : jarak dari serat tekan terluar ke sumbu netral
a : 1.c,dimana nilai 1 diambil sebagai berikut :

mm

untuk fc 30 MPa
untuk 30 < fc < 55 MPa
untuk fc > 55 MPa

1 = 0,85
1 = 0,85-0,008(fc-30)
1 = 0,65

fy : tegangan leleh baja tulangan

MPa

c : 0,85 x fc x b x a
4. Perencanaan tulangan geser
Perencanaan penampang terhadap geser berdasarkan Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03 2847 2002,harus
memenuhi:
Vn Vu
kN
(2.18)
Keterangan :

: faktor reduksi gaya geser diambil 0,8


Vu
: gaya geser terfaktor pada penampang kN
Vn
: kuat geser nominal yang dihitung dari:
Vn= Vc+ Vs
kN
(2.19)
Keterangan :
Vc
: kuat geser nominal yang disumbangkan oleh betonkN.
Vs
: kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geserkN.
d. Kolom
1. Perkiraan awal ukuran kolom
Berdasarkan SNI 03 2847 2002, kuat rencana dari struktur tekan tidak boleh
diambil lebih besar dari :
max

kN (2.20)
n
P
Keterangan :

: faktor reduksi struktur tekan dimbil 0,80

Pn

: kuat beban aksial nominal kN

f'c

: kuat tekan beton MPa

Ag

: luas bruto penampang mm2

Ast

: luas total tulangan longitudinal mm2

fy

: kuat leleh tulangan MPa

2. Cek kelangsingan kolom


Berdasarkan SNI 03 2847 2002, pengaruh kelangsingan pada komponen
struktur tekan boleh diabaikan apabila memenuhi:
M
lk
3412 1
r
M2
Keterangan :

(2.21)

lk

: panjang komponen struktur tekan mmyang dikalikan dengan faktor


panjang tekuk (kc) yang ditentukan pada Gambar 2.4 (terlampir)

r
: radius girasi penampang struktur tekan
M1
: momen ujung terfaktor yang lebih kecil kN.mm
M2
: momen ujung terfaktor yang lebih besar kN.mm
3. Geser pada kolom
Perencanaan geser kolom direncanakan sama dengan geser pada balok, harus
memenuhi persamaan :
Vn Vu
kN
(2.22)
Keterangan :

: faktor reduksi gaya geser diambil 0,8


Vu
: gaya geser terfaktor pada penampang kN
Vn
: kuat geser nominal yang dihitung dari:
Vn= Vc+ Vs
kN
(2.23)
Keterangan :
Vc
: kuat geser nominal yang disumbangkan oleh betonkN.
Vs
: kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geserkN.
e. Tangga
Perencanaan tangga diasumsikan sama dengan perencanaan pelat lantai yang
mengacu pada Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI
03 2847 2002. Asumsi arah pembebanan pada tangga dapat dilihat pada gambar
berikut :

Gambar 2.12

arah pembebanan pada tangga

Sumber : Hasil analisa, 2014

Keterangan :
DL
: beban mati kN/m2
LL
: beban hidup kN/m2

: sudut kemiringan tangga


2.2.3

Struktur Bawah
Pondasi Tiang Pancang
1.
Desain pondasi tiang pancang
Menurut sardjono (48-49) kemampuan tiang dihitung berdasarkan beberapa
perhitungan diantaranya :
a. Terhadap kekuatan bahan tiang

Ptiang ijinbahan x Atiang


kN
(2.24)
Keterangan :
Ptiang
: kekuatan yang diijinkan pada tiang pancang kN
ijin bahan : tegangan ijin tekan bahan tiang kN/mm2
Atiang
: luas penampang tiang pancang mm2
b. Terhadap kekuatan tanah
Beban sementara
A x p OxLxc
Qtiang= tiang
+
kN
(2.25)
2
5
-

Beban tetap/statis
A x p OxLxc
Qtiang= tiang
+
3
5

kN

(2.26)

Beban dinamis
A x p OxLxc
Qtiang= tiang
+
5
8

kN

(2.27)

Keterangan :
Qtiang
: daya dukung keseimbangan tiang kN
p
: nilai konus dari hasil sondir
kN/mm2
O
: keliling tiang pancang
mm
L
: panjang tiang yang berada dalam tanah mm
c
: harga cleef rata-rata
kN/mm2
2. Perhitungan kelompok tiang (pile group)
Menurut Sardjono, jarak masing-masing tiang dalam kelompok disyaratkan :

2,5D

atau

3D

Keterangan :
S

: jarak masing-masing tiang dalam kelompok (spacing)

: diameter tiang

Biasanya disini disyaratkan juga jarak antara 2 tiang dalam kelompok tiang :
minimum 0,6 m dan maximum 2,00 m.
Menurut Sardjono, perhitungan kelompok tiang pancang yang menerima
beban sentris dan momen yang bekerja pada dua arah, diperhitungkan sebagai
berikut:
Pmax =

v My . Xmax Mx . Ymax

< P ijin satu tiang


n
Ny . x 2
Nx . y 2

kN

Keterangan :
Pmax

: beban maksimum yang diterima oleh tiang pancang kN

: jumlah total beban normal kN

(2.28)

Mx

: momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu XkN.mm

My

: momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu YkN.mm

: banyaknya tiang pancang dalam kelompok tiang pancang

Xmax

: absis terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang mm.

Ymax

: absis terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang mm.

ny

: banyaknya tiang pancang dalam satu baris dalam arah sumbu Y.

nx

: banyaknya tiang pancang dalam satu baris dalam arah sumbu X.

X2

: jumlah kuadrat absis-absis tiang pancang.

Y2

: jumlah kuadrat ordinat-ordinat tiang pancang.

3. Perencanaan pile cap


Perhitungan tebal pile cap menurut Hanggoro (2006:46-49) kontrol terhadap
geser pons dan geser lentur.
a. Kontrol geser pons:

V u ponds <V c ponds

kN

(2.29)

V u ponds=Pu =1,4 P
Keterangan :
kN

Vu ponds

: kuat geser ultimate pondasi yang terjadi

: reduksi gaya geser

Vc ponds

: kuat geser ultimate ponds yang diijinkan

kN

Pu

: beban kolom ultimate

kN

b. Cek terhadap geser lentur


Syarat : Vu geser lentur >Vcgeser lentur
kN
Jika belum memenuhi maka perbesar tinggi efektif (d)
Keterangan :
Vugeser lentur

(2.30)

: Total Qu tiang diluar bidang geser yang terbentuk baik


untuk arah potongan x-x maupun y-y.

Vc geser lentur
2.3.

: 0,6.0,17.fc .B.d

Lokasi
Lokasi perencanaan pekerjaan ini bertempat di Jl. Prof. Dr. Hamka, Padang
Sumatra Barat, Indonesia. Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi perencanaan dapat
dilihat pada peta dibawah ini.

BAB III
METODOLOGI

Star
Tujuan dan Lingkup
Study Study

Identifikasi Dan
Pengumpulan Data
(Berupa Gambar Desain
Arsitektur
Mengikuti Peraturan
Tata Cara
Perencanaan
Struktur Baja Untuk
Bangunan Gedung
SNI 03 1729
2002, Tata Cara
Perhitungan Struktur
Beton Untuk Gedung
SNI 03 2847
2002 dan Literatur
Lainnya
Mengikuti Peraturan
Tata Cara
Perencanaan
`Struktur Baja Untuk
Bangunan Gedung
SNI 03 1729
2002, Tata Cara
Perhitungan Struktur
Beton Untuk Gedung
SNI 03 2847 2002
dan Literatur lainnya

Study Pustaka

Desain Awal

Perancangan Stuktur
dan Pembebanannya
Tidak

Mengikuti Peraturan
Tata Cara
Perencanaan
Pembebanan Untuk
Rumah dan Gedung

Analisis Struktur
Mendesai Struktur Atas

SAP2000

(Atap, Plat, Balok, dan


Kolom)
Mendesai Struktur
Bawah
Gambar
Finish
Struktur

AutoCad

3.1.

Tujuan dan Ruang Lingkup Study


Pada tahap ini penulis menetapkan tujuan dari pembuatan Tugas Akhir ini.

Sehingga dapat sesuai dengan harap dari penulis. Selain itu juga dalam pembuatan
tugas akhir ini tidak lepas dari lingkup study yang dilakukan selama ini di Politeknik
TEDC bandung selama 8 semester.
3.2.

Identifikasi dan Pengumpulan Data


Pada tahap ini penulis melakukan pencarian data yang hendak digunakan.

Data tersebut berupa gambar desain dari bangunan Kampus UNP yang nantinya akan
digunakan sebagai data perencanaan. Sehingga dengan adanya data tersebut penulis
dapat melakukan perencaan pada struktur bangunan tersebut.
3.3.

Study Pustaka
Pada tahap ini penulis melakukan pencarian-pencarian literatur yang sesuai

dengan data yang didapat. Sehingga dalam melakukan pengerjaan akan lebih mudah.
3.4.

Desain Awal
Pada tahap ini penulis menetukan desain awal dari sturktur bangunan Kampus
UNP. Pada tahap ini juga penulis melakuan perencanaan dari bentuk dan ukuran
struktur yang akan dirancang. Pada tahap ini juga penulis menggunakan bantuan
software SAP 2000 untuk mendapatkan gaya dalam yang bekerja pada struktur.

3.5.

Perancangan Struktur dan Pembebanannya


Pada tahap ini penulis melakukan perhitungan dari pembebanan yang bekerja
sesuai dengan Peraturan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung. Beban yang akan
dimasukan yaitu beban mati, beban hidup, beban angin dan beban gempa. Dengan

dilakuaknnya perhitungan pembebanan maka proses analisis dan desain struktur akan
berjalan lebih mudah.
3.6.

Analisis Struktur
Pada tahap ini penulis melakukan analisis gaya dalam yang bekerja pada

struktur tersebut. Analisis ini dilakukan apabila perhitungan pembebanan sudah


dilakukan. Dalam tahap ini penulis menggunakan bantuan software SAP2000 dengan
permodelan 3 dimensi untuk mendapatkan output berupa gaya dalam yang bekerja.
3.7.

Desain Struktur Atas

Pada tahap ini penulis melakukan desain pada struktur atas. Struktur atas
terdiri dari struktur atap, plat, balok dan kolom. Pendesainan dilakukan dengan
perhitungan sesuai dengan Peraturan Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk
Bangunan Gedung SNI 03 1729 2002 dan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
Untuk Gedung SNI 03 2847 2002 serta literatur lainnya. Pada tahap ini pula di
tetapkan dan dipastikan bagai mana bentuk dan perkuatan pada struktur atas.
3.8.

Desain Struktur Bawah


Tahap ini sama dengan tahap sebelumnya. Hanya saja yang dihitung adalah

struktur bawah dari bangunan tersebut.


3.9.
Gambar Struktur
Tahap ini merupakan tahap akhir dari pendesainan struktur. Pada tahap ini
penulis melakukan penggambaran struktur dengan bantu software AutoCad. Sehingga
desain struktur dapat tergambarlkan secara jelas.

3.10.

Jadwal Pelaksanaan Tugas Akhir

Anda mungkin juga menyukai