PENDAHULUAN
Perguruan Tinggi merupakan salah satu subsistem pendidikan nasional.
Keberadaannya dalam kehidupan bangsa dan Negara berperan penting melalui
penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat. Undang Undang nomor 20 tahun 2003 tentang
system pendidikan nasional menyebutkan bahwa perguruan tinggi berkewajiban
menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
(pasal 20 ayat 2).
Penyelenggraan tridharma perguruan tinggi didasarkan pada semangat
pelaksanaan otonomi perguruan tinggi, yakni otonomi keilmuan yang melekat
pada mahasiswa, dosen, dan pengelola perguruan tinggi. Menurut undang-undang
nomor 52 tahun 1961 tentang Perguruan Tinggi, definisi perguruan tinggi adalah
lembaga ilmiah yang mempunyai tugas menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran diatas perguruan tingkat menengah, dan yang memberikan pendidikan
dan pengajaran berdasarkan kebudayaan kebudayaan Indonesia dan dengan cara
ilmiah1. Dan pada pasal selanjutnya umumnya perguruan tinggi mempunyai
tujuan
(1)
membentuk
manusia
susila
yang
berjiwa
pancasila
dan
Tinggi
Negeri
(PTN)
di Indonesia yang
terletak
Panglima
Besar
yang
merupakan
Pahlawan
Nasional
informal
Banyumas
menggagas
perlunya
didirikan
perguruan
enak dan pulen, sekarang hampir tidak bisa lagi ditemkan beras grendeng beredar
dipasaran. Lebih memperihatinkan lagi, sekarang hanya tersisa kurang lebih 40%
area persawahan di wilayah grendeng. Hal ini yang membuat beras grendeng
tidak lagi beredar dipasaran5. Beberapa masalah lain diantaranya ialah
permasalahan moral dan etika mahasiswa. Saat ini dengan banyaknya mahasiswa
yang berasal dari luar Banyumas menjadikan purwokerto khususnya desa
Grendeng menjadi bercampurya berbagai macam karakter masyarakat dari
seluruh pelosok di Indonesia yang berdampak pada pemasalahan moral dan etika
ketika berhadapan dengan nilai nilai yang telah lama hidup di sekita masyarakat
Grendeng.
Penulis pernah melakukan wawancara dengan Pak Karyo yang merupakan
sesepuh Desa Grendeng yang juga pernah lama menjabat sebagai Ketua RW 05
kelurahan Grendeng menuturkan, bahwa selain permasalahan pemukiman warga
yang kian banyak, permasalah moral dan etika mahasiswa pun mejadi masalah
yang saat ini terlihat nyata di Grendeng. Banyak mahasiswa saat ini yang
menurutnya tidak membaur dengan warga, besikap apatis, bahkan cenderung
tidak sopan. Padahal mahasiswa adalah calon pemimpin bangsa yang harusnya
memiliki moral dan etika yang terpuji palagi jika ia hidup di kampung orang yang
bukan kampung halamannya. Permasalahan ini harus benar benar disadari oleh
pihak Universitas Jenderal Soedirman untuk memberikan perhatian pada
pendidikan moral dan karakter mahasiswa khususnya ketika berbaur dengan
masyarakat setempat dan masyarakat Grendeng secara khusus. Sehingga
mahasiswa sebagai bagian dari civitas academica tidak melenceng dari tugasnya
untuk ikut melaksanakan tridharma perguruan tinggi bukan menjadi sekelompok
pemuda yang bergaya intelek namun asing bagi lingkungan sekitarnya.
Penulispun sebagai mahasiwa unsoed menyadari pehatian usnoed selama
ini dalam meberikan bekal kepada mahasiswa berkaitan dengan etika dan moral
hidup bermasyarakat masih kurang. Dan inipun dirasakan oleh kawan kawan
penulis khususnya sesama mahasiswa baru. Dua kawan penulis yakni Dyah Weru
Saputri dari jurusan Sosiologi 2013 Faultas ISIP dan Joko Widhodho dari Biologi
5 http://citizen6.liputan6.com/read/817481/warga-mengadupersawahan-di-purwokerto-nyaris-habis
2014 pun menurutkan hal yang sama. Ketika pelaksanaan Oientasi Studi dan
Penerimaan Mahasiswa Baru (OSPMB) atau biasa disebut ospek baik tingkat
universitas maupun tingkat fakultas masih minim pemberian bekal mengenai cara
hidup bermasyarakat dan berbaur dengan warga. Bahkan terkesan tidak
disinggung sama sekali. Usaha yang telah ditempuh Unsoed dalam pemberian
bekal pembentukan Karakter diantaranya melalui Pengembangan Karakter dan
Kepribadian Mahasiswa (PKKM) sebelum kegiatan perkuliahan pada semester
pertama dan muatan local Jati Diri Unsoed sebanyak 3 SKS dinilai belum efektif.
B. METODE
1 PKKM dan Jati Diri Unsoed
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas saat ini permasalahan yang
cukup nyata yang terjadi pada mahasiswa Unsoed adalah rendahnya moral dan
etika mahasiswa ketika berbaur dengan masyarakat. Hal tersebut diakibatkan oleh
masih minimnya perhatian unsoed terhaap pembentukan karakter mahasiswa
dalam kehidupan bermasyarakat khususnya dengan masyarakat Grendeng.
Selama ini usaha untuk memberikan bekal pembentukan karakter melalui
Pengembangan Karakter dan Kepribadian Mahasiswa (PKKM) dan muatan local
Jati Diri Unsoed kurang efektif. Penyebab kurang efektifnya dua program
tersebut diantarnya:
1. Pengembangan Karakter dan Kepribadian Mahasiswa (PKKM)
a. Hanya dilaksanakan sekali saja selama 2 hari yakni sebelum
mahasiswa menjalani kegiatan perkuliahan yang pertama.
Padahal mahasiswa akan menempuh studi selama minimal 4
tahun
b. Tidak ada tindak lanjut setelah diadakannya kegiatan PKKM ini,
mahasiswa hanya diberi piagam PKKM dan kemudian selesai
seolah olah ia telah memiliki karakter yang diinginkan
universitas
c. Materi yang diberikan dalam PKKM cenderung hanya bersifat
peningkatan potensi individu yang tidak disertai dengan
peningkatan keselarasan individu ketika hidup bermasyarakat.
Sehingga mahasiswa hanya mengejar kesuksesan akademiknya
1. Wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa angkatan 2013, 2014, dan 2015 yang
berdomisili di daerah Grendeng dan sekitarnya. Yang dipilih melaksanakan
kegiatan ini mahasiswa angkatan 2013, 2014, dan 2015 yang akan datang.
Angakatan sebelum itu tidak dipilih karena mereka sedang melaksanakan
kegiatan perkuliahan di semester akhir. Kegiatan ini mulai berlaku pada 1
September 2015.
2. Setiap mahasiswa wajib membuat laporan kegiatan yang ia ikuti di daerah
Grendeng selama per semester berupa kegiatan sosial, budaya, pendidikan,
pengajian dan lain sebagainya yang ditandatangani oleh ketua RT dan RW
setempat. Laporan kegiatan ini masuk kedalam nilai akademis di akhir
kelulusan menjelang wisuda.
3. Selama kuliah di Unsoed mahasiswa setidaknya harus mengikuti minimal
satu kepanitian yang membuat kegiatan di desa Grendeng yang melibatkan
masyarakat Grendeng sebagai peserta baik itu kelompok anak anak, remaja,
dewasa, maupun orang tua. Kegiatan sendiri didanai oleh universitas.
Kegiatan yang diadakan dapat berupa kegiatan sosial, budaya, olahraga,
ekonomi, lingkungan, pendidikan, keagamaan, dsb. Sertifikat kepanitiaan ini
wajib dimiliki mahasiswa sebagai syarat mengikuti KKN (Kuliah Kerja
Nyata). Sehingga pengalaman kepanitiaan ini menjadi pengalaman awal
mahasiswa sebelum KKN.
4. Agar tidak terjadi kegiatan yang tumpang tindih dalam waktu pelaksanaan,
maka universitas membentuk penjadwalan dalam waktu tertentu yang akan
dijelaskan dalam mekanisme pelaksanaan Soedirman Cigren ( Sukseskan
Tridarma Insan Cinta Grendeng).
UNIVERSITAS MEMBUAT
PENDATAAN MAHASISWA
YANG BERDOMISILI DI
GRENDENG
Waktu pemberian
perbekalan dilakukan
pada rentang waktu 6
bulan mahasiswa
baru menjalani
perkuliahan setiap
fakultas membuat
jadwal dalam
pelaksanaanya
tergantung waktu
luang mahasiswa
MEMBERIKAN PERBEKALAN
TENTANG SEJARAH UNSOED
BERDIRI DI GRENDENG
Waktu pelaksanaan
kegiatan akan diatur lebih
lanjut oleh universitas yang
melakukan penjadwalan
ulang dari semua proposal
yang diajukan untuk
penyesuaian
10
menyadari
kehadiran
mahasiswa
sebagai
calon
menjalankan
kewajibannya
untuk
melaksanakan
11
TRIDHARMA PEGURUAN
TINGGI
SOEDIRMN CIGREN
(SUKSESKAN INSAN
CINTA GRENDENG)
MEMBUAT LAPOAN
KEGIATAN YANG
DIIKUTI
MAHASISWA DAN
YANG DIADAKAN
OLEH
MASYARAKAT
GRENDENG PER
SEMESTER
MEMBUAT SUATU
KEGIATAN DI
GRENDENG
Universitas
Mahasiswa
KELURAHAN GRENDENG
DAN SEKITARNYA
12
Masyarakat
D. KESIMPULAN
Pergurun Tinggi mengemban misi Tridharma Perguruan Tinggi yakni
menyelenggaakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada msyarakat.
Salah satu bentuk pengabdian yang dapat dilakukan oleh perguruan tinggi
khuusnya Unsoed ialah melalui program Soedirman Cigren (Sukseskan instan
cinta Grendeng). Gagasan ini berangkat dari permasalah mahasiswa Unsoed yang
saat ini kurang membaur dengan warga setempat khususnya warga kelurahan
grendeng.
Mahasiswa perlu pengalaman dan keterampilan untuk terjun langsung
dan merasakan apa yang dihadapi oleh masyarakat. Selama ini mahasiswa hanya
belajar mengenai kondisi masyarakat dari berbagai macam literature namun
kurang sekali pengalam terjun langsung terlibat dalam aktivitas mayarakat sehari
hari terutama aktivitas sosial dan budaya masyarakat. Sehingga saat ini
masyarakat unsoed cenderung apatis dan asing dengan lingkungan sekitarnya.
Program Soedirman Cigren (Sukseskan Insan Cinta Grendeng) ini dapat
menjadi alternative untuk mengatasi kesenjangan antara mahasiswa dan
masyarakat yang sangat terasa khususnya di lingkungan kelurahan grendeng dan
sekitarnya ini. Unsoed sebagai universitas negeri yang menampung seluruh
mahasiswa dari pelosok nusantara bertanggung jawab untuk menciptakan kondisi
yang harmonis antara mahasiswa dan masyarakat. Sebagai lembaga pendidikan,
unsoed juga mengemban tugas mendidik mahasiswanya supaya memiliki jiwa
kepemimpiann dan kemampuan memecahkan masalah didalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN 1
A. Biodata Penggagas
a) Nama Lengkap
b) NIM
c) TTL
d) Fakultas/ jurusan
e) Perguruan Tinggi
f) No Hp
g) Alamat email
Riwayat Pendidikan
Jenjang
SD/ MI
SMP/ Mts
SMA/ MA
14
:
:
:
:
:
:
:
Lutfi Ramdani
F1A014077
Garut 22 Februari 1995
Ilmu Sosial dan
Ilmu politik/ Sosiologi
Universitas Jenderal Soedirman
085200807675
Amir.abdullah222@gmail.com
Nama Sekolah
SDN Mekarsari 1
MTS Persis Cikarag
MA Persis Cibatu
Tahun Lulus
2007
2010
2013
Pengalaman Organisasi
Nama Organisasi
OSIS
Duta Baca Soedirman
Jabatan
Ketua
Ketua
Tahun
2012
2014
2014
UKM Rhizome
HMI Komisariat Fisip
Anggota
Anggota
2014
2014
Unsoed
Purwokerto, 29 April 2015
Penggagas Program
Lutfi Ramdani
NIM.F1A014077
LAMPIRAN 2
Biodata Dosen Pembimbing
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nama Lengkap
NIP
Pekerjaan
Universitas
Alamat
No.Hp
:
:
:
:
:
:
15
Dosen Pembimbing
16