Kebijakan Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil 2015
Kebijakan Moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil 2015
DISUSUN OLEH:
(125030100111063)
DESY PUSPITASARI
(125030100111064)
TESSA PRASTYKASARI
(125030100111065)
KELAS A
BAB II
LANDASAN TEORI
kebijakan (policy) adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau
oleh kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai
tujuan itu (Budiardjo, 2000:56). Berdasarkan pengertian di atas, kebijakan merupakan suatu
kumpulan keputusan. Keputusan tersebut diambil oleh seorang pelaku atau oleh kelompok
politik yaitu pemerintah. Keputusan tersebut berusaha untuk memilih tujuan dan cara untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapai.
2.2 Moratorium
Dalam suatu bidang hukum, moratorium (dari Latin, morari yang berarti penundaan)
adalah otorisasi legal untuk menunda pembayaran utang atau kewajiban tertentu selama batas
waktu yang ditentukan. Istilah ini juga sering digunakan untuk mengacu ke waktu penundaan
pembayaran itu sendiri, sementara otorisasinya disebut sebagai undang-undang moratorium.
Undang-undang moratorium umumnya ditetapkan pada saat terjadinya tekanan berat secara
politik atau komersial, misalnya, pada saat Perang Jerman-Perancis, pemerintah Perancis
mengundangkan undang-undang moratorium (Wikipedia, 2015). Menurut kamus besar
bahasa indonesia moratorium adalah (1) penangguhan pembayaran utang didasarkan pada
undang-undang agar dapat mencegah krisis keuangan yg semakin hebat; (2) penundaan;
penangguhan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2015).
2.3 Pegawai Negeri Sipil
Pegawai negeri adalah pegawai yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat
oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi
tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(Wikipedia, 2015)
Menurut pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok
kepegawaian, pegawai negeri adalah mereka yang yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu
jabatan negeri atau diserahi tugas Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan suatu
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan di gaji menurut peraturan perundangundangan yang berlaku.
BAB III
PEMBAHASAN
pelayanan
yang
lamban,
tidak
modern
atau
ketinggalan
zaman,
sering
menyalahgunakan wewenang dan masih besarnya praktek KKN, tidak tanggap atas
keragaman kebutuhan dan kondisi daerah setempat. Hal yang penting dalam reformasi
birokrasi adalah perubahan mind-set dan culture-set serta pengembangan budaya kerja.
Reformasi
Birokrasi
diarahkan
pada
upaya-upaya
mencegah
dan
mempercepat
dari masing-masing instansi baik di pusat maupun daerah; (3) tidak terdapat prinsip check
and balance dalam penyelenggaraan manajemen kepegawaian sehingga mendorong
terjadinya duplikasi baik di tingkat pusat maupun di daerah yang akhirnya menghambat
prinsip akuntabilitas; (4) kurang didukung oleh sistem informasi kepegawaian yang memadai
sehingga berpengaruh negatif pada proses pengambilan keputusan dalam manajemen
kepegawaian; (5) tidak mampu mengontrol dan mengaplikasikan prinsip sistem merit secara
tegas; (6) tidak memberi ruang atau dasar hukum bagi pengangkatan pejabat non karier; (7)
tidak mengakomodasikan dengan baik klasifikasi jabatan dan standar kompetensi sehingga
berpengaruh negatif terhadap pencapaian kinerja organisasi dan individu; (8) keberadaan
Komisi Kepegawaian Negara kurang independen dan tidak jelas kedudukannya. Berbagai
permasalahan sebagaimana dikemukakan Keban di atas, tidak jauh dari kenyataan atau
pengalaman empiris di lapangan pada saat ini.
Badan Kepegawaian Negara (BKN) mencatat penyusutan jumlah Pegawai Negeri
Sipil (PNS) kurang lebih dalam dua tahun terakhir. Pada Januari 2013 jumlah PNS tercatat
mencapai 4.467.982 orang, sedangkan periode yang sama 2011 tercatat jumlahnya masih
4.708.330 orang atau menyusut 240.348 orang atau sekitar 5,1% (demikian dikutip dari data
statistik BKN, Senin 16/9/2013). Dari data per Januari 2013, jumlah PNS masih didominasi
oleh kaum pria berjumlah 52,21% atau sebanyak 2.332.549 orang, sedangkan kaum hawa
berjumlah 47,79% atau sebanyak 2.135.433 orang.
3.2 Faktor-Faktor yang mendorong dilakukannya Monatorium Penerimaan Calon
Pegawai Negeri Sipil
Hukum dan kebijaksanaan publik merupakan variabel yang memiliki keterkaitan yang
sangat erat, sehingga telaah tentang kebijaksanaan pemerintah semakin dibutuhkan untuk
dapat memahami peranan hukum saat ini. Kompleksnya persoalan ekonomi, sosial dan
politik sangat berperan bagi pemerintah untuk menemukan alternatif kebijaksanaan dan
bermanfaat bagi masyarakat. Peran pemerintah dapat semakin menonjol jika pembangunan
tersebut membawa perubahan. Peraturan hukum adalah salah satu tindakan nyata dalam
melakukan kebijaksanaan pemerintah. Oleh karena itu setiap kebijaksanaan pemerintah
diwujudkan dalam peraturan hukum maka sangat diperlukan pemahaman fungsi hukum yang
luas.
Terkait pembahasan kebijakan publik dalam makalah ini penulis akan mencoba
mengambil salah satu kebijakan yang telah di keluarkan atau diputuskan oleh pejabat publik,
seperti Moratorium Pegawai Negeri sipil, berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Negara
Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Keuangan. Nomor 02/SPB/M.PAN-RB/8/2011, Nomor 800-632 Tahun 2011, Nomor
141/PMK.01/2011. Tentang Penundaan Sementara Penerimaan Pegawai Negri Sipil.
Pelaksanaan moratorium penerimaan CPNS ini dilakukan selama lima tahun dan
dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2015. Tentunya berdasarkan Peraturan Bersama tentang
Penundaan Sementara Penerimaan CPNS. Namun tidak menutup kemungkinan bagi daerah
yang mempunyai peluang menerima pegawai karena alasan pertimbangan bahwa kebijakan
ini dianggap kurang adil karena ada daerah yang jumlah pegawainya gemuk sekali dan ada
daerah yang sangat kurang sekali. Maka dari itu daerah yang diberikan kemungkinan juga
harus melengkapi beberapa persyaratan diantaranya melakukan perhitungan kebutuhan
pegawai. Analisis jabatan serta analisis beban kerja sesuai dengan Permenpan-RB No. 26
Tahun 2011 tentang Pedoman Perhitungan Jumlah Kebutuhan PNS yang tepat untuk daerah,
yang apabila daerah yang bersangkutan tidak melakukannya maka tidak akan diberikan
formasi.
Kebijakan Moratorium penerimaan CPNS ini adalah upaya pemerintah dalam
melakukan penataan pegawai di instansi-instansi pemerintah dan bukan sekadar penundaaan
penerimaan CPNS. Banyak hal yang mendasari dikeluarkannya kebijakan ini oleh pihak
pejabat terkait, antara lain dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi mengoptimalkan
kinerja sumber daya manusia serta efesiensi anggaran belanja pegawai yang telah ada perlu
dilakukan penataan oraganisasi serata penataan pegawai negeri sispil. Maka untuk
mewujudkan hal demikian maka berdasarkan kebijakan bersama tiga menteri mesti dilakukan
penundaan sementara pengadaan Pegawai Negeri sipil.
Dengan sehubungan dikeluarkannya moratorium CPNS bukan akan menimbulkan
masalah baru yang dianggap penulis sekiranya dapat dijadikan pertimbangan atau dapat
diantisiapasi oleh pejabat publik terkait diantaranya nasib pegawai honorer serta akan
menunpuknya jumlah Penganguran dimana setiap tahun akan meningkan dan pada dasarnya
banyak hal yang perlu lagi di analisis dalam kebijakan moratorium CPNS ini.
Dengan demikian kebijakan pemerintah dalam hal ini menteri terkait dengan
kebijakan bersama mengeluarakan Moratorium CPNS dapat kita cermati sebagai kebijakan
yang menpunyai nilai-nilai serta tujuan yang tepat dan baik, progran dalam praktek dan
evaluasinya, serta informasi dan monitoring, adalah unsur-unsur yang dapat mnguji
kebijakan ini.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adanya Moratorium
10
memberatkan sebab mencapai sekitar separuh APBD. Situasi ini membuat pemerintah
daerah selalu kekurangan dana untuk membiayai pembangunan. Prihatin dengan hal
itu, pemerintah pusat merasa perlu menerapkan penundaan sementara (moratorium)
penerimaan PNS yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Moratorium pengangkatan
PNS, tidak diartikan sebagai penghentian total perekrutan. Moratorium lebih diartikan
sebagai perekrutan yang jauh lebih ketat dan terarah.
Moratorium dilakukan untuk penataan pegawai negeri daerah yang jumlahnya
telah membengkak. Apalagi pada bidang pekerjaan administrasi di semua daerah yang
jumlahnya telah membengkak. Hal ini disebabkan karena formasi pegawai negeri
tidak cocok dengan kompetensi calon pegawai negeri sehingga terjadi penumpukan
pegawai di bidang administrasi atau tidak sesuai dengan SKPD.
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Proses reformasi birokrasi di Indonesia belum berjalan dengan maksimal, hal tersebut
dapat dilihat dari banyaknya kinerja Pegawai Negeri Sipil yang tidak efektif dan efisien.
Jumlah PNS di daerah yang begitu besar yang disertai dengan ketidakseimbangan antara
12
jumlah Pegawai Negeri Sipil dengan ketersediaan anggaran, serta tidak seimbangnya jumlah
PNS dengan kualitas pelayanan publik yang ada menyebabkan pemerintah mengeluarkan
Kebijakan Moratorium CPNS.
Kebijakan Moratorium penerimaan CPNS merupakan upaya pemerintah dalam
melakukan penataan pegawai di instansi-instansi pemerintah untuk mengoptimalkan kinerja
sumber daya manusia serta efesiensi anggaran belanja pegawai yang ada. Dalam pelaksanaan
kebijakan moratorium penerimaan CPNS, pemerintah mendapatkan banyak kritik dan
penolakan dari masyarakat. Masyarakat menilai dengan adanya kebiajakan moratorium
penerimaan CPNS selama lima tahun ini akan menyebabkan pengangguran terbuka semakin
banyak dan persoalan sosial semakin kompleks.
4.2 Saran
Sebaiknya pemerintah mengkaji kembali kebijakan moratorium CPNS 2015 yang
dilaksanakan sampai lima tahun kedepan. Sebab apabila dilaksanakan selama lima tahun
maka bukan hal yang mustahil pengangguran di Indonesia semakin banyak. Selain itu
sebaiknya moratorium CPNS dilakukan hanya di beberapa wilayah saja, khususnya di kotakota besar yang jumlah pegawai negeri telah melampaui batas. Sedangkan di wilayah daerah
khususnya daerah terpencil masih membutuhkan banyak pegawai negeri yang mumpuni.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Budiardjo, Miriam. (2000). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Dunn, William. N. (2003). Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Keban,Y.T. (2004). Enam Dimensi Strategi Administrasi Publik, Konsep, Teori dan Isu. PT.
Gava Media: Yogyakarta.
13