: P. 15/V-SET/2009
TANGGAL
: 23 Nopember 2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai kesatuan ekosistem yang
utuh dari hulu sampai dengan hilir terdiri dari unsur-unsur utama
manusia, flora, fauna, tanah, air dan udara, memiliki fungsi penting
dalam mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Namun demikian kondisi DAS di Indonesia dewasa ini semakin
memprihatinkan yang ditandai dengan kejadian banjir, tanah longsor,
erosi, sedimentasi dan kekeringan yang mengakibatkan penurunan
fungsi sumber-sumber air, terganggunya perekonomian dan tata
kehidupan masyarakat. Atas dasar fenomena di atas maka DAS
sebagai satu perencanaan dalam pembangunan berbasis pengelolaan
sumberdaya alam haruslah dipahami dan diterapkan.
Dalam penerapannya di lapangan, pelaksanaan pengelolaan
DAS memerlukan upaya yang tidak sederhana karena melibatkan
kepentingan multi pihak termasuk masyarakat, lintas sektor/instansi
terkait, lintas wilayah administrasi pemerintahan dan lintas disiplin
ilmu. Karena itu diperlukan keterpaduan pengelolaan berbagai sektor
dari daerah hulu sampai hilir dengan mempertimbangkan berbagai
yang
mengikuti
yang
kaidah
dilakukan
konservasi
berorientasi
tanah
pada
dan
air.
pembangunan
(biofisik)
dan
manusia,
misalnya
dalam
bentuk
dengan para
pihak terkait
termasuk masyarakat
perlu
sumberdaya
alam
masyarakat.
dan
peningkatan
pendapatan
sistem
monitoring
dan
evaluasi,
dan
bagaimana
partisipatif
dalam
pengelolaan
(perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan
dan
monitoring
serta
evaluasi)
model
pengelolaan
sumberdaya
alam
yang
MDM
MDM
kemampuan
manajemen
konflik
dalam
pengelolaan
di
dalamnya
sumberdaya
alam
pengembangan
pembayaran
secara
lestari,
jasa
prinsip-prinsip
pengelolaan
DAS
terpadu,
yaitu
tempat
pembelajaran
yang
diharapkan
dapat
media
BPDAS
dan
instansi/lembaga
lain
dalam
dicontoh
dan
diterapkan
oleh
para
pihak
dalam
Arus luaran DAS mikro dalam sistem DAS sebagai sistem informasi
pengelolaan DAS digambarkan sebagai berikut:
Kebijakan Nasional Pengelolaan DAS
Fungsi Pusat
Kebijakan SWP DAS-1
Fungsi Daerah
sebagai
tempat
untuk
memperagakan
proses
sungainya
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau laut
secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis
dan batas di laut sampai dengan daerah pengairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.
3. Pengelolaan DAS adalah
upaya
manusia
dalam
mengatur
lahan
sehingga
10
menyebabkan
terganggunya
BAB II
TAHAPAN PEMBANGUNAN MDM
Kegiatan pembangunan MDM pada dasarnya meliputi kegiatankegiatan utama berupa persiapan, pemilihan lokasi, perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan pembangunan, monitoring dan evaluasi.
Diagram alir tahapan pembangunan MDM disajikan dalam Gambar 3.
PERSIAPAN
PEMILIHAN LOKASI
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN MDM
PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN MDM
P
E
N
G
O
R
G
A
N
I
S
A
S
I
A
N
MONITORING DAN
EVALUASI
11
A. Persiapan
Persiapan dalam pembangunan MDM adalah kegiatan awal
dalam rangka penyusunan rencana pembangunan MDM yang meliputi
persiapan administrasi, penyiapan kerangka acuan atau rencana
kerja, konsultasi dan sosialisasi awal gagasan pembangunan MDM
dengan pihak-pihak terkait agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan
secara efektif dan efisien.
B. Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi adalah proses menetapkan satu atau lebih DAS
Mikro yang akan dijadikan model pengelolaan. Pemilihan lokasi ini
dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat DAS/SWP DAS sampai
pada tingkat Sub-sub DAS dimana MDM akan dibangun dengan
menggunakan kriteria biofisik dan non biofisik. Model DAS Mikro
sedapat
mungkin
merepresentasikan
sistem
pengelolaan
yang
3. Perumusan
rencana
pembangunan
MDM
(Rencana
Induk
Pembangunan/Master Plan).
4. Legalisasi dan sosialisasi rencana pembangunan MDM.
D. Pelaksanaan Pembangunan MDM
Pelaksanaan pembangunan MDM didasarkan pada Rencana
Induk Pembangunan MDM yang telah disahkan. Apabila pelaksanaan
pembangunan MDM memiliki banyak kegiatan, memerlukan sumber
daya yang besar dan waktu yang cukup panjang maka pelaksanaan
kegiatan harus didasarkan kepada skala prioritas. Pelaksanaan setiap
kegiatan/model harus didahului dengan penyusunan rancangan teknis
yang
merupakan
dasar
pelaksanaan
kegiatan
dan
sekaligus
pembangunan
MDM
yang
telah
ditetapkan.
Kegiatan
13
F. Pengorganisasian
Pengorganisasian
adalah
pengaturan
penyelenggaraan
pelaksanaan
sampai
monitoring
dan
evaluasi.
dalam
pengelolaan
sumberdaya
alam
dan
MDM
sehingga
tercipta
koordinasi,
integrasi,
14
BAB III
PERSIAPAN
Persiapan
dalam
pembangunan
MDM
meliputi
persiapan
atau
dokumen
lain
yang
diperlukan
untuk
16
BAB IV
PEMILIHAN LOKASI MDM
Pembangunan Model DAS Mikro sebagai model pengelolaan DAS
bertujuan
untuk
membangun
model
dalam
pemecahan
masalah
pengelolaan DAS, sehingga DAS mikro terpilih adalah DAS mikro yang
dapat merepresentasikan satu atau lebih masalah utama yang akan
dibangun model pemecahan masalahnya.
Tahapan pemilihan lokasi MDM sangat mempengaruhi keberhasilan
tahapan
pelaksanaan
serta
keberlanjutan
dari
model-model
yang
pembangunan
MDM
maka
pemilihan
lokasi
harus
apabila
Sub-sub
17
DAS
dalam
DAS
Prioritas
2. Terdapat
isu/permasalahan
utama
yang
dihadapi
dalam
peta-peta
(geologi,
topografi/rupa
bumi,
lebih besar
dari 1:50.000,
18
Penetapan
Definitif/Terpilih
Lokasi
adalah
MDM
calon
lokasi
Definitif.
Lokasi
MDM
yang
mendapat
skor
dan
Pemerintah
Desa
serta
perwakilan
dari
19
setempat
(kabupaten/kota,
dan
pembobotan
untuk
setiap
kriteria
20
adalah
Uraian Kriteria
Skor
Bobot
(%)
X1
X2
Keberadaan isu
permasalahan
utama
Aksesibilitas
a. dua isu
b. 3-5 isu
c. > 5 isu
X3
X4
X5
X6
15
Tingkat
ketergantungan
masyarakat
kepada
pendapatan
pertanian
Dukungan
potensil
masyarakat
terhadap MDM
a. Buruk
b. Cukup baik
c. Sangat baik
Dukungan
potensil
pemerintah
kabupaten
terhadap MDM
a. Buruk
b. Cukup baik
c. Sangat baik
Keriteria
Tambahan
25
10
2
3
21
..
15
15
20
Keterangan:
X1 adalah: 1. Erosi Tinggi
2. Banjir
3. Kekeringan
4. Perambahan Hutan/Pencurian Kayu
5. Penyerobotan Tanah/ Konflik lahan
6. Produktivitas Lahan Rendah
7. Pengangguran/Kelangkaan Kesempatan Kerja
8. Kemiskinan
9. Urbanisasi Tinggi
10. Kualitas SDM Rendah
Pengukuran X4 dan X5 disesuaikan dengan kondisi hasil pengamatan
di daerah, misalnya:
-
X6
adalah
kriteria
tambahan
yang
dianggap
penting
dalam
22
SWP DAS
Analisis
Data/GIS
Sub DAS
Sektor Swasta
KRITERIA PEMILIHAN
CALON LOKASI
a. Merupakan bagian (Sub)
DAS Prioritas I atau II
b. Geologinya tidak termasuk
kapur/karst.
c. Luas sampai sekitar 5.000
ha.
d. Terdapat lahan kritis.
e. Terdapat lahan pertanian,
hutan
(negara/adat),
pemukiman.
f. Terdapat dalam satu
kabupaten/kota
Pemerintah
Kriteria
Pemilihan(*)
LSM
Masyarakat
Pengumpulan Data
Survei Lapangan
Analisis
Data/GIS
Sub-Sub DAS
Lokasi MDM
definitif
23
Scoring
BAB V
PERENCANAAN PEMBANGUNAN MDM
Perencanaan
pembangunan
MDM
harus
dilaksanakan
secara
stakeholders.
d. Meningkatkan
kesadaran
masyarakat
mengenai
peran
dan
24
PENYUSUNAN
RENCANA INDUK
PEMBANGUNAN MDM
PERUMUSAN TUJUAN
PENYUSUNAN DOKUMEN
RENCANA INDUK
PEMBANGUNAN/MASTERPLAN
SOSIALISASI RENCANA
INDUK PEMBANGUNAN
KEPADA PARA PIHAK
LEGALISASI DOKUMEN
RENCANA INDUK OLEH
BUPATI/WALIKOTA
PELAKSANAAN KEGIATAN
25
Pembangunan
MDM,
terlebih
dahulu
perlu
dibentuk
Tim
diketuai
oleh
Kepala
Bappeda
kabupaten/kota
dan
Pemandu
lembaga/instansi
lapangan
pengelola
adalah
program
staf
atau
BPDAS
kegiatan
dan/atau
tingkat
27
diperoleh dari penelaahan dan analisis peta, buku dan laporan perlu
diverifikasi di lapangan dengan melakukan cek lapangan. Peta kontur
(yang berasal dari peta topografi atau rupa bumi), peta tanah, dan
peta pengggunaan lahan yang berskala lebih kecil dari 1:10.000 perlu
dilakukan survei atau pemetaan lebih detail untuk mendapatkan
informasi pada 1:10.000 atau lebih besar. Pemetaan mengacu kepada
standar pemetaan.
28
Tabel 2.
No
1
Jenis Data dan Informasi Iklim dan Biofisik DAS Mikro yang Diperlukan Untuk Perencanaan
Pembangunan MDM
Jenis Data
Iklim
29
Topografi
Kelas kemiringan lahan (A: < 8%, B: 815%, C: 15-25%, D: 25-40%, E: >40%)
Untuk lahan pertanian kemiringan lereng
kelas A dijadikan dua kelas yaitu < 3%,
dan 3-8%.
Sumber:
Peta Rupa Bumi-Bakosurtanal, skala >
1:50.000 sebagai peta dasar untuk
pembuatan peta kontur skala > 1:10.000.
Peta kontur dibuat dengan prosedur
pemetaan standar.
Apabila peta > 1:10.000 telah tersedia
dapat langsung digunakan.
Peta Rupa Bumi terdapat di Kantor
Bakosurtanal, atau kantor lainnya.
Kelas kemiringan dan luas kemiringan
lereng setiap lereng setiap kelas dianalisis
di peta skala > 1:10.000
Geologi
30
Sumber:
Peta
Geologi
(skala
>
1:250.000) gunakan skala terbesar yang
tersedia. Penggalian informasi geologi,
cukup menggunakan informasi dari peta.
Peta Geologi tersedia di Direktorat
Geologi
Lingkungan-Bandung
atau
kantor/perpustakaan lainnya.
Data dan informasi geologi didapat
dengan menganalisis legenda peta dan
uraian dalam laporan pemetaan.
Tanah
Jenis tanah
Hidrologi
dengan
prosedur
Peta Hidrogeologi
250.000)
Debit sungai
Laporan
wilayah
Jaringan sungai/drainase
Sumber:
Peta
Jenis
Tanah-Pusat
Penelitian Tanah, skala > 1:50.000
sebagai peta dasar untuk pembuatan Peta
Tanah skala > 1:10.000.
31
studi
(skala
sumber
>
daya
1:
air
Kemampua
n/Kesesuai
an Lahan
32
pemetaan
-
Persyaratan
tumbuh
semusim dan tahunan
tanaman
Jenis
Penutupan
dan
Penggunaa
n Lahan
Data
dan
informasi
penutupan
dan
penggunaan lahan yang diperluka terdiri dari:
-
Jenis
penggunaan
lahan:
hutan
konservasi,
hutan
lindung,
hutan
produksi,
perkebunan
negara,
perkebunan
rakyat,
ladang/tegalan,
sawah, pemukiman (kampung dan kota),
sungai, kolam, danau.
33
Sumber data:
Peta Rupa Bumi Bakosurtanal, Peta
Penggunaan Lahan atau interpretasi Citra
Landsat terbaru dari Lapan, yang dapat
digunakan sebagai indikator penutupan
lahan.
Data
dan
informasiskala
perencanaan
pembangunan
didapat
dengan pemetaan penutupan lahan dan
penggunaan lahan secara bersamaan
dengan pemetaan kontur/tanah.
Data
ini
diperlukan
untuk
analisis
potensi/masalah
yang
terkait
dengan
produktivitas lahan, erosi dan hidrologi. Juga
sebagai acuan kesesuaian lahan serta
tindakan pengelolaan yang diperlukan.
8
Kebijakan
Tata Ruang
34
Sumber:
Peta dan Laporan Rencana Tata Ruang
Wilayah kabupaten skala terbesar yang
tersedia
Peta dan laporan ini tersedia di Kantor
Bappeda kabupaten terkait
Tabel 3.
Data dan Informasi Sosial, Ekonomi dan Kelembagaan yang Diperlukan untuk Perencanaan
Pembangunan MDM
N
o
Jenis Data
1.
Kependudukan (jumlah
KK, jiwa, ukuran KK,
pertumbuhan penduduk
dan kepadatan penduduk)
Monografi Desa
atau Survei
lapangan
2.
Survei lapangan
3.
Monografi desa
atau survei
lapangan
4.
Pendapatan Keluarga
(pendapatan per tahun,
Survei lapangan
35
sumber pendapatan)
analisis
permasalahan
kemiskinan
dan
masalah
ketergantungan pada kesempatan kerja dan pendapatan
pertanian serta dalam merumuskan program-program
pemecahannya
5.
Data ini bersama dengan data lainnya seperti data hargaharga produk pertanian, harga-harga faktor produksi
pertanian dan luas penguasaan lahan dapat dipergunakan
untuk memahami sebab-sebab ketergantungan ekonomi
pada pertanian dan kemiskinan serta dalam merumuskan
program-program pemecahannya
Survei lapangan
atau interview
dengan PPL
setempat
6.
Harga-harga Faktor
Produksi (tenaga kerja,
pupuk, bibit dan pestisida)
Data ini bersama dengan data lainnya seperti data hargaharga hasil pertanian dan kondisi pasar produk pertanian
berguna dalam identifikasi dan analisis masalah pemasaran
hasil-hasil pertanian serta dalam merumuskan programprogram pemecahannya.
Survei lapangan
atau interview
dengan PPL
setempat
7.
Harga-harga hasil
pertanian (gabah, beras,
palawija, hortikultura, biji
kopi, karet, dan lain-lain.
Data ini bersama dengan data lainnya seperti data hargaharga faktor produksi dan kondisi pasar produk pertanian
berguna dalam identifikasi dan analisis masalah pemasaran
hasil-hasil pertanian serta dalam merumuskan programprogram pemecahannya
Survei lapangan
atau interview
dengan PPL
setempat dan
pedagang setempat
8.
Data ini bersama dengan data lainnya seperti data hargaharga faktor produksi dan harga-harga hasil pertanian akan
berguna dalam identifikasi dan analisis masalah pemasaran
hasil-hasil pertanian serta dalam merumuskan program-
Survei lapangan
atau interview
dengan PPL
setempat dan
36
program pemecahannya
pedagang setempat
9.
Interview dengan
berbagai informan
kunci seperti PPL,
kepala desa, tokohtokoh informal dan
pejabatpada
instansi terkait
seperti pejabat BPN
setempat dan Dinas
Kehutanan
10
.
Kondisi aksesibilitas
masyarakat pada pasar
kredit formal (presentase
petani yang mendapat
kredit produksi dari
bank/koperasi, tingkat
ketersediaan kredit
dibandingkan dengan
37
Kondisi Kelembagaan
Formal seperti LKMD,
Koperasi, Kelompok Tani
(keberadaan, partisipasi
masyarakat serta
efektivitasnya dalam
menggalang kerjasama
dan melayani kepentingan
masyarakat.
Interview dengan
berbagai informan
kunci seperti PPL,
Kepala Desa dan
tokoh-tokoh
informal desa.
12
.
Kondisi kelembagaan
informal seperti arisan dan
gotong royong
(keberadaan, partisipasi
masyarakat serta
efektivitasnya dalam
menggalang kerjasama
dan melayani kepentingan
masyarakat)
Interview dengan
berbagai informan
kunci seperti PPL,
Kepala Desa dan
tokoh-tokoh
informal desa.
38
B.
dengan
menggunakan
metode
partisipatif
seperti
banyak
pihak,
dan
dapat
dipecahkan
berdasarkan
39
sumberdaya
alam,
sosial
ekonomi
masyarakat
dan
40
Penjelasan:
1.
Tulis dengan singkat MASALAH INTI pada kartu dan tempelkan di papan.
2.
Tulis penyebab-penyebab utama dan langsung terjadinya masalah inti pada kartu-kartu
dan letakkan langsung di bawah masalah inti. Teruskan dengan proses yang sama pada
tingkat-tingkat yang lebih rendah.
3.
Tulis akibat-akibat langsung terjadinya masalah inti pada kartu-kartu dan letakkan
langsung di atas masalah inti. Teruskan pada proses yang sama pada tingkat-tingkat
yang lebih tinggi.
4.
Bentuk sebuah diagram yang menunjukan rangkaian hubungan sebab akibat yang utama
dan langsung antara satu tingkat dengan tingkat di atasnya.
5.
Periksa dan sempurnakan semua ungkapan, kaitan dan bentuk diagram sehingga tidak
menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda.
Catatan:
1.
2.
Satu kartu hanya memuat SATU GAGASAN saja dengan ungkapan yang terdiri dari
sebanyak-banyaknya 6 kata.
Gambar 6.
Langkah Analisis
Analysis, LFA)
Masalah
41
(dalam
Logical
Framework
dengan
(b)
masalah
ketergantungan
yang
tinggi
pada
lebih
dominan
dalam
menentukan
harga)
serta
42
No
Biofisik/Teknis
1
Longsor
Sedimentasi
......
(d) ......
5
Banjir
43
No
Permasalahan
Pokok
tampung
(d) ......
...
..................
.................
Masalah Kemiskinan
.........
Masalah
ketergantungan yang
tinggi
pada
kesempatan kerja dan
pendapatan pertanian
Masalah
konflik
lahan
status dan
penguasaan
(d) .....
(b) Kontrak bagi hasil, sewa dan gadai yang tidak tertulis
(c)
(d) ......
4
Masalah
pemasaran
hasil-hasil pertanian
Masalah
lemahnya
kerjasama
antar
anggota masyarakat
(d) ......
...
..................
Keterangan :
.................
Permasalahan pokok dan penyebabnya diisi dengan temuan di masingmasing lokasi (permasalahan dan penyebabnya dalam tabel tersebut
dapat ditambah atau dikurangi, atau bahkan berbeda sama sekali).
44
C.
melaksanakan
penyusunan
rencana
induk
pada
hasil
identifikasi
potensi
dan
analisis
tujuan
bersama
masyarakat
45
masa depan yang ideal untuk mereka (kondisi biofisik mikro DAS
dan sosial ekonomi masyarakat). Hasil dari kegiatan ini adalah
terumuskannya tujuan serta prioritas yang harus diutamakan.
Tujuan ini menjadi titik awal bagi rencana pembangunan MDM
selain tujuan umum pembangunan MDM. Tujuan yang telah
disepakati bersama dengan masyarakat harus terdokumentasikan
agar bisa dipertanggungjawabkan. Pada dasarnya, perumusan
tujuan adalah meniadakan (membuat positif) permasalahan
(yang selalu dianggap negatif) secara layak.
Proses perumusan tujuan dimulai dari hierarki masalah
paling atas kemudian ke yang paling rendah, dan berhenti ketika
rumusan tujuan sudah dianggap operasional mengatasi masalah.
Contoh analisis masalah dari masalah yang tertulis dalam Tabel
4 disajikan dalam Gambar 7 dan rumusan tujuannya disajikan
dalam Gambar 8.
46
SEDIMENTASI
DI HILIR TINGGI
EROSI
FREKUENSI BANJIR
DI HILIR TINGGI
PEMANENAN
HUTAN TANPA
REBOISASI
PERAMBAH
AN HUTAN
KONVERSI HUTAN
TANPA TINDAKAN
KONSERVASI
TANAH DAN AIR
(KTA)
PENGAMANAN LAHAN
(& HUTAN) BELUM
BERHASIL
PENEGAKAN
HUKUM LEMAH
HUKUM
LINGKUNGAN
BELUM
MEMADAI
PERATURAN
YANG
KONTRADIKTIF
Keterangan:
PERTANIAN TANPA
TINDAKAN
KONSERVASI
TANAH DAN AIR
(KTA)
REHABILITASI LAHAN
(& HUTAN) BELUM
BERHASIL
PENGETAHUAN
(KTA)
MASYARAKAT
RENDAH
PEMILIKAN
LAHAN SEMPIT
TIDAK ADA
INSENTIF UNTUK
KTA
PENGUASAAN
TEKNIK (KTA)
MASYARAKAT
RENDAH
KESEMPATAN
KERJA DI LUAR
PERTANIAN
TERBATAS
KELEMBAGAAN
SOSIAL RENDAH
PENYULUHAN
DAN PELATIHAN
KURANG/BELUM
ADA
NILAI PRODUK
PERTANIAN
RENDAH
47
2.
PENGETAHUAN
(KTA) MASYARAKAT
RENDAH
PENGUASAAN TEKNIK
(KTA) MASYARAKAT
RENDAH
PENYULUHAN DAN
PELATIHAN
KURANG/BELUM
ADA
kegiatan
bersama
masyarakat
akan
mendatangkan
keuntungan berupa:
a. Masyarakat bisa mengidentifikasi program dan kegiatan apa
yang dapat mereka lakukan sendiri dan pada tahapan mana
mereka harus mendapat bantuan dari BPDAS, Forum DAS,
SKPD kabupaten terkait, LSM, Swasta atau pihak-pihak lain
yang terkait.
b. Pemerintah bisa mengidentifikasi komitmen masyarakat
dalam melaksanakan pembangunan MDM.
c.
49
sebagai
jalan
keluar
permasalahan
harus
No.
Aliran
permukaan
dan erosi
(a) Reboisasi
(b) Hutan kemasyarakatan
(c)
Longsor
Sedimentasi
Banjir
...
..................
Masalah Kemiskinan
50
dan
No.
Permasalahan
Pokok
harga
produk
pertanian,
Masalah
ketergantungan yang
tinggi
pada
kesempatan
kerja
dan
pendapatan
pertanian
Masalah pemasaran
hasil-hasil pertanian
(b) Pemberian
pertanian
bantuan
modal
usaha
non
Masalah
lemahnya
kerjasama
antar
anggota masyarakat
(a) Program
pengembangan
kelembagaan
kerjasama antar masyarakat (koperasi
pertanian, kelompok tani, dll.)
(b) Program pengembangan kelembagaan
...
..................
Keterangan:
.................
bersama masyarakat
51
ukuran-ukuran
yang
mudah
diterapkan
dan
monitoring
merupakan
sistem
pemantauan
pencapaia
tujuan
yang
ditetapkan.
Uraian
sitem
monitoring
dan
evaluasi
yang
akan
52
tujuan,
strategi
(program
dan
kegiatan),
kondisi
biofisik,
sosial
53
ekonomi
dan
program
dan
kegiatan
yang
terdiri
dari
menyangkut
pemberdayaan
atau
pendampingan
kegiatan
(output)
hendaknya
kegiatan
tahunan
disusun
berdasarkan
beserta
luaran
indikator-indikator
54
55
Tabel 6.
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN MDM (tahun.... s/d. tahun .........)
No.
Program
Kegiatan
Luaran
Indikator
pencapaian
1.
2.
3.
4.
56
Penaggung
Jawab
Kegiatan
Perkiraan
Biaya
Tata
Waktu/Tahun
Pelaksanaan
Asumsi Yang
Digunakan
dilaksanakan
sebanyak
57
kali
yaitu
pada
saat
oleh
Bappeda
kabupaten/kota
dan
disahkan
oleh
Bupati/Walikota.
Rencana
pembangunan
MDM
yang
telah
disahkan,
58
BAB VI
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN MODEL DAS MIKRO
teknis
sektoral
(Pemerintah,
Satuan
Kerja
Perangkat
dan
kewenangannya
masing-masing
dengan
melibatkan
59
PENYUSUNAN RANCANGAN
PELAKSANAAN KEGIATAN
PENGUATAN KELEMBAGAAN
PETANI DAN KOORDINASI
ANTAR SEKTOR
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
MDM
pelaksanaan
adalah
rencana
lebih
detail
60
telah
disusun.
Penyusunan
rancangan
pelaksanaan
kegiatan
(kelompok
sasaran).
Dalam
penyusunannya
harus
pelaksanaan
kegiatan,
(g)
anggaran
kegiatan,
(h)
61
Unsur Kegiatan
Uraian
1.
Kelompok target
2.
Pelaku kegiatan
3.
Tempat/Lokasi
4.
Jenis Kegiatan
5.
Luaran (output)
6.
Strategi pelaksanaan
kegiatan
7.
Anggaran
8.
Bahan/Alat
9.
Jadwal
10.
Dokumentasi
62
rancangan
pelaksanaan
diawali
dengan
kelembagaan
sosial
di
lokasi
tempat
kegiatan
63
pelaksanaan
pembangunan.
Dokumen
Rancangan
d. Rancangan Kegiatan (seperti diuraikan dalam Tabel Unsurunsur dan Uraian dalam Rancangan Kegiatan)
e. Peta-peta dan Gambar Teknik
3. Legalisasi Rancangan Kegiatan
Rancangan pelaksanaan kegiatan pembangunan MDM
yang telah disusun disahkan oleh kepala instansi pemilik
program/kegiatan dan disampaikan kepada pihak-pihak terkait,
misalnya Bappeda dan BPDAS.
B. Kegiatan Fisik Yang Bisa Dilaksanakan Dalam Areal MDM
Kegiatan fisik yang bisa dilaksanakan di dalam areal model DAS
mikro adalah berbagai kegiatan pengelolaan DAS yang dilaksanakan
oleh berbagai sektor dalam skala mikro DAS, berbagai kegiatan
tersebut antara lain adalah:
64
secara
partisipatif
bersama
masyarakat
dengan
kayu,
model
desa/persemaian,
wanatani,
model
pembuatan
perlindungan
mata
kebun
bibit
air/rehabilitasi
65
untuk
Masyarakat
meningkatkan
dalam
pembangunan
kemampuan
dan
MDM
kemandirian
akses
dalam
rangka
peningkatan
kesejahteraan
66
penyediaan
sarana
dan
prasarana,
pengembangan
kegiatan-kegiatan
off-farm
agar
masyarakat
bisa
67
pengelolaan
koordinasi
bagi
MDM
kelompok
merupakan
tani
wadah
peserta
komunikasi
areal
model
dan
untuk
mewujudkan
pengelolaan
MDM
secara
terpadu
yang
di
kabupaten
lokasi
MDM
telah
terbentuk
Forum
sehingga
dapat
diketahui
perkembangan/kemajuan
68
BAB VII
MONITORING DAN EVALUASI MDM
dan
kelembagaan
areal
MDM
sebagai
dampak
dari
Sasaran
Monev
Areal
MDM
adalah
segenap
penerima
stakeholders
dengan
pendekatan
participatory,
dengan
monitoring
sebenarnya
sudah
dimulai
pada
saat
selama
kurun
waktu
69
pelaksanaan
kegiatan
yang
pendekatan
partisipatori,
pelaksanaan
Monev
perlu
diantara
mereka
mengenai
implementasi
dari
berbagai
masyarakat
setempat.
Dengan
demikian
diharapkan
fasilitator
dalam
pengumpulan
data
dan
analisisnya
serta
70
Intervensi, dan (e) Peralatan dan Personil. Diagram alir Monitoring dan
evaluasi MDM disajikan dalam Gambar 10.
A. Informasi Dasar
Informasi dasar sebagai Baseline (Benchmark Information)
menyatakan status awal dari kondisi DAS mikro sebelum intervensi
kegiatan dilaksanakan. Data dan informasi dasar ini digunakan untuk
menjamin bahwa (i) intervensi yang dilakukan sesuai dengan
kebutuhan, (ii) memungkinkan evaluasi dampak intervensi, dan (iii)
mengembangkan
indikator
kinerja
sesuai
dengan
tujuan
MDM
perlu
didokumentasikan
dalam
Rencana
Induk
71
Tingkat Rumah
Tangga
Kriteria
Penggunaan
Lahan,
indikatornya:
1) Penutupan
Vegetasi
2) Kesesuaian
penggunaan
lahan
3) Indeks erosi
4) Tanah
longsor
Kriteria Tata
Air,
indikatornya:
1) Debit air
sungai
2) Kandungan
sedimen
3) Kandungan
pencemar
4) Koefisien
limpasan
Kriteria
Sosial,
indikatornya:
1) Kepedulian
individu
2) Partisipasi
masyarakat
3) Tekanan
Penduduk
terhadap
lahan
Kriteria
ekonomi,
indikatornya:
1) Ketergantung
an penduduk
terhadap
lahan
2) Tingkat
pendapatan
3) Produktivitas
lahan
4) Jasa
lingkungan
Kriteria
Kelembagaan,
indikatornya:
1) KISS
2) Ketergantung
an Masyarak
pada
pemerintah
3) Keberdayaan
lembaga
lokal/adat
4) Kegiatan
usaha
bersama
Indikator yang
digunakan
adalah:
1) Ketergantungan
keluarga
terhadap lahan
2) Tingkat
pendapatan
3) Kepedulian
individu
4) Partisipasi
keluarga
Tingkat Hamparan
(Petak)
Indikator yang
digunakan
adalah:
1) Penutupan
vegetasi/tajuk
2) Indeks erosi
3) Produktivitas
lahan
REKOMENDASI
Umpan Balik bagi rencana dan
pelaksanaan
program
&
kegiatan
73
water),
sedang
sifat
kimia
air
sering
digunakan
untuk
menjelaskan jenis batuan dari mana air itu mengalir. Hal ini
berlaku tidak hanya dari sistem alami, akan tetapi juga dari
sistem terbangun. Oleh karena itu, sifat kimia dan biologi air
merupakan indikator yang baik untuk menyatakan perubahan.
Indikator-indikator dalam kriteria tata air yang harus diukur
adalah:
1) Debit air
2) Koefisien aliran permukaan
3) Sedimentasi/konsentrasi sedimen/kekeruhan
Untuk mendukung perhitungan indikator hidrologi di atas, perlu
diukur data curah hujan sebagai input kondisi tata air DAS mikro.
3. Kriteria Sosial-Ekonomi-Kelembagaan
Kegiatan
monev
sosial,
ekonomi
dan
kelembagaan
74
Kepedulian individu
2)
Partisipasi masyarakat
3)
4)
5)
Tingkat pendapatan
6)
Produktivitas lahan
7)
Jasa lingkungan
8)
9)
indikator
yang
lebih
lengkap,
selain
dengan
75
Tabel 8.
No.
1.
2.
3.
4.
Kriteria
Penggunaan lahan
Hidrologi
Cuaca
Sosial-EkonomiKelembagaan
Indikator
1)
2)
3)
4)
5)
Indikator alami,
tertentu, dsb.
1)
2)
3)
BOD,
4)
Kesadahan; dsb.
5)
6)
7)
seperti
jenis
tanaman
8)
1)
2)
1)
2)
Konflik pertanahan
3)
4)
Harga-harga
produksi
5)
Migrasi penduduk
6)
7)
8)
9)
faktor
76
produksi
dan
hasil
dalam
MDM
terhadap
kehidupan
sosial
dan
ekonomi
masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaannya. Indikatorindikator yang bisa digunakan adalah:
1)
2)
3)
Kepedulian individu
4)
dan
evaluasi
pada
tingkat
hamparan
(petak)
77
realisasi
pelaksanaan
program
dan
kegiatan
Evaluasi yang
dengan
target
yang
telah
ditetapkan.
Jika
terjadi
Manfaat lainnya
curah
hujan
otomatis
(Automatic
Rainfall
tinggi
muka
air
(Papan
Duga/Peilskal
dan
keperluan
khusus
seperti
penelitian
yang
kebutuhan
dan
kompetensi.
Tenaga
fungsional
80
belakang
disiplin
ilmunya
dapat
berperan
penting
dalam
kegiatan-kegiatan
di
dalam
MDM
dijadikan
pembelajaran
dan
penyebarluasan
pengetahuan
dan
Kegiatan monev
penguatan
kelompok
masyarakat
dalam
Keberlanjutan
pelaksanaan
program
dan
kegiatan
kegiatan
monev
partisipatif
ini
adalah
81
landasan
yang
cukup
kuat
untuk
mendukung
82
BAB VII
PENGORGANISASIAN MDM
dilakukan dalam pembangunan MDM. Secara garis besar, ada tujuh jenis
peran pokok yang mungkin dapat dilaksanakan setiap pihak, yaitu: (a)
pemrakarsa, (b) penyusun, (c) penilai, (d) pengesah, (e) pelaksana, (f)
penanggung jawab, dan (g) pembina teknis. Dalam suatu kegiatan,
peran dari satu pihak (dinas/instansi) dapat lebih dari satu jenis. Karena
salah satu tugas pokok BPDAS adalah membangun areal model
pengelolaan DAS sementara pembangunannya harus dilakukan secara
partisipatif
dengan
melibatkan
para
pihak
terkait,
maka
Seksi
83
berbagai
ilmu
dan
pembinaan
teknis,
khususnya
9. Hasil
84
Para Pihak
(1)
(2)
Bupati
Bappeda
Persiapan
(3)
Pemilihan
Perenca-
Pengorga-
Pelaksa-
Mone
Lokasi
naan
nisasian
naan
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Kabupaten
Dinas
Dinas
A: Pemrakarsa
B: Penyusun
Kehutanan
(9)
Kode Peran:
Keterangan
C: Penilai
D: Pengesah
E: Peserta/
Perkebunan
Pelaksana
5
Dinas
Pertanian
F:Penanggung
tanaman
jawab
Pangan
Dinas
G:Pembina
E
Pengairan
Dinas
Peternakan
Dinas
Perikanan
Dinas
Lingkungan
Hidup
10
BPN
Kabupaten
85
Teknis
11
BPDAS
12
A-B-E-F
A-B-E-F
A-B-F
F-G
Kecamatan
13
Desa
14
LSM, PT
B, E, F
B, E
15
Kelompok
F-G
B-E-F
Tani/
Masyartakat
16
Badan
Usaha
Setiap MDM memiliki ciri kondisi biofisik, social ekonomi, budidaya dan
kelembagaan tersendiri yang mungkin berbeda dengan MDM lainnya
sehingga peran dari masing-masing lembaga yang ada bias berbeda
dengan ilustrasi pada Tabel di atas.
86
BAB VIII
PENUTUP
DIREKTUR JENDERAL,
Ttd.
INDRIASTUTI
87