Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Osteoporosis merupakan penyakit metabolisme tulang yang ditandai pengurangan
massa tulang, kemunduran mikroarsitektur tulang dan fragilitas tulang yang meningkat,
sehingga resiko fraktur menjadi lebih besar (Kaniawati, 2003; Hammett, 2004; Sennang,
2006).
Kerapuhan tulang yang disebut sebagai penyakit osteoporosis adalah pengurangan
massa dan kekuatan tulang dengan kerusakan mikroarsitektur dan fragilitas tulang,
sehingga menyebabkan tulang rapuh dan mudah patah. Osteopenia menunjukkan bahwa
telah terjadi penurunan volume tulang (Djokomoeljanto, 2003; Hammett, 2004;
Setyohadi, 2006).
Insiden osteoporosis lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki dan
merupakan problema pada wanita pascamenopause. Osteoporosis di klinik menjadi
penting karena problema fraktur tulang, baik fraktur yang disertai trauma yang jelas
maupun fraktur yang terjadi tanpa disertai trauma yang jelas.
Page 2
BAB II
LAPORAN KASUS
I
Identitas
Nama
: Ny.Tumiroh
Jenis kelamin
: Perempuan
TTL
Umur
: 76 tahun
Alamat
: Pancoran Mas
Pekerjaan
No Rekam Medis
: 24.95.51
II Anamnesis
Auto anamnesis ( 9 Juni 2015 )
Keluhan Utama :
Nyeri punggung sejak 1 minggu SMRS
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke poli syaraf dengan keluhan nyeri pada punggung sejak 1 minggu
SMRS, mendadak dan terus menerus, nyeri punggung menjalar ke bokong, nyeri bertambah
berat apabila berdiri tegak. Akhir-akhir ini pasien berjalan membungkuk, untuk mengurangi
nyeri. Nyeri yang dirasakan pasien mengganggu aktivitas pasien. Sebelum timbul nyeri
punggung pasien melaksanakan shalat dengan berdiri, tetapi saat ini pasien melaksanakan
shalat dengan duduk karena tidak kuat menahan nyeri. Nyeri tidak menjalar pada daerah
kaki. Riwayat terjatuh, atau kecelakaan baru-baru ini disangkal. Nafsu makan baik, tidak
terdapat penurunan berat badan. Pasien ragu terhadap berkurangnya tinggi badan. Pasien
pertama kali haid pada usia 13 tahun, dan telah menopause sejak usia 57 tahun.
Riwayat penyakit dahulu :
Page 3
Riwayat Pengobatan :
Pasien baru pertama kali datang berobat dengan keluhan nyeri punggung.
Riwayat Alergi :
Riwayat alergi obat dan makanan disangkal
Riwayat Psikososial :
III
Pasien merupakan ibu rumah tangga, tinggal di rumah ditemani seorang cucu.
Keseharian pasien dirumah, terkadang pergi mengaji
Pasien melakukan kegiatan rumah seperti mencuci dan menggosok sendiri sehari kira-
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran
Page 4
Tanda-tanda vital
Napas
: 22 x/menit
Nadi
Suhu
: 36.6 C
: 92 x/menit
Status Generalis
Tidak dilakukan, pasien merupakan pasien rawat jalan
IV
Pemeriksaan Radiologi
Foto Polos Lumbal Sacral AP Lateral Tanggal 8 Juni 2015
Resume
OS wanita 76 tahun dengan keluhan nyeri punggung yang timbul mendadak dan
terus-menerus sejak 7 hari SMRS. Nyeri menjalar (+) ke bokong, nyeri bertambah
ketika berdiri dan berjalan tegak, postur tubuh membungkuk. Menarche pertama usia
13 tahun, menopause usia 57 tahun. Radiologi 27 Desember 2010 menunjukan fraktur
kompresi pada Th12 dan spondilosis L-S
Page 5
Diagnosis Kerja
Low Back Pain et causa Osteoporosis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi
Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya masa tulang secara nyata yang
berakibat pada rendahnya kepadatan tulang. Akibatnya tulang menjadi rapuh dan mudah
Rizki Ovianti 2010.73
Page 6
patah. Menurut Dr. Robert P. Heaney dalam Reitz (1993) penyakit osteoporosis paling
umum diderita oleh orang yang telah berumur, dan paling banyak menyerang wanita
yang telah menopause (Hortono, 2000).
Osteoporosis merupakan penyakit metabolik tulang atau disebut juga penyakit
tulang rapuh atau tulang keropos. Osteoporosis diistilahkan juga dengan penyakit silent
epidemic karena sering tidak memberikan gejala hingga akhirnya terjadi fraktur (patah)
(Dalimartha, 2002).
II.2. Etiologi
Ada 2 penyebab utama osteoporosis, yaitu pembentukan massa puncak tulang yang
selama masa pertumbuhan dan meningkatnya pengurangan massa tulang setelah
menopause. Massa tulang meningkat secara konstan dan mencapai puncak sampai usia
40 tahun, pada wanita lebih muda sekitar 30-35 tahun. Walaupun demikian tulang yang
hidup tidak pernah beristirahat dan akan selalu mengadakan remodelling dan
memperbaharui cadangan mineralnya sepanjang garis beban mekanik. Faktor pengatur
formasi dan resorpsi tulang dilaksanakan melalui 2 proses yang selalu berada dalam
keadaan seimbang dan disebut coupling. Proses coupling ini memungkinkan aktivitas
formasi tulang sebanding dengan aktivitas resorpsi tulang. Proses ini berlangsung 12
minggu pada orang muda dan 16-20 minggu pada usia menengah atau lanjut.
Remodelling rate adalah 2-10% massa skelet per tahun (Sudoyo et al., 2006). Proses
remodelling ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lokal yang menyebabkan
terjadinya satu rangkaian kejadian pada konsep Activation Resorption Formation
(ARF). Proses ini dipengaruhi oleh protein mitogenik yang berasal dari tulang yang
merangsang preosteoblas supaya membelah membelah menjadi osteoblas akibat adanya
aktivitas resorpsi oleh osteoklas. Faktor lain yang mempengaruhi proses remodelling
Rizki Ovianti 2010.73
Page 7
adalah faktor hormonal. Proses remodelling akan ditingkatkan oleh hormon paratiroid,
hormon pertumbuhan dan 1,25 (OH)2 vitamin D. Sedang yang menghambat proses
remodelling adalah kalsitonin, estrogen dan glukokortikoid. Proses-proses yang
mengganggu remodelling tulang inilah yang menyebabkan osteoporosis.
Selain gangguan pada proses remodelling tulang faktor lainnya adalah pengaturan
metabolisme kalsium dan fosfat. Walaupun terdapat variasi asupan kalsium yang besar,
tubuh tetap memelihara konsentrasi kalsium serum pada kadar yang tetap. Pengaturan
homeostasis kalsium serum dikontrol oleh organ tulang, ginjal dan usus melalui
pengaturan paratiroid hormon (PTH), hormon kalsitonin, kalsitriol (1,25(OH)2 vitamin
D) dan penurunan fosfat serum. Faktor lain yang berperan adalah hormon tiroid,
glukokortikoid dan insulin, vitamin C dan inhibitor mineralisasi tulang (pirofosfat dan
pH darah). Pertukaran kalsium sebesar 1.000 mg/harinya antara tulang dan cairan
ekstraseluler dapat bersifat kinetik melalui fase formasi dan resorpsi tulang yang lambat.
Absorpsi kalsium dari gastrointestinal yang efisien tergantung pada asupan kalsium
harian, status vitamin D dan umur. Didalam darah absorpsi tergantung kadar protein
tubuh, yaitu albumin, karena 50% kalsium yang diserap oleh tubuh terikat oleh albumin,
40% dalam bentuk kompleks sitrat dan 10% terikat fosfat (Sinnathamby, 2010).
Page 8
Riwayat keluarga
Defisiensi kalsium
Merokok, alkohol
Kelainan neuromuscular
Gangguan penglihatan
Gangguan keseimbangan
Hiperparatiroidisme
Malabsorpsi
Page 9
2. Osteoporosis sekunder
Page 10
II.5. Patogenesis
-Pembentukan ulang tulang adalah suatu proses yang terus menerus. Pada
osteoporosis, massa tulang berkurang, yang menunjukkan bahwa laju resorpsi tulang
pasti melebihi laju pembentukan tulang. Pembentukan tulang lebih banyak terjadi
pada korteks
A. Proses Remodelling Tulang dan Homeostasis Kalsium
Kerangka tubuh manusia merupakan struktur tulang yang terdiri dari substansi
organik (30%) dan substansi mineral yang paling banyak terdiri dari kristal
hidroksiapatit (95%) serta sejumlah mineral lainnya (5%) seperti Mg, Na, K, F, Cl, Sr
dan Pb. Substansi organik terdiri dari sel tulang (2%) seperti osteoblas, osteosit dan
osteoklas dan matriks tulang (98%) terdiri dari kolagen tipe I (95%) dan protein
Page 11
Page 12
Page 13
humerus, dan tibia. Gejala yang paling lazim dari fraktur korpus vertebra adalah nyeri
pada punggung dan deformitas pada tulang belakang. Nyeri biasanya terjadi akibat
kolaps vertebra terutama pada daerah dorsal atau lumbal. Secara khas awalnya akut
dan sering menyebar kesekitar pinggang hingga kedalam perut. Nyeri dapat
meningkat walaupun dengan sedikit gerakan misalnya berbalik ditempat tidur.
Istirahat ditempat tidaur dapat meringankan nyeri untuk sementara, tetapi akan
berulang dengan jangka waktu yang bervariasi. Serangan nyeri akut juga dapat
disertai oleh distensi perut dan ileus
Seorang dokter harus waspada terhadap kemungkinan osteoporosis bila
didapatkan :
II.7. Diagnosis
Diagnosis osteoporosis umumnya secara klinis sulit dinilai, karena tidak ada rasa
nyeri pada tulang saat osteoporosis terjadi walau osteoporosis lanjut. Khususnya pada
wanita-wanita menopause dan pasca menopause, rasa nyeri di daerah tulang dan sendi
dihubungkan dengan adanya nyeri akibat defisiensi estrogen. Masalah rasa nyeri
jaringan lunak (wallaca tahun1981) yang menyatakan rasa nyeri timbul setelah bekerja,
memakai baju, pekerjaan rumah tangga, taman dll. Jadi secara anamnesa mendiagnosis
osteoporosis hanya dari tanda sekunder yang menunjang terjadinya osteoporosis seperti
Page 14
Page 15
1. Normal bila densitas massa tulang di atas -1 SD rata-rata nilai densitas massa
tulang orang dewasa muda (T-score)
2. Osteopenia bila densitas massa tulang diantara -1 SD dan -2,5 SD dari T-score.
3. Osteoporosis bila densitas massa tulang -2,5 SD T-score atau kurang.
4. Osteoporosis berat yaitu osteoporosis yang disertai adanya fraktur.
II.11. Penatalaksanaan
Terapi pada osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi pencegahan
yang pada umumnya bertujuan untuk menghambat hilangnya massa tulang. Dengan
cara yaitu memperhatikan faktor makanan, latihan fisik ( senam pencegahan
osteoporosis), pola hidup yang aktif dan paparan sinar ultra violet. Selain itu juga
menghindari obat-obatan dan jenis makanan yang merupakan faktor resiko osteoporosis
seperti alkohol, kafein, diuretika, sedatif, kortikosteroid.
Selain pencegahan, tujuan terapi osteoporosis adalah meningkatkan massa tulang
dengan melakukan pemberian obat-obatan antara lain hormon pengganti (estrogen dan
progesterone dosis rendah). Kalsitrol, kalsitonin, bifosfat, raloxifene, dan nutrisi seperti
kalsium serta senam beban. Pembedahan pada pasien osteoporosis dilakukan bila
terjadi fraktur, terutama bila terjadi fraktur panggul.
II.12. Pencegahan
Pencegahan osteoporosi meliputi:
1. Mempertahankan
atau
meningkatkan
kepadatan
tulang
dengan
Page 16
2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan
tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup
kalsium. Akan tetapi tablet kalsium dan susu yang dikonsumsi setiap hari akhir akhir ini menjadi perdebatan sebagai pemicu terjadi osteoporosis, berhubungan
dengan teori osteoblast.
Page 17
DAFTAR PUSTAKA
Broto, R. 2004. Manifestasi Klinis dan Penatalaksanaan Osteoporosis. Dexa Media No. 2 Vol
17: 47 57
Dalimartha, S, 2002. Resep Tumbuhan Obat Untuk Penderita Osteoporosis. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Djokomoeljanto R, 2003. Postmenopausal osteoporosis. Patofisiologi dan dasar pengobatan.
Simposium Osteoporosis Postmenopausal. Semarang: p.1-12
Hammett, Stabler CA, 2004. Osteoporosis from pathophysiology to treatment. In:
Washington American Assosiation for Clinical Chemistry Press.p. 1-86
Hortono, M, 2000. Mencegah dan Mengatasi Osteoporosis. Puspa Swara. Jakarta.
Kaniawati, M., Moeliandari, F, 2003, Penanda Biokimia untuk Osteoporosis.Forum
Diagnosticum Prodia Diagnostics Educational Services. No 1: hal. 118
Lane NE. 2003. Osteoporosis. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Sennang AN, Mutmainnah, Pakasi RDN, Hardjoeno, 2006. Analisis KadarOsteokalsin Serum
Osteopenia dan Osteoporosis. Dalam Indonesian Journal of clinical pathology and
medical laboratory, Vol.12, No.2: hal 49-52
Setiyohadi B, 2006. Pemeriksaan Densitometri Tulang. Dalam Buku Ajar Penyakit Dalam.
Edisi IV. Editor: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Hal. 1172-75
Sinnathamby, Hemanath. 2010. Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Terhadap
Osteoporosis Dan Asupan Kalsium Pada Wanita Premenopause Di Kecamatan Medan
Selayang Ii. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Sudoyo, Setiyohardi, Alwi, Simadibrata, Setiati. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Jilid
II. Edisi IV. Jakarta: FKUI.
Page 18
Page 19