BAB I
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kekurangan gizi dan gangguan kesehatan dapat merusak kualitas sumber daya manusia
(SDM). Sampai saat ini di Indonesia masih terdapat empat masalah gizi utama yaitu kurang
energi protein (KEP), gangguan akibat kurang iodium (GAKI), kurang vitamin A (KVA)
dan anemia akibat kekurangan gizi besi (AGB). Berbagai krisis dan bencana yang dialami
Indonesia pada dasa warsa terakhir ini pada hakekatnya berdampak pada gangguan
pemenuhan
kebutuhan
dasar
(pangan
dan
gizi)
keluarga miskin(Bappenas
2010).
Kekurangan pangan akan mempengaruhi keadaan gizi kesehatan anggota keluarga miskin,
khususnya bayi dan balita serta ibu hamil/menyusui.
Kekurangan gizi berdampak pada tingginya angka kematian ibu saat melahirkan, angka
kematian bayi, angka kematian balita, serta rendahnya umur harapan hidup. Anemia
merupakan salah satu penyebab masih tingginya angka kematian ibu (AKI) dan bayi (AKB) di
Indonesia yang saat ini masih sebesar 228 ibu per 100.000 kelahiran dan 34 bayi per 1.000
kelahiran. Diperlukan upaya keras untuk mencapai target pada tahun 2015 sebesar 102 dan 32
per 100.000 kelahiran hidup (Bappenas 2010). Keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil
sesungguhnya ditentukan jauh sebelumnya, yaitu pada masa remaja dan dewasa sebelum hamil
atau selama menjadi wanita usia subur (WUS).Sayangnya, status gizi dan kesehatan WUS
golongan remaja atau yang belum menikah di Indonesia belum banyak diperhatikan).
Pada umumnya, penduduk miskin dan berpendidikan rendah merupakan golongan
yang paling rawan terkena kekurangan zat besi dan mereka itu pula yang akan paling merasakan
penurunan produktivitas, kekebalan dan fungsi kognitif.
berkembang, jumlah penduduk miskin di Indonesia masih sangat banyak. Jumlah penduduk
miskin pada tahun 2009, 2010 dan 2011 adalah 32,53 juta (14.5%), 31,02 juta (13.3 %) dan
30,02 juta (12.5%).
Masa subur sangat besar artinya bagi pasangan suami-istri yang menginginkan kehamilan
dan bagi yang ingin menunda kehamilan. Masa subur dapat dijadikan patokan untuk melakukan
hubungan seksual, karena pada masa ini proses ovulasi (pelepasan sel telur dari indung telur)
sedang terjadi sehingga kemungkinan hamil sangat besar. Sedangkan bagi yang ingin menunda
kehamilan, masa subur harus dihindari untuk mencegah terjadinya kehamilan. Masa subur
2
merupakan rentang waktu pada wanita yang terjadi satu bulan sekali. Ibarat bercocok tanam,
maka melihat musim yang subur sangat menentukan hasilnya. Demikian juga wanita usia subur
yang ingin segera mendapatkan keturunan, perlu mengetahui masa subur ini. Sebaliknya, bagi
yang ingin menunda, menghentikan atau tidak menghendaki kehamilan harus mengetahui masa
subur ini untuk menghindari melakukan persetubuhan Selama ini, para ahli meyakini bahwa
masa subur seorang wanita berkisar antara hari ke-10 dan hari ke-17 dari siklus menstruasi.
Pedoman ini juga diikuti oleh para wanita untuk mengetahui masa subur mereka. Namun, sebuah
penelitian yang dipublikasikan dalam British Medical Journal menunjukkan bahwa hanya
sepertiga wanita yang memiliki periode masa subur seperti ini
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diambil sebuah rumusan masalah yaitu:
Bagaimanakah pemenuhan gizi wnaita usia subur sebelum selama dan sesudah
kehamilan?
Untuk mengetahui Bagaimanakah pemenuhan gizi wnaita usia subur sebelum selama dan
sesudah kehamilan?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
a. Bayi kurang bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (< 259 hari).
b. Bayi cukup bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi 37- 42 minggu.
c. Bayi lebih bulan jika bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (> 294 hari).
Menurut Sarwono (2007) ditinjau dari tuanya kehamilan. kehamilan terbagi atas 3 trimester yaitu
:
a. Kehamilan trimester I antara 0-12 minggu
b. Kehamilan trimester II antara 12-28 minggu
c. Kehamilan trimester III antara 28-40 minggu
Dalam trimester pertama organ-organ mulai dibentuk. Trimester kedua organ telah
dibentuk, tetapi belum sempurna dan viabilitas janin masih diragukan. Sementara janin yang
dilahirkan pada trimester terakhir telah viable (dapat hidup).Bila hasil konsepsi dikeluarkan dari
kavum uteri pada kehamilan dibawah 20 minggu disebut abortus (keguguran). Bila hal tersebut
terjadi dibawah 36 minggu disebut partus prematur. Kelahiran dari 38 minggu sampai 40 minggu
disebut partus aterm.
Tanda pasti kehamilan dapat dilihat dari gejala dan tanda yang dirasakan oleh ibu
seperti amenorrhea, nausea, emesis, anoreksia dan juga gerakan janin yang sudah mulai terasa
pada kehamilan 18 minggu. Tetapi juga dapat dipastikan dengan menggunakan ultrasonografi
BAB III
METODE PENULISAN
Penelitian ini adalah library research (penelitian kepustakaan), yaitu penelitian yang
dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan), baik berupa buku, catatan, maupun
laporan hasil penelitian dari penelitian terdahulu
1. Data Dan Sumber Data
Sebagaimana
pemikiran
M.
Iqbal
Hasan,
studi
dokumentasi
adalah tehnik
pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada sebuah penelitian, namun melalui
dokumen. Dokumen yang digunakan dapat berupa buku harian, surat pribadi, laporan, notulen
rapat, catatan khusus dalam pekerjaan sosial dan dokumen lainnya. Jadi semua dokumentasi
diposisikan setara tergantung ketersambungan dengan topik utama penelitian ini.
2. Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data, dalam hal ini penulis akan melakukan identifikasi
wacana dari buku-buku, makalah atau artikel, majalah, jurnal, web (internet), ataupun informasi
lainnya yang berhubungan dengan judul penulisan untuk mencari hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya yang berkaitan dengan
Narkoba. Maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Mengumpulkan data-data yang ada baik melalui buku-buku, dokumen, majalah internet
(web).
2) Menganalisa data-data tersebut sehingga peneliti bisa menyimpulkan tentang masalah
yang dikaji.
3. AnalisisData
Dalam penelitian ini setelah dilakukan pengumpulan data, maka data tersebut dianalisis
untuk mendapatkan kesimpulan, bentuk teknik dalam teknik analisis data sebagai berikut:
1) Analisis deskriptif
Metode analisis deskriptif yaitu usaha untuk mengumpulkan dan menyususn suatu
data, kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut. Analisis deskriptif yakni data yang
dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh
adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan
menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Dengan demikian laporan penelitian akan
berisi kutipan-kutipan data dan pengolahan data untuk memberi gambaran penyajian laporan
tersebut.
2) Content analisys atau analisis isi
6
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis). Di
mana data deskriptif sering hanya dianalisis menurut isinya, dan karena itu analisis macam ini
juga disebut analisis isi (content analysis). Pendapat ini seperti yang dikemukakan oleh
Hadari
Nawawi
yang dikutip oleh Soejono dan Abdurrahman bahwa analisis isi dalam
penelitian dilakukan untuk mengungkapkan isi sebuah buku yang menggambarkan situasi
penulis dan masyarakatnya pada waktu buku itu ditulis.
Burhan Bungin mendefinisikan analisis isi (content analysis) adalah teknik
penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel), dan sahih data
dengan memperhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi
komunikasi.
Dalam penelitian kualitatif, analisis isi ditekankan pada bagaimana peneliti melihat
keajegan isi komunikasi secara kualitatif, pada bagaimana peneliti memaknakan isi
komunikasi interaksi simbolik yang terjadi dalam komunikasi
BAB IV
PEMBAHASAN
Kebutuhan Gizi wanita usia subur sebelum hamil
7
Gizi ibu yang buruk sebelum kehamilan maupun pada saat kehamilan, dapat
menyebabkan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), bayi lahir dengan berat badan lahir
rendah (BBLR), gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak bayi serta peningkatan risiko
kesakitan dan kematian. BBLR mempunyai dampak buruk terhadap perkembangan kognitif
dan psikomotorik bayi, disamping dampak buruk pada saat pertumbuhannya
Anemia gizi karena kekurangan zat besi masih merupakan masalah gizi utama yang
banyak menimpa kelompok rawan yaitu ibu hamil, anak balita, wanita usia subur (WUS) dan
pekerja berpenghasilan rendah (Supriyono, 2010). Survei Nasional tahun 2001 menunjukkan
prevalensi anemia pada WUS kawin, WUS tidak kawin, dan ibu hamil masing-masing sebesar
26,9 persen, 24,5 persen dan 40 persen Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi
dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan dimulai sebelum
kehamilan (Bappenas, 2010).
Anemia gizi dapat terjadi pada berbagai kelompok umur. Berdasarkan Riskesdas
2007, menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada perempuan dewasa perkotaan sebesar
11,3%, laki-laki dewasa perkotaan sebesar 12,1%, dan pada anak-anak (usia 14 tahun)
sebesar 12,8%. Dari semua kelompok umur tersebut, kejadian anemia pada anak -anak (usia 14
tahun) merupakan kelompok dengan prevalensi terbesar, karena pada masa ini terjadi
peningkatan kebutuhan zat besi akibat pertumbuhan dan adanya menstruasi pada remaja putri
(Rahmiwati, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Citrakesumasari, dkk (2012) di Kabupaten Barru
mengemukakan bahwa Mc Mappacci mampu mempraktekkan penyampaian informasi anemia
gizi dan KEK ketika melaksanakan tugas sebagai Mc Mappacci, namun mengalami beberapa
adaptasi karena disesuaikan dengan kondisi pelaksanaan Mappacci yang sangat variatif. Toma
mampu mempraktekkan penyampaian informasi anemia gizi dan KEK kepada catin,
meskipun sebagian besar toma harus membaca yang tertulis dalam modul karena waktu
pemberian modul diberikan pada saat kehadiran di acara Mappacci. Pemahaman calon
tentang anemia gizi dan KEK yaitu sebagian besa r catin sudah mengetahui tanda dan risiko
anemia gizi gizi dan KEK bagi ibu hamil, serta pentingnya suplemen tablet penambah darah.
Kebutuhan Gizi pada Ibu Hamil
Nutrisi selama kehamilan adalah salah satu faktor penting dalam menentukan
pertumbuhan janin. Dampaknya adalah berat badan lahir, status nutrisi dari ibu yang sedang
hamil juga mempengaruhi angka kematian perinatal, keadaaan kesehatan neonatal, dan
pertumbuhan bayi setelah kelahiran. Selain itu kesehatan dan banyaknya ibu reproduksi mungkin
mempengaruhi status gizi ibu selama hamil, dimana secara signifikan berhubungan dengan
outcome kehamilan.
Pengukuran anthropometri status gizimerupakan hal penting karena menghasilkan
informasi mengenai simpanan lemak atau persen lemak dalam tubuh, dan aspek lain dari
pengukuran badan selama kehamilan yang dapat mempengaruhi outcome kehamilan (Adair &
Bisgrove, 1991). Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu
kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat
gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya
organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat
gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna.
Menurut Alchadi (2007) pentingnya status gizi ibu perlu dilihat dari berbagai aspek.
Selain bahwa akses terhadap keamanan pangan dan terhadap pelayanan kesehatan setinggitingginya merupakan hak asasi dasar setiap orang, status gizi ibu juga mempunyai dampaksecara
sosial dan ekonomi. Berbagai penelitian semakin menunjukkan bahwa status gizi ibu tidak hanya
memberikan dampak negatif terhadap status kesehatan dan resiko kematian dirinya, tetapi juga
terhadap kelangsungan hidup dan perkembangan janin yang dikandungnya dan lebih jauh lagi
terhadap pertumbuhan janin tersebut sampai usia dewasa. Oleh karena itu, program yang
ditargetkan kepada wanita usia reproduktif merupakan intervensi yang sangat strategis dalam
menentukan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Peningkatan statuskesehatan pada
kelompok usia reproduktif perlu memperhatikan keterkaitannya dengan usia yang lebih dini.
Kehamilan haruslah direncanakan agarbayi yang dilahirkan dapat sehat dan mengalami
pertumbuhan yang optimal. Kebiasaan yang tidak baik harus diubah seperti konsumsi alkohol,
penggunaanobat tertentu, obat terlarang, pekerjaan yang berat, merokok, konsumsi zat gizi
kurang dan kurangnya kurangnya perawatan medis (Wardlow,1999).
Pola makan yang baik akan cukup menyediakan gizi yang dibutuhkan untuk kesehatan
kehamilan, dan mengurangi risiko lahirnya bayi cacat. Selain itu, makanan yang baik akan
membantu membantu sistem pertahanan tubuh ibu hamil terhadap terjadinya infeksi. Makanan
9
yang baik juga akan melindungi ibu hamil dari akibat buruk zat-zat yang mungkin ditemui
seperti obat-obatan, toksin dan polutan (Neil Rose, 2001).
Menurut Brown (2005) asupan zat gizi merupakan salah satu hal berhubungan dengan
outcome kehamilan. DiAmerika Serikat sekitar 12 per 100.000 hidup terjadi kematian ibu.
Tingkat kematian bayi lebih tinggi lagi yaitu dari 100.000 hidup ada 750 bayi meninggal pada
tahun pertama kelahirannya. Menurut khomsan dan Sulaeman (1996)angka kecukupan gizi ratarata yang dianjurkan (AKG) adalah suatu kecukupan rat-rata zat gizi setiap hari bagi hampir
semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan jenis aktivitas yang
dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Minggu Pertama: Masa Yang Berisiko
Di negara berkembang, saat melahirkan dan minggu pertama setelah melahirkan
merupakan periode kritis bagi ibu dan bayinya. Sekitar seperempat hingga separuh kematian bayi
berumur kurang dari satu tahun terjadi dalam minggu pertama. Sebenarnya banyak tindakan
yang relatif murah dan mudah diterapkan untuk meningkatkan kesehatan dan kelangsungan
hidup bayi baru lahir. Salah satunya adalah pemberian ASI segera dan hanya ASI saja.
Tindakan ini juga dapat membantu mengurangi kemungkinan terjadinya perdarahan
pascakelahiran, yang merupakan salah satu penyebab kematian ibu yang paling umum.
Menciptakan kebiasaan pemberian ASI yang baik sejak hari-hari pertama sangat penting untuk
kesehatan bayi dan keberhasilan pemberian ASI itu sendiri. Menyusui yang paling mudah dan
sukses dilakukan adalah bila si ibu sendiri sudah siap fisik dan mentalnya untuk melahirkan dan
menyusui, serta bila ia mendapat informasi, dukungan, dan merasa yakin akan kemampuannya
untuk merawat bayinya sendiri.
Selama
konsultasi
antenatal
(pra-kelahiran),
para
petugas
kesehatan
dapat
mempersiapkan calon ibu untuk menghadapi proses persalinan dan pemberian ASI. Mereka
dapat membantu dimulainya kemitraan ibu-bayi yang sehat melalui Sepuluh Langkah Pemberian
ASI yang berhasil (lihat halaman 2). Tulisan ini berupaya untuk mengidentifikasi sejumlah
tindakan yang dapat diambil oleh petugas kesehatan selama minggu pertama sesudah kelahiran
untuk membantu ibu dan bayinya membina hubungan dan mempertahankan kebiasaan
pemberian ASI yang baik.
10
Bayi harus diseka dari kepala hingga ujung kaki dengan kain lembut yang kering dan
diletakkan bersentuhan kulit dengan ibunya. Kemudian bayi dan ibu diselimuti dengan kain
kering lain. Secara alami, sentuhan segera antara ibu dan bayinya yang baru lahir lewat proses
kelahiran normal melalui vagina, bermanfaat meningkatkan kewaspadaan alami bayi serta
memupuk ikatan antara ibu dan bayinya. Sentuhan segera seperti ini juga mengurangi perdarahan
ibu serta menstabilkan suhu, pernafasan, dan tingkat gula darah bayi.
Bahkan seorang ibu yang memerlukan jahitan setelah melahirkan tetap dapat melakukan
sentuhan kulit dengan bayinya. Bayi baru lahir yang lahir sehat secara normal akan terlihat sadar
dan waspada, serta memiliki refleks rooting dan refleks mengisap untuk membantunya mencari
puting susu ibu, mengisapnya dan mulai minum ASI.
Kebanyakan bayi baru lahir sudah siap mencari puting dan mengisapnya dalam waktu
satu jam setelah lahir. Bila diletakkan sendiri di atas perut ibunya, bayi baru lahir yang sehat
akan merangkak ke atas, dengan mendorong kaki, menarik dengan tangan dan menggerakkan
kepalanya hingga menemukan puting susu. Indera penciuman seorang bayi baru lahir sangat
tajam, yang juga membantunya menemukan puting susu ibunya.
Ketika bayi bergerak mencari puting susu, ibu akan memproduksi oksitosin dalam kadar
tinggi. Ini membantu kontraksi otot rahim sehingga rahim menjadi kencang dan dengan
demikian mengurangi perdarahan. Oksitosin juga membuat payudara ibu mengeluarkan zat
kolostrum ketika bayi menemukan puting susu dan mengisapnya.
Bantu ibu meletakkan bayi untuk posisib menyusui
Petugas kesehatan atau pendamping persalinan dapat membantu ibu meletakkan bayinya
sedemikian rupa sehingga dapat mengisap susu dengan efektif dan nyaman, tanpa menyakitkan
ibu.
Bantal atau selimut yang dilipat dan diletakkan di bawah kepala ibu mungkin dapat
membantu. Atau ibu dapat berbaring pada satu sisi tubuh dan merangkul bayi di sisinya.
Bayi yang dilahirkan dengan operasi caesar masih dapat memperoleh manfaat sentuhan
kulit-ke-kulit bila didekap di dekat pipi ibunya segera setelah lahir. Dalam hal ini, ketika akan
mulai menyusui yaitu sebaiknya dalam 2 jam setelah operasi - seorang petugas kesehatan yang
kompeten perlu membantu ibu dalam meletakkan dan melekatkan bayi agar ibu maupun bayi
12
merasa nyaman. Untuk bayi berat lahir rendah dan bayi sehat namun lahir sebelum waktunya,
perawatan kanguru merupakan cara perawatan bayi yang efektif.
Perawatan kanguru adalah perawatan dini dan terus menerus dengan sentuhan kulit-kekulit antara ibu dan bayi baru lahir dalam posisi seperti kanguru. Perawatan kanguru ini telah
terbukti dapat menghasilkan pengaturan suhu tubuh yang efektif dan lama, serta denyut jantung
dan pernafasan yang stabil pada bayi dengan berat lahir rendah. Perawatan kulit-ke-kulit
mendorong bayi untuk mencari puting dan mengisapnya, mempererat ikatan antara ibu dan bayi,
serta membantu keberhasilan pemberian ASI begitu bayi tersebut cukup umur untuk mengisap
Beri pujian pada ibu karena memberi kolostrum, imunisasi pertama bagi si bayi
Kolostrum ASI pertama yang kental dan berwarna putih kekuningan harus menjadi
rasa pertama bagi bayi baru lahir. Sebelum menyusui, jangan berikan bayi makanan lain
apapun seperti air putih, cairan lain, atau makanan umum lainnya. Kolostrum mengandung
antibodi dalam kadar tinggi, vitamin A, dan zat-zat pelindung lainnya, sehingga kolostrum
seringkali disebut sebagai imunisasi pertama bayi.
Terus memantau dan membantu ibu dan bayinya
Ibu dan bayinya harus selalu bersama. Dalam jam-jam pertama setelah kelahiran, suhu
badan ibu, denyut jantung, tekanan darah - yang seringkali disebut tanda-tanda vital - serta
perdarahan dapat diperiksa dengan bayi tetap berada di atas perut ibu. Suhu badan bayi,
pernafasan, dan denyut jantungnya juga dapat diperiksa dengan cara ini
TIGA HARI PERTAMA SETELAH MELAHIRKAN
Dalam hari-hari pertama, ibu tentunya ingin tahu seberapa sering harus memberi makan
bayi, apakah pemberian ASI berlangsung dengan baik, dan apakah bayi mendapat cukup ASI.
Ibu yang pernah mengalami kesulitan dalam menyusui perlu diberi dorongan agar mencoba sikap
baru guna menghindari terjadinya masalah yang sama. Dukungan dari petugas kesehatan dan
keluarga sangat penting pada saat ini.
Bayi baru lahir harus diamati apakah telah diletakkan dan dilekatkan dengan benar. Bayi
harus didekap oleh ibu menghadap ke payudara, dengan telinga, bahu dan pinggul bayi berada
dalam satu garis lurus. Tanda-tanda menyusui yang benar adalah mulut yang terbuka lebar
dengan puting dan sebagian besar areola (daerah berwarna gelap di sekitar puting) di dalam
13
mulut bayi, bibir mengarah keluar, dan lidah di atas gusi bawah. Harus terlihat adanya gerakan
rahang yang mengisap dengan irama teratur dan terdengar menelan.
Dalam keadaan tertentu, pemberian ASI yang pertama mungkin tertunda karena ibu dan
bayi perlu dipisahkan dengan alasan medis. Bayi prematur juga mungkin mengalami kesulitan
dalam menyusu untuk pertama kalinya. Petugas kesehatan perlu memberi bantuan dan dukungan
tambahan agar setiap ibu, pada waktunya, dapat menyusui bayinya.
Mengajarkan ibu mengeluarkan kolostrum dengan baik dan memberikannya kepada bayi
memungkinkan si bayi menerima ASI pertama Amati pemberian ASI; tawarkan bantuan dan
dukungan Beri dukungan tambahan bila pemberian ASI pertama tertunda Ajari ibu mengeluarkan
kolostrum dan ASI yang kaya gizi dan zat-zat pelindung. Ini juga merangsang produksi ASI, dan
membantu menghindari pembengkakan payudara sewaktu ASI mulai diproduksi. Bagi ibu dalam
proses pemulihan akibat kelahiran yang sulit atau operasi, sangat penting untuk menghindari
masalah tambahan dengan adanya pembengkakan payudara.
Ajari ibu memberi ASI dari cangkir
Jika bayi tidak dapat menyusu dari payudara, cara terbaik untuk memberikan ASI yang
telah dikeluarkan ialah dengan sebuah cangkir kecil. Pemberian ASI dengan cangkir mungkin
diperlukan untuk bayi dengan berat lahir rendah atau prematur, dan juga untuk bayi yang harus
dipisahkan dari ibunya karena berbagai alasan. Cangkir lebih mudah dibersihkan daripada botol.
Bayi dapat belajar meminum ASI dari pinggir cangkir dan perilaku ini tidak akan mengganggu
refleks mengisap pada waktu bayi sudah siap untuk menyusu sendiri. Dot karet tidak dapat
mengikuti bentuk mulut bayi seperti puting susu ibu. Namun, bayi dapat terbiasa mengisap dot
dan bila cara ini diterapkan pada ibu akan membuat ibu kesakitan dan juga kurang efektif untuk
mengeluarkan ASI.
Anjurkan pemberian ASI yang sering dan eksklusif (tanpa minuman/makanan tambahan
lain)
Ibu dan keluarganya perlu diyakinkan bahwa kolostrum sudah memenuhi semua
kebutuhan gizi dan cairan yang diperlukan oleh bayi. Semakin sering bayi menyusu, semakin
cepat ASI diproduksi. Sebagai pedoman, bayi baru lahir harus menyusu setidaknya 8-12 kali
dalam 24 jam. Lamanya menyusui berbeda dari satu waktu ke waktu lainnya dan antara satu bayi
dengan bayi lainnya.
14
Pemberian ASI yang tidak dibatasi (berdasarkanpermintaan bayi) siang dan malam,
akan merangsang produksi ASI dan membantu mencegah pembengkakan payudara. Susu
formula bayi, susu sapi/hewan, teh herbal, air, cairan atau makanan lain dapat mengandung racun
yang berbahaya, mengganggu produksi ASI, dan mengakibatkan timbulnya siklus baru yaitu
berkurangnya pemberian ASI sehingga produksi ASI pun berkurang. Ibu dianjurkan untuk
memberikan ASI dari satu payudara tanpa membatasi waktunya sebelum memberikan payudara
lainnya, untuk memastikan bahwa bayi mendapatkan ASI kaya lemak yang keluar belakangan.
Di hari-hari pertama sesudah melahirkan, ibu mengalami proses pemulihan fisik dan
hormonal yang besar. Kadang-kadang ibu dapat merasa kehilangan semangat, tidak nyaman,
cemas, atau sangat lelah. Ibu dan keluarganya perlu menyadari bahwa perasaan seperti ini wajar
selama satu-dua minggu sesudah melahirkan.
Tidak perlu cemas bila ibu sedikit demam (tidak melampaui 37,6C ) pada hari ASI mulai
mengisi payudara. Demam ini tidak lebih dari 24 jam. Perlu juga diketahui bahwa kuatnya
kontraksi otot rahim yang dialami ibu di hari-hari pertama ketika atau setelah menyusui terutama bila ibu pernah melahirkan sebelumnya adalah normal dan segera akan hilang.
Melahirkan merupakan suatu pengalaman memberi-kehidupan dan mengubah-kehidupan.
Ibu membutuhkan dukungan emosional, gizi yang baik, dan istirahat yang cukup selama periode
yang sangat penting dalam hidup mereka ini. Ibu akan semakin lebih percaya diri karena tahu
bahwa ia telah memberikan gizi, kenyamanan, dan perawatan terbaik untuk bayinya.
Yakinkan dan Tenangkan Ibu Libatkan keluarga dalam memberi perawatan dan dukungan
Keterlibatan pasangan hidup: Ayah dapat menjadi peserta aktif pada masa segera sesudah
kelahiran. Budaya setempat berbeda-beda dalam menentukan seberapa jauh pria terlibat dalam
peristiwa kelahiran, tetapi hampir semua ayah merasa bangga dan ingin membina hubungan yang
erat dengan bayinya yang baru lahir.
Gizi ibu menyusui: Keluarga dapat menyediakan makanan dan minuman tambahan
yang bergizi bagi ibu menyusui untuk mendukung produksi ASI dan menjaga kesehatan ibu. Ibu
menyusui tidak memerlukan cairan dalam jumlah yang berlebihan. Mereka hanya perlu minum
sesuai dengan datangnya rasa haus. Di daerah dimana terdapat kekurangan vitamin A, ibu
menyusui perlu mendapat tambahan vitamin A dosis tinggi secepat mungkin setelah kelahiran tetapi tidak lebih lama daripada 8 minggu setelah kelahiran (kebijaksanaan di Indonesia; 40 hari
setelah kelahiran) untuk memastikan kandungan vitamin A yang cukup di dalam ASI.
15
Istirahat: Ibu dianjurkan untuk tidur pada waktu bayi tidur. Anggota keluarga lainnya dapat
menggantikan atau membantu melakukan tugas-tugas yang biasa dikerjakan oleh ibu
Beritahu ibu dan keluarga tentang sumber daya yang ada di masyarakat
Ibu perlu tahu bagaimana cara menghubungi petugas kesehatan di lingkungannya yang
mendukung pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan pertama dan yang dapat memberi
nasihat cara mengatasi berbagai masalah pemberian ASI, seperti puting yang perih, pecahpecah, atau payudara yang bengkak. Ibu juga perlu tahu cara menghubungi kelompok-kelompok
pendukung pemberian ASI serta konselor yang dapat memberi nasihat.
Kira-kira pada hari ketiga atau
menyadari bahwa
produksi ASInya menjadi lebih banyak dan lancar . T ubuh mulai mengalami masa transisi
untuk memproduksi ASI yang matang - suatu proses yang biasanya berlangsung hingga dua
minggu.
Selama masa transisi ini, perhatian khusus diperlukan untuk mencegah payudara yang
penuh menjadi bengkak (yang sangat sakit) atau bahkan infeksi. Jika payudara sangat penuh,
petugas kesehatan dapat membantu ibu mengeluarkan sedikit ASI-awal dengan tangan untuk
melunakkan puting dan daerah sekitarnya agar bayi dapat menempelkan mulutnya pada puting
dengan baik.
Pemberian ASI secara eksklusif dan sesering mungkin membantu mencegah dan
mengatasi payudara yang membengkak karena kepenuhan ASI.Ibu harus waspada terhadap
tanda-tanda penyakit dan melaporkan hal-hal yang tidak biasa kepada petugas kesehatan. Ibu
harus tahu tanda dari bayi yang mendapat cukup ASI:
Perkuat kebiasaan menyusui yang baik; pantau kemajuannya
Nasihati ibu untuk mengamati bayinya dengan cermat yaitu bayi akan buang air kecil
setidaknya 6 kali dalam 24 jam, ibu dapat mendengar bayi menelan saat menyusu, dan payudara
ibu terasa lembek setelah menyusui. Dari hari ke-4 hingga ke-7, bayi harus buang air besar
(b.a.b.) setidaknya 4 kali dalam 24 jam dan dari minggu ke-2 hingga ke-6, setidaknya 1 kali
dalam 24 jam. Setelah minggu ke-6, frekuensi b.a.b. sangat bervariasi antara bayi satu dengan
lainnya.
Ibu dan bayinya baru saja memulai hubungan mereka. Tiap saat perasaan ragu, masalah
menyusui, atau faktor-faktor eksternal seperti promosi susu pengganti ASI, dapat menghambat
rutinitas yang sedang dibina.
16
Petugas kesehatan dan kader kesehatan masyarakat dapat membantu menciptakan iklim
sosial yang mendukung ibu yang menyusui, dengan mempromosikan kebiasaan yang sudah
terbukti berhasil di dalam organisasi mereka. Mereka dapat melakukan advokasi bagi kebijakan
yang akan memperkuat kebiasaan tersebut,menghubungkan layanan masyarakat dengan sektor
kesehatan, dan memberi informasi yang akurat serta perawatan yang bermutu kepada setiap
keluarga
Efek Gizi Terhadap Bayi Yang Dikandung
Pertumbuhan dan perkembangan bayi tidak hanya dipengaruhi oleh kondisikondisi
setelah lahir, namun sejak pembentukannya dalam kandungan ibu. Gizi ibu selama hamil dan
menyusui ikut mendukung terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Gagal tumbuh linier
dapat terjadi sejak usia sebulan yang sebenarnya merupakan akibat retardasi dalam uterus
(Shrimpton, 2001) dan terus menurun tajam dan baru melandai pada tingkat minus 1,5-2 Zscoreketika berusia 2 tahun (Jahari, 2000; Atmarita, 2005). Hasil penelitian Schmidt et al. (2002)
menunjukkan penyimpangan pertumbuhan bayi di Indonesia dimulai pada waktu bayi berumur
67 bulan, dengan prevalensi stunting24 persen dan underweight32 persen pada umur 12 bulan.
Anak yang dilahirkan dengan berat badan rendah berpotensi menjadi anak dengan gizi
kurang bahkan menjadi buruk (Arifeen et al., 2006). Lebih lanjut lagi, gizi buruk pada anak
balita berdampak pada penurunan tingkat kecerdasan atau IQ. Setiap anak gizi buruk mempunyai
risiko kehilangan IQ 1013 poin. Lebih jauh lagi dampak yang diakibatkan adalah meningkatnya
kejadian kesakitan bahkan kematian. Mereka yang masih dapat bertahan hidup akibat
kekurangan gizi yang bersifat permanen kualitas hidup selanjutnya mempunyai tingkat yang
sangat rendah dan tidak dapat diperbaiki meskipun pada usia berikutnya kebutuhan gizinya
sudah terpenuhi (Depkes, 2004).
Gizi selama kehamilan juga sangat membantu dalam menentukan hasil laktasi. Kuantitas
dan kualitas ASI berhubungan dengan diet ibu selama hamil. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa suplementasi zat gizi selama kehamilan berpengaruh terhadap komposisi zat gizi ASI dan
pertumbuhan bayi serta status gizi bayi
Tingkat morbiditas juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, malnutrisi
dan tingginya mortalitas bayi Anemia pada bayi akan mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan. Di Indonesia prevalensi anemia usia 6 bulan 61 persen dan meningkat 65 persen
17
pada usia 12 bulan dan 31 persen balita kurang gizi (-2 zskorBB/U) (Depkes, 2001). Bayi yang
lebihdari 6 bulan ASI eksklusif memiliki Hb yang lebih rendah dibandingkan yang ASI 46
bulan, yang diukur pada umur 9 bulan serta ibu yang anemia anaknya memiliki risiko anemia 3
kali dibandingkan ibunya yang tidak anemia (Maizen-Derr et al., 2006).
Salah satu alternatif memotong siklus hayati kekurangan gizi adalah jatuh pada mata
rantai status gizi dan kesehatan ibu hamil yang merupakan faktor penentu kesehatan dan gizi
generasi selanjutnya. Oleh karena itu, penting sekali untuk mencegah kurang gizi pada masa
janin. Intervensi gizi pada masa kehamilan dapat memperbaiki komposisi dan ukuran tubuh pada
masa remaja dan dewasa kelak. Pemberian pangan fortifikasi zat multi gizi pada ibu hamil
adalah salah satu alternatif perbaikan gizi bagi generasi yang selanjutnya. Hasil penelitian di
Bangladesh menunjukkan bahwa ibu yang pada waktu hamil diberikan suplementasi makanan
608 kkal per hari selama 4 bulan dapat meningkatkan berat bayi lahir 118 g (Shaheen et al.,
2006).
Pada tahun 20052006 SEAFAST IPB, melakukan suatu studi mengenai Pengaruh
Pemberian Pangan yang Difortifikasi Zat Multi Gizi Mikro terhadap Status Gizi Ibu Hamil dan
Berat Bayi Lahir. Zat gizi yang digunakan sebagai fortifikan adalah asam folat, vitamin A,
vitamin C, besi, iodium, dan seng. Dampak lanjutan penelitian tersebut merupakan suatu kajian
penelitian yang menarik. Hal ini disebabkan berbagai studi membuktikan pemberian pangan dan
suplementasi zat multi gizi mikro pada saat ibu hamil memberikan dampak lanjutan pada bayi
yang dilahirkan
Intervensi gizi pada masa kehamilan juga memberikan cadangan atau simpanan zat gizi
yang lebih baik pada ibu dan janin, misalnya intervensi besi dapat meningkatkan simpanan besi
dalam bentuk ferritin atau haemosiderin dalam hati dan darah, seng dalam bentuk macroglobulin, asam folat dalam bentuk poliglutamat, dan iodium dalam tiroid dalam bentuk
triglobulin.
Simpanan ini dapat dimanfaatkan bayi dari ASI selama masa menyusui misalnya
laktoferin. Demikian juga halnya dengan zat gizi yang pro pertumbuhan seperti seng, yodium,
vitamin A dan folat diduga memungkinkan meningkatkan cadanganya pada bayi yang dilahirkan.
Metaboolisme Ibu Sebelum, Selama Dan Sesudah Kehamilan Metabolisme Yang Terjadi
Selama Kehamilan
18
1.
Pada wanita hamil basal metabolic rate, ( BMR ) meninggi hingga 15-20 %, terutama pada
trimester akhir.Sistem endokrin juga meninggi dan tampak lebih jelas kelenjaer gondoknya
(grandula tireoidea).
2.
ASAM ALKALI
Keseimbangan asam alkali ( acic-base balance ) sedikit mengalami perubahan konsentrasi alkali :
a. Wanita tidak hamil : 155 mEq/liter
b. Wanita hamil : 145 mEq/liter
c. Natrium serum : turun dari 142 menjadi 135 mEq/liter
d. Bikarbonat plasma : turun dari 25 menjadi 22 mEq/liter
3.
METABOLISME PROTEIN
Protein dibutuhkan dalam jumlah yang banyak pada kehamilan untuk perkembangan
fetus, alat kandungan, payudara dan badan ibu, serta untuk persiapan laktasi. Maka dari itu perlu
diperhatikan agar wanita hamil memperoleh cukup protein selama hamil. Diperkirakan 1gram
protein setiap kilo gram berat badan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada pemeriksaan
plasma protein ditemukan adanya penurunan pada fraksi albumin dan pula sedikit penurunan
gamma globulin. Perubahan- perubahan dalam plasma protein ini dalam satu minggu postpartum
kembali kepada keadaan sebelum adanya kehamilan.
4.
kencing dan kadang kala di jumpai glukosuria yang mengingatkan kita pada DM. Dalam
kehamilan, pengaruh kelenjar endokrim agak terasa, seperti somatomamotropin, plasma insulin
dan hormon-hormon adrenal -17-ketosteroid. Untuk rekomendasi, harus di perhatikan sungguhsungguh hasil GTT oral dan GTT intravena.
5.
METABOLISME LEMAK
Metabolisme lemak juga terjadi. Kadar kolestrol meningkat sampai 350 mg atau lebih per
100 cc. Hormon somatomamotropin mempunyai peranan dalam pembentukan lemak pada
payudara. Deposid lemak lain nya terdapat dibadan, perut, paha dan lengan.
6.
METABOLISME MINERAL
a. Kalsium :
19
Dibutuhkan rata-rata 1.5 gram sehari sedangkan untuk pembentukan tulang-tulang terutama
dalam trimesrer trakhir dibutuhkan 30-40 gram.
b. Fosfor :
Dibutuhkan rata-rata 2 gram/hari
c. Zat Besi :
Dibutuhkan tambahan zat besi kurang lebih 800 mg /atau 30-50 mg sehari.
d. Air :
Wanita hamil cenderung mengalami retensi air.
7.
terlalu banyak di temukan pada keracunan hamil ( pre-eklamsi dan eklamsi ). Kenaikan berat
badan wanita hamil di sebabkan oleh :
a. Janin, uri, air ketuban, uterus
b. Payu dara, kenaikan volume darah, lemak, protein dan retensi air.
8. KALORI
a.
Kebutuhan kalori meningkat selama kehamilan dan laktasi. Kalori yang di butuhkan untuk
ini terutama diperoleh dari pembakaran zat arang, khususnya sesudah kehamilan lima bulan
keatas. Namun, bila dibutuhkan dipakai lemak ibu untuk mendapatakan tambahan kalori.
b.
Wanita hamil memerlukan makanan yang bergizi dan harus mengandung banyak protein di
Indonesia masih banyak dijumpai penderita defisiensi zat besi dan vitamin B oleh karena itu
wanita hamil harus diberikan Fe dan roboransia yang berisi mineral dan vitamin.
20
BAB V
KESIMPULAN
Usia antara 20 sampai 45 tahun, sering dihubungkan dengan masa subur atau masa usia
produktif. Di usia ini wanita harus lebih memperhatikan kondisi tubuhnya agar selalu
dalam kondisi prima dan bugar
Di hari-hari pertama sesudah melahirkan, ibu mengalami proses pemulihan fisik dan
hormonal yang besar. Kadang-kadang ibu dapat merasa kehilangan semangat, tidak
nyaman, cemas, atau sangat lelah. Ibu dan keluarganya perlu menyadari bahwa perasaan
seperti ini wajar selama satu-dua minggu sesudah melahirkan.
Petugas kesehatan dan kader kesehatan masyarakat dapat membantu menciptakan iklim
sosial yang mendukung ibu yang menyusui, dengan mempromosikan kebiasaan yang
sudah terbukti berhasil di dalam organisasi mereka. Mereka dapat melakukan advokasi
bagi kebijakan yang akan memperkuat kebiasaan tersebut,menghubungkan layanan
masyarakat dengan sektor kesehatan, dan memberi informasi yang akurat serta perawatan
yang bermutu kepada setiap keluarga
21
DAFTAR PUSTAKA
Cattaneo A et al. Kangaroo mother care in low-income countries. International Network in
Kangaroo Mother Care. J T rop Pediatr 1998; 44 (5):279-82.
Chalmers B et al. WHO principles of perinatal care: The essential antenatal, perinatal, and
postnatal care course. Birth 2001; 28 (3) 202-7.
Hofmeyr GJ et al. Companionship to modify the clinical birth environment: Effects on progress
and perception of labour, and breastfeeding. Brit J of Obstet Gynecol1991; 98:765-764.
Madi BC et al. Effects of female relative support in labor: A randomized controlled trial.
Birth1999; 26 (1):4-8.
Rajan L. The impact of obsteric procedures and analgesia/anesthesia during labour and delivery
on breastfeeding. Midwifery1994; 10:87-103.
WHO. Evidence for the ten steps to successful breastfeeding (WHO/CHD/98.9). Geneva:
WHO,1998.
Dwiriani CM. 2011. Pengaruh Pemberian Zat Multi Gizi Mikro dan Pendidikan Gizi terhadap
Pengetahuan Gizi, Pemenuhan Zat Gizi dan Status Besi Remaja Putri. Jurnal Gizi dan Pangan,
2011, 6(3): 171177
Anggriani, Tuti, dkk.2013.Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Perbandingan Zat Besi dengan
dan Tanpa Vitamin
C terhadap Kadar Hemoglobin Wanita Usia Subur.Universitas
Muhammadiyah:Bengkulu
Darlina, dan Hardiansyah.2003.Faktor Resiko
Bogor.Media Gizi dan Keluarga.Vol.2 No.1. 34-41
Anemia
pada
Ibu
Hamil
di
Kota
Suryadi M, Arifin, dkk.2009.Gambaran Anemia Gizi dan Kaitannya dengan Asupan serta Pola
Makan pada Tenaga Kerja Wanita di Tangerang, Banten.Jurnal Kedokteran Yarsi 17 (1):031039.
Walingo.M.K et al.2008.Nutrient Intake and Nutritional Stays Indicators of participant and
Nonparticipant Pupils of a Parent Supported School Lunch Program in Kenya.Journal of
Nutrition Education and Behavior. Vol 40.
23