Anda di halaman 1dari 13

PRESENTASI KASUS

EPILEPSI LOBUS FRONTALIS

Disusun oleh:
Lind Octaviani Irawan

0818011072

Preceptor
dr. Fitriyani, Sp.S, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SYARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDOEL MOELOEK
2015

KATA PENGANTAR
Pertama saya ucapkan terima kasih kepada Allah SWT. karena atas rahmat-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul Epilepsi Lobus Frontalis tepat pada
waktunya. Adapun tujuan pembuatan laporan kasus ini adalah sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf RSUD Abdul Moeloek.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Fitriyani, Sp.S, M.Kes yang telah
meluangkan waktunya untuk saya dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Saya menyadari
banyak sekali kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat penulis harapkan. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bukan hanya untuk saya,
tetapi juga bagi siapa pun yang membacanya.

Bandar Lampung, Juni 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

Dari studi epidemiologi yang dilakukan Hauser dkk, dikatakan sekitar 2 juta individu di
Amerika Serikat menderita epilepsi dan diperkirakan sekitar 44 kasus baru per 100.000 populasi
terjadi tiap tahun. Studi ini juga memperkirakan sekitar 1% penduduk AS akan menderita
epilepsi sebelum usia 20 tahun, di mana pada periode umur ini epilepsi menunjukkan bentuk
paling beragam. Lebih dari 2 per 3 dari seluruh bangkitan epilepsi dimulai pada masa anak-anak
(sebagian besar pada tahun pertama kehidupan). Insidens ini kembali meningkat setelah usia 60
tahun. Di bidang neurologi pediatrik, epilepsi merupakan salah satu kelainan tersering. J. Engels
mengemukakan bahwa meskipun jenis terapi telah banyak tersedia, 80-90% penderita epilepsi
di negara berkembang tidak pernah memperoleh pengobatan.
Epilepsi lobus frontal adalah seizure berulang yang berkembang dari lobus frontal. Bentuk
serangan dapat berupa simple partial seizure atau dapat juga berupa complex partial seizure,
sering juga disertai dengan generalisasi sekunder. Manifestasi klinis mencerminkan area spesifik
dari onset seizure dan bervariasi dari perubahan perilaku hingga perubahan motorik atau
tonik/postural. Status epileptikus lebih umum terjadi pada seizure lobus frontal dibandingkan
yang berkembang dari area lain. Insidensi epilepsi lobus frontal tidak diketahui secara tepat,
namun mencakup 20-30% dari prosedur operasi yang terkait dengan kasus epilepsi intractable.
Tidak ada perbedaan bermakna pada frekuensi berdasarkan gender. Epilepsi lobus frontal
simtomatik dapat mengenai semua usia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

BAB III
ILUSTRASI KASUS
3.1 IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny.S

Jenis Kelamin

: Perempuan

Usia

: 51 tahun

Alamat

: Way Hui

Agama

: Islam

Status Pernikahan

: Sudah menikah

Pendidikan Terakhir

: SLTA

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Tanggal Pemeriksaan

: 27 Mei 2015

3.2 ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Nyeri pada punggung bawah menjalar hingga ke pinggang dan pangkal paha kanan yang
memberat sejak 2 minggu SMRS.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke poli syaraf RSAM dengan keluhan nyeri pada punggung bawah
menjalar hingga ke pinggang dan pangkal paha kanan yang memberat sejak 2 minggu yang lalu.
Sebelumnya, pasien merasakan nyeri sejak 6 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan seperti berdenyut.
Rasa nyeri yang dirasakan pasien hilang timbul dan memberat pada saat bangun pagi, berdiri,
beraktifitas berat, rukuk sujud dan berjalan jauh . Nyeri biasanya membaik dengan duduk,

istirahat dan minum obat Ponstan. Dua minggu SMRS, nyeri dirasakan memberat sampai pasien
tidak kuat untuk berjalan.. , Pasien juga mengatakan adanya rasa kesemutan tungkai kaki kanan.
pasien berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Pasien mengurus rumah, pasien sering mencuci
sambil jongkok. OS menyangkal adanya riwayat trauma pada punggung sebelumnya. Gejala
yang diderita tidak didahului atau disertai oleh gejala demam, batuk kronis, penurunan berat
badan yang masif, dan keringat malam. Selama menderita sakit. Pasien menyangkal adanya nyeri
yang menetap di malam hari, pasien menyangkal adanya gejala susah tidur, jantung berdebardebar, nafsu makan berkurang, menjadi pendiam, dan suka menyendiri. Kelemahan satu sisi
tubuh(-). BAB sulit (-) BAK sulit (-) Mengompol (-). Riwayat trauma (-), Riwayat konsumsi
alkohol (-). Sebelumnya pasien sempat datang ke dokter umum untuk pemeriksaan kadar asam
urat dan gula darah. Kemudian hasilnya dikatakan normal.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
DM (-), HT (-), Penyakit jantung (-), Alergi obat (-).tumor atau operasi disangkal (-)
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan sama
RIWAYAT SOSIAL
Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga, sudah menikah dan mempunyai 3 orang anak
dan 1 orang cucu. Aktivitas pasien sehari-hari adalah mengurus cucu, mengurus rumah dan
berbelanja. Pasien sering mengangkat barang-barang berat yaitu barang-barang belanjaan yang
pasien beli di pasar, mencuci pakaian dengan jongkok dan menggendong cucu nya.
3.3 PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
GCS
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Pernafasan
BB

: Tampak sakit ringan


: Compos Mentis
: E4M6V5
: 130/80 mmHg
: 80x / menit
: 36,5 oC
: 20x / menit
: 78 kg

TB

: 160 cm

IMT

: 30,4 (obesitas)

Kulit

: tidak tampak kelainan

Kepala

: tidak tampak deformitas

Rambut

: dalam batas normal

Mata

: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Leher

: JVP 5-2 cmH2O, tidak tampak jejas

THT

: sekret - / -

Tenggorok

: T1 T1, tenang

Gigi mulut

: oral hygiene baik

Paru

: gerakan pernafasan simetris kanan dan kiri, vesikuler +/+,


rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

: BJ I, II normal, murmur (-), gallop (-)

Punggung

: deformitas (-), gibus (-), nyeri tekan (-), nyeri ketok CVA
(-)

Abdomen

: lemas, datar, bising usus (+) nyeri tekan (-)

Anggota gerak

: edema (-/-)

2. Pemeriksaan Neurologis
Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk
Kernig
Lasegue
Sensorik
Fungsi saraf otonom
Nervus Kranialis
N.I
N.II
N.III, IV, VI

:-/: >135o / >135o


: >70o / > 70o
: tidak ada kelainan
: inkontinensia urin et alvi (-)
: Tidak diperiksa
: Visus > 2/60
Lapang pandang luas
: Pupil : Bulat, Isokor, 3 mm
Refleks cahaya langsung
:+/+
Refleks cahaya tak langsung
:+/+
Kelopak mata
Ptosis
(-/-)
Lagoftalmus (-/-)
Endophtalmus (-/-)

Exopthalmus (-/-)
Gerakan bola mata
Medial, lateral
Superior, inferior
Obliqus superior
Obliqus inferior
N.V

: Sensibilitas : tidak ada kelainan


Motorik : tidak ada kelainan
: Kesan tidak ada paresis
: Tidak diperiksa
: bindeng (-), posisi uvula di tengah
Bising usus (+) normal
: Kesan tidak ada paresis
: Kesan tidak ada paresis

N.VII
N.VIII
N.IX, X
N. XI
N. XII
Motorik
Superior
Gerakan
Kekuatan otot
Tonus
Klonus
Atropi
Inferior
Gerakan
Kekuatan otot
Tonus
Klonus
Atropi
Refleks fisiologis
Biceps
Triceps
Patella
Achilles
Reflex patologis
Babinsky
Chaddock
Gordon
Gonda
Schaefner
Oppenheim
Hoffman trommer

: normal
: normal
: normal
: normal

: aktif/aktif
: 5/5 5/5
: (-/-)
: (-)
: (-)
: aktif/aktif
: 5/5 5/5
: (-/-)
: (-/-)
: (-/-)
: (+/+)
: (+/+)
: (+/+)
: (+/+)
: (-/-)
: (-/-)
: (-/-)
: (-/-)
: (-/-)
: (-/-)
: (-/-)

a. Sensibilitas
Eksteroseptif/rasa permukaan
Rasa raba
: dapat dirasakan

Rasa nyeri
: dapat dirasakan
Rasa suhu panas
: tidak dilakukan
Rasa suhu dingin
: tidak dilakukan
b. Susunan saraf otonom
Miksi
: normal
Defekasi
: normal
Salivasi
: normal
Pemeriksaan Khusus :
Posisi tidur : Straight leg rising
: +/Kontralateral laseque : Posisi tegak

Deformitas
:Spasme otot
: +
Gerakan aktif otot punggung : terbatas karena nyeri, nyeri saat ekstensi
maupun fleksi
Gibbus
Nyeri ketok

Fungsi Luhur
Berbicara
Orientasi waktu
Orientasi orang
Orientasi tempat

::-

: Normal
: Normal
: Normal
: Normal

3.4 RESUME
Pasien usia 51 tahun dengan keluhan nyeri pada punggung bawah menjalar hingga ke
pinggang dan pangkal paha kanan yang memberat sejak 2 minggu yang lalu. Sebelumnya, pasien
merasakan nyeri sejak 6 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan seperti berdenyut. Rasa nyeri yang
dirasakan pasien hilang timbul dan memberat pada saat bangun pagi, berdiri, beraktifitas berat,
rukuk sujud dan berjalan jauh . Nyeri biasanya membaik dengan duduk, istirahat dan minum obat
Ponstan.

Dua minggu SMRS, nyeri dirasakan memberat sampai pasien tidak kuat untuk

berjalan.. , Pasien juga mengatakan adanya rasa kesemutan kaki kanan.


Pasien berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Yang sering mengurus rumah, menggendong cucu
dan pasien sering mencuci sambil jongkok. pasien menyangkal adanya riwayat trauma pada
punggung sebelumnya. Gejala yang diderita tidak didahului atau disertai oleh gejala demam,
batuk kronis, penurunan berat badan yang masif, dan keringat malam. Selama menderita sakit,.
Pasien menyangkal adanya nyeri yang menetap di malam hari, pasien menyangkal adanya gejala
susah tidur, jantung berdebar-debar, nafsu makan berkurang, menjadi pendiam, dan suka

menyendiri. Kelemahan satu sisi tubuh(-). BAB sulit (-) BAK sulit (-) Mengompol (-). Riwayat
trauma (-), Riwayat konsumsi alkohol (-). Sebelumnya pasien sempat datang ke dokter umum
untuk pemeriksaan kadar asam urat dan gula darah. Kemudian hasilnya dikatakan
normal.Riwayat keluhan sama sebelumnya dan riwayat keluarga yang memiliki keluhan sama
disangkal pasien.
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan. Pada
pemeriksaan fisik umum, pasien obesitas tanda rangsang meningeal, dan saraf kranialis dalam
batas normal. gerak aktif punggung terbatas, straight leg raising test pada kaki yang nyeri (+)
3.5 DIAGNOSIS
Diagnosis klinis
Diagnosis topis
Diagnosis etiologis
Diagnosis Banding

: Low Back Pain kronis eksaserbasi akut


: Radiks Lumbosacralis dekstra
: lumbal strain
: Low Back Pain e.c arthritis lumbal
Low Back Pain e.c degenerasi discus intervertebralis
Low Back Pain e.c NHP

3.6 TATALAKSANA
Umum
1. Tirah baring
2. Edukasi pasien
Medikamentosa
1. Paracetamol tab 500 mg,
Codein 10 mg
Diazepam 2 mg
Capsul no X , 3x1
2. B1B6B12 2x1
Pemeriksaan Penunjang
Cek DL, profil Lipid
Foto Polos lumbosakral
Rehabilitasi
Latihan(fisioterapi)
3.7 PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam

: bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

BAB IV
PEMBAHASAN
1. Apakah diagnosis sudah tepat ?
Pasien usia 51 tahun datang dengan keluhan nyeri pada punggung bawah menjalar
hingga ke pinggang dan pangkal paha yang memberat sejak 2 minggu yang lalu. Sebelumnya,
pasien merasakan nyeri sejak 6 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan seperti berdenyut. Rasa nyeri
yang dirasakan pasien hilang timbul dan memberat pada saat bangun pagi, berdiri, beraktifitas

berat, rukuk sujud dan berjalan jauh Aktivitas pasien sehari-hari adalah sebagai ibu rumah
tangga yang sering mengangkat barang-barang belanjaan yang cukup berat.
Nyeri punggung bawah yang dialami pasien dapat diakibatkan oleh berbagai kelainan
seperti oleh sistem saraf, sistem vaskuler, sistem muskuloskeletal, viseral, maupun psikogenik.
Nyeri akibat gangguan pada sistem vaskuler umumnya cenderung tidak dipengaruhi oleh
posisi. Nyeri viseral merupakan nyeri rujukan dari organ dalam seperti organ pada rongga
toraks, abdomen, dan pelvis. Pada pasien, tidak ditemukan nyeri tekan, dan tidak ditemukan
riwayat nyeri kolik, sesak, dan gangguan BAK maupun BAB yang dapat mendukung adanya
nyeri viseral. Nyeri psikogenik biasanya ditimbulkan oleh adanya beban psikis, pada pasien ini
beban psikis disangkal. Nyeri akibat sistem muskuloskeletal umumnya tidak disertai dengan
penjalaran dan memberat dengan perubahan posisi. Nyeri akibat sistem saraf cenderung terbatas
sesuai dengan dermatom persarafannya. Pada pasien ini kelainan disebabkan gangguan saraf
disertai gangguan muskuloskeletal.
Nyeri punggung bawah pada pasien ini akibat gangguan sistem saraf karena dilihat nyeri
yang timbul berupa nyeri radikular, dan terdapat riwayat kesemutan. Hal ini karena nyeri dan
keluhan lainnya menjalar dari punggung ke pinggang hingga paha kanan, secara tegas terbatas
pada dermatom Lumbosacral kanan. Pada pasien, nyeri pada punggung bawah kanan yang
semakin memberat dirasakan saat pasien membungkuk dan sujud dan berkurang dengan
berbaring. Nyeri bersifat kronis,

faktor resiko usia, obesitas dan posisi kerja diduga

memperberat keluhan. Keluhan tersebut menunjukkan bahwa gangguan saraf tersebut disertai
dengan gangguan pada muskuloskeletal.
Aktivitas fisik sehari-hari pasien yaitu sering mengangkat benda berat diduga menjadi
faktor risiko timbulnya stress sehingga menimbulkan iritasi pada radiks. Adanya iritasi radiks
yaitu pada radiks lumbosakral akan menimbulkan kompensasi spasme dari otot yang dipersarafi
pada dermatom tersebut. Sehingga gejala yang timbul pada pasien juga disertai dengan
gangguan spasme pada otot punggung bawah kanan.
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan. Pada
pemeriksaan fisik umum, tanda rangsang meningeal, dan saraf kranialis dalam batas normal.
Terdapat gerak terbatas pada pemeriksaan fleksi dan ekstensi tubuh.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik maka dapat disusun diagnosis kerja:

Diagnosis klinis
Diagnosis topis
Diagnosis etiologis

: low back pain kronis eksaserbasi akut


: Radiks Lumbosakral dekstra
: lumbal strain

2. Apakah penatalaksaan pada kasus ini sudah tepat?


Penatalaksanaan bagi pasien ini yaitu terapi non-medikamentosa dan medikamentosa.
Terapi non-medikamentosa yaitu pasien diberikan tirah baring sementara untuk
meredakan nyeri, edukasi mengenai penyakit, perjalanan penyakit, serta faktor risiko
pada pasien yang dapat memperberat penyakitnya. Pasien dianjurkan untuk tidak
mengangkat barang-barang berat untuk sementara waktu dan Pasien juga dianjurkan
latihan(fisioterapi) sebagai terapi penunjang.
Terapi medikamentosa yang diberikan untuk pasien ini yaitu berupa racikan paracetamol
500 mg + codein 10 mg + diazepam 2 mg 3x200 mg yang merupakan gabungan analgetik
nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID) dan muscle relaxant. Diberikan Selain itu,
sebagai vitamin untuk saraf diberikan B1B6B12 2x1.

Daftar Pustaka
1. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri Punggung Bawah. dalam: Nyeri Neuropatik, Patofisioloogi
dan Penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS, Sadeli HA. Perdossi,
2001:145-167.
2. Anderson GBJ. Epidemiological Features of Chronic Low Back Pain. Lancet 1999;
354:581-5.
3. Adam RD, Victor M, Ruppert AH. Principles of Neurology. 6th ed. New York: Mc-Graw
Hill, 1997.
4. Wheeler AH, Stubbart JR. Pathophysiology of Chronic Back Pain. (Cited Jan 2004)
Available from: URL http://www.emedicine.com/neuro/topic516.htm
5. Sidharta P. Anamnesa Kasus Nyeri di Ekstermitas dan Pinggang. Sakit pinggang. In: Tata
pemeriksaan klinis dalam neurologi. Jakarta : Pustaka universitas, 1980: 64-75.
6. Deyo, Richard and James, Weinstein. Low Back Pain. New England Journal Med. Vol
344 No. 5. 2001
7. Hiikka Riihiimaki and Eira Viikari Juntura. Musculoskeletal System in International
Labour Office. Encyclopedia of Occupational Health and Safety. Edited by Jeanne Mager
Stellman. Fourth edition, vol I, Geneva, 1998.

Anda mungkin juga menyukai