Penilaian AMDAL
Disclaimer
Bahan ajar ini merupakan bahan referensi lepas yang diharapkan dapat mendukung pelaksanaan Pelatihan
Penilaian AMDAL. Bahan ajar ini dapat dikembangkan oleh pengajar sesuai kebutuhan dengan tetap
mengacu pada kaidah kurikulum dan peraturan yang berlaku.
KATA PENGANTAR
Bahan ajar ini dimaksudkan sebagai salah satu bahan pendukung dalam proses pembelajaran untuk
Pelatihan Penilaian AMDAL yang diadakan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup bekerja sama
dengan Pusat Studi Lingkungan Hidup untuk membantu Pemerintah Daerah memenuhi persyaratan
lisensi bagi Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun 2008 tentang Tata Laksana Lisensi Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/
Kota.
Bahan ajar ini disusun atas kerjasama Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Negara Lingkungan
Hidup dengan Asisten Deputi Urusan Pengkajian Dampak Lingkungan Kementrian Negara Lingkungan
Hidup.
Bahan ajar ini disusun secara singkat dan sederhana agar mudah dipahami oleh peserta diklat, yaitu para
penilai AMDAL, yang umumnya memiliki kemampuan beragam. Bahan ajar ini dapat dikembangkan oleh
pengajar sesuai kebutuhan dengan tetap mengacu pada kaidah kurikulum dan peraturan yang berlaku.
Bahan ajar ini masih perlu disempurnakan, karena itu saran dan kritik membangun untuk penyempurnaannya
sangat diharapkan.
Maret, 2009
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I. PENDAHULUAN
10
12
12
13
BAB V PENUTUP
5.1. Rangkuman
14
5.2. Evaluasi
15
DAFTAR PUSTAKA
16
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1. Karakteristik AMDAL Konvensional dan Kajian Dampak Kumulatif (Lawrence, 1994)
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1. Penyederhanaan konsep tentang faktor-faktor sinergis
dapat mempengaruhi dampak kumulatif (Eccleston, 2001)
vi
4
5
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) merupakan salah satu alat pengelolaan lingkungan
hidup yang digunakan secara efektif di Indonesia. AMDAL mulai diatur secara resmi melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang AMDAL, kemudian diubah melalui Peraturan Pemerintah Nomor
51 Tahun 1993 dan disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999.
AMDAL merupakan alat bantu pengambilan keputusan yang digunakan oleh Menteri, Gubernur atau
BupatiWalikota dalam menentukan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan suatu rencana usaha dan
atau kegiatan. Untuk itu, kompetensi person yang memberikan masukan kepada pengambil keputusan
perlu ditingkatkan dan distandardisasi, antara lain melalui pelatihan penilaian AMDAL. Modul ini merupakan
salah satu bagian dari upaya untuk mencapai tujuan tersebut.
Modul Evaluasi Dampak Kumulatif merupakan salah satu modul yang terkait dengan Modul Evaluasi
Dampak dan Modul Penilaian Dokumen AMDAL.
c.
BAB II
PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS
DAMPAK KUMULATIF
Kajian dampak kumulatif merupakan pengembangan lebih lanjut dari metodologi kajian AMDAL. Kajian
AMDAL secara tradisional lebih terfokus pada dampak langsung yang terjadi akibat adanya suatu kegiatan
(AMDAL skala proyek). Para pengambil keputusan lebih mempertimbangkan dampak yang bersifat
langsung, karena dampak tersebut bersifat lebih pasti dan lebih mudah dipahami. Sementara itu kajian
dampak kumulatif mempunyai batasan ruang dan waktu yang lebih luas, seperti kemungkinan terjadinya
hujan asam, perubahan iklim, pemanasan global, kelestarian keanekaragaman hayati dan dampak terhadap
pembangunan berkelanjutan.
CEARC (1986) mengidentifikasi kelemahan AMDAL yang terlalu fokus pada kajian dampak skala proyek,
seperti:
a. Mengabaikan efek penambahan (additif effects) akibat adanya pembangunan yang berulang-ulang
pada satu ekosistem yang sama
b. Tidak mengkaji secara mendalam dampak dari suatu kegiatan yang dapat mendorong berkembangnya
kegiatan-kegiatan lain disekitarnya.
c. Mengabaikan perubahan kemampuan sistem ekologis dalam menetralisir tingkat pencemaran dan
kerusakan lingkungan yang semakin intensif.
d. Tidak memberikan dorongan untuk mencapai tujuan pengelolaan lingkungan yang lebih komprehensif
yang melindungi kepentingan masyarakat luas.
Akibat kelemahan tersebut di atas, kajian AMDAL dianggap kurang dapat mengantisipasi terjadinya
kerusakan lingkungan. Semakin disadari bahwa kerusakan lingkungan tidak hanya disebabkan oleh
dampak langsung dari suatu kegiatan, namun merupakan kombinasi dampak-dampak kecil dari berbagai
kegiatan, yang kemudian berinteraksi selama jangka waktu yang cukup panjang. Dampak semacam ini
dikenal sebagai dampak kumulatif.
b. Dampak dapat terjadi dari dampak-dampak yang secara individual tidak penting namun secara
bersama-sama dapat menimbulkan dampak penting.
Dampak Kumulatif
terhadap Sumber
Daya Alam
Jumlah dari
dampak-dampak
individual dari kegiatan di masa lalu,
saat ini dan masa
mendatang
Gambar 2. 1. Penyederhanaan Konsep tentang Faktor-Faktor Sinergis dapat Mempengaruhi Dampak Kumulatif (Eccleston, 2001)
Paterson et al. (1987) mengklasifikasikan dampak kumulatif berdasarkan jenis kegiatan dan proses
terjadinya dampak kumulatif. Dampak kumulatif dapat terjadi pada kegiatan tunggal dan multi kegiatan,
sedangkan proses terjadinya dapat bersifat penambahan dan interaktif. Interaksi antar jenis kegiatan dan
proses terjadinya dampak dapat dilihat pada Tabel 2.1, sedangkan Gambar 2.3 menggambarkan empat
jalur terjadinya dampak, jalur dampak kumulatif dapat menghilang secara perlahan-lahan, mengalami
penguatan, menimbulkan terjadinya berbagai dampak turunan dan menyebabkan efek sinergi dengan
adanya interaksi dampak dari berbagai kegiatan.
Gambar 2. 2. Perbedaan Dampak yang Bersifat Aditif/Penambahan dengan Dampak yang Bersifat Sinergis
Tabel 2. 1. Karakteristik AMDAL Konvensional dan Kajian Dampak Kumulatif (Lawrence, 1994)
ASPEK
AMDAL KONVENSIONAL
TUJUAN
Evaluasi proyek
PEMRAKARSA
Proyek Tunggal
SUMBER
DAMPAK
SUDUT
PANDANG
RUANG
SUDUT
PANDANG
SISTEM
ASPEK
INTERAKSI
KAJIAN SIFAT
PENTING
TINGKATAN
ORGANISASI
Intra Organisasional
KETERKAITAN
DENGAN
PERENCA-NAAN
Inter Organisasional
Keterkaiatan dengan tujuan
pengelolaan lingkungan yang lebih
komprehensif sangat erat
KETERKAITAN
DENGAN
PENGEMBILAN
KEPUTUSAN
PENGELOLAAN
DAMPAK
KEGIATAN
TUNGGAL
PROSES PENAMBAHAN
PROSES INTERAKTIF
(ADDITIVE PROCESS)
(INTERACTIVE PROCESS)
KEGIATAN
BANYAK
Canadian Environmental Assessement Agency (2000) menyatakan bahwa dampak kumulatif dapat terjadi
melalui berbagai cara yakni:
1.
Transport fisika-kimia: suatu unsur kimia atau parameter fisika berpindah jauh dari sumber
penghasilnya, kemudian terjadi interaksi dengan kegiatan lain (contoh: emisi gas buang, pembuangan
limbah cair dan sedimen).
Kerusakan terjadi secara bertahap: dampak akan terjadi secara perlahan-lahan (contoh: pembukaan
lahan untuk pembangunan jalan baru di kawasan hutan, secara perlahan-lahan akan terjadi perubahan
penggunaan lahan yang kemudian berakibat pada hilangnya habitat flora dan fauna).
2.
Penumpukan ruang dan waktu (spatial and temporal crowding): dampak kumulatif dapat terjadi
karena adanya berbagai kegiatan yang terjadi secara bersamaan pada kawasan yang sempit dan
dalam selang waktu yang bersamaan selama periode tertentu. Secara individual, kegiatan-kegiatan
tersebut memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan, namun secara kolektif nilai ambang batas
(carrying capacity) di kawasan tersebut terlampaui, sehingga lingkungan tidak dapat berfungsi
kembali seperti pada saat sebelum terjadi gangguan. Dampak dapat saja terlihat secara tiba-tiba atau
secara perlahan-lahan dan berlangsung dalam kurun waktu yang panjang.
Jenis dampak kumulatif penumpukan ruang terjadi karena adanya tumpang tindih dampak berbagai
sumber yang mempengaruhi suatu kawasan tertentu. Sebagai contoh adalah dampak kebisingan
pada suatu kawasan industri. Dampak tersebut dapat berasal dari jalan tol yang melintasi kawasan
tersebut dan kebisingan yang berasal dari kegiatan industri itu sendiri.
Dampak kumulatif jenis penumpukan waktu terjadi karena dampak berbagai kegiatan saling tumpang
tindih pada waktu yang bersamaan, atau terjadi pemaparan kembali dari suatu dampak yang telah
terjadi sebelumnya, pada saat kondisi lingkungan belum pulih kembali.
3.
Potensi yang diakibatkan oleh pertumbuhan (growth-inducing potential): dengan menggunakan dasar
pemikiran bahwa setiap kegiatan baru dapat menyebabkan timbulnya kegiatan baru berikutnya, maka
kegiatan-kegiatan yang berpotensi memicu terjadinya kegiatan-kegiatan lain dimasa mendatang
harus dikaji sebagai dampak kumulatif.
Sementara itu NRC (1986) dan Spaling (1995) melihat terjadinya dampak kumulatif secara lebih
komprehensif dan terdapat delapan jenis dampak kumulatif sebagaimana dapat dilihat pada Tabel
2.3 sebagai berikut:
Tabel 2. 3 Contoh Dampak Kumulatif (Council On Environmental Qualitys, Modifikasi dari NRC 1986 dan
Spaling 1995)
No.
JENIS
Penumpukan waktu
1.
(Time Crowding)
2.
KARAKTERISTIK
CONTOH
Hujan Asam
Penumpukan Ruang
3.
(Space Crowding)
Lintas Batas
4.
(Cross boundary)
Pemanggalan
5.
(Fragmentation)
6.
Compounding Effects
7.
Dampak Tidak
Langsung
(Indirect effects)
8.
BAB III
PRINSIP-PRINSIP DAN INTEGRASI
KAJIAN DAMPAK KUMULATIF
DALAM AMDAL
3.1. PRINSIP-PRINSIP KAJIAN DAMPAK KUMULATIF
Meskipun belum terdapat kerangka analisis dampak kumulatif yang dapat diterima semua pihak, namun
beberapa prinsip-prinsip dasar telah disepakati. Prinsip-prinsip tersebut antara lain adalah:
a. Dampak kumulatif merupakan pengumpulan dari dampak-dampak yang terjadi akibat dari kegiatankegiatan pada waktu lampau, saat ini dan yang diperkirakan akan terjadi di masa mendatang.
Dampak-dampak dari suatu rencana kegiatan terhadap sumberdaya alam, ekositem, dan masyarakat,
termasuk di dalamnya dampak yang terjadi saat ini dan masa mendatang ditambahkan terhadap
dampak yang telah terjadi di waktu lampau. Dampak kumulatif tersebut juga harus ditambah dengan
dampak (masa lalu, sekarang dan akan datang) yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan lain yang
mempunyai pengaruh terhadap sumberdaya alam yang sama.
b. Dampak kumulatif merupakan dampak total, termasuk dampak langsung maupun tidak langsung
terhadap suatu sumberdaya, ekosistem dan masyarakat yang terjadi akibat dari seluruh kegiatan, baik
kegiatan yang pemrakarsanya berasal dari pemerintah, swasta, maupun kegiatan dari masyarakat
sendiri.
c. Dampak kumulatif perlu dianalisis dalam terminologi sumberdaya alam, ekosistem dan masyarakat
yang terkena dampak. Kajian AMDAL pada umumnya melihat dampak dari sudut pandang rencana
kegiatan sedangkan analisa dampak kumulatif melihat dampak dari sudut pandang yang berbeda,
dimana kajian lebih ditekankan kepada kemampuan sumberdaya alam, ekosistem dan masyarakat
yang potensial terkena dampak untuk mengantisipasi dampak yang akan terjadi.
d. Dalam melakukan kajian dampak kumulatif, tidak praktis untuk mengkaji dampak secara keseluruhan,
dampak yang dikaji harus fokus pada dampak-dampak yang benar-benar memiliki makna dalam
proses pengambilan keputusan. Pemusatan dilakukan melalui proses pelingkupan (scoping),
dimana batas wilayah studi diperluas sampai secara signifikan tau dampak yang terjadi sudah di luar
kepentingan pihak-pihak yang terkena dampak.
e. Dampak kumulatif terhadap sumberdaya alam, ekosistem dan masyarakat tidak dibatasi oleh batas
administrasi dan politis. Kewenangan penanganan sumberdaya alam umunya terpecah-pecah
ditangan berbagai instansi sektoral, atau terbagi oleh batas-batas wilayah administrasi. Pembatasan
ini menyebabkan pengelolaan sumberdaya alam tidak terintegrasi dan bersifat parsial. Ruang lingkup
kajian dampak kumulatif mendobrak batasan-batasn tersebut dan melihat dampak terhadap suatu
sumberdaya berdasarkan batasan ekologisnya, demikian juga analisis terhadap masyarakat dikaji
berdasarkan batasan sosial budaya yang nyata di masyarakat.
f. Dampak kumulatif dapat dihasilkan dari akumulasi berbagai dampak yang sama atau dari interaksi
secara sinergis dari berbagai dampak yang berbeda. Kegiatan yang sama dan terjadi secara berulangulang dapat menyebabkan terjadinya dampak kumulatif melalui proses penambahan dampak secara
sederhana (dengan bertambahnya waktu dampak yang terjadi semakin besar). Kegiatan yang sama
atau yang berbeda dapat menimbulkan dampak kumulatif melalui proses interaksi antar dampak
yang pada akhirnya menimbulkan dampak kumulatif yang lebih besar dari penjumlahan dampakdampak yang menyebabkannya.
g. Dampak kumulatif dapat berlangsung selama bertahun-tahun setelah kegiatan yang menyebabkan
terjadinya dampak berakhir. Contoh adalah terjadinya air asam tambang, pencemaran limbah
radioaktif dan kepunahan spesies. Analisis dampak kumulatif harus menerapkan ilmu pengetahuan
dan menggunakan teknik-teknik prakiraan dampak yang terbaik untuk mengkaji kemungkinankemungkinan terjadinya kerusakan lingkungan di masa mendatang.
h. Setiap sumberdaya, ekosistem dan masyarakat yang terkena dampak harus dikaji berdasarkan
kemampuan untuk mengakomodasi terjadinya dampak kumulatif sesuai dengan karakteristik
parameter ruang dan waktu masing-masing. Kerangka pikir para analis, sering kali terpusat pada
10
upaya untuk melakukan modifikasi terhadap sumberdaya, ekosistem dan masyarakat sesuai dengan
kebutuhan dari kegiatan yang akan dilakukan. Kajian dampak kumulatif yang efektif memusatkan
analisis pada apa yang diperlukan untuk memastikan kelestarian produktivitas jangka panjang atau
keberlanjutan (sustainability) dari sumberdaya.
kumulatif yang komprehensif akan memberikan suatu konteks bagi semua studi AMDAL di daerah
penelitian yang sama di masa depan.
Menurut Bailey terdapat tiga skenario dalam mengintegrasikan kajian dampak kumulatif dengan AMDAL
yakni:
a. Jika kemampuan asimilatif lingkungan belum terlampaui. Pada kondisi ini proyek-proyek yang
sedang menerapkan rekomendasi rekomendasi yang diberikan oleh penilaian dampak kumulatif.
Proses AMDAL akan diterapkan secara rutin bagi usulan proyek baru.
b. Jika kemampuan asimilatif lingkungan sudah terlampaui (digunakan sepenuhnya) dan masih dapat
dilakukan perbaikan lingkungan. Pada kondisi ini program pemantauan dan pengelolaan lingkungan
untuk proyek-priyek yang sedang berlangsung harus dikoordinasikan dan ditingkatkan. Dokumendokumen AMDAL diperlukan untuk semua usulan proyek baru.
c. Jika kemapuan asimilatif lingkungan sudah terlampaui dan diperlukan upaya perbaikan lingkungan
yang sangat mendesak. Kegiatankegiatan yang sudah berlangsung harus melaksanakan
rekomendasi-rekomendasi dari penilaian dampak kumulatif. Usulan-usulan untuk proyek baru akan
ditolak secara otomatis.
Pendekatan Bailey di atas memerlukan penentuan ambang batas kemampuan asimilatif lingkungan
hidup, yang merupakan proses kajian yang masih sangat rumit dan belum terdapat standar ambang batas
kemampuan asimilatif lingkungan hidup yang telah disepakati oleh para ahli.
11
12
BAB IV
PENGELOLAAN
DAMPAK KUMULATIF
Sumber data
Kegiatan Masa
lalu
Kegiatan Saat
Ini
Rencana
Kegiatan
Kegiatan
di Masa
Mendatang
Dampak
Kumulatif
Kualitas Udara
Tidak ada
dampak dari
SO2
Peningkatan
SO2 20%
Peningkatan
SO2 10%
Peningkatan
SO2 5%
Peningkatan
SO2 35%
Perikanan
50% Populasi
ikan hilang
2 % populasi
ikan hilang
5 % populasi
ikan hilang
1 % populasi
ikan hilang
48 % populasi
ikan hilang
78 % lahan
basah hilang
1% dari
lahan basah
eksisting hilang
pertahunnya
selama 5 tahun
Lahan basah
Setelah dampak diidentifikasi, sifat penting dampak ditentukan berdasarkan konteks dan intensitasnya.
Penentuan sifat penting merupakan fokus dari analisis dalam kajian dampak kumulatif. Intensitas
dampak dinyatakan sebagai kehebatan (severity) dari dampak. Umumnya faktor yang digunakan untuk
menentukan intensitas dampak adalah: besar dampak, luas persebaran, lamanya dampak dan frekwensi
terjadinya dampak. Ambang batas atau kriteria sifat penting dampak sangat bervariasi tergantung pada
jenis sumber daya yang dikaji, kondisi sumber daya dan tingkat kepentingan sumber daya sebagai suatu
isu lingkungan.
13
14
BAB V
PENUTUP
5.1. RANGKUMAN
a. Dampak kumulatif adalah dampak-dampak terhadap lingkungan yang disebabkan oleh penambahan
dampak (incremental impact) dari suatu kegiatan jika ditambahkan dampak yang diperkirakan dapat
terjadi dimasa datang. Dampak kumulatif dapat terjadi dari dampak-dampak yang secara individual
bersifat tidak penting namun jika terjadi pada kerangka waktu dan tempat yang sama dapat berubah
menjadi dampak penting.
b. Dalam melakukan telaahan terhadap dampak kumulatif, maka ada 2 (dua) batasan yang perlu
dipertimbangkan yaitu: (1). Batas ruang (spatial boundary) dan (2). Batas waktu (time boundary) yang
membatasi penentuan sifat kumulatif suatu dampak.
c. Berdasarkan proses terjadinya, dampak kumulatif dapat berasal dari 2 (dua) proses yang berbeda, yaitu
(1). Proses penumpukan dampak dari satu proses yang terjadi terus menerus, dan (2). Penggabungan
dampak yang terdiri dari dua atau lebih proses. Adapun jenis dampak kumulatif berdasarkan sifat
dampaknya, maka dapat dibedakan menjadi (1). Dampak kumulatif yang bersifat aditif, dan (2).
Dampak kumulatif yang bersifat sinergis.
d. Prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam kerangka analisis dampak kumulatif adalah:
Dampak kumulatif merupakan pengumpulan dari dampak-dampak yang terjadi akibat dari kegiatankegiatan pada waktu lampau, saat ini dan yang diperkirakan akan terjadi di masa mendatang.
Dampak kumulatif merupakan dampak total, termasuk dampak langsung maupun tidak langsung
terhadap suatu sumberdaya, ekosistem dan masyarakat yang terjadi akibat dari seluruh kegiatan.
Dampak kumulatif perlu dianalisis dalam terminologi sumberdaya alam, ekosistem dan masyarakat
yang terkena dampak.
Dalam melakukan kajian dampak kumulatif, tidak praktis untuk mengkaji dampak secara keseluruhan,
dampak yang dikaji harus fokus pada dampak-dampak yang benar-benar memiliki makna dalam
proses pengambilan keputusan.
Dampak kumulatif terhadap sumberdaya alam, ekosistem dan masyarakat tidak dibatasi oleh batas
administrasi dan politis.
Dampak kumulatif dapat dihasilkan dari akumulasi berbagai dampak yang sama atau dari interaksi
secara sinergis dari berbagai dampak yang berbeda.
Dampak kumulatif dapat berlangsung selama bertahun-tahun setelah kegiatan yang menyebabkan
terjadinya dampak berakhir.
Setiap sumberdaya, ekosistem dan masyarakat yang terkena dakpak harus dikaji berdasarkan
kemampuan untuk mengakomodasi terjadinya dampak kumulatif sesuai dengan karakteristik
parameter ruang dan waktu masing-masing.
e. Integrasi kajian dampak kumulatif dalam AMDAL dilakukan melalui prakiraan sifat penting suatu
dampak lingkungan yang diakibatkan oleh suatu rencana usaha dan atau kegiatan. Dampak
lingkungan yang diprakiraan bersifat penting dari proses pelingkupan selanjutnya dianalisis dalam
bab prakiraan dampak pada dokumen analisis dampak lingkungan (ANDAL) untuk ditentukan apakah
dampak tersebut bersifat kumulatif atau tidak. Dalam dokumen ANDAL, dampak tersebut cukup
diidentifikasi dan dinyatakan sebagai dampak yang bersifat kumulatif atau tidak. Apabila bersifat
kumulatif, maka dampak tersebut dikategorikan sebagai dampak penting dan wajib dilakukan
pengelolaan dampaknya.
f. Pengelolaan dampak kumulatif dilakukan dengan mengaplikasikan prinsip utama pengelolaan
lingkungan, yaitu mencegah, mengurangi atau mengendalikan dampak dengan melakukan
memodifikasi atau menambah alternatif-alternatif baru. Strategi pengendalian dampak dirumuskan
dengan menganalisa hubungan sebab akibat yang menimbulkan dampak kumulatif. Salah satu kunci
untuk mengelola dampak secara konstruktif adalah menentukan jalur hubungan sebab akibat yang
menimbulkan dampak paling besar.
g. Antisipasi dari terjadinya dampak kumulatif salah satunya dilakukan melalui pemantauan menerus
terhadap dampak lingkungan suatu rencana usaha dan atau kegiatan, dimana hasil pemantauan
tersebut selanjutnya dijadikan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan pengelolaan lingkungan
hidup selanjutnya melalui suatu manajemen yang adaptif.
5.2. EVALUASI
a. Sebutkan beberapa kelemahan studi ANDAL yang lebih terfokus pada kajian dampak skala proyek
menurut beberapa literatur!
b. Apa yang dimaksud dengan dampak kumulatif?
c. Sebutkan beberapa jenis dampak kumulatif!
d. Faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya dampak kumulatif?
e. Sebutkan dua prinsip kajian dampak kumulatif!
f. Faktor apa saja yang dapat menghambat integrasi penggunaan kajian dampak kumulatif ke dalam
proses AMDAL?
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004. Kajian Dampak Kumulatif. Asdep Urusan Kajian Dampak Lingkungan, Kementerian
Lingkungan Hidup, Jakarta.
Bailey, L., 1993. Hubungan Antara AMDAL dan Penataan Ruang, Proyek EMDI Kantor Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Jakarta.
Canadian Environmental Assessment Research Council (CEARC) and United State National Research Council
(USNRC), 1986. Proceedings of the Workshop and Cumulative Environment Effects: A Binational
Perspective. Hull, Quebec: CEARC.
Canadian Environmental Agency. 2000. Cumulative Effects Assessment Practitioners Guide
Eccleston, C.H. 2001. Effective Environment Assessment: How to Manage and Prepare NEPA EAs, Lewis
Publisher, Boca Raton.
Paterson, E.B. , Chan, Y.H., Paterson, N.M., Constable, G.A., Caton, R.b., Davis, C.S., Wallace, R.R. and Yarranton,
G.A. 1987. Cumulative Effects Assessment in Canada: An Agenda for Action and Research. Hill,
Quebec: CEARC.
Smith, B. and Spaling, H. 1995. Methods for Cumulative Effects Assessment. In Environmental Impact
Assessment Review 15, 1, 81-106.
Spaling, H. and Smith, B. 1993. Cumulative Environment Change: Conceptual Frameworks, Evaluation
Approaches, and Institutional Perspective. Environmental Management 17, 5, 587-600.