Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Mioma Uteri pada Kasus Infertilitas

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang

Disusun Oleh :
Dita Putri 01.210.6132
Tyza Vidya Yasmin 01.210.6288
Pembimbing :
dr. F.X. Sunarto, Sp.OG

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2015

I.

Mioma Uteri
a) Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus
dan jaringan ikat yang menumpangnya. (Sarwono, 2009).
b) Etiologi
Stimulasi esterogen diduga sangat berperan untuk terjadinya
mioma uteri. Hipotesis ini didukung oleh adanya mioma uteri yang
banyak ditemukan pada usia reproduksi dan kejadiannya rendah
pada usia menopause. (Sarwono, 2009).
c) Patogenesis
Mioma uteri terjadi karena adanya sel sel yang belum matang
dan pengaruh estrogen yang menyebabkan sub mukosa yang
ditandai dengan pecahnya pembuluh darah, sehingga terjadi
kontraksi otot uterus yang menyebabkan perdarahan pervaginan
lama dan banyak. Dengan adanya perdarahan pervaginan lama dan
banyak akan terjadi resiko kekurangan volume cairan dan
gangguan peredaran darah ditandai dengan adanya nekrosa dan
perlengketan sehingga timbul rasa nyeri. (Price, 2005)
d) Klasifikasi
1. Mioma submukosum : berada di bawah endometrium dan
menonjol ke dalam rongga uterus.
2. Mioma intramural : mioma terdapat di dinding uterus di antara
sebabut miometrium.
3. Mioma subserosum : apabila tumbuh ke luar dinding uterus
sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa.
(Prawirohardjo, 2009)

II.

Infertilitas
a) Definisi
Infertilitas merupakan kegagalan suatu pasangan untuk
mendapatkan kehamilan sekurang-kurangnya dalam 12 bulan

berhubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi, atau biasa


disebut juga sebagai infertilitas primer
Infertilitas sekunder adalah ketidakmampuan

seseorang

memiliki anak atau mempertahankan kehamilannya (Konsensus


Infertilitas, 2013)
b) Faktor Penyebab
Penyebab infertilitas secara umum dapat dibagi sebagai berikut:
3.1. Faktor perempuan
Penyebab infertilitas pada wanita dapat diklasifikasikan menjadi 3
kelompok, yaitu:

1. Gangguan ovulasi : seperti SOPK, gangguan pada siklus haid,


insufisiensi ovarium primer. Infertilitas yang disebabkan oleh
gangguan ovulasi dapat diklasifikasikan berdasarkan siklus haid,
yaitu amenore primer atau sekunder.
2. Gangguan tuba dan pelvis : kerusakan tiba dapat disebabkan oleh
infeksi (Chlamidia, Gonorrhoe, TBC) maupun endometriosis.
3. Gangguan uterus, termasuk mioma submukosum, polip endometrium,
leiomyomas, sindrom Asherman .
3.2 Faktor laki-laki
Infertilitas dapat juga disebabkan oleh faktor laki-laki dan setidaknya
sebesar 30-40% dari infertilitas disebabkan oleh faktor laki-laki, sehingga
pemeriksaan pada laki-laki penting dilakukan sebagai bagian dari
pemeriksaan infertilitas. Fertilitas laki-laki dapat menurun akibat dari :
1. Kelainan urogenital kongenital atau didapat
2. Infeksi saluran urogenital

3. Suhu skrotum yang meningkat


4. Kelainan endokrin
5. Kelainan genetik
6. Faktor imunologi

III.

Pengaruh Mioma Uteri pada Infertilitas


Fibroid muncul pada 5-10% pasien infertil dan mungkin satusatunya penyebab infertilitas pada 1-2,4%. Fibroid dapat menyebabkan
infertilitas dengan obstruksi tuba fallopi dan menggangu transport
gamet (Cook et al, 2010)
Sebesar 27-40% wanita dengan mioma uteri mengalami
infertilitas. Infertilitas dapat terjadi apabila mioma menutup atau
menekan pars interstialis tiba sedangkan mioma submukosum juga
memudahkan terjadinya abortus karena distorsi rongga uterus
(Prawirohardjo, 2009). Mioma uteri dapat menyebabkan gangguan
kontraksi ritmik uterus yang diperlukan untuk motilitas sperma dalam
uterus. Gangguan implantasi embrio dapat terjadi pada keberadaan
mioma akibat perubahan histologi endometrium dimana terjadi atrofi
karena kompresi massa tumo (Cunningham et al, 2006)
Beberapa mekanisme bagaimana mioma dapat mempengaruhi
infertilitas antara lain:
1. Pembesaran

atau

deformitas

cavum

uteri

dapat

mengganggu migrasi dan transpor sperma


2. Obstruksi proksimal tuba fallopi
3. Perubahan anatomi tuba-ovarium mengganggu dalam
penangkapan ovum
4. Peningkatan atau gangguan kontraktilitas uterus dapat
menghalangi transpor sperma atau nidasi embrio

5. Gangguan pada endometrium dan implantasi karena atrofi


atau venous ectasia atau berlawanan dengan mioma
submukosa
6. Gangguan aliran darah endometrium
7. Inflamasi endometrium atau sekresi substansi vasoaktif
(ASRM, 2008)

Pasien infertilitas dengan fibroid yang dapat mengenai kavitas


endometrium mempunyai hasil reprodusi yang buruk daripada pasien
infertil tanpa fibroid. Mioma IM juga mempunyai hasil reproduksi
yang buruk, tetapi kurangnya evaluasi kulitas membuat kesimpulan ini
menjadi lemah (Pritt et al, 2009)
Richard et al menyatakan bawah proses inflamasi lokal dapat
menyebabkan ulserasi yang pada akhirnya mengubah karakteristik
biokimia intrauterin, menghasilkan lingkurang yang kurang baik bagi
spermatozoa. Fibroid submukosa dapat mengganggu suplai darah
endometrium akibatnya mempengaruhi proses implantasi embrio.
Suatu penelitian terkontrol,

suatu evaluasi dilakukan untuk

menentukan letak anatomi mioma dapat mempengaruhi fungsi


reproduksi wanita dan penanaman mioma sebelum implantasi dapat

meningkatka angka kehamilan dan mempertahankan kehamilan. Hasil


penelitian mengindikasikan peningkatan derajat infertilitas setelah
intervensi dilakukan. Meskipun sejumlah besar bukti mendukung efek
negatif dari mioma submukosa mendistorsi rongga endometrium dari
hasil konsepsi (Pritt et al, 2009). Penelitian metaanalisis tentang
fibroid intramural, menyatakan bahwa fibroid mungkin berakibat
negatif pada kehamilan dan menyebabkan keguguran.
Beberapa penelitian yang telah lalumenyatakan bahwa semua
wanita yang diamati dengan distorsi, sedangkan penelitian saat ini
telah menyimpulkan bahwa wanita dengan mioma juga dengan ruang
terdistorsi.wanita dengan fibroid submukosa dibandingkan dengan
wanita infertil tanpa fibroid memberikan hasilyang signifikan
penurunan angka kehamilan, implantasi dan angka kelahiran hidup.
Tidak ada perbedaan signifikan yang diamati pada kasus prematur.
Wanita dengan gangguan kavum selalu memberikan hasil
penurunan signifikan tingkat implantasi dan kelangsungan kehamilan/
angka lahir hidup dengan peningkatan tingkat abortus dibandingan
dengan subjek kontrol. Sebagai kesimpulan, mioma submukosa
terlihat menurunkan angka fertilitas. Penting untuk mengevaluasi
kondisi karena lokasi mioma mempengaruhi angka fertilitas. Tidak ada
perbedaan signifikan yang diamati pada pengukuran mioma setelah
dibandingkan dengan kelompok wanita mioma subserosa dengan
wanita tanpa mioma.
Sebaliknya, pada wanita dengan mioma intramural selalu
memberikan hasil signifikan dengan angka kehamilan yang lebih
rendah, implatasi dan angka kelahiran hidup dengan angka abotus
spontan yang lebih tinggi. Beberapa penelitian melaporkan penurunan

angka kehamilan pada pasien dengan distorsi rongga uterus


dibandingkan dengan subjek tanpa distorsi dan mioma. Studi lain
menunjukkan mioma submukosa intramural mempengaruhi implantasi
dan angka kehamilan dibandingkan dengan wanita tanpa fibroid,
dimana fibroid subserosa tidak mempengaruhi kehamilan (Pritts et al,
2009)
Penelitian

Cassini

et

al

menunjukkan

bahwa

fibroid

submukosa bukan penyebab utama infertilitas. Penelitian ini


mengkonfirmasi bahwa angka kehamilan dan keguguran dapat
dipengaruhi oleh fibroid uteri. Walaupun hasilnya secara statistik tidak
signifikan pada kelompok wanita dengan fibroid intramural dan
intramural-subserosa, ada kecenderungan tingkat kehamilan yang lebih
tinggi dan angka keguguran yang lebih rendah di antara semua
kelompok perlakuan. Penelitian ini menyatakan peran penting letak
fibroid uterus pada infertilitas dan pentingnya pengangkatan fibroid
sebelum kehamilan, untuk meningkatkan kesempatan pembuahan dan
pemeliharaan pada kehamilan (Casini et al., 2006)

DAFTAR PUSTAKA
1. ASRM, 2008, Myomas and reproductive function
2. Casini et al., 2006, Effects of the position of fibroids on fertility,
Gynecological Endocrinology
3. Catherine et al., 2012, The Impact and Management of Fibroids for
Fertility: an evidence-based approach, Obstet Gynecol Clin North Am
4. Konsensus Penanganan Infertilitas, 2013, Perkumpulan Obstetri dan
Ginekologi Indonesia

5. Prawirohardjo, Sarwono, 2009, Ilmu Kebidanan, Jakarta : PT Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo
6. Pritts et al., 2009, Fibroids and infertility: an updated systematic
review of the evidence, ASRM

Anda mungkin juga menyukai