Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Penatalaksanaan kejang pada BBL meliputi stabilisasi keadaan umum bayi, menghentikan kejang
dan identifikasi dan pengobatan faktor etiologi serta suportif untuk mencegah kejang berulang.
Penanganan kejang pada akut neonatal akut harus diterapi secara agresif. Ketika terdapat kejang
klinis yang harus dilakukan adalah pemeriksaan yang ketat untuk menentukan penyebab etiologi
harus dimulai dengan cepat. Pertahankan homeostasis sistemik (pertahankan jalan nafas, usaha
nafas dan sirkulasi)
Prosedur terapi anti kejang pada neonatus meliputi pengobatan awal dengan fenobarbital harus
dipertimbangkan. Jika kejang terus berlanjut, fenitoin harus ditambahkan. Kejang persisten
mungkin memerlukan penggunaan benzodiazepin intravena, seperti lorazepam atau midazolam.
Fenobarbital dengan loading dose 10-20 mg/kg BB intramuskuler dalam 5 menit, jika tidak
berhenti dapat diulang dengan dosis 10 mg/kgBB sebanyak 2 kali dengan selang waktu 30 menit.
Bila kejang berlanjut diberikan fenitoin: loading dose 15-20 mg/kg BB intra vena dalam 30
menit.
Kebanyakan bayi diterapi hanya berdasarkan diagnosis klinis saja, dan monitoring terapinya juga
dilakukan dengan mengamati perubahan klinisnya saja. Penelitian dengan EEG yang kontinyu
menunjukkan bahwa masalah pada kejang elektrografik adalah sering menetapnya kejang setelah
dimulai terapi antikonvulsan. Pada beberapa neonatologist akan menterapi bayi yang mengalami
kejang lebih dari tiga kali dalam satu jam, atau kejang tunggal yang berlangsung lebih dari 3
menit.
Manajemen awal kejang
injeksi fenobarbital 20 mg/kgBB secara IV, diberikan pelan-pelan dalam waktu 5 menit.
Bila jalur IV belum terpasang, beri injeksi fenobarbital 20mg/kgBB dosis tunggal secara
IM atau dosis dapat ditingkatkan 10-15 % disbanding dosis IV.
o Bila kejang tidak berhenti dalam waktu 30 menit, beri ulangan fenobarbital 10
mg/kgBB secara IV atau IM. Dapat diulangi sekali lagi 30 menit kemudian bila
perlu. Dosis maksimal 40 mg/kgBB/hari.
o Fenitoin hanya boleh diberikan secara IV. Campur dosis fenitoin ke dalam 15 ml
garam fisiologis dan diberikan dengan kecepatan 0,5 ml/menit selama 30 menit.
o Monitor denyut jantung selama pemberian fenitoin IV.
Terapi suportif
1.
2.
3.
4.
Pemantuan ketat : pasang monitor jantung dan pernafasan serta pulse oxymeter
Pasang jalur intravena, berikan infus dekstrose
Beri bantuan respirasi dan terapi oksigen bila diperlukan
Koreksi gangguan metabolic dengan tepat.
1. Fenobarbital
Dosis awal 20-40 mg/kgBB intravena diberikan mulai dengan 20mg/kgBB selama 5-10
menit
Pantau depresi pernafasan dan tekanan darah
Dosis rumatan : 3-5 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis
Kadar terapeutik dalam darah diukur 1 jam setelah pemberian intravena atau 2-4 jam
setelah pemberian per-oral dengan kadar 15-45 ugm/ml
2. Fenitoin (Dilantin) : biasanya diberikan hanya apabila bayi tidak member respon yang
adekuat terhadap pemberian fenobarbital.
Dosis awal untuk status epileptikus 15 20 mg/kgBB intravena pelan-pelan.
Karena efek alami obat yang iritatif maka beri pembilas larutan garam fisiologis
infuse.
Dosis rumat hanya dengan jalur intravena (karena pemberian oral tidak efektif) 5-
mg/L
3. Lorazepam : biasanya diberikan pada BBL yang tidak memberi respon terhadap
pemberian fenobarbital dan fenitoin secara berurutan.
Dosis efektif : 0.05 0.10 mg/kgBB diberikan intravena dimulai dengan 0.05
tabel penyebab utama kejang pada neonatus). Beberapa aspek yang harus
dipertimbangkan dalam menggunakan obat anti konvulsi sebagai berikut :
-
Bukti penggunaan
Sedikit bukti yang mendukung penggunaan obat anti konvulsi yang diberikan
pada neonatus saat ini dan sedikit konsensus yang memberikan protokol
penatalaksanaan optimal. Deteksi kejang secara dini dan akurat sangat penting
dalam memberikan jalur pemberian obat anti konvulsi
i. Obat antikonvulsi mungkin tidak menyembuhkan kejang EEG
walaupun dapat mengurangi atau menghilangkan gejala klinis.
Administrasi
Pemberian obat anti konvulsi dengan prinsip :
o Intravena untuk efek yang cepat dan kadar obat dalam darah yang
dapat diprediksi
o Untuk mencapai level terapeutik dalam serum yang tinggi
o Untuk mencapai dosis maksimum sebelum memberikan dosis
yang kedua
Rumatan dan durasi penggunaan obat antikonvulsi
o Terapi dengan dosis rumatan mungkin tidak dibutuhkan apabila
dosis awal cukup untuk menangani kejang secara klinis
o Bayi dengan konvulsi lama atau dengan kesulitan dalam
menangani kejang dan bayi dengan kelainan pada EEG akan
mendapat manfaat dari pemberian obat anti konvulsi yang
berkelanjutan dengan syarat :
- Level serum harus dimonitor
- Rencana manajemen penatalaksanaan kejang darurat harus
dibuat. Termasuk, jika dibutuhkan, rencana penggunaan
Midazolam buccal/intranasal
Penghentian penggunaan obat-obatan anti konvulsi
Ada sedikit resiko terjadinya kejang berulang setelah pemutusan obat anti
konvulsi secara dini pada neonatus. Pertimbangkan penghentian penggunaan
obat anti konvulsi apabila :
-
Keterangan
IV (perlahan-lahan contoh : 1
seringkali dibutuhkan
Mungkin menyebabkan
apneu/depresi
Fenitoin
Fenitoin
Dosis
dan Dosis awal :
- 15-20 mg/kg IV kecepatan infus
administrasi
maksimum
0.5
mg/kg/menit(jika
Keterangan
melalui IV)
IV atau oral
Setelah dosis awal : 4-8 mg/kg perhari
Setelah umur 1 minggu : dosis sampai
muskular
Pastikan keutuhan dari pembuluh darah
karena adanya resiko radang jaringan dan
untuk
mengetahui
apabila
ada
hipotensi
Jangkauan level terapeutik
-
Midazolam
Midazolam
Dosis
dan
administrasi
Infus :
60-400 mikrogram/kg/jam
Rekonstitusi dan dilusi
Dilusi 1 mg/kg midazolam
sampai dosis total 50 mL dengan
Nacl 0.9%, glukosa 5% atau
10%
1
ml/jam
mikrogram/kg.jam
20
Keterangan
Diazepam
Diazepam
mempunyai
efek
antikonvulsan
hanya
bersifat
sementara
ketidakstabilan
kardiorespiratorik dapat terjadi jika obat ini digunakan bersama dengan fenobarbital dan
metabolit utamanya yang memiliki waktu paruh panjang. Diazepam bukanlah pilihan terbaik dari
golongan benzodiazepine untuk digunakan pada bayi baru lahir.
PROGNOSIS
Kejang pada bayi baru lahir dapat mengakibatkan kematian, atau jika hidup dapat menderita
gejala sisa atau sekuel.
Keluaran bayi yang pernah mengalami kejang
Etiologi
HIE sedang dan berat
Bayi Kurang Bulan
Meningitis
Malformasi otak
Hipokalsemi
Hipoglikemi
Meninggal (%)
50
58
20
60
Cacat (%)
25
23
40
40
50
Normal (%)
25
18
40
100
50
Prognosis ditentukan dari penyebab kejang pada neonatus itu sendiri. Jika hasil pemeriksaan
EEG normal, prognosis sempurna untuk kejang dapat sembuh kembali dan berkembang normal.
Pemeriksaan EEG yang tampak tidak abnormal (berat) mengindikasikan prognosis yang buruk.
Adanya gelombang memuncak pada EEG berkaitan dengan resiko terjadinya epilepsy sekitar
30%.
Adanya kejang pada neonatus adalah prediktor jangka panjang untuk terjadinya deficit fisik dan
kognitif. Komplikasi kejang pada neonatus adalah beberapa hal dibawah ini :
Cerebral palsy
Cerebral atrophy
Hydrocephalus ex-vacuo
Epilepsy
Spasticity
Feeding difficulties
Prevalensi untuk terjadinya retardasi mental dan ketidakmampuan belajar dilaporkan terjadi
sekitar 2.5 %