Anda di halaman 1dari 130

Penelitian Epidemiologi

Faktor Penyebab Kunjungan Follow


up Pasien TB tidak Kembali

Flavianus R.L. Wayan


10 2010 237

Epidemiologi TB

Epidemiologi TB
TB merupakan penyakit saluran
pernapasan bagian bawah yang
disebabkan oleh mycobacterium
tuberkulosa
Penyebaran melalui udara dalam
bentuk droplet

Epidemiologi TB
WHO memperkirakan bahwa sepertiga
populasi dunia menderita bakteri TB.
Laporan terbaru WHO 2008, setiap tahun
ada 9,2 juta kasus TB baru (139/10.000
penduduk)
Lima negara penyumbang TB terbesar :
India, China, Indonesia, Afrika Selatan
dan Nigeria. (2008)
Laporan WHO terakhir (2010) indonesia
menempati urutan ke 5 didunia

Epidemiologi TB
Resiko penularan tiap tahun (annual
risk of TB infection;ARTI) di indonesia
antara 1-2% dengan arti diantara
1000 penduduk setiap tahun, 10
orang akan terinfeksi.
Tahun 2007 di indonesia ditemukan
94.000 pasien laki-laki dan 65.642
pasien TB perempuan dengan BTA (+)

Epidemiologi
Faktor Agent (mycobacterium
tuberculosis)
bersifat resisten terhadap desinfektan
kimia dan antibiotika
Mampu bertahan hidup pada dahak
kering untuk jangka waktu yang lama
Patogenesis dan daya virulensinya
tergantung dosis infeksi dan kondisi
host

Epidemiologi
Faktor Host

umur :Puncaknya pada dewasa muda dan


menurun kembali ketika seseorang atau kelompok
menjelang usia tua
Jenis Kelamin : mayoritas adalah wanita. Mungking
berhubungan dengan sistem pertahanan tubuh
Kondisi sosial ekonomi : 90% penderita
tuberkulosis paru di dunia menyerang kelompok
dengan sosial ekonomi lemah atau miskin
Kekebalan Tubuh : kekebalan buatan diperoleh
sewaktu seseorang diberivaksin BCG (Bacillis
Calmette Guerin). Umumnya penderita TB
memiliki kebebalan tubuh yang lemah
Adanya Kontak Dengan Penderita TB

Epidemiologi
Lingkungan (Environtment)
Kelembapan : Bakteri mycobacterium
tuberculosa akan tumbuh dengan subur pada
lingkungan dengan kelembaban tinggi
Ventilasi : ventilasi yang tidak memenuhi syarat
rumah sehat (< 10 % dari luas lantai)
Suhu : kuman TB merupakan bakteri mesofilik
yang tumbuh subur dalam rentang 2540 C
dan optimal pada suhu 3137 C
Pencahayaan : cahaya matahari mempunyai
sifat membunuh bakteri, terutama kuman
mycobacterium tuberculosa. kuman TB dapat
bertahan hidup pada tempat yang sejuk,
lembab dan gelap tanpa sinar matahari
Kepadatan Penghuni Rumah

Epidemiologi
Periode Patogenesis (interaksi
Host-Agent-Envi)

Usaha Pemberantasan TB
(Program Pemberantasan TB di
Puskesmas)

Sejarah Pengendalian TB
Nasional

Tujuan dan Target


Tujuan jangka panjang : Memutuskan
mata rantai TB sehingga tidak menjadi
masalah kesehatan di Indonesia
Tujuan Jangka Pendek :
Cakupan CDR mencapai 70 %
Kesembuhan minimal 85 % pada
penderita BTA (+)
Mencegah terjadinya MDR (Multi Drug
Resistency)

Pedoman Puskesmas dalam


P2TB
Penatalaksanaan P2TBC
1. Penemuan penderita.
2. Pengobatan
Peningkatan sumber daya manusia
Pelatihan tenaga yang terkait dengan program
P2TBC
Monitoring dan evaluasi
1. Supervisi
2. Pertemuan monitoring :
Evaluasi pengobatan melalui evaluasi klinik dan
bakteriologik
Promosi
Advokasi, kemitraan dan penyuluhan.

Penemuan Kasus TB
Kegiatan penemuan pasien terdiri dari
penjaringan suspek, diagnosis, penentuan
klasifikasi penyakit dan tipe pasien.
Umumnya dilakukan secara pasif dengan
promosi aktif
Penemuan secara aktif dapat dilakukan
terhadap:
kelompok khusus yang rentan atau beresiko
tinggi sakit TB seperti ODHA
kelompok yang rentan tertular TB seperti di
rumah tahanan, LP (para NaPi), penduduk
daerah kumuh, serta keluarga atau kontak
pasien TB
Kontak dengan pasien TB resistan obat

Penentuan Diagnosis
Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
Untuk menegakkan diagnosis,
menilai keberhasilan pengobatan dan
potensi penularan
Dilakukan dengan 3 spesimen dahak
yang dikumpulkan dalam dua hari
kunjungan yang berurutan berupa
Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)

Penentuan Diagnosis
Pemeriksaan Biakan
Peran biakan dan identifikasi M. Tuberkulosis
adalah untuk menegakkan diagnosis TB pada
pasien tertentu, yaitu :
Pasien TB Ekstra Paru
Pasien Tb Anak
Pasien TB BTA Negatif
Pemeriksaan tersebut dilakukan jika keadaan
memungkinkan dan tersedia lab. yang telah
memenuhi standar yang ditetapkan
Khusunya untuk mengetahui pasien terhadap
OAT yang digunakan

Penentuan Diagnosis
Pemeriksaan Tes Resistensi (Uji
Kepekaan OAT)
Hanya dilakukan di lab yang mampu
melakukan biakan
Ditujukan untuk diagnosis pasien TB
yang memenuhikriteria suspek TBMDR

Diagnosis TB
Semua suspek TB diperiksa 3
spesimen dahak dalam waktu 2 hari,
yaitu
sewaktu - pagi - sewaktu(SPS).
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa
ditegakkan dengan ditemukannya
kuman TB. Pada program TB nasional,
penemuan BTA melalui pemeriksaan
dahak mikroskopis merupakan
diagnosis utama.
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB
hanya berdasarkan pemeriksaan
fototoraks saja.

KLASIFIKASI PENYAKIT
Klasifikasi berdasarkan organ tubuh (anatomical site)
yang terkena:
Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis ekstra Paru
Klasifikasi berdasarkan Hasil Pemeriksaan Dahak
Mikroskopis :
Tuberkulosis paru BTA positif
Tuberkulosis paru BTA negatif
Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative
Foto toraks abnormal sesuai dengan gambaran tuberkulosis.
Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT,
bagi pasien dengan HIV negatif

Klasifikasi Penyakit
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya
Kasus baru
Kasus yang sebelumnya diobati
Kasus kambuh (Relaps)
Kasus setelah putus berobat (Default )
Kasus setelah gagal (Failure)

Pengobatan TB
Pengobatan TB bertujuan untuk
menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan,
memutuskan rantai penularan dan
mencegah terjadinya resistensi kuman
terhadap obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Panduan OAT yang dipakai program
sesuai dengan rekomendasi WHO
yang terdiri dari 4 golongan

Pengobatan TB

Prinsip Pengobatan TB
OAT harus diberikan dalam bentuk
kombinasi beberapa jenis obat
Untuk menjamin kepatuhan pasien
menelan obat, dilakukanpengawasan
langsung (DOT =Directly Observed
Treatment) olehseorang Pengawas
Menelan Obat (PMO)
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap,
yaitu tahap intensif dan lanjutan.

Tahapan Pemberian OAT


Tahap awal (intensif)
Pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah
terjadinya resistensi obat.
Bila pengobatan tahap intensif tersebut
diberikan secara tepat, biasanya pasien menjadi
tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi
BTA negatif (konversi)dalam 2 bulan.
Tahap Lanjutan
Pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama
Penting untuk membunuh kuman persisten
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan

Regimen OAT Program Nasiona


P2TB
Paduan OAT yang digunakan oleh Program
Nasional PengendalianTuberkulosis di Indonesia:
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan
obat sisipan (HRZE)
Kategori Anak: 2HRZ/4HR
Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien
TB resistan obat diIndonesia terdiri dari OAT lini
ke-2 yaitu Kanamycin, Capreomisin,Levofloksasin,
Ethionamide, sikloserin dan PAS, serta OAT lini-1,
yaitupirazinamid and etambutol.

Regimen OAT Program Nasional


P2TB
Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)
Pasien baru TB paru BTA positif.
Pasien TB paru BTA negatif foto toraks
positif
Pasien TB ekstra paru
Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)
Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien dengan pengobatan setelah putus
berobat (default)

Pengawas Menelan Obat


(PMO)
Persyaratan PMO
Seseorang yang dikenal, dipercaya dan
disetujui, terutama disegani dan dihormati
pasien
Seseorang yang tinggal dekat dengan
pasien.
Bersedia membantu pasien dengan sukarela.
Bersedia dilatih dan atau mendapat
penyuluhan bersama-sama dengan pasien

Pengawas Menelan Obat


Tugas seorang PMO :
Mengawasi pasien TB agar menelan obat
secara teratur sampai selesai pengobatan.
Memberi dorongan kepada pasien agar
mau berobat teratur.
Mengingatkan pasien untuk periksa ulang
dahak pada waktu yang telah ditentukan.
Memberi penyuluhan pada anggota
keluarga pasien TB yangmempunyai
gejala-gejala mencurigakan TB untuk
segera memeriksakan diri ke Fasilitas
Pelayanan Kesehatan

Follow Up Pengobatan TB
Dilakukan dengan pemeriksaan ulang
dahak mikroskopis
Pemeriksaan dahak mikroskopis lebih
baik dibandingkan pemeriksaan
radiologis

SP2TP TB

Kartu Pengobatan TB ( TB 01)


Kartu Identitas Penderita (TB 02)
Register TB Kabupaten (TB 03)
Formulir Permohonan Lab TB untuk pemeriksaan dahak (TB 05)
Daftar tersangka pasien (suspek) yang diperiksa dahak SPS (TB
06)
Lap triwulan penemuan penderita baru dan kambuh (TB 07)
Lap Triwulan Hasil Pengobatan Penderita TB yang terdaftar 1215 bulan lalu (TB 08)
Formulir rujukan/pindah pasien (TB 09).
Formulir hasil akhir pengobatan dari pasien TB pindahan (TB
010)
Laporan triwulan hasil pemeriksaan dahak akhir tahap intensif
untuk penderita terdaftar 3-6 bulan yang lalu (TB 011)
Formulir Pengiriman sediaan untuk cross check (TB 012)
Laporan Penerimaan dan Pemakaian OAT di kabupaten (TB 013)

Usulan Penelitian

Usulan Penelitian
Disebut juga research proposal,
study proposal
Secara esensial dimaksudkan
sebagai penuntun bagi peneliti
dalam seluruh rangkaian proses
penelitian

Sistematika Usulan Penelitian


Judul
I. Pendahuluan
Latar belakang
Rumusan Masalah
Hipotesis
Tujuan
Manfaat
II. Tinjuan Pustaka
Kerangka Konsep
III. Metodologi
Desain
Tempat dan Waktu
Populasi dan Sampel
Kriteria Inklus dan Eksklusi
Besar Sampel
Cara Kerja
Identifikasi Variabrel
Rencana Manajemen dan analisis data
Definisi Operasional
Masalah Etika
IV. Daftar Pustaka
V. Lampiran

Pendahuluan

Latar Belakang
Alasan pemilihan topik penelitian
Besarnya masalah menurut kepustakaan
Apa yang sudah diketahui / permasalahan
yang ada (what is known)
Apa yang belum diketahui (knowledge gap)
Apa yang bisa digarap dari penelitian untuk
menutup knowledge gap

Pendahuluan
Rumusan masalah
Merupakan uraian dari masalah yang
diangkat pada Latar Belakang
Harus padat dan tajam
Hendaknya bersifat khas dan tidak
bermakna ganda
Mempunyai manfaat bagi
kepentingan orang banyak

Pendahuluan
Hipotesis
Pernyataan sebagai jawaban
sementara dari pertanyaan penelitian
Memiliki landasan teori yang kuat
Menyatakan suatu hubungan variabel
bebas dan variabel terikat
Memungkinkan untuk diuji secara
empiris
Dikemukakan sebelum penelitian
dimulai, sebelum data terkumpul

Pendahuluan
Tujuan Penelitian
Berupa tujuan Umum dan Khusus
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari
penelitian yang akan dilakukan

Tinjauan Pustaka
Memperkaya dan mempertajam
permasalahan yang dipilih
Bersumber dari publikasi ilmiah (jurnal),
text book, dan kajian ilmiah lainnya
Sumber lainnya dari online database
melalui internet dari sumber yang dapat
dipercaya
Harus obyektif berdasarkan informasi yang
didapat dari sumber
Sumber pustaka yang digunakan sebaiknya
yang terbaru ( maksimal 10 tahun terakhir)

Metodologi Penelitian
Desain Penelitian
Media untuk menjawab pertanyaan
penelitian atau untuk menguji
kesahian (valid) hipotesis
Lokasi dan Waktu Penelitian
Populasi dan Sampel

Metodologi Penelitian
Kriteria Inklusi dan Ekslusi Untuk
membatasi sampel
Kriteria Inklusi :
Kriteria yang memuat persyaratan yang harus
dimiliki oleh subyek/responden untuk dapat
dipilih sebagai sampel
Kriteria Eksklusi :
Kriteria yang memuat hal-hal yang tidak
dimiliki subyek/responden atau subyek
memenuhi syarat sebagaimana pada kriteria
inklusi karena sebab tertentu tidak dapat
dipilih sebagai responden/sampel

Metodologi Penelitian
Alat dan Bahan
Cara Pengumpulan data
Rencana Pengolahan, Analisis
dan Penyajian Data
Bagian ini menjelaskan jenis analisis
yang akan digunakan.
Program komputer yang digunakan
juga perlu disebutkan dan dijelaskan

Etika Penelitian
Informed consent (persetujuan
setelah penjelasan)
Semua penelitian dengan subyek
manusia baru dapat dilaksanakan
apabila telah diperoleh persetujuan
dari calon subyek penelitian/keluarga
IC perlu disertakan dalam lampiran
suatu usulan penelitian

Pelaksaan Penelitian

Pengumpulan Data
Wawancara
Data yang bisa diperoleh berupa fakta
(Umur,pendidikan,Pekerjaan,riwayat
penyakit, dll), Sikap, pendapat,
harapan, pengalam
Pertanyaan harus singkat, jelas,
sederhana sehingga mudah dimengerti
3 tipe pertanyaan (tertutup,terbuka
dan kombinasi)

Pengumpulan data
Angket
Jawaban diisi oleh responden sesuai
dengan daftar pertanyaan yang
diterima.
Berbeda dengan wawancara,
jawaban diisi sendiri oleh
pewawancara

Pengumpulan Data
Observasi
Teknik pengumpulan data
menggunakan indera mata
Bisa digunakan untuk mengukur
kebenaran pada wawancara
Untuk memperoleh data yang tidak
bisa diperoleh dengan wawancara
atau angket.

Pengumpulan Data
Pemeriksaan Status (rekam medik,
catatan lain)
Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Radiologi

Pengumpulan data
Kuesioner
Instrumen penelitian
Memuat semua variabel penelitian
Diisi oleh : responden sendiri,
pewawancara/peneliti, lewat telepon, lewat
pos (mailed questionnaire)
Pertanyaan dapat terbuka, tertutup, campuran
Untuk pengukuran PSP (Pengetahuan, Sikap,
Perilaku) Perlu skoring; tiap pertanyaan diberi
nilai. Hasil tiap variabel PSP dijumlahkan dan
dikelompokan menjadi baik,cukup,kurang

Pengolahan Data
Saat merencanakan penelitian
seharusnya sudah ditentukan rencana
pengolahan datanya.
Pengolahan data dapat secara manual
atau elektronik dengan komputer
Langkah pengolahan antara lain :
editing (pemeriksaan data), coding
(memberi kode), penyusunan data
(tabulating)

Penyajian Data
Pemaparan data hasil penelitian yang
disusun secara teratur
Mempermudah memperoleh
gambaran, mengadakan
perbandingan dan meramalkan hasil
penelitian
Umumnya dibagi menjadi tiga :
Dalam bentuk Text (Tekstular)
Dalam Bentuk Tabel
Dalam Bentuk Grafik

Penyajian Data
Penyajian Data Tekstuler
Biasanya dalam penelitian atau data
kualitatif
Penyajian datanya dalam bentuk
kalimat

Penyajian Data
Penyajian data Tabel (table
presentation)
------Box head
----Judul
Tabel
Stub
Total

Catatan Kaki
Sumber :

Total

Body
Grand total

Jenis-Jenis Tabel
Tabel Umum : berisi semua variabel
penelitian

Tabel Khusus :
Khas : angka-angkanya dapat dibulatkan dan
hanya beberapa variabel saja (selective)
Terdiri dari tabel Univariat, Bivariat, Tabel
frekuensi distribusi dan multivariat

Jenis Tabel
Univariat

Bivariat

Tabel Frekuensi
Distribusi

Penyajian Data
Penyajian data Grafik (gambar)
Untuk meramalkan sifat-sifat suatu
variabel
Untuk meramalkan sifat-sifat yang
ada di dalam tabel

Jenis-Jenis Grafik
Grafik batang
Histogram
Bar Diagram
Grafik Garis
Poligon
Diagram
Pie Diagram
Pictogram
Grafik Tebar (seater
Diagram)

Pie Diagram

Pictogram

Pelaporan Hasil
Penelitian

Laporan Hasil Penelitian


Umumnya format laporan hasil penelitian
adalah sebagai berikut
Judul Penelitian
Nama Pengarang serta institusi
Abstrak dan kata kunci
Isi laporan : Pendahuluan,Metode, Hasil,
dan Disskusi
Ucapan Terima kasih
Daftar Pustaka
Conflict of interest, Peran penulis,
Lampiran

Laporan Hasil Penelitian


Judul Penelitian
Harus jelas, lugas dan mewakili isi penelitian
Nama Pengarang dan Institusi
Abstrak (IMRAD)
Introduction : Alasan utama penelitian
dilakukan
Methods : Bagaimana penelitian dilakukan
Results : Hasil utama yang diperoleh
Discussion : Simpulan utama penelitian
Abstrak yang baik tidak lebih dari 200-250
kata.

Laporan Penelitian
Pendahuluan
Biasanya terdiri dari satu / dua paragraf
berisi tentang alasan mengapa perlu
dilakukan penelitian dan hipotesis serta
rumusan masalah penelitian yang akan
dijawab serta desain penelitian yang
dipakai
Hipotesis dan tujuan penelitian dibuat
dalam bentuk kalimat naratif yang
merupakan bagian dari paragraf

Laporan Penelitian
Metode
Penulis menguraikan secara rinci apa yang dilakukan
di dalam penelitian
Biasanya merupakan bagian terpanjang dalam suatu
laporan/jurnal
Umumnya mencakup uraian :
Desain penelitian
Tempat dan waktu penelitian
Sumber data : primer atau sekunder
Populasi targetdan terjangkau, sampel, cara pemilihan
sampel (sampling method) dan besar sampel
Kriteria Pemilihan (inklusi dan eksklusi
Keterangan khusus sesuai dengan desain yang dipakai
Teknik pengukuran

Laporan Penelitian
Hasil Penelitian

Laporan Penelitian
Diskusi
Biasanya mencakup simpulan
penelitian dan saran.
Peneliti mengemukakan dan
menganalisis makna penemuan yang
telah dinyatakan dalam hasil dan
menghubungkannya dengan
pertanyaan penelitian (rumusan
masalah)

Laporan Penelitian
Daftar Pustaka
Lampiran

Desain Penelitian

PENELITIAN DESKRIPTIF
DEFINISI:
1 Penelitian
yang
bertujuan
melakukan
deskripsi mengenai fenomena yang ditemukan baik yang berupa faktor resiko,
maupun efek
2 Penelitian yang memberi gambaran yang
secermat munkin mengenai individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu
3 EPIDEMIOLOGI - Penelitian yang menggambarkan distribusi masalah kesehatan
pada kelompok manusia menurut ciri-ciri
tempat, waktu dan orang.

CIRI-CIRI:
1 Tidak harus ada hipotesis (tidak
menguji hipotesis)
2 Tidak perlu kelompok pembanding
3 Tidak mencari penyebab terjadinya
masalah

CONTOH:
Gambaran klinis dan laboratorium
penderita Nephrote syndroma
Distribusi umum penderita / anak
dengan penyakit PERTUSIS
SENSUS (memberikan gambaran
penduduk
menurut
distribusi
tempat pendidikan, jenis kelamin,
penghasilan, pekerjaan dll)

Contoh penelitian DESKRIPTIF yang


sering dilakukan di Kesehatan adalah
Laporan KASUS atau SERI KASUS

CROSS SECTIONAL STUDIES


The comparison is made between a group
of persons who has the disease and a
group that does not have the disease, but
the characteristic and/ or exposure of the
two groups are observed in the same time
D+

D-

TOTAL

FR +

A+B

FR -

C+D

TOTAL

A+C

B+D

A+B+C+D

CROSS-SECTIONAL-STUDY
TOTAL POPULATION
SAMPLING

STUDIED POPULATION

D+
STUDIED
CHARACTERISTIC

COMPARE

DSTUDIED
CHARACTERISTIC

LANGKAH-LANGKAH STUDI
CROSS SECTIONAL
1 Merumuskan Pertanyaan Penelitian
dan Hipotesis
Contoh :
Apakah ada hubungan antara
vaksinasi BCG dan terjadinya penyakit
tuberkulosis pada anak usia 0 - 12 th
2 Mengidentifikasi Variabel Penelitian
Difinisi operasional faktor resiko yang
diteliti /tidak diteliti, efek (kriteria
diagnosis)
3 Menetapkan Subyek Penelitian

4 Melaksanakan Pengukuran faktor resiko


dan efek

- Kuesioner, Catatan medik, uji laboratorium,pemeriksaan fisik


5 Menganalisis data

Rasio prevalens = A/(A+B):C/(C+D)


Statistik yang digunakan tergantung
scala variabel yang ada.

KELEBIHAN
1 Penggunaan populasi masyarakat
umum
2 Murah, mudah, cepat
3 Loss to follow up (drop out) tidak ada
4 Tahap pertama penelitian kohort atau
eksperimen

KEKURANGAN
1 Temporal relationship tidak jelas.
2 Studi prevalens lebih banyak
menjaring subyek yang mempunyai
masa sakit yang panjang.
3 Subyek penelitian besar
4 Tidak menggambarkan perjalanan
penyakit maupun prognosis
5 Tidak praktis untuk meneliti kasus
yang jarang

80

CASE-CONTROL
STUDY
THE STUDY MOVE BACKWARD FROM
DISEASE ( EFFECT) TO RISK FACTOR
(CAUSE).
PERSON WITH AND WITHOUT DISEASE
ARE IDENTIFIED AND THEN THE
PRESENCE OR ABSENCE OF PREVIOUS
EXPOSURE TO THE RISK FACTOR IS
DETERMINED

scheme of case-control study


select
cases

select
appropriate
controls
obtain information about previous
exposure to proposed risk of factors each
group

compare the frequency of exposure


between the two group

DESAIN STUDI CASE-CONTROL


TERPAPAR

TIDAK
TERPAPAR

KASUS
POPULASI

TERPAPAR
KONTROL
TIDAK
TERPAPAR

LANGKAH LANGKAH CASE-CONTROL


STUDY

1 Menentukan pertanyaan penelitian dan


hipotesis.
2 Definisi variabel penelitian
Faktor risiko
- frekuensi
- waktu
- should be ascertain in the similar
procedure between cases and
controls

- use record or documents as much as


possible
CASE
- clearly define case definition
- should be incidence cases ?
- representative of total cases ?
CONTROL
-should be representative of the
population
from which the cases come

- be sure that the risk factor under


study is not also related to disease
among control
SOURCES OF CASE AND CONTROL
Case : hospital, community,
registration
Control: hospital, relatives of
cases, neighbors

ANALISA DATA
Odds ratio : Odds pada kasus : odds pada kontrol

A/(A+C)
C/(A+C)

B/(B+D)

=A/C:B/D=AD/BC

D/(B+D)

D+

D-

FR +

FR -

KEUNTUNGAN
1 Kadang kadang merupakan satu
satunya cara untuk kasus yang jarang
atau masa laten/inkubasi yang panjang
2 Hasil cepat, biaya murah
3 Subyek penelitian sedikit
4 Identifikasi lebih dari satu faktor resiko

Kerugian
1 Data mengenai faktor resiko
mengandalkan daya ingat dan
atau catatan medik.( recall bias,
memory bias, catatan medik sering
tidak akurat)
2 Kesalahan memilih kontrol yang
tepat (Selection bias)
3 Hanya berkaitan dengan satu
penyakit/efek

COHORT STUDY

The study move forward from risk


factor (cause) to disease (effect).
Population exposed and not exposed to a
risk factor are identified and then both
population were followed to determine
the frequencies of health problems.

DESAIN STUDI COHORT


SAKIT
TERPAPAR

populasi

TIDAK
SAKIT

SAKIT
TIDAK
TERPAPAR
TIDAK
SAKIT

LANGKAH STUDI COHORT


1 Merumuskan pertanyaan penelitian dan
hipotesis.
2 Menetapkan kohort
Menentukan subyek tanpa sakit atau tanpa
problem kesehatan atau tanpa efek.
3 Memilih kelompok kontrol
Kelompok kontrol terbentuk secara alamiah.
4 Identifikasi variabel penelitian dan cara
pengamatannya
Buat definisi faktor resiko dan effect

5.Analisa hasil
Resiko relatif = A/ (A+B) : C/ ( C+D )
D+

D-

FR +

FR -

1.Terbaik menerangkan hubungan antara


faktor resiko dan efek
2. Menentukan insiden
3. Meneliti beberapa efek
4. Direct calculation of relative risk
5. Minimizes bias

1. Waktunya lama, mahal.


2. Rumit
3. Loss to follow up
4. Tidak efisien
5. Etika.
6. Sampel besar

Langkah pelaksanaan uji


klinis
(contoh studi
experimental)
1. Merumuskan
pertanyaan penelitian dan
hipotesis.
2. Menentukan desain uji klinis yang sesuai.
. desain pararel
. desain menyilang (cross over)
. lain

KELOMPOK
PERLAKUAN

SUBYEK
PENELITIAN

EFEK ?

KELOMPOK
KONTROL

SKEMA DASAR DESAIN PARALEL


UNTUK UJI KLINIS DENGAN 2 KELOMPOK

EFEK ?

EFEK ?

KELOMPOK
PERLAKUAN

SUBYEK

EFEK ?

KELOMPOK
PERLAKUAN

EFEK ?

KELOMPOK
KONTROL

KELOMPOK
KONTROL

SKEMA DESAIN UJI KLINIS MENYILANG


( CROSS-OVER )

EFEK ?

3. Menetapkan subyek penelitian.


. Menetapkan populasi terjangkau
. Menentukan kriteria pemilihan
kriteria inklusi dan eksklusi
. Menetapkan besarnya sampel
4. Melakukan pengukuran variabel
.data demografis
. data klinis
. data laboratorium
5. Melakukan randomisasi
.randomisasi peserta

6. Melakukan intervensi
. Uji klinis terbuka
. single blind assignment (single
mask)
. double blind assignment (double
mask)
7. Mengukur variabel efek
8. Menganalisa data.
9. Hal hal yang perlu diperhatikan:
Kepatuhan pasien, drop out, efek
samping, penyimpangan protokol

1.Adanya randomisasi bias menurun,


sebab faktor perancau (confounding)
agar tersebar merata antar kelompok.
2. Kriteria inklusi, perlakuan dan
outcome telah ditentukan lebih dahulu.
3. Statistik lebih efektif ( pemilihan
subyek secara random)

1. Komplek dan mahal


2. Tidak representatif terhadap
populasi (validitas externa jelek)
3. Etika
4. Tidak praktis

RANCANGAN PENELITIAN
EKSPERIMENTAL
I. PRE-EXPERIMENTAL DESIGN
1. The one - shot - case study
XO
2. The one - group pretest - posttest D.
O1 X O2
3. The static group comparison
X O1
- O2

II. TRUE EXPERIMENTAL DESIGN


1. Prestest - post-test with control group
O1 X O2

Populasi
(Subyek)

R
O1 O2

2. The posttest - only control group


X O1
Populasi

R
- O2

3. Randomized Solomon Four Group


O1 X O2
O1 O2

X O2

O2

III. QUASI EXPERIMENTAL DESIGN


1. Time Series Design
O1 O2 O3

X O 4 O5 O6

2. Control Time Series Design


Kel Eks
Kel Kontrol
O5

O1 O2 O3
O1 O2 O3

X O 4 O5
O4

3. Non Randomized Control Group


Pretest-Post Test Design
Kel Eks
Kel Kontrol

O1 X O 2
O1 O2

Metode Sampel

Metode Sampling

Probability sampling

1. Simple Random
Sampling
pengambilan sampel secara acak
sederhana
simple karena pengambilan anggota
sampel dari populasi dilakukan secara
acak tanpa memperhatikan strata yang
ada dalam populasi
Populasi harus homogen

Dibagi dua cara:


undian:

Dengan menggunakan tabel bilangan random


Semua anggota populasi diberi nomor urut
Tentukan jumlah sampel yang akan diambil
Pilih nomor-nomor yang sesuai dengan bilangan
yang terdapat dalam daftar bilangan random yang
akan digunakan

Simple random
sampling

Keuntungan

kelemahan

peneliti tidak
membutuhkan
pengetahuan tentang
populasi sebelumnya,
bebas dari kesalahan
klasifikasi yang
memungkinkan dapat
terjadi; dan dengan
mudah data di analisis
serta kesalahankesalahan dapat dihitung.

peneliti tidak dapat


memanfaatkan
pengetahuan yang
dipunyainya tentang
populasi dan tingkat
kesalahan dalam
menentukan ukuran
sampel lebih besar

2. Sytematic Random Sampling


Jika jumlah populasi sangat banyak dan
homogen dan jumlah sampel yang
diambil juga banyak
Metode pengambilan sampel secara
sistematis dengan interval (jarak)
tertentu antar sampel yang terpilih

a. Linear Systematic Sampling

Prosedur:
Urutkan elemen populasi pada sampling frame
Hitung interval (I) = N/n (N = banyaknya anggota
populasi, n = banyaknya sampel)
Pilih random start (dari Tabel Angka Random) dengan
nilai
1 s.d I (misalkan i)
Sampelnya adalah elemen ke-(i + kI), (k = 0, 1, , (n1))
Sampel 1 adalah no. urut ke-i
2 adalah no. urut ke-(i + I)
3 adalah no. urut ke-(i + 2I)

Sampel
n adalah no. urut ke-(i + (n-1)I)

b. Circular Systematic
Sampling

Prosedur:
Urutkan elemen populasi pada sampling
frame
Hitung interval (I) = N/n (N = banyaknya
anggota populasi,
n = banyaknya sampel
Pilih random start (dari Tabel Angka Random)
dengan nilai
1 s.d I (misalkan j)
Sampelnya adalah elemen ke-(j + kI), (k = 0,
1, , (n-1))
Bila j + kI > N, maka sampelnya no. urut ke-(j
+ kI) N

Stratified Random
Sampling
Jika kondisi populasi mengandung sejumlah
katagori yang berbeda, maka kerangka sampel
dapat diorganisasikan dengan menggunakan
katagori ini ke dalam strata yang terpisah.
Sampel kemudian dipilih masing-masing stratum
secara terpisah untuk membuat stratum
berstrata.
Ada dua alasan dalam meggunakan metode ini
ialah:
untuk meyakinkan bahwa kelompok-kelompok
khusus dalam suatu populasi secara memadai
diwakili dalam sampel dan
untuk memperbaiki efisiensi dengan memperoleh
kontrol yang lebih besar dalam komposisi sampel.

a. Proportionate Stratified Random Sampling


Pengambilan sampel stratifikasi dengan
mempertimbangkan proporsi atau persentase
sampel dari setiap stratum
Agar perimbangan sampel dari masing-masing
strata itu memadai, maka dalam teknik ini sering
pula dilakukan perimbangan antara jumlah anggota
populasi berdasarkan masing-masing strata.
Pelaksanaan pengambilan sampel dengan teknik
ini mula-mula peneliti menetapkan unit-unit
anggota populasi dalam bentuk strata yang
didasarkan pada karakteristik umum dari anggota
populasi yang berbeda-beda.
Setiap unit yang mempunyai karakteristik umum
yang sama, dikelompokkan pada satu strata,
kemudian dari masing-masing strata diambil
masing2 strata yang mewakilinya

b. Disproportionate Stratified Random


Sampling
Dilakukan apabila proporsi atau persentase
sampel pada setiap stratum tidak
mempertimbangkan perbandingan antara
stratum yang satu dengan yang lainnya.
Artinya dari setiap stratum diambil jumlah
sampel yang sama dengan formula n/k : di
mana n (banyak sampel yang dikehendaki),
dan k (banyak stratum dalam komposisi
populasi)

Cluster Sampling

Pengambilan Sampel Acak secara Kelompok atau


gugus.
Digunakan untuk menentukan sampel bila obyek
yang akan ditelti atau sumber data sangat luas,
misal penduduk dari suatu negara, propinsi atau
kabupaten.
Untuk menentukan penduduk mana yang akan
dijadikan sumber data, maka pengambilan
sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah
ditetapkan.
Misalnya di Indonesia terdapat 30 propinsi, dan
sampelnya akan menggunakan 15 propinsi, maka
pengambilan 15 propinsi itu dilakukan secara
random.

Multistage Sampling
Pengambilan Sampel secara Gugus Bertahap
Pengambilan sampel dgn teknik ini dilakukan berdasarkan
tingkat wilayah secara bertahap
Dilaksanakam bila populasi terdiri dr macam-macam tingkat
wilayah.
Proses pengambilan sampel secara multistage random
sampling
Tentukan area populasi berdasarkan administrasi pemerintahan
Provinsi, Kabupaten, Kecamatan atau Kelurahan atau Karakter
lainnya (pedesaan-perkotaan, pantai-pegunungan dsb)
Dari area populasi tsb diambil sampel gugus di bawahnya
(misalnya apabila area populasinya provinsi maka area gugus
di bawahnya kabupaten)
Dari area gugus tsb diambil area gugus yg dibawahnya lagi
(misalnya kalau area gugus diatasnya kabupaten, maka area
gugus dibawahnya adalah kecamatan) dan seterusnya.
Akhirnya semua anggota populasi dari gugus yg paling kecil
(bawah) misalnya RT, diambil sbg sampel.

Non probability / Non


Random sampling

Systematic Sampling
Adalah teknik pengambilan sampel
berdasarkan urutan dari anggota populasi yang
telah diberi nomor urut.
Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100
orang. Dari semua anggota itu diberi nomor
urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100.
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan
nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan
dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari
bilangan lima, untuk ini maka yang diambil
sebagai sampel adalah nomor 1, 5, 10, 15, 20,
dan seterusnya sampai 100.

Quota Sampling
Adalah teknik untuk menentukan sampel dari
populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai
jumlah (kuota) yang diinginkan.
Merupakan teknik penarikan sampel yang sejenis
dengan menggunakan teknik penarikan sampel
stratifikasi. Perbedaanya adalah ketika menarik
anggota sampel dari masing-massing lapisan,
peneliti tidak menggunakan secara acak tetapi
menggunakan cara kemudahan (accidental)
Contoh, akan melakukan penelitian tentang
pendapat masyarakat terhadap pelayanan RS.
Medika Utama , Jumlah sampel yang ditentukan
500 orang. Kalau pengumpulan data belum
didasarkan pada 500 orang tersebut, maka
penelitian dipandang belum selesai, karena belumn
memenuhi kouta yang ditentukan.

Insidental/ Aksidental
Sampling
Teknik penarikan sampel aksidental ini
didasarkan pada kemudahan (Convenience).
Sampel dapat terpilih karena berada pada
waktu, situasi, dan tempat yang tepat.
teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan/insidental bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel,
bila dipandang orang yang kebetulan
ditemui itu cocok sebagai sumber data.
Sampel ini digunakan jika peneliti sulit
untuk menemukan subyek yang akan diteliti

Purposive Sampling
Adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.
Teknik penarikan sampel purposive ini disebut
juga judgmental sampling yang digunakan
dengan menentukan criteria khusus terhadap
sampel, terutama orang-orang yang dianggap
ahli
Sampel ini lebih cocok digunakan untuk
penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian
yang tidak melakukan generalisasi.
Teknik ini digunakan terutama apabila hanya
ada sedikit orang yang mempunyai keahlian
(expertise) di bidang yang sedang diteliti.

Sampling jenuh
Adalah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel.
Hal ini sering dilakukan bila jumlah
populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang,
atau penelitian yang ingin membuat
generalisasi dengan kesalahan yang sangat
kecil.
Istilah lain sampel jenuh adalah sensus,
dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel

Metode Analisis Data

Metode Analisis Data


Univariat Analisis
Analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau per
variabel.
Analisis setiap variabel yang dinyatakan dengan
sebaran frekuensi, baik secara angka-angka mutlak
maupun secara persentase, disertai dengan
penjelasan kualitatif.

Bivariat Analisis
Analisis yang dilakukan untuk menganalisis
hubungan dua variabel

Untuk uji statistik bisa menggunakan chi


square, t test, z test

Multivariat Analisis
Analisis yang dilakukan pada tiga atau lebih variabel
yang memiliki dua atau lebih variabel terikat.

Kesimpulan
Untuk melakukan satu penelitian
epidemiologi diperlukan perencanaan
yang betul dan tepat agar penelitian
yang dilaksanakan akan mendapatkan
hasil akhir yang maksimal dan bisa
digunakan kepentingan bersama
Pemelihan desain peneilitian yang tepat,
sampel yang tepat, dan teknik untuk
mendapatkan data serta pengolahan dan
analisa data yang tepat merupakan hal
yang sangat penting untuk menentukan
keberhasilan penelitian epidemiologi.

Anda mungkin juga menyukai