Gerah
PERTEMUAN yang sedianya akan diselenggarakan pada
Selasa malam pekan lalu itu ditunda tanpa alasan yang
jelas. Awalnya, anggota Komisi XI DPR RI direncanakan
bertemu dengan pimpinan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan. ”Kami ingin tahu
benarkah mereka melakukan audit terhadap Bank
Century dan kenapa hasilnya berbeda dengan audit Badan Pemeriksa Keuangan,” kata Dolfie O.F.P.
dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Yang dimaksud Dolfie adalah dokumen evaluasi audit investigasi BPK atas Bank Century yang muncul
pada awal Januari lalu. Judulnya ”Kebijakan Penyelamatan Bank Century: Evaluasi Legalitas‐Proses‐
Kinerja dan Perspektif Kerugian Keuangan Negara”. Wujudnya sangat tidak formal: tanpa kop dan
cap lembaga. Di akhir dokumen lima halaman itu hanya tertera: ”Jakarta, 20 Desember 2009”, dan
tulisan ”Plt. Kepala BPKP” tanpa nama dan tanda tangan.
Selain menyatakan keputusan Komite Stabilitas Sistem Keuangan memiliki dasar hukum kuat,
dokumen itu menegaskan bahwa bail out Century berdampak positif bagi perekonomian nasional.
”Indonesia termasuk salah satu dari tiga negara selain Cina dan India yang memiliki pertumbuhan
perekonomian yang positif walaupun terjadi krisis global,” demikian laporan itu mencatat.
Evaluasi yang bertentangan dengan kesimpulan audit investigasi BPK ini membuat beberapa anggota
Panitia Khusus Hak Angket Bank Century berang. ”Saya dengar tapi belum lihat,” kata Hendrawan
Supratikno dari Fraksi PDIP. ”Kalau benar ada, BPKP harus memberikan penjelasan, kok mereka
enggak percaya pada BPK.” Tak seperti BPK yang independen dan merupakan lembaga tinggi negara,
BPKP bernaung di bawah Departemen Keuangan.
Sumber Tempo di BPKP dan Departemen Keuangan membenarkan adanya kertas evaluasi itu. Tapi,
ketika dimintai konfirmasi, pejabat kedua lembaga ini membantah informasi itu. ”Laporan yang
diteken pelaksana tugas harian Kepala BPKP yang saya tahu tidak ada,” kata Deputi Investigasi BPKP
Suradji, dalam pesan pendek kepada Tempo, Januari lalu.
Dari Departemen Keuangan bantahan disampaikan Inspektur Jenderal Hekinus Manao. Menurut dia,
dalam sebuah pertemuan dengan Kepala BPKP, Sri Mulyani memang pernah menyinggung soal
perlunya evaluasi terhadap audit investigatif BPK. ”Tapi tidak ada instruksi kepada BPKP untuk
melakukannya,” katanya Jumat pekan lalu.
Keterangan yang sama pernah disampaikan pelaksana tugas harian Kepala BPKP Kuswono Soeseno
kepada wartawan, 10 Desember lalu. Ketika itu Kuswono menegaskan, evaluasi akan mereka
lakukan jika ada permintaan dari pemerintah. Tapi soal perintah dari Menteri Sri Mulyani, Hekinus
menyangkal. ”Saya yang menyusun bahan Ibu Menteri. Yang mengevaluasi audit BPK juga saya, tidak
ada dari BPKP,” katanya. Evaluasi yang dilakukan Hekinus menyangkut prosedur audit. Menurut dia,
audit investigasi atas Bank Century menyimpang dari manual yang dibuat oleh BPK sendiri.
Seharusnya berita acara permintaan keterangan audit ditandatangani pejabat yang diperiksa. Tapi
sampai sekarang, menurut Hekinus, pembubuhan tanda tangan itu belum dilakukan Menteri
Keuangan sebagai mantan Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan—lembaga yang memutuskan
bailout Bank Century. ”Artinya, audit ini tidak proper,” katanya. Namun hal ini disangkal Hasan Bisri,
salah satu anggota BPK. ”Tanda tangan (Ketua KSSK) di kertas kerja ada, kok,” katanya.
Philipus Parera, Anne L. Handayani, Oktamandjaya Wiguna
Sumber: http://tempointeraktif.com/khusus/selusur/century3/page04.php