Anda di halaman 1dari 7

PEMANFAATAN POHON KELAPA LOKAL SEBAGAI BAHAN

KONSTRUKSI BANGUNAN DI ACEH UTARA


1*

I r h a m , Arif Mardianto

Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe,


Jln B. Aceh Medan Km 280 Buketrata Lhokseumawe.
2
Teknik Elektro Politeknik Negeri Lhokseumawe,
Jln B. Aceh Medan Km 280 Buketrata Lhokseumawe.
*
Email : irham.teluk@yahoo.com
Abstrak
Kelapa merupakan komoditi perkebunan yang dihasilkan oleh Kabupaten
Aceh Utara dengan luas areal tanaman kelapa 15.313 ha atau hampir
mencapai 2.100.000 pohon, dan masih terdapat kira-kira 2500 ha yang
sudah tidak produktif lagi. Pohon kelapa lokal yang ada di Propinsi Nanggroe
Aceh Darussalam telah diteliti mengenai sifat-sifat teknis berupa berat jenis,
kuat tarik dan kuat lenturnya yaitu bahwa dari pangkal sampai tinggi 8m
2
dikategorikan kayu kelas kuat I dengan kuat lentur rata-rata 894 kg/cm
dengan berat jenis 0,823. Adapun sisanya yang mendekati pucuk (lebih
kurang 8 s/d 10m atau lebih dari pangkal) tergolong kayu kelas kuat V
2
dengan kuat lentur 110 kg/cm , karena itu tidak dapat digunakan sebagai
bahan bangunan. Adapun tahapan-tahapan yang dilaksanakan kegiatan
IPTEKS ini antara lain ; seleksi para peserta dengan bantuan kepala desa,
pendaftaran dan pengarahan, kegiatan teori, peninjauan lapangan untuk
mengenal pohon kelapa secara teknis, pemilihan dan pemotongan pohon
kelapa lokal, sistem pengeringan secara sederhana, kegiatan praktek
pembuatan pohon kelapa di bengkel kayu, dan pemasangan hasil kegiatan di
salah satu rumah korban Tsunami. Kemajuan yang didapatkan oleh peserta
pelatihan secara umum sangat memuaskan, hasil produk berupa katu kudakuda, kosen pintu dan jendela, kemudian dipabrikasi (dipasang) di salah satu
rumah korban Tsunami. Kemajuan yang sangat signifikan adalah
pengetahuan menggunakan alat-alat mesin bengkel kayu, dan memahami
kegiatan pekerjaan berdasarkan prosedure teknik yang baik. Pengenalan
kegiatan finishing (pekerjaan akhir dan kerapian) pekerjaan sangat menarik
bagi para peserta, karena sebelumnya kurang mendapat perhatian.
Kata kunci : Pohon kelapa lokal, kuat lentur,kosen, kuda-kuda, rumah
Tsunami.

Pendahuluan
Kayu merupakan bahan konstruksi yang sangat umum untuk digunakan di bidang
bangunan teknik sipil. Kayu ini umumnya diambil di hutan, sehingga hari ke hari
hingga saat ini makin sulit diperoleh. Hal ini disebabkan telah berkurangnya bahan
baku ini di hutan disebabkan pengambilan dan penanamannya tidak seimbang dan
juga maraknya penebangan liar. Akibat dari semua ini seringnya terjadi bencana
alam berupa banjir, longsor, dangkalnya penampang aliran sungai, dan kerusakan
lingkungan lainnya. Dengan demikian maka penilaian jenis bahan bangunan yang
lain seperti pohon kelapa dapat dikembangkan untuk mencari bahan yang lebih
ekonomis dan ramah lingkungan untuk dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.

134

Pohon kelapa saat ini belum begitu populer digunakan sebagai bahan bangunan
khususnya di Aceh. Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi hasil pengolahan
pohon kelapa sebagai konstruksi bangunan. Padahal bila bahan ini dapat
dimanfaatkan secara optimal, maka ketergantungan akan bahan kayu dari hutan
dapat dikurangi. Lebih luas dari ini semua, bahwa pemanfaatan pohon kelapa akan
membantu melestarikan ekosistem hutan dan dapat memanfaatkan pohon kelapa
yang tidak produktif untuk digunakan sebagai bahan bangunan yang bernilai
ekonomis.
Kelapa merupakan salahsatu komoditi yang dihasilkan oleh kabupaten Aceh Utara.
Hasil sensus yang dilaksanakan oleh Bappeda Aceh Utara tahun 2002, mencatat
bahwa dikawasan kabupaten Aceh Utara terdapat luas areal tanaman kelapa 15.313
ha, atau hampir mencapai 2.100.000 pohon. Diluar angka tersebut masih terdapat
kira-kira 2500 ha yang sudah tidak produktif lagi [3]. Hasil pengamatan yang
dilakukan langsung ke lapangan, terutama kegiatan pembangunan perumahan yang
dilaksanakan oleh masyarakat dan proyek konstruksi bangunan yang dikelola oleh
swasta dan Pemerintah Daerah, pohon kelapa belum digunakan sebagai bahan
konstruksi permanen.
Melalui kegiatan penerapan IPTEKS ini, maka dilakukan sosialisasi dan pelatihan
kepada tukang kayu di Aceh Utara berupa pemanfaatan pohon kelapa sebagai
bahan konstruksi bangunan yang bersifat permanen seperti digunakan untuk dinding,
kosen dan daun pintu, kosen dan daun jendela dan kerangka atap. Disamping itu
dengan adanya rekonstruksi pembangunan berbasis pembangunan perumahan
masyarakat Aceh yang tertimpa musibah Tsunami, maka kegiatan Iptek ini dapat
memberikan solusi yang lebih konprehensif dalam hal pemakaian bahan konstruksi
pohon kelapa dan penyiapan tenaga bangunan berupa tukang kayu yang
profesional.
Berdasarkan pengamatan pada beberapa lokasi perkebunan kelapa dan kegiatan
pembangunan konstruksi di Aceh Utara, maka ditemukan berbagai permasalahan
sebagai berikut :
1. Tersedianya sumber bahan baku berupa pohon kelapa yang siap tebang
dalam jumlah relatif banyak (tidak produktif menghasilkan buah kelapa),
namun belum dimanfaatkan secara optimal untuk bahan bangunan.
2. Pemakaian pohon kelapa masih terbatas untuk konstruksi tidak permanen,
digunakan sebagai acuan dan perancah bangunan dan sebagai jembatan
darurat di pedesaan. Setelah bangunan selesai, maka bahan tersebut
terbuang tanpa dimanfaatkan.
3. Ketidaktahuan masyarakat dan juga tukang bangunan bahwa pohon kelapa
dapat digunakan sebagai bahan bangunan secara permanen.
4. Belum adanya pengetahuan dan teknik untuk mengolah pohon kelapa
sebagai bahan bangunan, sehingga masyarakat maupun pemerintah daerah
masih enggan menggunakan bahan ini.
Pohon kelapa lokal yang ada di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah diteliti
mengenai sifat-sifat teknis berupa berat jenis, kuat tarik dan kuat lenturnya. Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa dari pangkal sampai tinggi 8m dapat digunakan kayu
kelas kuat I dengan kuat lentur rata-rata 894 kg/cm2 dengan berat jenis 0,823.
Adapun sisanya yang mendekati pucuk (lebih kurang 8 s/d 10m atau lebih dari
pangkal) tergolong kayu kelas kuat V dengan kuat lentur 110 kg/cm2, karena itu tidak
dapat digunakan sebagai bahan bangunan[1,2]. Dari hasil penelitian diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa secara kualitas pohon kelapa layak digunakan sebagai
bahan bangunan di Propinsi Aceh, Kondisi ini dimungkinkan karena kayu pohon
kelapa dapat digolongkan pada kayu kelas kuat I.
135

Pada pohon kelapa tidak terdapat gelang tahun sehingga kita tidak dapat menaksir
umur pohon kelapa dari melihat tampang melintangnya. Cara untuk menaksir umur
pohon kelapa ialah dengan menghitung bekas pangkal daun pada seluruh
batangnya. Semakin banyak bekas pangkal daun semakin tua pohon kelapa
tersebut. Penebangan pohon kelapa yang akan dimanfaatkan kayunya untuk bahan
bangunan. Dianjurkan pada saat akhir musim kemarau. Hal ini karena pada saat
tersebut kadar air kayunya rendah. Tinggi rata-rata pohon kelapa dapat mencapai 15
meter sampai 20 meter, untuk keperluan bahan bangunan. Bagian pangkal dibuang
kira-kira meter karena sangat keras sehingga sulit dikerjakan. Adapun bagian
ujung dibuang juga sepanjang 3 meter sampai 4 meter karena terlalu lunak. Bagian
tengah yaitu hati lebih baik dibuang jika akan digunakan sebagai usuk. Tetapi untuk
penggunaan balok-balok besar bagian hati ikut dipergunakan [6].
Setelah pohon kelapa ditebang, selanjutnya dipotong menurut panjang yang telah
ditentukan. Biasanya sekitar 3m sampai 4m. Kulit bagian luar dikupas dan
selanjutnya sudah bisa digergaji sesuai kebutuhan ukuran yang umum dipasaran.
Adapun bentuk ukuran umum dalam pemakaiannya terbatas penggunaannyasebagai
balok kap, balok tiang, gording, rangka dinding, rang, usuk. Penggergajian bentuk
papan kurang umum, hal ini karena kayu kelapa mempunyai serat yang lebih besar.
Setelah diperoleh hasil penggergajian, kayu-kayu dikelompokkan pada masingmasing ukuran. Setelah itu kemudian segera dilakukan pengeringan. Pengeringan
dilakukan dengan cara menyusun kayu-kayu itu menurut suatu sistim penyusunan
tertentu.
Kayu dalam keadaan baru ditebang, mengandung kadar air cukup tinggi, sedangkan
dalam penggunaannya harus selalu dalam keadaan kering. Maka dari itu kayu yang
baru ditebang hendaklah diadakan pengeringan lebih dulu. Pengeringan disini dapat
dilakukan secara alam dengan memanfaatkan sinar matahari. Menurut Siswoyo.R.D
[6], tujuan pengeringan kayu ini adalah :
Untuk menambah kekuatan kayu, hal ini karena bila kayu dalam kondisi kadar
air rendah, maka kayu akan lebih kuat.
Untuk menjaga kestabilan ukuran, seperti diketahui kayu yang masih basah
akan mengalami perubahan volume maupun ukuran apabila sudah kering.
Untuk mencegah serangan cendawan dan bubuk, ini terjadi karena kayu yang
masih basah yaitu yang kadar airnya masih diatas 20 %, umumnya jasad renik
yang menyebabkan pembusukan dan perubahan warna pada kayu akan
bertahan hidup. Dan sebaliknya, bila kadar air rendah dibawah 20 % jasad renik
tersebut kurang dapat bertahan dengan baik. Dengan demikian kayu tidak akan
terserang hewan perusak tersebut.
Metode Penerapan
Langkah awal yang akan dilakukan dalam penerapan IPTEK ini adalah
mengumpulkan data tentang kuantitas dan kualitas pohon kelapa di Aceh Utara yang
kemudian diikuti dengan survey di lapangan. Untuk memperkenalkan dan
meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan tukang kayu di Aceh Utara, akan
dilakukan pelatihan tentang pemakaian bahan bangunan dari pohon kelapa di mulai
dari tata cara penebangan, penggergajian, pengeringan kayu hingga pembuatan
benda kerja berupa komponen bahan bangunan. Komponen bahan bangunan yang
dimaksud seperti kose pintu/jendela, dinding dan rangka atap. Tata kerja yang
dirujuk adalah pedoman konstruksi kayu Indonesia [5] dan job sheet kerja kayu di
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe yang merupakan petunjuk kerja
yang berlaku di seluruh Politeknik Indonesia [4]. Penuntun ini merupakan buku
136

standar yang di tetapkan oleh Pusat Pengembangan dan Pendidikan Politeknik


Bandung. Sistem pelatihan untuk para tukang kayu disesuaikan dengan pola
kegiatan mahasiswa Politeknik, sehingga peserta latih memperoleh pengetahuan
tambahan di bidang keselamatan kerja dan disiplin kerja.
Dalam pelaksanaan kegiatan IPTEKS ini, perlu dibuat beberapa tahapan
pelaksanaan kegiatan sehingga hasil yang diinginkan tercapai. Adapun cara yang
dikedepankan yaitu dilaksanakan problem solving (pemecahan masalah) sehingga
setiap peserta dapat merasa puas dalam pelatihan ini. Adapun tahapan-tahapan
yang dilaksanakan; seleksi para peserta dengan bantuan kepala desa, pendaftaran
dan pengarahan, kegiatan teori, peninjauan lapangan untuk mengenal pohon kelapa
secara teknis, pemilihan dan pemotongan pohon kelapa lokal, sistem pengeringan
secara sederhana, kegiatan praktek pembuatan pohon kelapa di bengkel kayu, dan
pemasangan hasil kegiatan di salah satu rumah korban Tsunami. Setelah semua
kegiatan selesai maka para peserta dievaluasi dan dirangking tingkat hasil capaian
kegiatan, kemudian kegiatan ditutup dengan halal bi halal.
Dalam kegiatan ini khalayak sasaran berupa tukang kayu yang diseleksi sejumlah 10
orang tukang kayu (umumnya berpendidikan SD) dan dianggap paling potensial
untuk dapat dilatih dan mampu membagikan ilmu dan ketrampilan yang diperoleh
kepada sesama teman seprofesi yang lain di daerahnya. Metode yang digunakan
yaitu berupa tahapan berupa teori tentang persyaratan dan pemanfaatan pohon
kelapa untuk bahan bangunan. Teori yang diberikan meliputi dari pemilihan batang,
tata cara penebangan, penggergajian, pengeringan kayu hingga pembuatan benda
kerja. Setelah kegiatan teori selesai, dilaksanakan berupa kegiatan praktek bengkel
kayu, yaitu memberikan pemahaman cara membaca gambar kerja kayu dan
menghitung kebutuhan bahan yang dipakai untuk suatu item pekerjaan. Selanjutnya
peserta pelatihan diberikan latihan ketrampilan dasar kerja kayu sampai finishing
akhir terhadap item pekerjaan tersebut dengan cara praktikum langsung di bengkel
kayu.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil kegiatan yang dilaksanakan selama 3 (bulan) bulan di Desa
Meunasah Mesjid Kecamatan Blang Mangat Kotif Lhokseumawe (dahulu Kab. Aceh
Utara), didapat suatu hasil yang cukup memuaskan. Hal ini diindikasikan melalui
keberhasilan peserta menyerap ilmu yang disampaikan oleh pelaksana kegiatan dan
instruktur.
Adapun sumber bahan baku kelapa berupa pohon berumur sekitar 60 tahun. Pohon
ditebang 3 (tiga) batang lalu dipotong dan di proses untuk mendapatkan kayu. Poto
dokumentasi disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 4.1 Lokasi kayu kelapa lokal

Gambar 4.2 Proses pemotongan


137

Hasil tebangan kayu yang telah dipilih dikeringkan dengan cara ditegakkan di daerah
terbuka selama 2 (dua) minggu. Pengeringan memanfaatkan sinar matahari, sistem
pengeringan kayu disajikan pada Gambar 3 di bawah ini. Sesuai dengan jadual,
kegiatan praktek bengkel dilaksanakan pada bulan September 2006, setiap hari
minggu jam 08.00 12.30 wib di bengkel UPT Kayu Punteut. Alat bengkel kayu
yang digunakan berupa: mesin ketam perata, mesin ketam penebal, mesin gergaji
potong, mesin router, mesin amplas, mesin bor, mesin bubut, mesin moulder, mesin
gergaji perata dan mesin gergaji belah.
Bahan kayu dari lapangan dibawa ke bengkel untuk selanjutnya di ketam dan di
bentuk di bengkel kayu. Dokumentasi kegiatan disajikan pada Gambar 4 di bawah
ini.

Gambar 3. Pengeringan kayu


Di lapangan

Gambar 4. Pengolahan kayu di


Bengkel kayu

Setelah diperoleh benda kerja berupa ; kosen pintu, jendela, daun pintu dan jendela,
serta kayu untuk kuda-kuda rumah, maka produk ini dibawa ke salah satu rumah
korban Tsunami di desa Meunasah Mesjid. Kondisi awal rumah sebelum
dilaksanakan kegiatan IPTEKS, dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini. Kegiatan
instalasi konstruksi kayu dilaksanakan bulan Oktober 2006, Adapun kegiatan praktek
lapangan tersebut disajikan pada Gambar 6 di bawah ini.

Gambar 5. Kondisi awal rumah

Gambar 6. Pemasangan kosen pintu

138

Disadari bahwa keterbatasan dana menyebabkan kegiatan ini hanya untuk


pembuatan pintu dan jendela serta rangka kuda-kuda.. Walaupun demikian bila
dibandingkan dengan keadaan rumah sebelumnya (Gambar 7) dengan rumah
setelah dilaksanakan IPTEKS sangat jauh berbeda. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 8 di bawah ini.

Gambar 7. Kuda-kuda kayu kelapa


Yang terpasang

Gambar 8. Rumah hasil penerapan


IPTEKS

Secara ringkas indikator keberhasilan kegiatan IPTEKS ini dapat diuraikan, bahwa :
1. Peserta pelatihan telah terampil mengerjakan semua materi latihan dengan baik
dan benar.
2. Peserta pelatihan telah dapat mengoperasikan alat-alat mesin kayu dengan baik
dan benar serta cara merawat alat.
3. Peserta pelatihan telah dapat melaksanakan kegiatan praktek lapangan secara
baik dan benar dengan penerapan berupa pemasangan hasil kerja untuk salah
satu rumah korban Tsunami di Desa Meuraksa..
Evaluasi yang digunakan pada kegiatan ini berdasarkan unsur penilaian antara lain;
kesesuaian bentuk, ketepatan dimensi, ketepatan konstruksi, ketepatan
instalasi/praktek lapangan, finishing akhir pekerjaan, dan kerjasama dan sikap.
Berdasarkan skor nilai bahwa yang memperoleh nilai sangat baik 3 (tiga) peserta
sedangkan yang lainnya sejumlah 7 (tujuh) peserta memperoleh nilai baik.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan, antara lain ;
1. Kerja sama dan motivasi para peserta yang mengikuti pelatihan cukup tinggi,
hal ini terlihat semua peserta mengikuti kegiatan hingga selesai.
2. Produk pelatihan telah dapat dimanfaatkan dengan penerapan kepada salah
satu rumah korban Tsunami.
3. Para peserta telah dapat pengalaman baru hal penggunaan kayu pohon
kelapa lokal untuk konstruksi bangunan, konstruksi tersebut dapat menjadi
contoh sebagai bahan sosialisasi penggunaan kayu dari pohon kelapa untuk
konstruksi bangunan.

139

Referensi
[1] Agussalim, 1990, Kuat Tarik sejajar Serat Batang Kelapa, Laporan Penelitian, Universitas
Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.
[2]

Agussalim, 1991, Kuat Lentur Balok Batang Kelapa, Laporan Penelitian, Universitas
Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.

[3]

BAPPEDA Aceh Utara, 2002, Aceh Utara Dalam Angka, Lhokseumawe, ISSN:
0215.2401.

[4] PEDC, 2000, Job Sheet kerja kayu, Pusat Pengembangan dan Pendidikan Politeknik,
Bandung.
[5] PPKI, 1971, Pedoman Konstruksi kayu Indonesia, Jakarta.
[6]

Siswoyo.R.D, 1995, Manfaat Pohon Kelapa sebagai Bahan Bangunan, Jurnal Ilmiah
MITRA, Edisi-IV, juli 1995.

140

Anda mungkin juga menyukai