BAB I
PENDAHULUAN
Glaukoma berasal dari kata Yunani Glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. 1 Glaukoma adalah kelainan
optik neuropati disertai kelainan lapang pandang yang karakteristik dan peningkatan tekanan
intra okular (TIO) merupakan faktor risiko utama.1
Berdasarkan survei kesehatan mata yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesia pada tahun 19931996 menunjukkan bahwa glaukoma (0,2%) adalah
penyebab kebutaan kedua terbanyak setelah katarak (0,7%) dari 1,5% populasi Indonesia
yang telah mengalami kebutaan.2 Glaukoma penyebab kebutaan permanen dan merupakan
penyebab kebutaan nomor 2 di dunia.2,3,4
Jumlah penyakit glaukoma di dunia oleh World Health Organization (WHO)
diperkirakan 60,7 juta orang di tahun 2010, akan menjadi 79,4 juta di tahun 2005 Oleh
karena itu, untuk mengatasinya dicanangkan vision 2020. Berdasarkan golongan usia, sebesar
88,8% dari populasi kebutaan global berusia di atas 60 tahun dan terutama berasal dari
negara-negara yang sedang berkembang. Angka yang tinggi tersebut terjadi terutama berada
di Afrika dan Asia, yaitu sekitar 75% dari kebutaan total dunia.3 Perkiraan prevalensi
glaukoma yang mengalami kebutaan dalam populasi cukup bervariasi dari satu negara ke
negera lain.6,7
Glaukoma merupakan masalah kesehatan mata yang penting di Indonesia. Distribusi
penyakit glaukoma di Indonesia sebesar 13,4%. Prevalensi kebutaan akibat penyakit
glaukoma sebesar 0,2% (Depkes, 1997). Glaukoma adalah penyebab kebutaan nomor dua
terbesar di Indonesia setelah katarak dan seringkali mengenai orang berusia lanjut.8
Di Amerika Serikat, sekitar 2.2 juta orang menderita glaukoma dimana sebanyak
300,000 kasus baru setiap tahun dan sekitar 5400 orang mengalami kebutaan. Jumlah
penderita glaucoma di Amerika Serikat diperkirakan akan meningkatkan sekitar 3.3 juta pada
tahun 2020. Glaukoma akut (sudut tertutup) merupakan 5-15% kasus pada orang Kaukasus.
Persentase ini lebih tinggi pada orang Asia, terutama diantara orang Burma dan Vietnam di
Asia Tenggara. Pada glaukoma akut penderitanya lebih didominasi oleh wanita dikarenakan
mereka memiliki bilik mata depan yang lebih sempit dan juga resiko yang lebih besar terjadi
pada usia dekade keenam atau ketujuh.8,9
Berdasarkan etiologi glaukoma dibagi menjadi 4 bagian : glaukoma primer, glaukoma
kongenital, glaukoma sekunder dan glaukoma absolut, sedangkan berdasarkan mekanisme
peningkatan tekanan intraokular glaukoma dibagi menjadi dua, yaitu glaukoma sudut terbuka
dan glaukoma sudut tertutup.1
Glaukoma sudut terbuka adalah bentuk glaukoma yang tersering dijumpai. Sekitar 0,40,7 % orang berusia lebih dari 40 tahun dan 2-3% orang berusia lebih dari 70 tahun
diperkirakan mengidap glaukoma primer sudut terbuka. Diduga glaukoma primer sudut
terbuka diturunkan secara dominan atau resesif pada 50% penderita, secara genetik
penderitanya adalah homozigot. Terdapat faktor resiko pada seseorang untuk mendapatkan
glaukoma seperti diabetes melitus, hipertensi, kulit berwarna dan miopia. 8,9
Penatalaksanaan glaukoma berupa pengobatan medis, terapi bedah dan laser. ECP
(endoscopic cyclophotocoagulation) menggunakan laser untuk mengurangi produksi aquoeus
humor dan tekanan intraocular merupakan salah satu penatalaksanaan glaukoma.Menurut
Luntz jika tekanan berkisar antara 35 40 mmHg dengan nervus optikus normal, maka
dipantau 1-2 bulan untuk memantau keadaan papil nervus optikus, lapang pandang,
peningkatan rasio cupdisc, jika semua ini masih dalam batas normal dan opthalmologis yakin
masih ada kemungkinan terapi berhasil maka terapi medikamentosa dapat diteruskan. Tetapi
jika papil nervus optikus sudah menunjukkan tanda-tanda kerusakan dan defek lapang
pandang sudah sangat spesifik glaukoma, maka harus segera dioperasi.10,4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Aqueous humor adalah cairan jernih yang dibentuk oleh korpus siliaris dan mengisi
bilik mata anterior dan posterior. Aqueous humor mengalir dari korpus siliaris melewati bilik
mata posterior dan anterior menuju sudut kamera okuli anterior. Aqueous humor
diekskresikan oleh trabecular meshwork. 1
Prosesus siliaris, terletak pada pars plicata adalah struktur utama korpus siliaris
yang membentuk aqueous humor 5. Prosesus siliaris memiliki dua lapis epitelium, yaitu
lapisan berpigmen dan tidak berpigmen. Lapisan dalam epitel yang tidak berpigmen diduga
berfungsi sebagai tempat produksi aqueous humor
3,4
dibentuk oleh pertautan antara kornea perifer dan pangkal iris, merupakan komponen penting
dalam proses pengaliran aqueous humor. Struktur ini terdiri dari Schwalbes line, trabecular
meshwork dan scleral spur
6.
Aqueous humor akan dialirkan dari kanalis Schlemm ke vena episklera untuk
selanjutnya dialirkan ke vena siliaris anterior dan vena opthalmikus superior. Selain itu,
aqueous humor juga akan dialirkan ke vena konjungtival, kemudian ke vena palpebralis dan
vena angularis yang akhirnya menuju ke vena ophtalmikus superior atau vena fasialis. Pada
akhirnya, aqueous humor akan bermuara ke sinus kavernosus.7
2.2 Fisiologi Humor Aquos
Aquos humor dibentuk oleh prosesur siliaris yang mempunyai kandunggan protein.
Humor aquos merupakan cairan jernih yang mengisi kamera okuli anterior dan posteriorm
dan humor aquos diproduksi sekitar 2-2,5 L, aliran aquos humor dari 0,22-0,30 L/mmg dan
aliran ini menurun seiring dengan berjalannya usia, pembedahan, trauma, dan faktor
endokrin. Pasien dengan glaukoma terjadi peninggkatan TIO menggalami penurunannaliran
aqous humor.
Humor aquos merupakan media refrakta jadi harus jernih. Sistem pengeluaran humor
aquos terbagi menjadi 2 jalur, yaitu sebagian besar melalui sistem vena dan sebagian kecil
melalui otot ciliaris.5,10
Pada sistem vena, humor aquos diproduksi oleh prosesus ciliaris masuk melewati
kamera okuli posterior menuju kamera okuli anterior melalui pupil. Setelah melewati kamera
okuli anterior cairan humor aquos menuju trabekula meshwork ke angulus iridokornealis dan
menuju kanalis Schlemm yang akhirnya masuk ke sistem vena. Aliran humor aquos akan
melewati jaringan trabekulum sekitar 90 %. Sedangkan sebagian kecil humor aquos keluar
dari mata melalui otot siliaris menuju ruang suprakoroid untuk selanjutnya keluar melalui
sklera atau saraf maupun pembuluh darah. Jalur ini disebut juga jalur uveosklera (10-15%).
5,10
karakteristik
Susp glaukoma
Glaukoma sudut terbuka skunder
2.4 Patopisiologi
Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada
keadaan fisiologis bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Berdekatan dengan
sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm, baji sklera, garis Schwalbe dan
jonjot iris. Pada sudut filtrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel
dan membran desemet, kanal schlemm yang menampung cairan mata kesalurannya.
Sudut filtrasi berbatas dengan akar iris berhubungan dengan sklera kornea dan disini
ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan batas
belakang sudut filtrasi serta tempat insersi otot siliar longitudinal. Anyaman trabekula
mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan
uvea.
Akibat terjadinya blok pupil, maka tekanan intraocular lebih tinggi di bilik mata
belakang daripada bilik mata depan. Jika blok pupil semakin berat tekanan intraokuler di bilik
mata belakang semakin bertambah, sehingga konveksivitas iris semakin bertambah juga, ini
dikenal dg iris bombe, yang membuat perifer iris kontak dengan jalinan trabekuler, dan
menyebabkan sudut bilik mata depan tertutup. Jika tekanan intraokuler meningkat secara
drastic akibat sudut tertutup komplit maka akan terjadi glaukoma akut.
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel ganglion
difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina dan
berkurangnya akson di saraf optikus. Iris dan korpus siliar juga menjadi atrofi, dan prosesus
siliaris memperlihatkan degenerasi hialin.3,8
Mekanisme lain yang dapat menyebabkan glaukoma akut adalah: plateau iris dan
letak lensa lebih ke anterior. Pada keadaan seperti ini juga sering terjadi blok pupil. 8
Tekanan intraokuler yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil saraf
optik relatif lebih kuat daripada bagian tengah sehingga terjadi cekungan pada papil saraf
optik.7,8
10
2.5 Klasifikasi
Berdasarkan
mekanisme
peningkatan
tekanan
intraokuli,
glaukoma
dapat
diklasifikasikan menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Glaukoma
sudut terbuka merupakan gangguan aliran keluar aqueous humor akibat kelainan sistem
drainase sudut bilik mata depan. Sedangkan glaukoma sudut tertutup adalah gangguan akses
aqueous humor ke sistem drainase dan glaukoma kongenital8,9.
1. Glaukoma Primer
a. Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma primer sudut terbuka adalah bentuk glaukoma yang tersering dijumpai.
Sekitar 0,4-0,7 % orang berusia lebih dari 40 tahun dan 2-3% orang berusia lebih dari 70
tahun diperkirakan mengidap glaukoma primer sudut terbuka. Diduga glaukoma primer sudut
terbuka diturunkan secara dominan atau resesif pada 50% penderita, secara genetik
penderitanya adalah homozigot. Terdapat faktor resiko pada seseorang untuk mendapatkan
glaukoma seperti diabetes melitus, hipertensi, kulit berwarna dan miopia. 1,4
Pada glaukoma primer sudut terbuka tekanan bola mata sehari-hari tinggi atau lebih
dari 20 mmHg. Mata tidak merah atau tidak terdapat keluhan, yang mengakibatkan terdapat
gangguan susunan anatomis dan fungsi tanpa disadari oleh penderita. Gangguan saraf optik
akan terlihat gangguan fungsinya berupa penciutan lapang pandang.6
Pada waktu pengukuran bila didapatkan tekanan bola mata normal sedang terlihat
gejala gangguan fungsi saraf optik seperti glaukoma mungkin akibat adanya variasi diurnal.
Dalam keadaan ini maka dilakukan uji provokasi minum air, pilokarpin, uji variasi diurnal,
dan provokasi steroid.1,6
Gambaran patologik utama pada glaukoma primer sudut terbuka adalah proses
degeneratif di jalinan trabekular, termasuk pengendapan bahan ekstrasel di dalam jalinan dan
di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm. Akibatnya adalah penurunan aquoeus humor yang
menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler.3Mulai timbulnya gejala glaukoma primer
sudut terbuka agak lambat yang kadang-kadang tidak disadari oleh penderita sampai akhirnya
berlanjut dengan kebutaan.1,6
11
12
Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata yang lain
atau penyakit sistemik yang menyertainnya, seperti:
a) Akibat perubahan lensa (dislokasi lensa, intumesensi lensa, glaukoma fakolitik dan
fakotoksik pada katarak, glaukoma kapsularis/sindrom eksfoliasi)
b) Akibat perubahan uvea (uveitis anterior, tumor, rubeosis iridis)
c) Akibat trauma (hifema, kontusio bulbi, robeknya kornea atau limbus yang disertai
prolaps iris)
d) Akibat post operasi (pertumbuhan epitel konjungtiva, gagalnya pembentukan bilik
mata depan post-operasi katarak, blok pupil post-operasi katarak)
e) Akibat pemakaian kortikosteroid sistemik atau topikal dalam jangka waktu yang
lama.
Penyebab yang paling sering ditemukan adalah uveitis. Penyebab lainnya adalah
penyumbatan vena oftalmikus, cedera mata, pembedahan mata dan perdarahan ke dalam
mata. Beberapa obat (misalnya kortikosteroid) juga bisa menyebabkan peningkatan tekanan
intraokuler.7Uveitis kronik atau rekuren menyebabkan gangguan permanen fungsi trabekula,
sinekia anterior perifer, dan kadang-kadang neovaskularisasi sudut,yang semuanya
meningkatkan glaukoma sekunder.3
Pada uveitis, tekanan intraokular biasanya lebih rendah dari normal karena korpus
siliar yang meradang kurang berfungsi baik. Namun juga dapat terjadi peningkatan tekanan
intraokular melalui beberapa mekanisme yang berlainan. Jalinan trabekular dapat tersumbat
oleh sel-sel radang dari kamera anterior, disertai edema sekunder, atau kadang-kadang terlibat
dalam proses peradangan yang spesifik diarahkan ke sel-sel trabekula (trabekulitis).6
4. Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma (terbuka/tertutup) dimana
sudah terjadi kebutaan total, akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut.7
Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan
ekskavasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Sering dengan mata
buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit
berupa neovaskularisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya
glaukoma hemoragik.
13
2.6
(glaukoma sudut terbuka), usia >45 tahun, keturunan (riwayat glaukoma dalam keluarga), dan
ras (Asia lebih beresiko). Faktor resiko lainnya adalah migrain, hipertensi, hipotensi, diabetes
mellitus, peredaran darah dan regulasinya (darah yang kurang akan menambah kerusakan),
fenomena
autoimun,
degenerasi
primer
sel
ganglion
hifema/infeksi.1,3
Hal yang memperberat resiko glaukoma :
a.
b.
c.
d.
e.
dan
pasca
bedah
dengan
14
Pemeriksaan Penunjang
15
Penatalaksanaan
Medikamentosa
a. Supresi Pembentukan Aquous Humor
Penghambat adrenergik beta (beta blocker)
Metipranolol 0,3%
Efek sampingnya :
hipotensi,
bradikardi,
sinkop,
halusinasi,
kambuhnya asma,
payah jantung kongestif.
Kontraindikasi utama pemakaian obat-obat ini adalah penyakit obstruksi jalan napas
menahun, terutama asma dan defek hantaran jantung.
Apraklonidin
Suatu agonis adrenergik 2 yang menurunkan pembentukan Aquoeus humor
16
Efek
samping
anoreksi,
muntah,
mengantuk,
trombositopeni,
Darah menjadi hipertonik sehingga air tertarik keluar dari korpus vitreum dan terjadi
penciutan korpus vitreum selain itu juga terjadi penurunan produksi
Aquoeus humor .
Penurunan volume korpus vitreum bermanfaat dalam pengobatan glaukoma sudut tertutup
akut dan glaukoma maligna yang menyebabkan pergeseran lensa kristalina ke depan
(disebabkan oleh perubahan volume korpus vitreum atau koroid) dan menyebabkan
penutupan sudut (glaukoma sudut tertutup sekunder).
17
Gliserin (gliserol)
d. Miotik, Midriatik dan Sikloplegik
Konstriksi pupil sangat penting dalam penatalaksanaan glaukoma sudut tertutup akut
primer dan pendesakan sudut pada iris plateau. Dilatasi pupil penting dalam pengobatan
penutupan sudut akibat iris bomb karena sinekia posterior. Apabila penutupan sudut
disebabkan oleh penutupan lensa ke anterior, sikloplegik (siklopentolat dan atropine) dapat
digunakan untuk melemaskan otot siliaris sehingga mengencangkan aparatus zonularis dalam
usaha untuk menarik lensa ke belakang.
Terapi Bedah & Laser
Menurut Luntz jika tekanan berkisar antara 35 40 mmHg dengan nervus optikus
normal, maka dipantau 1-2 bulan untuk memantau keadaan papil nervus optikus, lapang
pandang, peningkatan rasio cupdisc, jika semua ini masih dalam batas normal dan
opthalmologis yakin masih ada kemungkinan terapi berhasil maka terapi medikamentosa
dapat diteruskan. Tetapi jika papil nervus optikus sudah menunjukkan tanda-tanda kerusakan
dan defek lapang pandang sudah sangat spesifik glaukoma, maka harus segera dioperasi. Jika
sudah terjadi sinekhia anterior perifer dan kerusakan sudut iridokornealis sudah muncul,
diperlukan trabekulektomi, seklusio papil dapat diatasi dengan iridektomi perifer (dengan
laser). Iridektomi perifer dan pembebasan pupil juga perlu dilakukan jika terjadi sinekhia
posterior yang ekstensif antara iris dan lensa, dilakukan secara dini sebagai terapi glaukoma.
kamera anterior dan posterior sehingga beda tekanan di antara keduanya menghilang. Hal ini
dapat dicapai dengan laser neodinium : YAG atau argon (iridotomi perifer) atau dengan
tindakan bedah iridektomi perifer. Walaupun lebih mudah dilakukan, terapi laser memerlukan
kornea jernih dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokular yang cukup besar,
terutama apabila terdapat penutupan sudut akibat sinekia luas. Iridotomi laser YAG adalah
terapi pencegahan yang digunakan pada sudut sempit sebelum terjadi serangan penutupan
sudut.
Trabekuloplasti Laser
Penggunaan laser untuk menimbulkan luka bakar melalui suatu goniolensa ke jalinan
trabekular dapat mempermudah aliran akueus karena efek luka bakar tersebut pada jalinan
18
trabekular dan kanalis Schlemm serta terjadinya proses-proses selular yang meningkatkan
fungsi jalinan trabekular. Teknik ini dapat diterapkan bagi bermacam-macam bentuk
glaukoma sudut terbuka.
Aquoeus humor
subkonjungtiva atau orbita, dan dapat dibuat dengan trabekulotomi atau insersi selang
drainase. Trabekulotomi telah menggantikan tindakan-tindakan drainase full-thickness.
Penyulit utama trabekulotomi adalah kegagalan bleb akibat fibrosis jaringan episklera.
Penanaman suatu selang silikon untuk membentuk saluran keluar permanen bagi
Aquoeus humor adalah tindakan alternatif untuk mata yang tidak membaik dengan
trabekulotomi atau kecil kemungkinannya berespons terhadap trabekulotomi.
Sklerostomi laser holmium adalah satu tindakan baru yang menjanjikan sebagai
alternatif bagi trabekulotomi. Goniotomi adalah suatu teknik yang bermanfaat untuk
mengobati glaukoma kongenital primer, yang tampaknya terjadi sumbatan drainase Aquoeus
humor
trabekulum sehingga terbentuk celah untuk mengalirkan cairan mata masuk ke dalam kanal
Schlemm.
Komplikasi
Glaucoma yang tidak ditangani dapat menyebakan atrofi saraf optic dan kebutaan.
2.8
Prognosis
Glaukoma dapat mengakibatkan kebutaan total jika tidak diterapi. Apabila obat tetes anti
19
glaukoma dapat mengontrol tekanan intraokular pada mata yang belum mengalami kerusakan
glaukomatosa luas, prognosis akan baik. Apabila proses penyakit terdeteksi dini sebagian
besar pasien glaukoma dapat ditangani dengan baik.
BAB III
LAPORAN KASUS
IdentitasPasien
20
3.2
1
Nama
: Tn. B
JenisKelamin
: Laki-laki
Umur
: 72 tahun
Pekerjaan
: Pedagang
Alamat
: Lhong
Agama
: Islam
No CM
: 0-74-18-8
Tanggal Pemeriksaan
: 5 Juni 2015
Anamnesis
Keluhan Utama:
Mata kabur dan terasa perih dan berair
obatnya
21
Okular Dextra
Okular Sinistra
TIOD: 37,2
TIOS: 17,3
Keterangan (OD)
Komponen
Keterangan (OS)
edema (-)
Palpebra Superior
edema (-)
edema (-)
Palpebra Inferior
edema (-)
hiperemis (+)
hiperemis (+)
hiperemis (-)
hiperemis (-)
22
Hiperemis (-)
Konj. Bulbi
Kornea
Hiperemis (-)
Jernih(+) infiltrate(-) ulkus(-)
sikatrik(-) selaput (+)
Normal
COA
Normal
Jelas
Kripta Iris
Jelas
Pupil
Jernih (+)
Lensa
Jernih (+)
Menyempit
menyempit
3.6
Penatalaksanaan
-Azopt OD 1x2 OD
-Hyalop OD 4x1 ODS
- Levofloxacin 4x1 OD
- Ibuprofen 400 mg 2x1
3.7
Prognosis
-
Quo ad Vitam
Quo ad Functionam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad malam
23
BAB IV
ANALISA KASUS
Tn. B usia 72 tahun datang ke poliklinik mata RSUDZA dengan keluhan mata terasa
perih dan berair mata sejak 2 minggu yang lalu. Pasien mengaku keluhan seperti ini sudah
dirasakan 6 tahun yang lalu, awalnya pasien merasakan nyeri pada bola mata kanan dan
merasakan sakit kepala. Pasien juga mengeluhkan penglihatan mata kanan kabur secara
perlahan-lahan. Dari riwayat keluarga pasien disangkal. Hal ini sesuai dengan teori secara
klinis usia lanjut merupakan faktor resiko utama terjadinya glaukoma dengan angka kejadian
pada usia diatas 40 tahun memiliki faktor resiko 4 sampai 10 kali lebih tinggi terjadi
glaukoma, riwayat keluarga yang memiliki glaukoma, pengunaan steroid jangka panjang,
diabetes militus, merokok, tekanan darah tinggi dan myopia.
24
Dari hasil pemeriksaan tajam penglihatan didapatkan visus pasienVOD :1/300 dengan
TIO: 37,2 danVOS : 5/45 dengan TIO: 17,3. Pasien juga mengeluhkan mata kabur dan tidak
mampu melihat cahaya pada mata kanan. Sesuai dengan teori gangguan lapangan pandang
akibat glaukoma terutama mengenai 30 derajat lapangan pandang bagian sentral. Perubahan
paling dini adalah semakin nyatanya bintik buta. Perluasan akan berlanjut ke lapangan
pandang Bjerrum (15 derajat dari fiksasi) membentuk skotoma Bjerrum, kemudian skotoma
arkuata. Daerah-daerah penurunan lapangan pandang yang lebih parah di dalam daerah
Bjerrum dikenal sebagai skotoma Seidel. Skotoma arkuata ganda di atas dan di bawah
meridian horizontal, sering disertai oleh nasal step (Roenne) karena perbedaan ukuran kedua
defek arkuata tersebut. Pengecilan lapangan pandang cenderung berawal di perifer nasal
sebagai konstriksi isopter. Selanjutnya, mungkin terdapat hubungan ke defek arkuata,
menimbulkan breakthrough perifer. Lapangan pandang perifer temporal dan 5-10 derajat
sentral baru terpengaruh pada stadium lanjut penyakit. Pada stadium akhir, ketajaman
penglihatan sentral mungkin normal tetapi hanya 5 derajat lapangan pandang 9. Pada
glaukoma sudut terbuka primer, 32-50% individu yang terkena akan menunjukkan tekanan
intraokular yang normal saat pertama kali diperiksa, sehingga diperlukan pula pemeriksaan
diskus optikus glaukomatosa ataupun pemeriksaan lapangan pandanang.6,7
Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini adalah Azopt 2 kali 1 tetes dalam sehari
OD. Tujuan pemberian obat ini sesuai dengan teori bekerja dengan cara supresi pembentukan
aqueous humor (seperti beta-adrenergic blocker, apraclonidine, brimonidine, acetazolamide,
dichlorphenamide dan dorzolamide hydrochloride), meningkatkan aliran keluar (bimatoprost,
latanoprost, pilocarpine dan epinefrin), menurunkan volume vitreus (agen hiperosmotik) serta
miotik, midriatik dan sikloplegik 9. Analog prostaglandin merupakan obat lini pertama yang
efektif digunakan pada terapi glaukoma misalnya, latanopros. Latanopros merupakan obat
baru yang paling efektif katena dapat ditoleransi dengan baik dan tidak menimbulkan efek
samping sistemik.
25
BAB V
KESIMPULAN
Glaukoma adalah suatu keadaan pada mata yang ditandai dengan atau tidak kenaikan
tekanan intraokuli, penurunan visus, penyempitan lapang pandang dan atropi nervus optikus.
Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata yang lain atau
penyakit sistemik yang menyertainnya. Pada kasus ini pasien mengalami glaukoma sekunder
yang diakibatkan oleh perubahan pada lensa, yaitu akibat trauma.
Menurut Luntz tindakan pada glaukoma jika tekanan berkisar antara 35 40 mmHg
dengan nervus optikus normal, maka dipantau 1-2 bulan untuk memantau keadaan papil
nervus optikus, lapang pandang, peningkatan rasio cupdisc, jika semua ini masih dalam batas
normal dan opthalmologis yakin masih ada kemungkinan terapi berhasil maka terapi
26
medikamentosa dapat diteruskan. Tetapi jika papil nervus optikus sudah menunjukkan tandatanda kerusakan dan defek lapang pandang sudah sangat spesifik glaukoma, maka harus
segera dioperasi.
Glaukoma dapat mengakibatkan kebutaan total jika tidak diterapi. Apabila obat tetes
anti glaukoma dapat mengontrol tekanan intraokular pada mata yang belum mengalami
kerusakan glaukomatosa luas, prognosis akan baik. Apabila proses penyakit terdeteksi dini
sebagian besar pasien glaukoma dapat ditangani dengan baik.