CIRI ANATOMIS
Lebih dari 90% dari episode epistaksis terjadi sepanjang septum nasalis anterior.
Pada lokasi yang disebut area kiesselbach. Suplai faskuler bergerak dari arteri
karotis eksternal menuju ke cabang superior labial dari arteri fascialis dan
cabang terminal arteri sphenopalatina dan dari arteri carotis interna melewati
anterior dan posterior arteri ethmoidalis. Diperkirakan 10% perdarahan hidung
terjadi di posterior, sepanjang septum nasal atau dinding nasal lateral. Darah
yang dialirkan ke area ini berasal dari arteri carotis eksterna melewati cabang
sphenopalatina dari arteri maksilaris. Perdarahan posterior lebih sering terjadi
pada pasien yang lebih tua; dalam sebuah laporan retrospektif, rata-rata pasien
dengan perdarahan hidung posterior berusia 64 tahun.
epsitaksis dapat disebabkan oleh trauma pada tulang nasal atau septum.
Pengeringan mucosa nasal mungkin menyebabkan peningkatan incidensi dari
perdarahan hidung yang tercatat sepanjang musim dingin. Factor lainnya yang
berhubungan dengan epistaksis termasuk perforasi septum, yang lebih sering
menyebabkan mukosa kering, rhinosinusitis viral atau bacterial, dan neoplasma.
Kondisi sistemik yang terkait dengan koagulopati juga berhubungan dengan
pasien epistaksis. Dalam sebuah penelitian retrospektif, 45% pasien yang
dirawat dengan epistaksis memiliki kelainan sistemik yang potensial
menyebabkan terjadinya perdarahan hidung, yaitu kelainan genetic seperti
hemophilia dan coagulopati yang didapat berasal dari hati atau penyakit ginjal,
penggunaan antikoagulan, atau kanker darah. Dosis rendah aspirin terbukti
meningkatkan sedikit resiko epistaksis. Dalam sebuah percobaan acak dari
penggunaan aspirin untuk profilaksis cardiovaskuler pada wanita, di laporkan
rata-rata kejadian epistaksis pada aspirin dan kelompok placebo adalah 19,1%
dan 16,7%, masing-masing terjadi setelah periode 10 tahun. Terapi alternative
seperti memakan bawang putih, ginkgo biloba, atau ginseng dapat juga
menyebabkan koagulopati sistemik sedang yang dapat menyebabkan epistaksis.
Hipertensi dapat juga menyebabkan terjadinya epistaksis, tapi teori ini masih
kontroversial. Sebuah penelitian cross sectional, berdasarkan populasi penelitian
menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara hipertensi dan epistaksis.
Dalam sebuah penelitian prospektif, pasien dengan hipertensi yang memiliki
epistaksis, kejadian epistaksis tidak berhubungan dengan keparahan hipertensi.
Dalam populasi ini, tekanan darah diukur pada waktu terjadinya epistaksis sama
dengan tekanan darah rutin yang diukur. Berlawanan dengan hal tersebut,
penelitian lain telah dilaporkan bahwa peningkatan tekanan darah pada pasien
dengna epistaksis. Ketika onset terjadinya epistaksis, sulit ditentukan apakah
penyebab dari hipertensi yang terjadi, mulai banyak pasien dengan perdarahan
aktif memiliki kegelisahan yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
darah. perdarahan herediter telangiectasia adalah kelainan genetic lain yang
sering menyebabkan terjadinya perdarahan hidung. Dengan gambaran
karakteristik yang terlihat pada figure 2.
dengna nitrat perak dapat dilakukan. Ini memiliki keamanan yang dapat
diterima, dan dalam sebuah case series, tindakan ini mengontrol epistaksis lebih
dari setengah pasien dengan perdarahan yang tidak merespon vasokonstriktor
topikal dan tekanan. Hanya satu sisi dari septum yang dikauter pada satu waktu
untuk mengurangi resiko septal perforasi iatrogenik, walaupun tidak ada
kejadian yang nyata dari komplikasi ini yang diketahui. Kauter kimia dapat
digunakan untuk perdarahan aktif atau setelah perdarahan aktif berhenti dan
pembuluh darah sumber perdarahan di identifikasi. Ketika kauter septal bilateral
dilakukan, penatalaksanaan harus dipisahkan oleh 4 sampai 6 minggu untuk
menyediakan waktu bagi penyembuhan mukosa. Perdarahan hidung berat tidak
respon terhadap kauter kimia membutuhkan kauter elektrik, namun ini
membutuhkan peralatan khusus.
Pembungkusan anterior nasal digunakan untuk epistaksis yang terjadi di area
kiesselbach dan tidak mempan dengan pengobatan diatas. Bahan
pembungkusan tradisional terdiri dari material yang tidak terdegradasi, seperti
kain kasa yang dilapisi oleh jelly petroleum, sebuah spon yang mengandung
hidroxilated polivinil acetat yang dapat mengembang jika basah (Merocel,
Medtronic), dan sebuah bungkus inflatable dengan bungkus hidrocoloid yang
dapat tersisa pada saat kontak dengan mukosa setelah bagian tengah bungkus
kempes dan dibuang (Rapid Rhino, Arthrocare). Bungkus ini terpasang di tempat
epistaksis selama 1-3 hari sebelum dilepas. Dalam sebuah penelitian controlled
trial randomized, bahan diatas digunakan untuk menghentikan perdarahan
hingga 60-80% dari kasus yang tidak mempan terhadap vasokonstriktor dan
tekanan. Pemasukan dan pelepasan bungkusan ini dapat menyebabkan trauma
mukosa, yang akan menyebabkan terjadinya perdarahan ulang atau nyeri. Pada
sebuah penelitian acak membandingkan merocel dan Rapid Rhino, tidak
ditemukan adanya perbedaan yang signifikan. Namun pasien dengan
penggunaan Rapid Rhino lebih mudah dipasang dan dilepas.
Variasi dari material yang dapat diserap atau material yang dapat terdegradasi
tidak membutuhkan pelepasan, sangat berguna bagi pasien dengan atau tanpa
coagulopati. Oxidized cellulose (surgicel, Johnson & Johnson) dan purified bovine
colagen busa atau pasta (gel foam, pfizer) meningkatkan pembentukan
sumbatan dan menyediakan peningkatan tamponade. Produk absorbable
termasuk mikrofibrilar colagen (avitene, davol), porcine gelatin (surgiflo,
johnson&Johnson), dan bovine gelatin human trombin (FloSeal, Baxter). Produk
ini umumnya tersedia sebagai bubuk yang dapat dicampur dengan cairan untuk
membentuk bubur yang mirip dengan konsistensi oat yang dimasak atau bubur
jagung yang dapat dipakai topikal dengan syringe. Keuntungan dari produk ini
adalah sesuai dengan 3 dimensi struktur cavitas nasal dan mudah digunakan.
Keputusan untuk memilih produk yang akan digunakan berdasarkan
ketersediaan, dana, dan pilihan dokter. Dalam sebuah penelitian acak, unblinded
(yang didukung oleh baxter biosurgery) membandingkan FLoSeal dengan
bungkus hidung (dengan penggunaan Merocel, Jelly petroleum-berbungkus kain
kasa, atau Rapid Rhino), FloSeal ditemukan secara signifikan lebih efektif
menghentikan perdarahan hidung (perdarahan ulang 1 minggu 14%,
dibandingkan 40% untuk terapi lain secara menyeluruh). Pasien juga dilaporkan
merasa puas dan lebih sedikit rasa tidak nyaman dengan FloSeal dibanding
bungkus yang lain. Dana secara umum lebih tinggi dengan FloSeal, tapi mereka
dapat mengimbangi dengan dana kunjungan follow up yang dibutuhkan untuk
pelepasan bungkus. Tanpa memperhatikan material yang dapat diserap yang
ethmoidalis anterior dan posterior jarang dilakukan karena resiko kanulasi arteri
karotis interna, yang dapat meningkatkan resiko stroke, atau arteri ophthalmicus,
yang dapat menyebabkan peningkatan resiko kebutaan. Sebagian besar
otorhinolarygologists melakukan ligasi eksternal dari arteri ethmoidal anterior
dan posterior lewat insisi kecil dekat medial alis dan melakukan cauter bipolar
atau cliping pembuluh darah dalam orbital sebelum keluar melewati foramen
ethmoidalis anterior dan posterior. Resiko terjadinya stroke dan kebutaan secara
besar dapat berkurang ketika operasi ini dilakukan.
Suatu ketika epistaksis telah terkontrol, perawatan rutin dari mukosa nasal di
butuhkan untuk mencegah terjadinya serangan berulang. Untuk mempercepat
penyembuhan mukosa dan pembuluh superfisial dan melembabkan mukosa
diberikan topikal gel, lotion, dan obat oles. Pada suatu penelitian single blind,
randomized trial, yang melibatkan anak-anak dengan epistaksis berulang,
penggunaan antiseptik krim mengurangi angka terjadinya epistaksi berulang.
Dibandingkan dengan tanpa terapi. Namun sebuah ulasan cochrane dari 3
penelitian (2 randomized) dari manajemen epistaksis berulang pada anak, tanpa
kesimpulan dengan tanpa perbedaan yang pasti pada outcome yang diobservasi
untuk 3 strategi yang berbeda: topical antisepitic krim, cauter silver nitrat, dan
tanpa terapi.
DAERAH KETIDAKPASTIAN
Banyak aspek dari manajemen epistaksis yang belum dievaluasi dalam
penelitian randomized, termasuk efikasi dan penggunaan tamponade sendiri,
vasokonstrikotr, dan terapi topikal lainnya; tipe bungkus nasal yang optimal dan
durasi penggunaan; aturan dari penggunaan antibiotik dengan bungkus nasal;
dan manfaat dari berbagai operasi dan teknik embolisasi.
GUIDELINES
Tidak ada petunjuk resmi dari profesional mengenai epistaksis. Namun
rekomendasi untuk manajemen disediakan oleh American Academi of
Otolaryngologi
Head
and
Neck
Surgery
(www.entnet.org/Healthinformation/Nosebleeds. Cfm)
secara
umum
dan
konsisten tersajikan sekarang.
khususnya bila terjadi unilateral atau bersamaan dengan gejala nasal lainnya,
disarankan tindakan radiographic dan endoscopic untuk mengevaluasi dan
menyingkirkan proses neoplasma.