Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber daya yang mutlak harus ada bagi kehidupan, hal ini
terutama untuk mencukupi kebutuhan air dalam tubuh manusia itu sendiri. Kebutuhan air
untuk masyarakat Indonesia dapat diperinci untuk daerah perkotaan (kurang lebih 50.000
penduduk) dibutuhkan air sekitar 120-200 liter/per orang/hari, sedangkan untuk daerah
pedesaan saat ini dibutuhkan air sekitar 60-80 liter/per orang/hari sudah dianggap
memenuhi.
Upaya untuk mempertahankan kualitas air minum agar aman dikonsumsi dan
tidak menimbulkan penyakit pada manusia, maka harus memenuhi persyaratan kualitas
air secara fisik, kimia, biologis dan radiologis karena kualitas air yang tidak memenuhi
kualitas air minum dapat mengganggu kesehatan masyarakat karena air dapat sebagai
Water Borne Diseases yaitu penyakit-penyakit yang ditularkan oleh air yang tidak sehat,
seperti diare, kolera, disentri, dan beberapa penyakit lainnya.
Sejalan dengan kemajuan dan peningkatan taraf kehidupan, maka jumlah
penyediaan air selalu meningkat, akibatnya kegiatan untuk pengadaan sumber-sumber air
baru setiap saat terus dilakukan. Air tawar bersih yang layak minum, kian langka di
perkotaan. Air minum dalam kemasan (AMDK) dijadikan alternatif untuk dikonsumsi,
namun harga AMDK dari berbagai merek yang terus meningkat membuat konsumen
mencari alternatif baru yang murah. Dengan adanya dinamika kebutuhan masyarakat
terhadap air minum yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi serta diiringi dengan
perkembangan pasar bebas dan persaingan di dunia usaha, maka banyak para pelaku
usaha yang mendirikan depot-depot air minum isi ulang (AMIU). Air minum yang bisa
diperoleh di depot-depot itu harganya bisa sepertiga dari produk air minum dalam
kemasan yang bermerek. Karena itu banyak rumah tangga beralih pada layanan ini. Hal
inilah yang menyebabkan depot-depot air minum isi ulang bermunculan. Meski lebih
murah, tidak semua depot air minum isi ulang terjamin keamanan produknya.
Untuk melindungi konsumen air minum isi ulang, pemerintah mengeluarkan
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 705/MPP/Kep/II/2003 tentang
Persyaratan Teknis Industri Air Minum dalam Kemasan dan Perdagangannya.
Berdasarkan Keputusan Menperindag tersebut, industri air minum isi ulang disamakan
dengan industri air minum dalam kemasan (AMDK). Sebagai konsekuensinya, seluruh
1

ketentuan yang terdapat dalam Keputusan Menperindag No. 705/MPP/Kep/II/2003 juga


berlaku bagi industri air minum isi ulang. Salah satu ketentuan yang harus dipatuhi oleh
pengusaha air minum isi ulang adalah ketentuan tentang perizinan.
1.2 Tujuan
Mempelajari tentang system penyediaan air minum isi ulang (AMIU) mulai dari
mutu sampai distribusi ke konsumen.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Air Minum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010, air
minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Jenis air minum menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002, meliputi :
1.
2.
3.
4.

Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga


Air yang didistribusikan melalui tangki air
Air Kemasan
Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan
kepada masyarakat.

Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi


beberapa golongan menurut peruntukannya, antara lain :
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha
diperkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.
Syarat Kualitas Air Minum
Penyediaan air bersih, selain kualitasnya, kuantitasnya pun harus memenuhi
standart yang berlaku. Untuk pengelolaan air minum, harus diperiksa kualitas airnya
sebelum didistribusikan kepada masyarakat. Sebab, air baku belum tentu memenuhi
standart, maka sering dilakukan pengolahan air untuk memenuhi standart air minum.
Kualitas air yang digunakan sebagai air minum sebaiknya memenuhi persyaratan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010, meliputi :

a.

1. Parameter wajib
Persyaratan Fisik
Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik yaitu, tidak berasa,
tidak berbau, dan tidak berwarna (maksimal 15 TCU), suhu udara maksimum
3C, dan tidak keruh (maksimum 5 NTU).
3

b. Persyaratan mikrobiologi
Syarat mutu air minum sangat ditentukan oleh kontaminasi kuman Escherichia
coli dan Total Bakteri Coliform, sebab keberadaan bakteri Escherichia coli
merupakan indikator terjadinya pencemaran tinja dalam air. Standar kandungan
Escherichia coli dan Total Bakteri Coliform dalam air minum 0 per 100 ml
sampel.
2. Parameter Tambahan
a. Persyaratan Kimia
Air minum yang akan dikonsumsi tidak mengandung bahan bahan kimia
(organik, anorganik, pestisida dan desinfektan) melebihi ambang batas yang telah
ditetapkan, sebab akan menimbulkan efek kesehatan bagi tubuh konsumen.
b. Persyaratan Radioaktivitas
Kadar maksimum cemaran radioaktivitas dalam air minum tidak boleh melabihi
batas maksimum yang diperbolehkan.
Manfaat Air Bagi Kesehatan
Menurut Slamet (1994), bagi manusia air minum merupakan kebutuhan utama
untuk berbagai keperluan, seperti mandi, cuci, kakus dan dalam produksi pangan,
mengingat bahwa berbagai penyakit dapat ditularkan melalui air saat manusia
memanfaatkannya, maka untuk memutuskan penularan penyakit tersebut diperlukan
sistem penyediaan air bersih maupun air minum yang baik bagi manusia. Air juga
digunakan untuk melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan oleh tubuh. Misalnya
untuk melarutkan oksigen sebelum memasuki pembuluh darah yang berada disekitar
alveoli. Disamping itu, transportasi zat zat makanan dalam tubuh semuanya dalam
bentuk larutan dengan pelarut air.
Air dalam tubuh manusia berfungsi untuk menjaga keseimbangan metabolisme
dan fisiologi tubuh. Air juga berguna untuk melarutkan dan mengolah sari makanan agar
cepat dicerna. Komponen sel terbanyak dalam tubuh manusia terdiri dari air, maka jika
kekurangan air, sel tubuh akan menciut dan tidak dapat berfungsi dengan baik (Depkes
RI, 2006).
Bagi manusia air minum adalah salah satu kebutuhan utama. Berbagai penyakit
dapat dibawa oleh air kepada manusia yang memanfaatkannya, maka tujuan utama
penyediaan air bersih atau air minum bagi masyarakat adalah untuk mencegah penyakit
yang dibawa oleh air. Air minum yang memenuhi kualitas maupun kuantitas sangat
membantu menurunkan angka kesakitan penyakit perut terutama penyakit diare.

2.2 Depot Air Minum Isi Ulang


2.2.1 Pengertian Depot Air Minum
Depot air minum adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan
air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen
(Depperindag, 2004). Proses pengolahan air pada prinsipnya harus mampu
menghilangkan semua jenis polutan, baik fisik, kimia maupun mikrobiologi
(Suprihatin, 2003).
2.2.2 Syarat-syarat Air Minum Isi Ulang
Syarat syarat kualitas AMIU sebagai berikut :
1. Fisika : Parameter yang diperiksa seperti bau, jumlah zat padat terlarut (TDS),
kekeruhan, rasa, suhu, warna.
2. Kimia
a. Kimia Anorganik
Parameter yang diperiksa seperti Air raksa, Aluminium, Arsen, Barium,
Besi, Florida, Kadmium, Kesadahan, Khlorida, Kromium, Mangan,
Natrium, Nitrat, Nitrit, Perak, PH, Selenium, Seng, Sianida, Sulfat,
Sulfida, Tembaga, Timbal.
b. Kimia Organik
Parameter yang diperiksa zat organik sebagai KMnO4
3. Mikrobiologi : Parameter yang diperiksa seperti E. Coli, Koliform tinja dan
total Koliform

2.2.3 Peralatan Depot Air Minum


Alat yang digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum pada
depot air minum isi ulang adalah :
1. Storage Tank
Storage tank berguna sebagai penampungan air baku yang dapat menampung
air sebanyak 3000 liter.
2. Stainless Water Pump
Stainless Water Pump berguna sebagai pemompa air baku dari tempat storage
tank kedalam tabung filter.
3. Tabung Filter
Tabung Filter mempunyai 3 (tiga) fungsi, yaitu :
a. Tabung yang pertama adalah active sand media filter untuk menyaring
partikel partikel yang kasar dengan bahan dari pasir atau jenis lain yang
efektif dengan fungsi yang sama.
5

b. Tabung yang kedua adalah anthracite filter yang berfungsi untuk


menghilangkan kekeruhan dengan hasil yang maksimal dan efisien.
c. Tabung yang ketiga adalah granular active carbon media filter merupakan
karbon filter yang berfungsi sebagai penyerap debu, rasa, warna, sisa khlor
dan bahan organik.
4. Mikro Filter
Mikro Filter merupakan saringan yang terbuat dari polyprophylene yang
berfungsi untuk menyaring partikel air dengan diameter 10 mikron, 5 mikron,
1 mikron dan 0,4 mikron dengan maksud untuk memenuhi persyaratan air
minum.
5. Flow Meter
Flow Meter digunakan untuk mengukur air yang mengalir kedalam galon isi
ulang.
6. Lampu ultraviolet dan ozon
Lampu ultraviolet dan ozon berguna sebagai desinfeksi pada air yang telah
diolah.
7. Galon isi ulang
Galon isi ulang berfungsi sebagai wadah atau tempat untuk menampung atau
menyimpan air minum didalamnya. Pengisian wadah dilakukan dengan
menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam tempat pengisian yang
hygienis.
2.2.4 Proses produksi depot air minum

Urutan proses produksi di Depot Air Minum Isi Ulang menurut Keputusan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 651/MPP/Kep/10/2004 tentang
persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, yaitu :
1. Penampungan air baku dan syarat bak penampung
Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan
tangki dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung
(reservoir). Bak penampung harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade)
6

seperti stainless stell, poly carbonat atau poly vinyl carbonat, harus bebas dari
bahan bahan yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan mempunyai
persyaratan yang terdiri atas :
a. Khusus digunakan untuk air minum
b. Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman
c. Harus mempunyai manhole
d. Pengisian dan pengeluaran air harus melalui keran
e. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi
penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari
kemungkinan kontaminasi. Tangki galang, pompa dan sambungan harus
terbuat dari bahan tara pangan (food grade) seperti stainless stell, poly
carbonat atau poly vinyl carbonat, tahan korosi dan bahan kimia yang dapat
mencemari air. Tangki pengangkutan harus dibersihkan dan desinfeksi
bagian luar minimal 3 (tiga) bulan sekali. Air baku harus diambil
sampelnya, yang jumlahnya cukup mewakili untuk diperiksa terhadap
standart mutu yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
2. Penyaringan bertahap terdiri dari :
a. Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi
yang sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring pertikel partikel yang
kasar. Bahan yang dipakai adalah butir butir silica (SiO2) minimal 80 %.
b. Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa
berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan organik.
Daya serap terhadap Iodine (I2) minimal 75%.
c. Saringan / Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus berukuran
maksimal 10 (sepuluh) mikron.
3. Desinfeksi
Desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh kuman patogen. Proses
desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki atau alat
pencampur ozon lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan residu
ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,06 0,1 ppm. Tindakan
desinfeksi selain menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran
Ultra Violet (UV) dengan panjang gelombang 254 nm atau kekuatan 2537 0 A
dengan intensitas minimum 10.000 mw detik per cm2.
a. Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah
Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan tara
pangan (food grade) seperti stainless stell, poly carbonat atau polvinyl
carbonat dan bersih. Depot air minum wajib memeriksa wadah yang dibawa
konsumen, dan menolak wadah yang dianggap tidak layak untuk digunakan
7

sebagai tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus di sanitasi dengan
menggunakan ozon (O3) atau air ozon (air yang mengandung ozon).
Bilamana dilakukan pencucian maka harus dilakukan dengan menggunakan
berbagai jenis deterjen tara pangan (food grade) dan air bersih dengan suhu
berkisar 60 850 C, kemudian dibilas dengan air minum atau air produk
secukupnya untuk menghilangkan sisa sisa deterjen yang dipergunakan
untuk mencuci.
b. Pengisian
Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta
c.

dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis


Penutupan
Penutupan wadah dapat dilakukan dengan tutup yang dibawa konsumen
atau yang disediakan oleh Depot Air Minum.

2.2.5 Proses Desinfeksi pada depot Air Minum


Proses desinfeksi merupakan upaya yang dilakukan untuk menghilangkan
atau membunuh bakteri dalam air minum, yang dilakukan dengan 2 (dua) cara,
yaitu:
1. Ozonisasi
Ozon termasuk oksidan kuat yang mampu membunuh kuman patogen,
termasuk virus. Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan dan
kemasan akan ikut di sanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih
terjamin selama tidak ada kebocoran pada kemasan. Ozon merupakan bahan
sanitasi air yang efektif disamping sangat aman.
Agar pemakaian ozon dapat dihemat, yaitu hanya ditujukan untuk
membunuh bakteri bakteri saja, maka sebelum dilakukan proses desinfeksi,
air tersebut perlu dilakukan penyaringan agar zat zat organik, besi dan
mangan yang terkandung dalam air dapat dihilangkan. Ozon bersifat
bakterisida, virusida, algasida serta mengubah senyawa organic komplek
menjadi senyawa yang sederhana.
Penggunaan ozon lebih banyak diterima oleh konsumen karena tidak
meninggalkan bau dan rasa. Desinfeksi dengan system ozonisasi, kualitas air
dapat bertahan selama kurang lebih satu bulan dan masih aman dikonsumsi,
sedangkan yang tidak menggunakan ozonisasi, kualitas air hanya bertahan
beberapa hari saja sehingga air tidak layak dikonsumsi. Sebab tanpa ozonisasi,
pertumbuhan bakteri dan jamur berlangsung cepat.
2. Ultraviolet

Radiasi sinar ultraviolet adalah radiasi elektromagnetik pada panjang


gelombang lebih pendek dari spektrum antara 100-400 nm, dapat membunuh
bakteri tanpa meninggalkan sisa radiasi dalam air. Sinar ultraviolet dengan
panjang gelombang 254 nm mampu menembus dinding sel mikroorganisme
sehingga dapat merusak Deoxyribonukleat Acid (DNA) dan Ribonukleat Acid
(RNA) yang bisa menghambat pertumbuhan sel baru dan dapat menyebabkan
kematian bakteri.
Air dialirkan melalui tabung dengan lampu ultraviolet berintensitas
tinggi, sehingga bakteri terbunuh oleh radiasi sinar ultraviolet. Yang harus
diperhatikan adalah intensitas lampu ultraviolet yang dipakai harus cukup.
Untuk sanitasi air yang efektif, diperlukan intensitas sebesar 30.000 mw detik
per cm2. Radiasi sinar ultraviolet dapat membunuh semua jenis mikroba bila
intensitas dan waktunya cukup. Supaya efektif, lampu ultraviolet harus
dibersihkan secara teratur dan harus diganti paling lama satu tahun. Air yang
akan disinari ultraviolet harus melalui filter halus dan karbon aktif terlebih
dahulu, untuk menghilangkan partikel tersuspensi, bahan organik, dan Fe atau
Mn (Sembiring, 2008).
3. Reverse Osmosis
Proses ini merupakan proses pemurnian air dengan hasil kualitas air
non mineral. Proses ini melalui alat yang disebut Membran semi permeabel,
membran ini mempunyai lubang air 1/10000 mikron dimana air yang melewati
lubang tersebut sudah merupakan air bebas meniral bakteri, virus dan logamlogam berat lainnya.
2.2.6 Manfaat dan Dampak dari mengkonsumsi Air Minum Isi Ulang
1. Manfaat dari mengonsumsi air minum isi ulang
a. Praktis
Dahulu orang pedesaan menjernihkan air dengan saringan yang terbuat
dari sabut kelapa, ijuk, atau pasir, serta cara-cara fisik lainnya. Seiring
perkembangan zaman dan tuntutan kebutuhan, proses penjernihan air telah
disediakan oleh depot-depot pengisian ulang dengan menggunakan
senyawa kimia dan teknologi sehingga untuk mendapatkan air minum
yang memenuhi persyaratan kesehatan tidaklah cukup hanya dengan
penyaringan atau penjernihan tapi dengan membunuh mikroorganisme.

Hal inilah yang dimanfaatkan oleh beberapa kalangan masyarakaty untuk


menggunakan air minum isi ulang karena alasan praktis.
b. Higienis
Pada saat ini kebutuhan akan air minum yang seh at sangat dibutuhkan
oleh semua orang mengingat buruknya kualitas air minum di dunia yang
menurun. Oleh karena itu, air minum isi ulang yang merupakan dambaan
kebutuhan hidup yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Keistimewaannya
antara lain karena rasa, bau, dan warna tidak berubah dari rasa, bau, dan
warna air alami. Hal ini karena selama proses terhadap bahan baku air
ditambahkan zat-zat kimia untuk membunuh mikroorganisme.
c. Menciptakan Lapangan Kerja
Bisnis Air kemasan di Indonesia cukup menjanjikan. Baik jumlah
pengusaha yang menghasilkan, merk, bentuk, ukuran, dan lain sebagainya.
Jika dahulu air mineral itu hanya terbatas di kemasan dengan volume
terbatas dengan cukup satu kali minum, sekarang sudah sampai kemasan
besar untuk keperluan keluarga dalam ukuran galon. Jadi usaha Depot Air
Isi Minum Ulang (DAIMU) dapat merebut pasaran luas di masyarakat
sehingga dapat menciptakan lapangan kerja.
2. Dampak dari mengonsumsi Air Minum Isi Ulang :
a. Terhadap kesehatan
Penggunaan zat-zat kimia dalam proses pengolahan air minum isi ulang
dari sumber air baku mungkin saja zat kimianya tidak terkontaminasi
seluruhnya, sehingga zat-zat kimia yang terdapat dalam air tersebut dapat
saja membahayakan kesehatan manusia. Zat-zat kimia tersebut dapat saja
menimbulkan bakteri jika mengendap dalam jangka waktu yang lama.
Bakteri tersebut antara lain, adalah :

parasit dan mikroorganisme pathogen.


e. coli
bakteri sulfida anaerob
pseudomonas
b. Terhadap lingkungan
Telah dibahas sebelumnya bahwa usaha depot air minum isi ulang tengah
berkembang pesat di masyarakat. Jadi, penggunaan sumber air baku yang
berasal dari air tanah juga tergerus dengan semakin banyaknya depot air
10

minum isi ulang. Hal ini dikarenakan sumber air baku dari air minum isi
ulang tidaklah sembarangan, sehingga jika dilihat dari lingkungan akan
berdampak makin berkurangnya air bersih yang berasal dari tanah.
c. Pola pikir masyarakat
Akibat makin meningkatnya aktivitas manusia terhadap lingkungan yang
mengeksplorasinya sehingga kualitas air bersih semakin menurun. Hal ini
mengurangi kepercayaan masyarakat untuk mengkonsumsi air yang
dikelola oleh dinas terkait. Sehingga pola pikir masyarakat cenderung
untuk mengkonsumsi air minum dari depot.
d. Gaya hidup
Masyarakat masa kini cenderung memilih air minum isi ulang dari depot
dibandingkan harus memasak, menyaring, atau menjernihkan air. Ini
disebabkan aktivitas dari manusia itu sendiri yang meningkat, sehingga
terbentuk gaya hidup yang konsumtif dan serba praktis.
F. Tantangan penggunaan air minum isi ulang di Indonesia
Berkembang pesatnya produk-produk air minum isi ulang menimbulkan
permasalahan baru, yakni mengenai mutu atau kualitasnya. Apakah
kualitasnya sesuai dengan labelnya atau keterangan yang terdapat pada
kemasannya. Hal ini karena ada indikasi dalam rangka persaingan dagang
bisa juga tanpa memerhatikan ketentuan dan peraturan yang ada mengenai
standar kualitas air kemasan atau air minum isi ulang lainnya. Sehingga
kehati-hatian untuk memilih, membeli, dan kemudian meminumnya
merupakan hal yang harus diperhatikan oleh pengguna atau konsumen.
Selain itu, cara pengawasan kualitas AMIU seperti diatur dalam
KepMenKes 907/Menkes/SK/VII/2002, perlu di tingkatkan. Maka perlu
dilaksanakan kegiatan secara terus menerus dan beresinambungan agar air
yang digunakan oleh penduduk dari penyediaan air minum yang ada
terjamin kualitasnya.
2.2.7 Tips memilih depot air minum yang memenuhi standar kelayakan atau tidak
memenuhi standar kelayakan.
1. Sebelum diisi ulang air minum, mereka harus memastikan bahwa galon dalam
kondisi higienis, tidak kotor, tidak berbau, tidak berlumut dan tidak
berminyak.
11

2. Bagian dalam galon dicuci dengan desinfektan, lalu dibilas dengan


menggunakan air hasil atau air minum isi yang siap dikomsumsi.
3. Pelanggan boleh protes kalau galonnya ternyata dibilas dengan air tendon atau
air minum isi mentah. Karena seharusnya galon itu dibilas dengan air bersih.
4. Air tersebut harus bebas dari bahan kimia, tidak mengandung amoniak,
pestisida dan kandungan aluminimum yang tidak melebihi batas maksimal
yang ditentukan.
5. Depot air minum juga harus mendapatkan sertifikasi dari departemen
kesehatan dan mendapat pemeriksaan air baku dari dinkes setiap 3 bulan
sekali.

12

BAB III
PEMBAHASAN
Proses pengolahan air minum isi ulang dilakukan dengan beberapa metode, yang
paling popular adalah metoda penyaringan. Proses penyaringan terbagi lagi menjadi 2 jenis
yaitu dengan menggunakan pasir, batu, ijuk, dll (metoda klasik) atau dengan menggunakan
saringan membrane (metoda lebih baru). Saringan membran dengan menyaring air melalui
membran semi permeable yang dinamakan Reverse Osmosis (RO). Suatu tekanan tinggi
diberikan melampaui tarikan osmosis sehingga memaksa air melewati proses Reverse
Osmosis dari bagian yang memiliki kepekatan tinggi ke bagian dengan kepekatan rendah.
Selama proses ini terjadi, kotoran dan bahan yang berbahaya akan dibuang sebagai air
tercemar. Molekul air dan bahan mikro yang lebih kecil dari pori-pori RO akan melewati
pori-pori membran dan hasilnya adalah air yang murni.
Saat ini, kebanyakan membran yang secara optimal dapat memisahkan partikel
berukuran lebih kecil 0,08 mikrometer. Artinya saringan ini dapat menyaring materialmaterial padat dalam ukuran kecil bahkan dapat menyaring bakteri, tidak untuk virus. Itu
idelnya, masalahnya membrane ini benda yang sangat tipis dan mudah jebol, persoalan
muncul dari kekurangan pengetahuan operator atau pemilik akan hal ini. Padahal kalau kita
perhatikan pada depot air isi ulang, dilakukan proses penyinaran sebagai salah satu
prosesnya. Maksud penyinaran tentunya adalah membunuh mikroba dengan sinar UV.
Masih belum bisa dipastikan tingkat bahaya berbagai bakteri penyakit yang terdeteksi
dalam air minum isi ulang. Demikian pula asal-muasalnya. Ia bisa berasal dari perjalanan air
minum itu dari sumber airnya, baik di sumber mata air, air ledeng dari perusahaan daerah air
minum, ataupun sumber air tanah. Atau proses pengolahan yang kurang tepat.Namun,
pengawasan yang dilakukan oleh pihak terkait kurang efektif dan efesien, masalah yang
muncul akibat rendahnya mutu pengawasan adalah banyaknya depot AMIU yang tidak
memenuhi

syarat

kesehatan

seperti

yang

diatur

dalam

Kepmenkes

No.

907/Menkes/SK/VII/2002. Berdasarkan SK Menkes tersebut definisi air minum adalah air


yang bisa langsung diminum, sedangkan AMIU lebih tepat disebut air bersih atau air baku
untuk minum yang harus diolah (dimasak) kembali hingga layak dikonsumsi. Ada beberapa
penyebab AMIU terkontaminasi diantaranya bersumber dari air baku, wadah tempat
13

distribusi tidak memenuhi standard hygiene dan sanitasi depot AMIU, juga proses filtrasi dan
desinfektan dengan teknologi yang rendah. Di samping itu banyak depot yang mengklaim
bahwa sumber air baku berasal dari mata air pegunungan dengan anggapan bahwa air
permukaan tersebut sudah terjamin kualitasnya dan sudah memenuhi persyaratan air minum.
Namun kenyataannya tidak demikian. Buktinya telah banyak ditemukan air minum isi ulang
yang berasal dari depot yang mengandung zat-zat kimia berbahaya.

14

BAB IV
KESIMPULAN
1. Penggunaan air minum isi ulang diawali dengan penggunaan air kemasan, ditambah
dengan permasalahan air bersih yang kurang memadai, sehingga sebagian masyarakat
cenderung untuk menggunakan air minum isi ulang.
2. Standar proses produksi air minum di Depot air minum adalah penampungan air baku,
penyaringan bertahap, desinfeksi, pengisian, dan penutupan.
3. Syarat-syarat kualitas air minum isi ulang harus memenuhi faktor fisika dan faktor kimia.
4. Manfaat penggunaan air minum isi ulang adalah karena praktis, higienis, dan dapat
menciptkan lapangan pekerjaan baru.
5. Tantangan yang dihadapi dari air minum isi ulang di Indonesia umumnya ialah mengenai
standar mutu atau kualitas air bersih.

15

DAFTAR ISI

Adriyani, BSDR 2008, , HIGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI
KECAMATAN TANJUNG REDEP KABUPATEN BERAU, vol 4, pp. 81-88.
Duapadang, ED 2013, 'Pengolahan Air Minum Isi Ulang', 12 Mei 2013.
I Dewa Gede Natih Kacu Putra, KANPASW 2012, , ANALISIS MUTU AIR MINUM ISI
ULANG DI KECAMATAN KUTA SELATAN, pp. 1-8.
Purwadi, STSDIS 2006, , ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA AIR
MINUM DEPOT ISI ULANG DENGAN SISTEM REVERSE OSMOSIS, vol I, pp. 52-58.

Suprihatin, 2003. Hasil Studi Kualitas Air Minum Depot Isi Ulang. Makalah pada Seminar
Sehari Permasalahan Depot Air Minum dan Upaya Pemecahannya.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Kualitas Air
Minum.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Syarat Dan
Pengawasn Kualitas Air Minum.
Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 651/MPP/Kep/10/2004 Tentang Persyaratan
Teknis Depot Air Minum.

16

Anda mungkin juga menyukai