PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber daya yang mutlak harus ada bagi kehidupan, hal ini
terutama untuk mencukupi kebutuhan air dalam tubuh manusia itu sendiri. Kebutuhan air
untuk masyarakat Indonesia dapat diperinci untuk daerah perkotaan (kurang lebih 50.000
penduduk) dibutuhkan air sekitar 120-200 liter/per orang/hari, sedangkan untuk daerah
pedesaan saat ini dibutuhkan air sekitar 60-80 liter/per orang/hari sudah dianggap
memenuhi.
Upaya untuk mempertahankan kualitas air minum agar aman dikonsumsi dan
tidak menimbulkan penyakit pada manusia, maka harus memenuhi persyaratan kualitas
air secara fisik, kimia, biologis dan radiologis karena kualitas air yang tidak memenuhi
kualitas air minum dapat mengganggu kesehatan masyarakat karena air dapat sebagai
Water Borne Diseases yaitu penyakit-penyakit yang ditularkan oleh air yang tidak sehat,
seperti diare, kolera, disentri, dan beberapa penyakit lainnya.
Sejalan dengan kemajuan dan peningkatan taraf kehidupan, maka jumlah
penyediaan air selalu meningkat, akibatnya kegiatan untuk pengadaan sumber-sumber air
baru setiap saat terus dilakukan. Air tawar bersih yang layak minum, kian langka di
perkotaan. Air minum dalam kemasan (AMDK) dijadikan alternatif untuk dikonsumsi,
namun harga AMDK dari berbagai merek yang terus meningkat membuat konsumen
mencari alternatif baru yang murah. Dengan adanya dinamika kebutuhan masyarakat
terhadap air minum yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi serta diiringi dengan
perkembangan pasar bebas dan persaingan di dunia usaha, maka banyak para pelaku
usaha yang mendirikan depot-depot air minum isi ulang (AMIU). Air minum yang bisa
diperoleh di depot-depot itu harganya bisa sepertiga dari produk air minum dalam
kemasan yang bermerek. Karena itu banyak rumah tangga beralih pada layanan ini. Hal
inilah yang menyebabkan depot-depot air minum isi ulang bermunculan. Meski lebih
murah, tidak semua depot air minum isi ulang terjamin keamanan produknya.
Untuk melindungi konsumen air minum isi ulang, pemerintah mengeluarkan
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 705/MPP/Kep/II/2003 tentang
Persyaratan Teknis Industri Air Minum dalam Kemasan dan Perdagangannya.
Berdasarkan Keputusan Menperindag tersebut, industri air minum isi ulang disamakan
dengan industri air minum dalam kemasan (AMDK). Sebagai konsekuensinya, seluruh
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Air Minum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010, air
minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Jenis air minum menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002, meliputi :
1.
2.
3.
4.
a.
1. Parameter wajib
Persyaratan Fisik
Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik yaitu, tidak berasa,
tidak berbau, dan tidak berwarna (maksimal 15 TCU), suhu udara maksimum
3C, dan tidak keruh (maksimum 5 NTU).
3
b. Persyaratan mikrobiologi
Syarat mutu air minum sangat ditentukan oleh kontaminasi kuman Escherichia
coli dan Total Bakteri Coliform, sebab keberadaan bakteri Escherichia coli
merupakan indikator terjadinya pencemaran tinja dalam air. Standar kandungan
Escherichia coli dan Total Bakteri Coliform dalam air minum 0 per 100 ml
sampel.
2. Parameter Tambahan
a. Persyaratan Kimia
Air minum yang akan dikonsumsi tidak mengandung bahan bahan kimia
(organik, anorganik, pestisida dan desinfektan) melebihi ambang batas yang telah
ditetapkan, sebab akan menimbulkan efek kesehatan bagi tubuh konsumen.
b. Persyaratan Radioaktivitas
Kadar maksimum cemaran radioaktivitas dalam air minum tidak boleh melabihi
batas maksimum yang diperbolehkan.
Manfaat Air Bagi Kesehatan
Menurut Slamet (1994), bagi manusia air minum merupakan kebutuhan utama
untuk berbagai keperluan, seperti mandi, cuci, kakus dan dalam produksi pangan,
mengingat bahwa berbagai penyakit dapat ditularkan melalui air saat manusia
memanfaatkannya, maka untuk memutuskan penularan penyakit tersebut diperlukan
sistem penyediaan air bersih maupun air minum yang baik bagi manusia. Air juga
digunakan untuk melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan oleh tubuh. Misalnya
untuk melarutkan oksigen sebelum memasuki pembuluh darah yang berada disekitar
alveoli. Disamping itu, transportasi zat zat makanan dalam tubuh semuanya dalam
bentuk larutan dengan pelarut air.
Air dalam tubuh manusia berfungsi untuk menjaga keseimbangan metabolisme
dan fisiologi tubuh. Air juga berguna untuk melarutkan dan mengolah sari makanan agar
cepat dicerna. Komponen sel terbanyak dalam tubuh manusia terdiri dari air, maka jika
kekurangan air, sel tubuh akan menciut dan tidak dapat berfungsi dengan baik (Depkes
RI, 2006).
Bagi manusia air minum adalah salah satu kebutuhan utama. Berbagai penyakit
dapat dibawa oleh air kepada manusia yang memanfaatkannya, maka tujuan utama
penyediaan air bersih atau air minum bagi masyarakat adalah untuk mencegah penyakit
yang dibawa oleh air. Air minum yang memenuhi kualitas maupun kuantitas sangat
membantu menurunkan angka kesakitan penyakit perut terutama penyakit diare.
Urutan proses produksi di Depot Air Minum Isi Ulang menurut Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 651/MPP/Kep/10/2004 tentang
persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, yaitu :
1. Penampungan air baku dan syarat bak penampung
Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan
tangki dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung
(reservoir). Bak penampung harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade)
6
seperti stainless stell, poly carbonat atau poly vinyl carbonat, harus bebas dari
bahan bahan yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan mempunyai
persyaratan yang terdiri atas :
a. Khusus digunakan untuk air minum
b. Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman
c. Harus mempunyai manhole
d. Pengisian dan pengeluaran air harus melalui keran
e. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi
penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari
kemungkinan kontaminasi. Tangki galang, pompa dan sambungan harus
terbuat dari bahan tara pangan (food grade) seperti stainless stell, poly
carbonat atau poly vinyl carbonat, tahan korosi dan bahan kimia yang dapat
mencemari air. Tangki pengangkutan harus dibersihkan dan desinfeksi
bagian luar minimal 3 (tiga) bulan sekali. Air baku harus diambil
sampelnya, yang jumlahnya cukup mewakili untuk diperiksa terhadap
standart mutu yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
2. Penyaringan bertahap terdiri dari :
a. Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi
yang sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring pertikel partikel yang
kasar. Bahan yang dipakai adalah butir butir silica (SiO2) minimal 80 %.
b. Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa
berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan organik.
Daya serap terhadap Iodine (I2) minimal 75%.
c. Saringan / Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus berukuran
maksimal 10 (sepuluh) mikron.
3. Desinfeksi
Desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh kuman patogen. Proses
desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki atau alat
pencampur ozon lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan residu
ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,06 0,1 ppm. Tindakan
desinfeksi selain menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran
Ultra Violet (UV) dengan panjang gelombang 254 nm atau kekuatan 2537 0 A
dengan intensitas minimum 10.000 mw detik per cm2.
a. Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah
Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan tara
pangan (food grade) seperti stainless stell, poly carbonat atau polvinyl
carbonat dan bersih. Depot air minum wajib memeriksa wadah yang dibawa
konsumen, dan menolak wadah yang dianggap tidak layak untuk digunakan
7
sebagai tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus di sanitasi dengan
menggunakan ozon (O3) atau air ozon (air yang mengandung ozon).
Bilamana dilakukan pencucian maka harus dilakukan dengan menggunakan
berbagai jenis deterjen tara pangan (food grade) dan air bersih dengan suhu
berkisar 60 850 C, kemudian dibilas dengan air minum atau air produk
secukupnya untuk menghilangkan sisa sisa deterjen yang dipergunakan
untuk mencuci.
b. Pengisian
Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta
c.
minum isi ulang. Hal ini dikarenakan sumber air baku dari air minum isi
ulang tidaklah sembarangan, sehingga jika dilihat dari lingkungan akan
berdampak makin berkurangnya air bersih yang berasal dari tanah.
c. Pola pikir masyarakat
Akibat makin meningkatnya aktivitas manusia terhadap lingkungan yang
mengeksplorasinya sehingga kualitas air bersih semakin menurun. Hal ini
mengurangi kepercayaan masyarakat untuk mengkonsumsi air yang
dikelola oleh dinas terkait. Sehingga pola pikir masyarakat cenderung
untuk mengkonsumsi air minum dari depot.
d. Gaya hidup
Masyarakat masa kini cenderung memilih air minum isi ulang dari depot
dibandingkan harus memasak, menyaring, atau menjernihkan air. Ini
disebabkan aktivitas dari manusia itu sendiri yang meningkat, sehingga
terbentuk gaya hidup yang konsumtif dan serba praktis.
F. Tantangan penggunaan air minum isi ulang di Indonesia
Berkembang pesatnya produk-produk air minum isi ulang menimbulkan
permasalahan baru, yakni mengenai mutu atau kualitasnya. Apakah
kualitasnya sesuai dengan labelnya atau keterangan yang terdapat pada
kemasannya. Hal ini karena ada indikasi dalam rangka persaingan dagang
bisa juga tanpa memerhatikan ketentuan dan peraturan yang ada mengenai
standar kualitas air kemasan atau air minum isi ulang lainnya. Sehingga
kehati-hatian untuk memilih, membeli, dan kemudian meminumnya
merupakan hal yang harus diperhatikan oleh pengguna atau konsumen.
Selain itu, cara pengawasan kualitas AMIU seperti diatur dalam
KepMenKes 907/Menkes/SK/VII/2002, perlu di tingkatkan. Maka perlu
dilaksanakan kegiatan secara terus menerus dan beresinambungan agar air
yang digunakan oleh penduduk dari penyediaan air minum yang ada
terjamin kualitasnya.
2.2.7 Tips memilih depot air minum yang memenuhi standar kelayakan atau tidak
memenuhi standar kelayakan.
1. Sebelum diisi ulang air minum, mereka harus memastikan bahwa galon dalam
kondisi higienis, tidak kotor, tidak berbau, tidak berlumut dan tidak
berminyak.
11
12
BAB III
PEMBAHASAN
Proses pengolahan air minum isi ulang dilakukan dengan beberapa metode, yang
paling popular adalah metoda penyaringan. Proses penyaringan terbagi lagi menjadi 2 jenis
yaitu dengan menggunakan pasir, batu, ijuk, dll (metoda klasik) atau dengan menggunakan
saringan membrane (metoda lebih baru). Saringan membran dengan menyaring air melalui
membran semi permeable yang dinamakan Reverse Osmosis (RO). Suatu tekanan tinggi
diberikan melampaui tarikan osmosis sehingga memaksa air melewati proses Reverse
Osmosis dari bagian yang memiliki kepekatan tinggi ke bagian dengan kepekatan rendah.
Selama proses ini terjadi, kotoran dan bahan yang berbahaya akan dibuang sebagai air
tercemar. Molekul air dan bahan mikro yang lebih kecil dari pori-pori RO akan melewati
pori-pori membran dan hasilnya adalah air yang murni.
Saat ini, kebanyakan membran yang secara optimal dapat memisahkan partikel
berukuran lebih kecil 0,08 mikrometer. Artinya saringan ini dapat menyaring materialmaterial padat dalam ukuran kecil bahkan dapat menyaring bakteri, tidak untuk virus. Itu
idelnya, masalahnya membrane ini benda yang sangat tipis dan mudah jebol, persoalan
muncul dari kekurangan pengetahuan operator atau pemilik akan hal ini. Padahal kalau kita
perhatikan pada depot air isi ulang, dilakukan proses penyinaran sebagai salah satu
prosesnya. Maksud penyinaran tentunya adalah membunuh mikroba dengan sinar UV.
Masih belum bisa dipastikan tingkat bahaya berbagai bakteri penyakit yang terdeteksi
dalam air minum isi ulang. Demikian pula asal-muasalnya. Ia bisa berasal dari perjalanan air
minum itu dari sumber airnya, baik di sumber mata air, air ledeng dari perusahaan daerah air
minum, ataupun sumber air tanah. Atau proses pengolahan yang kurang tepat.Namun,
pengawasan yang dilakukan oleh pihak terkait kurang efektif dan efesien, masalah yang
muncul akibat rendahnya mutu pengawasan adalah banyaknya depot AMIU yang tidak
memenuhi
syarat
kesehatan
seperti
yang
diatur
dalam
Kepmenkes
No.
distribusi tidak memenuhi standard hygiene dan sanitasi depot AMIU, juga proses filtrasi dan
desinfektan dengan teknologi yang rendah. Di samping itu banyak depot yang mengklaim
bahwa sumber air baku berasal dari mata air pegunungan dengan anggapan bahwa air
permukaan tersebut sudah terjamin kualitasnya dan sudah memenuhi persyaratan air minum.
Namun kenyataannya tidak demikian. Buktinya telah banyak ditemukan air minum isi ulang
yang berasal dari depot yang mengandung zat-zat kimia berbahaya.
14
BAB IV
KESIMPULAN
1. Penggunaan air minum isi ulang diawali dengan penggunaan air kemasan, ditambah
dengan permasalahan air bersih yang kurang memadai, sehingga sebagian masyarakat
cenderung untuk menggunakan air minum isi ulang.
2. Standar proses produksi air minum di Depot air minum adalah penampungan air baku,
penyaringan bertahap, desinfeksi, pengisian, dan penutupan.
3. Syarat-syarat kualitas air minum isi ulang harus memenuhi faktor fisika dan faktor kimia.
4. Manfaat penggunaan air minum isi ulang adalah karena praktis, higienis, dan dapat
menciptkan lapangan pekerjaan baru.
5. Tantangan yang dihadapi dari air minum isi ulang di Indonesia umumnya ialah mengenai
standar mutu atau kualitas air bersih.
15
DAFTAR ISI
Adriyani, BSDR 2008, , HIGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI
KECAMATAN TANJUNG REDEP KABUPATEN BERAU, vol 4, pp. 81-88.
Duapadang, ED 2013, 'Pengolahan Air Minum Isi Ulang', 12 Mei 2013.
I Dewa Gede Natih Kacu Putra, KANPASW 2012, , ANALISIS MUTU AIR MINUM ISI
ULANG DI KECAMATAN KUTA SELATAN, pp. 1-8.
Purwadi, STSDIS 2006, , ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA AIR
MINUM DEPOT ISI ULANG DENGAN SISTEM REVERSE OSMOSIS, vol I, pp. 52-58.
Suprihatin, 2003. Hasil Studi Kualitas Air Minum Depot Isi Ulang. Makalah pada Seminar
Sehari Permasalahan Depot Air Minum dan Upaya Pemecahannya.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Kualitas Air
Minum.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Syarat Dan
Pengawasn Kualitas Air Minum.
Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 651/MPP/Kep/10/2004 Tentang Persyaratan
Teknis Depot Air Minum.
16