Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini, dibahas mengenai sistem neurologi dengan kasus


Low Back Pain (LBP). LBP nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta
(tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri juga bisa menjalar
ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha. Terjadinya LBP
antara lain ditandai dengan kelainan tulang punggung, adanya trauma, perubahan
jaringan, serta akibat perubahan gaya gerak. LBP diklasifikasikan menjadi dua
jenis, yaitu akut dan kronis. Pada stadium lanjut, skoliosis merupakan komplikasi
yang paling sering ditemukan pada penderita nyeri punggung bawah karena
Spondilosis. Hal ini terjadi karena pasien selalu memposisikan tubuhnya kearah
yang lebih nyaman tanpa mempedulikan sikap tubuh normal. Hal ini didukung
oleh ketegangan otot pada sisi vertebra yang sakit. Pada kasus Ny.N, LBP sudah
menjalar ke ekstremitas bawah. Selain hal tersebut, dalam kasus ini ada beberapa
yang perlu dibahas, antara lain:
1.

Anamnesis

dan

Pemeriksaan

Fisik
Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk
diagnosis tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakan tanda awal
penyakit LBP. Nyeri punggung bagian bawah dengan skala >7 yang dialami
sejak 4 minggu yang lalu akibat aktivitas berlebihan, tidak dapat berjalan,
disertai kelemahan tungkai, serta tanda Lasegue positif, Braqurd positif, Patric
positif merupakan keadaan yang mendukung. Beberapa faktor yang perlu

98

diperhatikan pada pasien LBP adalah faktor usia, jenis kelamin, status
antropometri,

pekerjaan,

aktivitas/olahraga,

kebiasaan

merokok

dan

abnormalitas struktur.
Beberapa keluhan dan gejala klinis yang didapatkan dalam anamnesis,
sesuai dengan teori diatas yaitu nyeri punggung bagian bawah dengan skala >7
yang dialami sejak lama akibat aktivitas berlebihan disertai kelemahan tungkai,
serta tanda Lasegue positif. Berdasarkan riwayat pengakajian, alasan Ny.N
masuk rumah sakit yaitu nyeri punggung bawah dan tidak dapat berjalan
kurang lebih sejak 4 minggu yang lalu.
Faktor-faktor yang meyebabkan Ny.N mengalami LBP yaitu akibat
pekerjaan dan aktivitas menjahit yang membuatnya duduk lama yang dimulai
pasien sejak pasien berumur 22 tahun dengan rutinitas yang dilakukan setiap
hari dengan aktivitas yang sama kurang lebih 33 tahun.
Pemeriksaan fisik juga sangat penting dalam mendiagnosis suatu penyakit.
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik, ditemukan kelainan-kelainan berupa
tidak dapat bergerak, kelemahan tungkai, dan tanda Lasegue positif, Braqurd
positif, Patric positif. Semua abnormalitas yang ditemukan pada pasien yang
mengalami nyeri punggung bawah dengan skala nyeri >7, dan adanya riwayat
aktivitas duduk dalam waktu lama (menjahit), sehingga pasein dicurigai LBP
dan hal ini kemudian diperkuat oleh hasil pemeriksaan tes tanda Lasegue,
Braqurd, Patric yang positif.
Terdapat beberapa teori tentang timbulnya nyeri pada punggung bawah,
yakni masalah kesehatan atau keluhan pada punggung yang sering dijumpai
pada setiap orang. LBP merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan gejala
utama nyeri atau perasaan tidak enak pada punggung bawah yang berasal dari

99

tulang belakang, otot, saraf atau struktur lain pada daerah tersebut dan
sekitarnya.
2.

Pemeriksaan Laboratorium.
a. Pemeriksaan neurology pada tungkai
1) Sensibilitas (dermatome), motorik (kekuatan), tonus otot, reflek,
tropik.
2) Test provokasi (sensorik)
a) Laseque
b) Bragard
c) Patrick

3.

Diagnosa keperawatan
Dalam konsep teori, diagnosa keperawatan yang lazim ditemukan pada
pasien dengan LBP yaitu nyeri, gangguan mobilitas fisik, intoleransi aktivitas,
gangguan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh, kerusakan integritas kulit,
hipertermi, gangguan pola tidur, defisit perawatan diri, kurang pengetahuan
dan ansietas.
Sedangkan, dalam kasus Ny.N berdasarkan data-data yang ditemukan
dalam pengkajian dan analisa data dirumuskan diagnosa keperawatan yaitu
nyeri berhubungan dengan masalah musculoskeletal, hipertermi berhubungan
dengan proses penyakit, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
spasme otot dan berkurangnya kelenturan, kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan mobilitas fisik, gangguan pola tidur berhubungan dengan
nyeri, tidak nyaman. Masalah keperawatan tersebut, sesuai dengan teori
diagnosa keperawatan LBP.
Ada beberapa diagnosa keperawatan yang tidak didapatkan seperti
intoleransi aktivitas, gangguan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh, defisit
perawatan diri, kurang pengetahuan, dan ansietas.
Intoleransi aktifitas: diagnosa ini tidak diangkat karena pada masalah
gangguan mobilitas fisik sudah mencakup masalah.

100

Gangguan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh: pada saat dilakukan


pengkajian, TB : 155 cm. BB : 53 kg. IMT: 22,06 (normal).
Defisit perawatan diri tidak diangkat karena perawatan diri masih
terpenuhi dengan dibantu oleh keluarga.
Kurang pengetahuan dan ansietas tidak diangkat karena tidak ada tandatanda klien mengalami ketakutan dan masalah kurang pengetahuan, klien sudah
mengetahui pengobatan dan masalah yang dialami melalui penjelas atau
edukasi dari petugas kesehatan baik dari dokter ataupun perawat.
4.
Rencana keperawatan
Rencana keperawatan untuk mengatasi diagnosa keperawatan pada
kasus Ny. N disusun berdasarkan intervensi yang didelegasikan dalam konsep
standar asuhan keperawatan Nanda NIC NOC. Beberapa rencana keperawatan
yang ditetapkan dilakukan modifikasi sesuai dengan kondisi dan ketersediaan
instrumen di ruangan perawatan.

5. Evaluasi keperawatan
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny.N
dengan LBP yang dilaksanakan selama tiga hari, dari lima masalah
keperawatan yang ditemukan menunjukkan :
1. Masalah nyeri tidak teratasi, dibuktikan dengan pasien masih mengeluh
nyeri, dan wajah pasien nampak meringis.
2. Masalah hipertermi teratasi dibuktikan oleh suhu klien 37c.
3. Masalah gangguan mobilitas fisik tidak teratasi dibuktikan oleh, pasien
masih tampak berbaring lemah di tempat tidur dan masih mengeluh nyeri,
serta susah bergerak.

101

4. Masalah gangguan integritas kulit belum teratasi dibuktikan dengan


adanya kemerahan pada bokong pasien.

102

BAB V
PENUTUP
A.

Kesimpulan
1. Asuhan keperawatan yang dilakukan dengan memperhatikan ilmu dan
skill yang dimilki dapat membantu perawat dalam meningkatkan
profesionalisme.
2. Seluruh pasien yang masuk rumah sakit dengan Low Back Pain (LBP)
harus mendapat perhatian yang serius dan komprehensif dari medis
maupun para medis yang bertugas.
3. Setiap intervensi keperawatan bila dilakukan secara terpadu dan
berkesinambungan dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh pasien.
4. Kasus Ny.N dengan LBP, ditegakkan lima diagnosa yaitu nyeri
berhubungan dengan masalah musculoskeletal, hipertermi berhubungan
dengan proses penyakit, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
nyeri spasme otot dan berkurangnya kelenturan, kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan mobilitas fisik, gangguan pola tidur berhubungan
dengan nyeri, tidak nyaman.

B. Saran
1.

Pemerintah terkait kesehatan dapat lebih meningkatkan fungsi


promotif untuk dapat lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
penyakitpenyakit yang sering terjadi dimasyarakat.

103

2.

Untuk pemberi pelayanan kesehatan agar lebih memperhatikan


kondisi-kondisi pasien yang baru masuk dengan kondisi sakit parah atau
dalam kondisi baik, sehingga penanganan akan lebih terarah

3.

Perlu adanya pemberian/pelayanan dukungan moril (support


system/ terapi modalitas) di rumah sakit, terutama untuk pasien-pasien
dengan keganasan.

104

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2008.Cancer Facts &Figures.Atlanta : American


Cancer Society.
Amin, Z.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV.Jakarta : Pusat Penerbitan
IPD FK UI.
Ancuceanu, R. V., and Victoria, I, 2004, Pharmacologically Active Natural
Compounds for Lung Cancer, Altern. Med. Rev
Carpenito, L.J. 2000. Buku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Departemen Agama RI. 2002. Al-Quran dan Terjemahnya. Semarang: CV Darus
Sunnah.
Doengoes, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta:EGC
Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG
Halim, Hadi. 2007. Penyakit-penyakit Pleura. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Sudoyo AW, et al. Edisi 4, Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen IPD FKUI.
Jabbar, Abdul. 2008. Nge-Rokok Bikin Kamu Kaya. Solo: Samudera.
Melindawati Br.G.,2009.Karakteristik Penderita Kanker Paru Rawat Inap di
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2004-2008. Skripsi Mahasiswa FKM
USU.
Muzasti, Riri Andri. 2011.Prosedur Diagnostik Dan Staging Kanker Paru.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam: USU
Nashr, Abdul Karim Muhammad. 2008. Rokok Haram. Bandung: Citra Risalah.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Kanker Paru-paru; Pedoman
Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesis. PDPI: Indonesia
Robbins, S.L &Kumar, V., Cotran, R.S.,2007.Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta:
EGC.
Stoppler, M.C.2010.Lung Cancer. Available from : http://www.emedicinehealth/
[Accesed on 20 April 2010]

105

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2006. Buku Ajar Medikal-Bedah. Edisi
8. Volume 1. Jakarta: EGC.
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan.
Yogyakarta: B First
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Balai
Penerbit FKUI : Jakarta.
Underwood, J.C.E. 1999. Patologi Umum dan Sistematik. Edisi 2. EGC:Jakarta.
Wilkinson, Judith M dan ahern, Nancy R. 2013. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. Ed. 9. Jakarta: EGC
Wilson, Lorraine Mand Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi. Konsep Klinik
Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.

106

Anda mungkin juga menyukai