Pendahuluan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan faktor terbesar timbulnya tuberculosis (TB)
laten maupun infeksi baru Mycobacterium. Resiko timbulnya TB 20-37 kali lipat lebih besar
dengan orang yang mengidap HIV daripada orang yang tidak mengidap infeksi HIV. TB menjadi
penyebab lebih dari kematian pada orang yang mengidap HIV. Secara relatif wanita terdeteksi
mengidap TB pada negara dengan prevalensi infeksi HIV lebih dari 1% dibandingkan dengan
laki-laki. Sebagai dampak dari dual epidemic dari HIV dan TB, maka WHO merekomendasikan
12 kolaborasi aktif TB/HIV sebagai bagian utama dari pencegahan dan pelayan TB/HIV.
Termasuk intervensi dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas TB pada orang HIV, seperti
provisi dari terapi Antiretroviral (ATR) dan 3 I pada HIV/TB : intensified case-finding of TB
(ICF), isoniazid preventive therapy (IPT), and infection control for TB.1
2.0 Intensified case-finding for and prevention of tuberculosis in adults and adolescents living
with HIV
2.1 Screening for TB
Semua orang pengidap HIV dimanapun mereka dirawat harus melakukan screening TB secara
teratur dengan algoritma gejala klinis setiap kali mengunjungi fasilitas kesehatan atau pekerja
layanan kesehatan. Screening TB penting, baik pada orang yang menerima IPT maupun terapi
Antiretrovirus (ARV). Sebagai bagian dari proses perkembangan pedoman , sebuah meta-analisis
data primer pasien yang komprehensif dan sistematis termasuk 12 studi obeservasional yang
melibatkan lebih dari 8000 orang dengan HIV digunakan untuk menciptakan peraturan screening
terbaik untuk mengidentifikasikan orang dewasa dan anak-anak dengan HIV yang tidak tampak
memiliki TB aktif. Dari hasil analisis didapatkan absennya gejala dari batuk yang berulang,
keringat malam, demam, berat badan turun dapat mengidentifikasi subset dari orang HIV yang
rendah kemungkinan terinfeksi TB. Screening ini memiliki sensitivitas sebesar 79%, dan
spesifisitas sebesar 50%. Therefore, pedoman menganjurkan dewasa dan anak-anak dengan HIV
harus discreening penyakit TB setiap mengunjungi fasilitas kesehatan. Pada orang yang tidak
memiliki batuk berulang, demam, berat badan menurun, dan keringat malam kemungkinan tidak
mengidap TB aktif sehingga perlu ditawarkan IPT. Rekomendasi ini dapat diaplikasikan pda
orang HIV yang derajat imunosupresinya irespektif, dan pada orang dengan ART yang
sebelumnya telah diobati TB dan wanita hamil.
2.2.1 Efficacy
The Guidelines Group menyimpulkan bahwa terdapat keuntungan dalam terapi pencegahan TB
pada orang dengan HIV berdasarkan status Tuberkulin Skin Test (TST) dengan keuntungan yang
lebih besar pada orang dengan hasil TST yang positif.
2.2.2 Regimen dan durasi
Kelompok studi melakukan peninjauan dari kombinasi obat yang digunakan untuk pencegahan
termasuk INH, rifampisin, pirazinamid, dan rifapentin. Total dari 8 studi membandingkan INH
dengan regimen lain dan menemukan bahwa regimen lain seperti rifampisin, pirazinamid, dan
rifapentin memiliki efikasi yang sama dengan INH, tetapi dikaitkan dengan toksisitas yang lebih
tinggi. ). The Guidelines Group menyimpulkan bahwa pemberian INH 300mg/hari pada tetap
menjadi pilihan kemoterapi sebagai pencegahan TB pada orang dengan HIV.
The Guidelines Group membandingkan durasi optimal IPT selama enam, sembilan, 12 dan 36
bulan. Menurut hasil perbandingan, ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan efikasi obat yang
signifikan. Walaupun pemeberian IPT selama 9 bulan didukung berdasarkan bukti pada beberapa
guidelines, tidak terdapat studi yang langsung membandingan pemeberian IPT selama 6 dan 9
bulan. Inilah yang menuntun The Guidelines Group unutuk merekomendasikan pemberian
selama 6 bulan. Efek proteksi IPT menurun seiring dengan waktu dan durasi yang berkisar
sampai 5 tahun. The Guidelines Group menyatakan bahwa pemeberian IPT selama 36 bulan
bergantung pada panduan nasional masing-masing diberikan pada orang dengan HIV yang
memiliki transmisi Tb yang tinggi
2.2.3 Immune status and concomitant use of IPT with ART
The guidelines grup mereview data yang mengacu pada inisiasi IPT dan status imunitas
termasuk concomitant use dengan ART. Enam buah studi diuji dimana menunjukkan hasil yang
kontras yang mengacu pada penurunan resiko TB dengan status imun yang dimiliki. Keuntungan
proteksi yang didapatkan dari concomitant use of IPT dengan ART ditunjukkan pada 2 studi
obeservasional dari Brazil dan Afrika Selatan dan sub-analisis data klinis acak yang tidak
dipublikasikan dari Bostwana. Beranjak dari bukti dan potensi keuntungan pada concomitan use
of IPT dengan ARV The guidelines group memberikan rekomendasi kuat bahwa IPT diberikan
tanpa mengindahkan status imunitas dan dengan atau tanpa pengobatan ARV pada seseorang.
Inisiasi pemberian IPT ataupun completion bukan menjadi penunda pada awal mulai pemberian
ARV pada orang HIV.
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianty Saroso Periode 13 April -20 Juni
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 2
2.2.7 Figure 1. Algorithm for TB screening in adults and adolescents living with HIV in HIVprevalent and resource-constrained settings
2.4.4
rendah
dengan variabilitas yang signifikan antara ukuran hasil, asumsi dan analitis prosedur. Hal itu
diakui bahwa hal ini yang memerlukan penelitian tambahan untuk menginformasikan program
pengambilan keputusan lebih baik. Namun, setelah review bukti, Grup Panduan sangat
menganjurkan bahwa pemberian IPT memiliki efektifitas harga yang baik. Ini mendukung
keseluruhan Rekomendasi untuk penggunaan
komprehensif, perawatan dan pengobatan layanan, baik sebagai ukuran praktek klinis yang baik
dan sebagai kemungkinan ukuran hemat biaya.
3. Penemuan kasus tuberculosis dan pencegahannya pada anak yang tinggal dengan penderita
HIV
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianty Saroso Periode 13 April -20 Juni
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 6
Screening TB
Anak-anak yang hidup dengan penderita HIV yang tidak memiliki berat badan yang
* Berat badan yang buruk didefinisikan sebagai penurunan berat badan yang dilaporkan, atau
berat yang sangat rendah (berat-untuk-usia kurang dari -3 z-score), atau underweight (berat
badan-untuk-usia kurang dari -2 z-score), atau dikonfirmasi adanya penurunan berat badan (>
5%) sejak kunjungan terakhir, atau kurva pertumbuhan rata.
Upaya mendorong telah dilakukan untuk memperluas akses ke diagnosis dini HIV pada
anak-anak sebagai bagian pencegahan HIV, perawatan dan pengobatan. Skrining TB,
pencegahan dan pengobatan harus menjadi bagian integral layanan ini. Bagian ini pedoman
secara khusus ditujukan pada anak-anak yang hidup dengan penderita HIV. Namun, dalam
keadaan di mana bayi dan anak anak yang terpajan HIV, menerima HIV care pending hasil tes
virologi atau serologi, mereka harus dianggap sebagai anak-anak yang hidup dengan penderita
HIV dan mendapatkan layanan yang sesuai sampai hasil tes mereka diketahui.
Untuk bayi usia kurang dari 6 minggu dan tidak diketahui Paparan HIV, dan dalam
pengaturan di mana epidemi HIV adalah umum (yaitu prevalensi >1% dalam populasi
menghadiri antenatal care), program yang sangat dianjurkan untuk memberikan uji serologis
HIV untuk ibu atau bayi mereka dalam rangka mengetahui status paparan. Tes virologis harus
dilakukan dalam jangka waktu 4-6 minggu bayi diketahui terkena HIV, atau sedini mungkin
setelah 4-6 minggu kelahiran. Untuk anak-anak 12-18 bulan, diagnosis menggunakan tes
virologis dianjurkan. Namun, dalam sumber daya terbatas pengaturan di mana akses ke tes
virologis terbatas, direkomendasikan bahwa, untuk kelompok usia ini, virologi tes dilakukan
hanya setelah uji serologi positif. Diagnosis definitif HIV pada anak-anak usia 18 bulan atau
lebih (dengan paparan HIV yang diketahui atau tidak diketahui) dapat dibuat dengan tes
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianty Saroso Periode 13 April -20 Juni
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 7
Anak-anak yang hidup dengan penderita HIV dengan usia lebih dari 12 bulan dan yang
tidak mungkin memiliki TB aktif pada screening berdasarkan gejala, dan tidak memiliki
riwayat kontak dengan kasus TB harus menerima enam bulan IPT (10 mg / kg / hari)
sebagai bagian dari paket komprehensif pencegahan dan perawatan HIV jasa.
Pada anak-anak yang hidup dengan penderita HIV dengan usia kurang dari 12 bulan,
hanya mereka yang memiliki riwayat kontak dengan kasus TB yang dievaluasi untuk TB
(menggunakan penyelidikan) harus menerima enam bulan IPT jika evaluasi tidak
menunjukkan penyakit TB. Semua anak yang hidup dengan penderita HIV yang telah
berhasil menyelesaikan pengobatan untuk TB penyakit harus menerima INH untuk
tambahan selama enam bulan.
Dua penelitian yang dipertimbangkan untuk menggunakan GRADE penilaian bukti. Satu
Penelitian menunjukkan manfaat yang cukup untuk anak-anak yang menerima INH selama enam
bulan, khususnya, dengan sehubungan dengan penurunan yang signifikan pada kematian.
Namun, temuan dari kontrol acak percobaan yang dilakukan di Afrika Selatan menunjukkan
bahwa ketika bayi yang terinfeksi HIV tanpa diketahui paparan kasus sumber TB diidentifikasi
di bulan ketiga hingga keempat bulan pertama kehidupan, diberikan akses cepat ke ART dan
dimonitor untuk eksposur TB baru atau penyakit secara bulanan, tidak ada manfaat dari IPT
(Madhi 2008, tidak dipublikasikan).
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianty Saroso Periode 13 April -20 Juni
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 9
* Semua anak-anak dan bayi kurang dari satu tahun harus disediakan IPT jika mereka memiliki
riwayat kontak dengan kasus TB.
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianty Saroso Periode 13 April -20 Juni
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara12