Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL PENELITIAN

Analisis Usaha Tani Pada Lahan Pekarangan Oleh Kelompok Tani di Desa
Bantan Tengah Kabupaten Bengkalis

Disusun Oleh:
Ayu Dwi Herlini
135130019

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian


Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
2015

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan wilayah yang sangat luas dan merupakan negara
maritim terluas di dunia, jumlah pulau Indonesia sebanyak 13.466 pulau dan
luas lahan di Indonesia adalah 1.910.931,32 km2 yang terdiri dari yang
terbentang dari sabang hingga merauke. Dari jumlah luasan tersebut yang
menjadi lahan produktif bagi sektor pertanian adalah sekitar 7,75 juta hektar
dari keseluruhan luas lahan di Indonesia. Jumlah ini tentu saja tidak cukup luas
dibandigkan dengan luasan lahan produktif yang dimiliki dan juga jumlah
penduduk yang mencapai 250 juta jiwa di tambaha lagi dengan peningkatan
konversi lahan pertanian dari tahun ke tahun mencapai 80.000 hektar per
tahunnya menjadi lahan yang non pertanian.
Jumlah produksi dari produkproduk pertanian semakin menurun, di
karenakan alih fungsi lahan pertanian disatu sisi pertumbuhan penduduk terus
meningkat, praktis hal ini akan berpengaruh terhadap jumlah permintaan pasar
terhadap produkproduk pertanian. Beberapa upaya yang telah di lakukan oleh
pemerintah adalah diantaranya dengan pembukaan lahan baru untuk
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, sebagai upaya mendukung terhadap
program pemerintah, sebenarnya banyak lahan tidur yang tidak termanfaatkan
di daerah kota seperti pemanfaatan lahan di pekarangan rumah termasuk
diantara lahan tidur yang masih belum termanfaatkan di karenakan kehidupan
dan mobilitas dari penduduk kota sangat tinggi sehingga penduduk kota masih
kurang sadar untuk memanfaatkan lahan di pekarangan di bandingkan dengan
penduduk desa di karenakan mobilitas penduduk desa tidak terlalu tinggi di
bandingkan di kota.

Pekarangan merupakan sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah di


usahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui
perbaikan menu keluarga. Pekarangan sering juga disebut sebagai lumbung
hidup, warung hidup atau apotik hidup. Pemanfaatan lahan pekarangan turut
membantu perekonomian dalam rumah tangga , bahkan jika hasilnya lebih,
bisa dijual ke pasar. Peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan
utama dalam menunjang suksesnya Pembangunan antara lain dengan
memanfaatkan tanah-tanah pekarangan secara intensif. Setiap anggota
masyarakat baik yang tinggal di kota maupun di pedesaan mempunyai atau
hidup dalam suatu pekarangan, hanya penduduk yang berdomisili di pedesaan
biasanya dapat menikmati tingkat ketenangan yang relatif lebih baik karena
terhindar dari keramaian atau volusi, namun bagi masyarakat yang tinggal di
pedesaan itu nampaknya masih belum memanfaatkan potensi tanah
pekarangannya.
Status lahan di Desa Bantan Tegah terdiri dari 400 Ha Lahan Sawah Tadah
hujan, 116 Ha Lahan Pekarangan, 21.500 Ha Lahan Kebun, 1700 Ha lahan
Gambut, 566 Ha Hutan Belukar, dan 157 Ha Hutan Bakau. Dari status lahan
yang dimiliki oleh Desa ini maka perlu mengefektifkan fungsi pekarangan 2
Lahan Pekarangan seluas 116 Ha belum dimanfaatan secara maksimal oleh
Kelompok tani Desa Bantan Tengah, padahal apabila pekarangan ini dikelola
dengan baik, maka akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat baik berupa
materi maupun dalam bentuk bukan materi, misalnya Sosial Budaya yang akan
mempererat hubungan Silaturahmi antar penduduk Desa.

Tanaman holtikultura yang di budidayakan kelompok tani Desa Bantan


Tengah adalah sayuran sawi, kangkung dan daun seledri. komoditas ini akan
memiliki masa depan sangat cerah melihat dari keunggulan komparatif dan
kompetitif yang dimilikinya untuk pemulihan perekonomian Desa Bantan
Tengah. Tanaman sayuran yang di budidayakan oleh kelompok tani Desa
Bnatan Tengah berfungsi sebagai tanaman pelindung, sebagai tanaman yang
dapat mencukupi gizi keluarga, sebagai tanaman yang memiliki nilai ekonomi
yang tinggi.
Pekarangan bukan hanya untuk menciptakan keindahan dan kesejukan
saja, usaha di pekarangan jika dikelola secara intensif sesuai dengan potensi
pekarangan, disamping dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga,
juga dapat memberikan sumbangan pendapatan bagi keluarga dan Desa.
Langkah menganalisis usaha tani pada lahan pekarangan oleh kelompok tani di
desa bantan tengah kabupaten bengkalis ini sangat tepat dimana bisa membantu
perekonomian Desa tersebut.
B. Perumusan Masalah
1 Bagaimana tingkat kesadaran kelompok tani dalam pemanfaatan lahan
2

pekarangan
Kendala apa saja yang mempengaruhi budidaya tanaman holtikultura pada

lahan pekaranagan.
Bagaimana keuntugan dari pemanfaatan lahan perkarangan perumahan.

C. Tujuan Penelitian
1 Mengetahui tingkat kesadaran kelompok tani dalam pemanfaatan lahan
2

pekarangan.
Mengetahui Kendala apa saja yang

mempengaruhi budidaya tanaman

holtikultura pada lahan pekaranagan


3 Mengetahui keuntugan dari pemanfaatan lahan perkarangan perumahan
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, meningkatkan pengetahuan tentang analisis lahan pekarangan,


baik dari pemanfaatan lahan pekarangan hingga potensi ekonomi dari
pemanfaatan lahan pekaranagan .
2. Bagi organisasi, baik itu kelompok tani maupun masyarakat Desa Bantan
Tengah, dengan melihat banyaknya manfaat dari lahan pekarangan sehingga
dapat membuat perekonomian keluarga maupun Desa menjadi meningkat.
E. Tinjauan Pustaka
1. Landasan Teori
1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi (Adam Smith)
Adam Smith merupakan ekonom pertama yang banyak
menumpahkan perhatiannya kepada masalah pertumbuhan ekonomi.
Dlam bukunya An Inquiry into the Nature and Cause of the Wealth of
Nations (1776) ia mengemukakan tentang proses pertumbuhan ekonomi
dalam jangak panjang secara sistematis.
Terdapat dua aspek utama dalam pertumbuhan ekonomi:
a. Pertumbuhan output total.
b. Pertumbuhan penduduk.
Menurut Adam Smith terdapat beberapa unsur pokok dalam suatu
negara, seperti:
a
b
c

Sumber daya alam yang tersedia (faktor produksi tanah).


Sumber daya insane (jumlah penduduk).
Stok barang modal yang ada.
Menurut Smith, sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah

yang mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah


sumber daya yang tersedia merupakan batas maksimum bagi
pertumbuhan suatu perekonomian, Maksudnya jika sumber daya ini
belum digunakan sepenuhnya, maka jumlah enduduk dan stok modal
yang ada memegang penranan penting dalam pertumbuhan output.

Tetapi pertmbuhan output tersebut akan berhenti jika semua sumber


daya alam tersebut telah digunakan secara penuh.
Sumber daya insani (jumlah penduduk) mempunyai peranan yang
pasif dalam proses pertumbuhan output. Maksudnya, jumlah penduduk
akan menyeuaikan diri dengan kebutuhan akan tenaga kerja dari suatu
masyarakat.
Stok modal, menurut Smith, merupakan unsure produksi yang
secara aktif menetukan tingkat output. Peranannya sangat sentral dalam
proses pertumbuhan output. Jumlah dan tingkat pertumbuhan output
tergantung pad laju pertumbuhan stok modal (sampai batas
maksimumdari sumber alam).
Pengaruh stok modal terhadap tingkar output total bias secara
langsung dan tidak lansung. Pengaruh langsung ini maksudnya adalah
karena pertambahan modal (sebagai input) akan langsng meningkatkan
output. Sedangkan pengaruh tidak langsung maksudnya adalah
peningkatan produktifitas perkapita yang dimungkinkan oleh karena
adanya spesialisasi dan pembagian kerja yang lebih tinggi. Semakin
besar stok modal, menurut Smith, semakin besar kemungkinan besar
dilakukannnya spesialisasi dan pembagian kerja yang pada gilirannya
akan meningkatkan produktivitas perkapita.
Spesialisasi dan pembagian kerja

ini

bisa

menghasilkan

pertumbuhan output, menurut Smith, karena spesialisasi tersebut bisa


meningkatkan keterampilan setiap pekerja dalam bidangnya dan
pembagina kerja bisa mengurangi waktu yang hilang pada saat
peralihan macam pekerjaan.

1.2 Kelompok Tani


Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan
bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan
bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai
bagian dari kelompok tersebut (Mulyana, 2000).
Kelompok tani adalah petani yang dibentuk atas dasar kesamaan
kepentingan

kesamaan

kondisi

lingkungan

(sosial,

ekonomi,

sumberdaya) keakraban dan keserasian yang dipimpin oleh seorang


ketua (Trimo, 2006).
Kelompok Tani menurut Anonim dalam Mardikanto (1993)
diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau yang terdiri dari
petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/pemudi)
yang terikat secara formal dalam suatu wilayah keluarga atas dasar
keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh
dan pimpinan seorang kontak tani.
Menurut Suhardiyono (1992) kelompok tani biasanya dipimpin
oleh seorang ketua kelompok, yang dipilih atas dasar musyawarah dan
mufakat diantara anggota kelompok tani. Pada waktu pemilihan ketua
kelompok tani sekaligus dipilih kelengkapan struktur organisasi
kelompot tani yaitu sekretaris kelompok, bendahara kelompok, serta
seksi-seksi yang mendukung kegiatan kelompoknya. Seksi-seksi yang
ada disesuai kan dengan tingkat dan volume kegiatan yang akan
dilakukan. Masing-masing pengurus dan anggota kelompok tani harus
memiliki tugas dan wewenang serta tanggung jawab yang jelas dan
dimengerti oleh setiap pemegang tugasnya. Selain itu juga kelompok

tani harus memiliki dan menegakkan peraturan-peraturan yang berlaku


bagi setiap kelompoknya dengan sanksi-sanksi yang jelas dan tegas.
Biasanya jumlah anggota kelompok tani berkisar antara 10-25 orang
anggota.
1.3 Lahan Pekarangan
Pekarangan sebagai salah satu sistem pemanfaatan lahan pertama
kali dilaporkan oleh Raffles (Terra, 1954). Raffles mengemukakan
bahwa dalam pekarangan petani mendirikan bangunan (gubuk) yang
diperuntukan bagi tempat tinggal, sedangkan lahan di sekitarnya
ditanami dengan tanaman sayuran dan pohon-pohonan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Sedangkan Terra (1953), memberikan definisi
pekarangan sebagai tanah di sekitar rumah biasanya berpagar keliling
yang ditanami dengan berbagai macam tanaman musiman maupun
tahunan. Umumnya pekarangan terletak berdampingan satu dengan
lainnya, sehingga bersama-sama membentuk dusun, kampung atau
desa.
Karyono, dkk. (1981) melaporkan bahwa sebidang tanah darat
disebut pekarangan apabila didalamnya ada rumah, ada tanamannya dan
mempunyai batas pemilikan yang jelas. Soemarwoto (1988) melihat
pekarangan tidak hanya dari sudut tanaman saja, tetapi hewan haruslah
dimasukan ke dalam bagian di dalamnya yang tidak bisa dipisahkan,
oleh karena itu di dalam pekarangan terjadi interaksi antara manusia,
tanaman dan hewan peliharaan. Pada tahun 1982 di Bandung telah
diadakan Seminar Ekologi Pekarangan ke-3, pada seminar tersebut

disepakati diantaranya definisi dari pekarangan, pekarangan adalah


sebidang tanah di sekitar rumah yang mempunyai hak fungsionil
terhadap pemiliknya. Hak fungsionil dimasukan dalam definisi
pekarangan mempunyai arti yang penting, karena pekarangan adalah
man made dimana manusia (sebagai pemilik dan manager) mempunyai
peranan yang sangat penting dalam menentukan warna dari pekarangan
itu sendiri.
Pekarangan merupakan salah satu bentuk dari agroekosistem yang
menunjukkan adanya satu kesatuan antara sistem pertanian tradisional
yang khas dengan sistem penggunaan lahan lainnya, yang mempunyai
perbedaan dengan sistem pertanian lainnya yang ada di pedesaan.
Pekarangan merupakan ekosistem buatan, sedangkan susunan floristik
yang mengisi ruang pekarangan sangat tergantung dari latar belakang
pemilik pekarangan, sehingga struktur pekarangan yang satu dengan
lainnya bisa berbeda (Abdoelah dkk, 1980). Hasil kajian menunjukkan
bahwa struktur floristik agroekosistem dipengaruhi oleh faktor biofisik
dan faktor sosial budaya ekonomi (Karyono, 1990). Faktor biofisik
yang mempengaruhi struktur floristik, antara lain ketinggian tempat dari
air laut, iklim dan topografi. Misalnya, pekarangan di daerah
pegunungan berbeda susunan floristiknya dengan pekarangan di daerah
dataran rendah atau pantai, pekarangan dekat kota akan berbeda
susunan floristiknya dengan pekarangan jauh dari kota (Hadikusumah,
2005).
1.4 Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Pemanfaatan pekarangan adalah pekarangan yang dikelola melalui


pendekatan terpadu. Kegiatan dengan menanam berbagai jenis tanaman,
ternak dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan
yang beranekaragam secara terus-menerus, guna pemenuhan gizi
keluarga (Riah, 2002). Tanaman hortikultura yaitu sayur-sayuran
seringkali menjadi tanaman pokok yang ditanam di lahan pekarangan.
Tanaman hortikultura termasuk tanaman yang secara tidak langsung
memiliki nilai keindahan. Itulah sebabnya, banyak orang yang
menanam sayur-sayuran di pekarangan (Sunarjono, 2005).
Pemanfaatan lahan pekarangan dapat dilakukan dengan tiga model
penanaman yaitu penanaman secara konvensional, penanaman dengan
menggunakan pot dan penanaman secara vertikultur. Penanaman
konvensional adalah penanaman tanaman langsung di tanah dan
prinsipnya sama dengan berkebun sayuran dalam arti sebenarnya, tetapi
skalanya lebih kecil sesuai dengan lahan yang tersedia. Sementara,
penanaman dengan menggunakan pot adalah sebuah alternatif untuk
lebih memperbanyak jumlah tanaman dan jenis sayuran.
diusahakan dan penanaman secara vertikultur adalah pola bercocok
tanam yang menggunakan wadah tanam vertikal untuk mengatasi
keterbatasan lahan. Dan setiap model penanaman membutuhkan
persiapan tersendiri (Agus, 2001).
Memilih jenis-jenis tanaman yang akan ditanam di pekarangan
memerlukan kiat tersendiri. Beberapa faktor yang harus diperhatikan
diantaranya adalah luas pekarangan, iklim dan manfaat dari tanaman
yang dihasilkan. Beberapa tanaman yang dikembangkan di pekarangan

dapat digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu : 1) tanaman pagar; 2)


tanaman hias berkhasiat obat; 3) tanaman sayur-sayuran; 4) tanaman
buah-buahan (Sopiah, 2006). Menurut Sopiah lahan pekarangan
memiliki berbagai fungsi sebagai berikut :
a. Fungsi Lumbung Hidup
Untuk menghadapi musim paceklik, pekarangan biasanya
dapat membantu penghuninya menyediakan sumber pangan yang
hidup (lumbung hidup) seperti : tanaman palawija, tanaman pangan
dan hortikultura, hasil binatang peliharaan, dan ikan.
b. Fungsi Warung Hidup
Pekarangan menyediakan berbagai jenis tanaman dan binatang
peliharaan yang setiap saat siap dijual untuk kebutuhan keluarga
pemiliknya.
c. Fungsi Apotik Hidup
Pekarangan menyediakan berbagai jenis tanaman obat-obatan,
misalnya : sembung, jeruk nipis, kunir, kencur, jahe, kapulaga dan
sebagainya. Tanaman tersebut dapat digunakan untuk obat-obatan
tradisional yang tidak kalah khasiatnya dengan obat-obatan yang
diproduksi secara kimiawi.
d. Fungsi Sosial
Lahan pekarangan yang letaknya berbatasan dengan tetangga
biasanya digunakan untuk ngumpul-ngumpul hajatan, tempat
bermain, berdiskusi, dan kegiatan sosial lainnya. Hasil pekarangan
biasanya saling ditukarkan dengan hasil pekarangan tetangga untuk
menjalin keeratan hubungan sosial.
e. Fungsi Pemberi Keindahan

Pekarangan yang ditanami dengan berbagai jenis tanaman


bunga-bungaan dan pagar hidup yang ditata rapi akan memberi
keindahan dan ketenangan bagi penghuninya.
Melihat fungsi diatas, Poerwadarminta dalam Priyatmoko
(2009) menambahkan bahwa pekarangan adalah sebidang tanah
darat yang terletak langsung di sekitar rumah tinggal dan jelas batasbatasannya, ditanami dengan satu atau berbagai jenis tanaman dan
masih mempunyai hubungan pemilikan dan fungsional dengan
rumah yang bersangkutan. Hubungan fungsional yang dimaksudkan
disini adalah meliputi hubungan sosial budaya, hubungan ekonomi,
serta hubungan biofisika.
2. Penelitian Terdahulu
Penulis menggunakan acuan dari peneliti terdahulu, yaitu Ida
Rohaidah (2014) Pemanfaat Lahan Pekarangan Sebagai Upaya Pemenuhan
Kebutuhan. Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa
dengan

pemanfaatan

lahan

yang

dilakukan

dapat

mendatangkan

keuntungkan , dapat juga melatih kemandirian penduduk urban yang ada di


kota Tasikmalaya. Jenis sayuran yang ditanam dipekarangan sebelum ada
program KRPL adalah cabe dan biasanya tanpa pemeliharaan. Setelah ada
program KRPL jenis sayuran yang ditanam bertambah antara lain cabai
(besar dan kecil), kangkung, bayam, terong, pakcoy, selada, mentimum, dan
buah-buahan seperti pepaya serta tanaman obat seperti sereh dan kunyit.
Pekarangan sangat potensial untuk dijadikan lahan usaha tani sayuran
sebagai warung hidup. Disebut warung hidup karena hasil sayuran dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sayuran sehari-hari tanpa harus

membeli dipasar. Warung hidup dipekarangan memiliki berbagai fungsi


antara lain sebagai berikut.Sumber vitamin , mineral ,kuntungan ,
kemandiriaan , sarana kesehatan , sarana rekreasi.
Penelitian lain yang dijadikan sebagai acuan adalah

Roza Yulida

(2012) tentang Kontribusi usaha tani lahan pekarangan terhadap


perekonomian rumah tangga petani di kecamatan kerinci kabupaten
pelalawan, dengan hasil penelitian bahwa adanya penambahan pendapatan
rumah tangga petani dalam usahatani lahan pekarangan. Rata-rata
pendapatan yang diperoleh petani sebesar Rp.101.920,00/panen. 153
Pendapatan rumah tangga petani sebelum menjalankan program adalah
Rp.2.177.731,00/bulan dan meningkat menjadi Rp.2.279.651,00/bulan atau
telah berkontribusi sebesar 4,47%. b. Adanya perubahan pendapatan rumah
tangga petani sebelum dan sesudah program. Berdasarkan analisis uji t,
petani memperoleh nilai t hitung sebesar 3,47 sedangkan nilai pada t tabel
sebesar 2,045 dengan tingkat signifikan = 0,05 dan taraf kepercayaan 95%
sehingga (t hitung > t tabel) oleh karena itu H1 diterima, Ho ditolak. Artinya
pendapatan rumah tanggga petani lebih besar setelah melaksanakan program
daripada sebelum melaksanakan program. Oleh sebab itu, ada pengaruh
nyata (signifikan) dari masing-masing aktivitas petani dalam melakukan
usahatani lahan pekarangan terhadap pendapatan rumah tangga.
3. Kerangka Pemikiran
Usaha tani pada lahan pekarangan banyak memberikan dampak positif
bagi kelompok tani maupun warga Desa Bantan Tengah Kabupaten
Bengkalis. Dengan membudidayakan tanaman sawi, kangkung dan daun
seledri pada lahan pekarangan bisa meningkatkan pendapatan yang lebih

bagi kelompok tani dalam pemanfaatan lahan pekarangan di Desa Bantan


Tengah.
Banyaknya insformasi dan teknologi sangnat membatu kelompok tani
dalam mengetahui banyaknya manfaat dari lahan pekarangan, sehingga bisa
mengurangi kurangnya pengetahuan kelompok tani atas potensi yang pada
Desa Bantan Tengah Kabupaten Bengkalisada dan salah satunya adalah
pemanfaatan lahan pekarangan.

Lahan Pekarangan

Meningkatkan Kesadaran
Kelompok Tani

Analisis Usaha Tani

Faktor Internal

Luas Pekarangan

Faktor Eksternal

Pendapatan

Tingkat Pendidikan

Komoditas

Informasi

Gambar 1 .Bagan kerangka pemikiran

F. Hipotesis
1 Diduga tingkat kesadaran kelompok tani dalam pemanfaatan lahan
pekaranagn rendah
2 Diduga keuntugan dari pemanfaatan lahan perkarangan perumahan tinggi
G. Pembatasan Penelitian
1. Penelitian dilakukan pada semua kelompok tani di Desa Bantan Tengah
2. Penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat kesadara kelompok tani
terhadap manfaat lahan pekarangan serta menganalisis usaha tani pada lahan
pekarangan oleh kelompok tani di Desa Bantan Tengah.
H. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian
mengenai tingkat kesadaran kelompok tani terhadap pemanfaatan lahan
pekarangan di Desa Bantan Tengah adalah :

a. Faktor internal atau karakteristik individu adalah faktor-faktor yang


terdapat dalam individu responden yang dapat memotivasi diri atau
merupakan dorongan dalam diri untuk ikut berpartisipasi dalam
pengelolaan lingkungan. Faktor internal meliputi umur, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah beban keluarga, pengalaman
berorganisasi, dan lama tinggal.
b. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang terdapat di luar responden yang
dapat memotivasi atau mendorong responden untuk berpartisipasi dalam
pengelolaan lingkungan. Faktor eksternal dari kegiatan pengelolaan
lingkungan yang meliputi metode dan pelayanan pelaksanaan kegiatan
pengelolaan lingkungan.
c. Tingkat pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah
diikuti responden. Diukur berdasarkan jenjang pendidikan formal
terakhir dan dengan acuan dasar wajib belajar sembilan tahun. Tinggi : >
SMP Rendah: SMP
d. Akses responden terhadap informasi merupakan seringnya responden
mengakses informasi yang berkaitan dengan bidang pertanian, yang
dapat diperoleh melalui radio, televisi dan koran.
2. Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian
mengenai analisis usaha tani pada lahan pekarangan di Desa Bantan Tengah
adalah :
a. Luas pekarangan merupakan besarnya luas lahan pekarangan yang
dimiliki responden yang digunakan dalam program ini hingga penelitian
dilakukan. Diukur dengan besarnya lahan yang digunakan untuk kegiatan
dalam program.

b. Pendapatan merupakan penghasilan yang diperoleh baik dari hasil


bekerja maupun hasil penjualan setelah mengikuti program peningkatan
dan pengembangan pertanian perkotaan. Diukur dengan kemampuan
mencukupi kebutuhan keluarga per bulan.
c. Kesesuaian komoditas dengan lahan pekaranang yaitu kesesuaian
tanaman sawi, kangkung dan daun seledri dengan lahan pekarangan Desa
Bantan Temgah.
I. Metode Penelitian
1.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 5 bulan yaitu pada bulan
Januari sampai dengan Mei 2015 di Desa Bantan Tengah Kecamatan
Bantan Kabupaten Bengkalis Riau
1.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yaitu penelitian dengan
memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang
diangkakan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan

metode survei,

yaitu merupakan suatu metode pengumpulan data yang menggunakan


instrumen kuesioner atau wawancara untuk mendapatkan tanggapan dari
responden yang diambil.
1.3 Metode Pengambilan Daerah
Penelitian ini dilaksanakan karena adanya potensi yang bisa
dikembangkan pada lahan pekarangan di Daerah Bantan Tenggah
Kabupeten Bengkalis sehingga dengan memanfaatkan lahan pekarangan
bisa memajukan Daerah Bantan Tengah.
1.4 Metode Pengambilan Sampel Kelompok Tani
Populasi pada penelitian ini adalah keseluruhan kelompok tani
pekarangan pada Daerah Bantan Tengah Kabupaten Bengkalis yakni
sebanyak 7 kelompok tani. Untuk menentukan besarnya sampel, maka

dilakukan dengan menggunakan statistic deskriptif dengan menggunakan


rumus Slovin, yaitu (Umar, 2003):

N
1+N ( e ) 2

Dimana :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
E = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan.
Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah Stratified
Random Sampling. Teknik pengambilan sampel dimana populasi
dikelompokan dalam strata tertentu kemudian diambil sampel secara
random dengan proprosi yang seimbang sesuai dengan posisi dalam
populasi serta bila populasi mempunyai unsure yang tidak homogen
(Sugiyono, 2010).
1.5 Metode pengumpulan data
a. Macam data
1) Data primer yaitu data yang diperoleh dari lapangan. Data ini
diperoleh dari

pengamatan dan pencatatan secara langsung

terhadap elemenelemen yang menjadi subyek penelitian yaitu


meliputi data hasil wawancara dan kuisioner mengenai tanggapan
kelompok tani pekarangan tentang analisis usaha tani pada lahan
pekarangan di Desa Bantan Tengah.
2) Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari
objek penelitian melalui literaturliteratur
jumlah kelompok tani dan struktur organisasi.

kepustakaan seperti

b. Sumber data
1) Kelompok tani
2) kepala desa
3) PPL
4) Dinas Pertanian
c. Cara Pengumpulan Data
1) Observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengadakan
pengamatan atau mencatat secara sistematik terhadap gejala yang
tampak pada obyek penelitian. Metode observasi ini dilakukan untuk
mengetahui gambaran awal tentang daerah penlitian dengan
mengunakan pedoman observasi.
2) Wawancara, yaitu metode pengumpulan data dengan cara tanya
jawab yang di kerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada
tujuan penelitian (Papundu Tika 2005 : 9). Metode ini digunakan
untuk memperoleh data identitas responden, keadaan ekonomi
responden, dll. Dalam melakukan wawancara terhadap responden
digunakan pedoman wawancara yang berupa angket ( instrument
penelitian ).
3) Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditunjukkan kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat
berupa berbagai macam ( Irawan soehartono, 1995 : 70-71).
Dokumen dalam penelitian ini berupa profil dusun, tentang kondisi
demografi sosial dll.
1.6 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis
1. 6. 1 Teknik Analisis
a. Analisis kualitatif
Analisa kualitatif yaitu metode analisis yang tidak
berbentuk

angkaangka yang sifatnya tidak dapat diukur,

yaitu

berbentuk

kasuskasus

sehingga

memerlukan

penyelesaian seperti uraianuraian.


Kesadaran kelompok tani diukur dengan menggunakan
kuesioner yang berisi pertanyaan tentang kesadaran kelompok
tani dalam pemanfaatan lahan pekarangan. Setiap butir
pertanyaan diberi 5 alternatif jawaban berdasar teknik
penyekalaan Likert. Kelima alternatif jawaban itu adalah Sangat
Tinggi dengan bobot 5, Tinggi dengan bobot 4, Sedang dengan
bobot 3, Rendah dengan bobot 2 dan Sangat Rendah dengan
bobot 1. Skor total yang diperoleh tiap individu dari skala ini
akan menunjukkan tinggi rendahnya kesadaran kelompok tani
b

dalam pemanfaatan lahan pekarangan.


Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif yaitu analisis data yang berbentuk
angkaangka yang berdasarkan hasil kuisioner dari analisis
usaha tani pada lahan pekarangan oleh kelompok tani di Desa
Bantan Tengah Kabupaten Bengkalis.
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu
analisa statistik deskriptif yaitu dengan mengitung rata rata
penerimaan. Untuk mengetahui seberapa besar penerimaan
usaha tani pada lahan pekarangan digunakan rumus menurut

Soekartawi (2006)
TR = Q x P
Keterangan :
TR = Total Penerimaan
Q = Jumlah produksi yang diperoleh dalam memanen
P = Harga Produk (Rp)
1.6.2 Pengujian Hipotesis
a. Pengujian Hipotesis I

Berdasarkan hipotesis I diduga bahwa tingkat kesadaran


kelompok tani dalam pemanfaatan lahan pekarangan adalah
rendah. Untuk mengetahui tingkat kesadaran kelompok tani
dalam pemanfaatan lahan pekarangan , digunakan metode Likert
yaitu metode yang menjabarkan beberapa item pertanyaan yang
disusun dalam kuisioner dan setiap pertanyaan diberi skor
senilai dengan pilihan responden (James dan Dean,1992).
Untuk mengukur tingkat tingkat kesadaran kelompok tani
dalam pemanfaatan lahan digunakan tiga indikator, yaitu tinggi,
sedang, rendah. Ketiga indikator tersebut dijabarkan dalam
kuisioner dengan metode skoring (skala Likert), berikut ini tabel
skor maksimum dan minimum tingkat kesadaran kelompok tani
dalam pemanfaatan lahan pekarangan.
Tabel 1. Skor Maksimum dan Minimum Tingkat Kesadaran
Kelompok Tani dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan
No
1
2
3

Tingkat Kesadaran
Kelompok Tani
Pengetahuan
tentang
manfaat lahan pekarangan
Sosialisasi dan penyuluhan
terhadap kelompok tani
Tingkat kemampuan kinerja
kelompok
Jumlah

Skor
Minimum
5

Skor
Maksimum
12
12

5
6

12
12

16

48

UUntuk menentukan interval kelas dapat menggunakan rumus


(Suparman, 1996) sebagai berikut :
Dimana :
c
= Interval kelas
Xn
= Skor maximum
XI
= Skor Minimum

k
= Jumlah kelas
Sehingga panjang interval

kelas

masing-masing

tingkat

kesadarankelompok tani adalah :


Tabel 2. Interval Kelas Dan Tingkat Kesadaran Kelompok Tani
No.

Interval Kelas

Tingkat Kesadaran

1.

16 26

Rendah

2.

27 37

Sedang

3.

38 48

Tinggi

Dari data diatas maka intervalnya dapat dihitung dengan rumus :

Interval =

Nilai maksimum-Nilai minimum


Jumlahkelas

4816
3
= 10,7

Berdasarkan nilai diatas dapat ditentukan tingkat kesadaran


kelompok tani :
Jika nilai jawaban tingkat kesadaran: 38 48 maka tingkat
kesadaran kelompok tani tinggi.
Jika nilai jawaban tingkat kesadaran: 27 37 maka tingkat
kesadaran kelompok tani sedang.
Jika nilai jawaban tingkat kesadaran: 16 - 26 maka tingkat
kesadaran kelompok tani rendah.
b. Pengujian Hipotesis 2

Pengujian hipotesis ke-3 dengan menggunakan analisa


statistik deskriptif yaitu dengan mengitung rata rata
penerimaan. Untuk mengetahui seberapa besar penerimaan
usaha tani pada lahan pekarangan digunakan rumus menurut
Soekartawi (2006)
TR = Q x P
Keterangan :
TR = Total Penerimaan
Q = Jumlah produksi yang diperoleh dalam memanen
P = Harga Produk (Rp)
Total penerimaan kelompok tani dari pemanfaatan lahan
pekarangan adalah Rp. 9.750.000/bulan dengan jumlah sayuran
(sawi, kangkung, daun seledri )yang di panen sebesar 25 ikat
/hari.
Masing masing harga dari sawi Rp.5000, kangkung Rp. 5000,
dan daun seledri Rp. 3000.
TR = Q X P
Kangkung 25 ikat X Rp. 5000 = Rp. 125.000/hari
Sawi
25 ikat X Rp. 5000 = Rp. 125.000/hari
Seledri
25 ikat XRp. 3000
= Rp. 75.000/hari
+
Total Penerimaan
= Rp. 325.000/hari
Dari analisis statistik deskriptif yaitu dengan mengitung
penerimaan

dari

pemanfaatan

lahan

pekarangan

maka

keuntungan yang di dapat pada per bulannya adalah Rp.


9.750.000 hal ini menunjukkan bahwa :
Jika pendapatan sebelumnya < Rp.9.750.000 maka keuntungan
yang di dapat tinggi.
Jika pendapatan sebelumnya > Rp.9.750.000 maka keuntungan
yang di dapat rendah.

Daftar Pustaka

Anonim.

2009.
Pengertian-pengertian
Kelompok
Tani.
(https://h0404055.wordpress.com/2009/12/02/pengertian-pengertiankelompok-tani/)

Anonim.

2011.
Partisipasi
Anggota
Kelompok
Tani.
(http://kumpulanbungamawarku.blogspot.com/2011/04/partisipasianggota-kelompok-tani-dalam.html)

Anonim.

2011.
Tanaman
Buah.
(http://faperta.unilak.ac.id/media/file/33549365587P2M_GJL_2011_tana
man_buah.pdf)

Anonim.

2013.
Optimalisasi
Pemanfaatan
Lahan.
(http://budidayaagronomispertanian.blogspot.com/2013/06/optimalisasipemanfaatan-lahan.html)

Anonim.

2014.
Defenisi
Dari
Teori
Dan
(http://saifedia.blogspot.com/2014/08/definisi-dari-teori-dankerangka.html)

Kerangka

Anonim. 2015. Contoh Proposal.


(http://contohproposalsaya.blogspot.com/)
Anonim. 2015. Kontribusi Usaha Tani Lahan Pekarangan Terhadap Ekonomi
Rumah Tangga Petani Kecamatan Kerinci Kabupaten Pelalawan.
(http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=106433&val=2280&title=KONTRIBUSI%20USAHATANI
%20LAHAN%20PEKARANGAN%20TERHADAP%20EKONOMI
%20RUMAH%20TANGGA%20PETANI%20DI%20KECAMATAN
%20KERINCI%20KABUPATEN%20PELALAWAN)
Haryono Prasodjo. 2013. Teoti Pertumbuhan Ekonomi Adam Smith.
(http://haryo-prasodjo.blogspot.com/2013/04/teori-pertumbuhanekonomi-adam-smith.html)
Idha

Rohaidah. 2014. Karya Tulis Ilmiah Pemanfaatan Lahan.


(http://idharohaidah18.blogspot.com/2014/04/karya-tulis-ilmiahpemnfaatan-lahan.html)

Khalisnatans.
2011.
Pekarangan
Dan
Dinamika
Struktur.
(http://khalisnatans.blogspot.com/2011/06/pekarangan-dan-dinamikastruktur.html)

Anda mungkin juga menyukai