Anda di halaman 1dari 13

Klasifikasi Carica papaya (Pepaya).

1. Kingdom: Plantae (Tumbuhan).


2. Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh).
3. Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga).
4. Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
5. Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
6. Sub Kelas: Dilleniidae
7. Ordo: Violales
8. Famili: Caricaceae
9. Genus: Carica
10. Spesies: Carica papaya L.
Nama umum
1. Indonesia : Pepaya
2. Inggris : papaya, paw paw
3. Melayu : Betik, ketelah, kepaya
4. Vietnam : Du du
5. Thailand : Mala kaw
6. Pilipina: Kapaya, lapaya
7. Cina : fan mu gua
8. Jawa : gandul
9. Sunda : gedang
Deskripsi Carica papaya (Pepaya)
1. Bunga : berwarna putih
2. Buah : berwarna Kuning kemerahan
3. Rongga dalam : berbentuk bintang

4. Akar : Serabut
5. Batang : Bulat
6. Daun : Tunggal

Kandungan dan Khasiat Daun Pepaya Untuk KesehatanPepaya (Carica papaya)


pastilah tidak asing bagi kita. Buahnya yang matang biasa dikonsumsi karena rasanya
yang manis. Bagian pepaya lainnya yang dapat konsumsi yaitu daun. Para ibu-ibu
biasanya memasak daun pepaya menjadi sayuran, sedangkan daun muda dapat lansung
dimakan sebagai lalapan. Khasiat Daun pepaya untuk kesehatan yaitu dapat
menyembuhkan beberapa jenis penyakit.

Ciri-ciri Daun Pepaya


Daun pepaya membentuk serupa pada pohon bagian atas. Daunnya menyirip lima
menyerupai telapak tangan dengan tangkai yang panjang dan berlobang ditengah. Apa
bila daun pepaya dilipat menjadi dua bagian persis ditenga, akan terlihat bahwa daun
pepaya simetris.

Kandungan Daun Pepaya


Pada daun pepaya terdapat getah pepaya (ditemukan juga pada batang dan buah),
getah tersebut mengandung enzim yang bernama papain. Enzim papain sejenis protease
dapat melunakkan daging dan mengubah konformasi protein lainnya. Disamping enzim
papain, daun juga mengandung zat-zat lain diantaranya: vitamin A, vitamin B1, vitamin
C, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, besi, air, kalori dan carposide (berkhasiat
sebagai obat cacing).

Khasiat Daun Pepaya


Daun
papaya
dapat
menyembuhkan
beberapa
jenis
penyakit seperti batu
ginjal, hipertensi, malaria, keputihan, reumatik, malnutrisi, sakit perut waktu haid, dan
cacingan. Dimasyarakat pada umumya pengolahan daun papaya sebagai obat masih
secara tradisional/sederhana. Berikut ini adalah contoh cara pengolahan daun papaya
yang juga diramu dengan bahan lain secara tradisional untuk beberapa jenis penyakit :
1. Batu Ginjal (niersteen = Belanda)
Bahan: 7 lembar daun pepaya
Cara membuat dan menggunakan, Memakai formula 3-5-7 plus, artinya :
- Hari Pertama, 3 lembar daun pepaya yang masih segar direbus
dengan air secukupnya, kemudian air rebusan daun pepaya
tersebut diminum 1 gelas sekaligus.
- Hari Kedua, 5 lembar daun pepaya yang masih segar direbus
dengan air secukupnya, kemudian air rebusan daun pepaya
tersebut diminum 1 gelas sekaligus.
- Hari Ketiga, 7 lembar daun pepaya yang masih segar direbus

dengan air secukupnya, kemudian air rebusan daun pepaya


tersebut diminum 1 gelas sekaligus.
- Untuk menutupnya ditambah dengan minum air kelapa muda
(degan=Jawa), yang dipilih dari buah kelapa hijau.
Catatan : bagi yang mengidap hipertensi tidak boleh minum resep ini.
2. Malaria
Bahan: 1 lembar daun pepaya, tempe busuk sebesar ibu jari, garam
secukupnya.
Cara membuat: semua bahan tersebut ditumbuk halus, kemudian
diperas dan disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: diminum 1 kali sehari selama 7 hari berturutturut.
3. Sakit Keputihan
Bahan: 1 lembar daun pepaya, 1 potong akar rumput alang-alang,
adas pulosari secukupnya.
Cara membuat: daun pepaya dicincang halus, kemudian direbus
bersama bahan lainnya dengan 1,5 liter air sampai mendidih dan disaring
Cara menggunakan: diminum 1 kali sehari 1 gelas dan dilakukan secara teratur.
4. Reumatik
Bahan: 2 potong akar pepaya, 1 lembar daun pepaya;
Cara membuat : kedua bahan tersebut ditumbuk halus, kemudian direbus
dengan 1
liter air sampai mendidih dan disaring.
Cara menggunakan: diminum 1 kali sehari 1 gelas pada sore hari.
5. Malnutrisi (gejala kekurangan salah satu zat makanan pada balita)
a. Bahan: 2 lembar daun pepaya, 3 tangkai daun dadap serep,
kapur sirih secukupnya.
Cara membuat: semua bahan tersebut ditumbuk bersama sampai
halus.
Cara menggunakan: dipergunakan sebagai bedak dan dioleskan
pada perut balita yang sakit.
b. Bahan: 1 lembar daun pepaya
Cara membuat: direbus dengan 1,5 gelas air sampai mendidih,
kemudian disaring untuk diambil airnya
Cara menggunakan: diminumkan pada balita 2 sendok makan
setiap hari.
22. Carica papaya Folium (Daun Pepaya)
a. Organolepis :
Warna hijau tua, bau aromatik, rasa agak pahit.
b. Makroskopik :
Daun berwarna hijau tua dengan tulang daun menjari.
c. Mikroskopik :
Anatomi jaringan yang teramati yaitu epidermis atas, hablur kalsium oksalat, fragmen mesofil.

PENGGUNAAN DAUN CARICA PAPAYA


Berkembangnya penggunaan pestisida sintesis yang dinilai praktis oleh para petani dan pecinta tanaman untuk
mencegah tanamannya dari serangan hama, ternyata membawa dampak negatif yang cukup besar bagi
manusia dan lingkungan. Cukup tingginya dampak negatif dari penggunaan pestisida sintetis, mendorong
berbagai usaha untuk menekuni pemberdayaan / pemanfaatan pestisida alami sebagai alternatif pengganti
pestisida sintesis.
Salah satu pestisida alami yang dapat digunakan adalah ekstrak daun pepaya. Daun pepaya mengandung
bahan aktif Papain, sehingga efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap. Estrak daun pepaya dapat
digunakan sebagai pestisida alami setelah dicampurkan dengan minyak tanah dan detergen. Pestisida alami dari
ekstrak daun pepaya memiliki beberapa manfaat, antara lain: dapat digunakan untuk mencegah hama seperti
aphid, rayap, hama kecil, dan ulat bulu serta berbagai jenis serangga.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belaakang Masalah
Berkembangnya penggunaan pestisida sintesis yang dinilai praktis oleh para petani dan pecinta tanaman untuk
mencegah tanamannya dari serangan hama, ternyata membawa dampak negatif yang cukup besar bagi
manusia dan lingkungan. Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) tercatat bahwa di seluruh dunia terjadi
keracunan pestisida antara 44.000 - 2.000.000 orang setiap tahunnya. Dampak negatif dari penggunaan
pestisida sintetis adalah meningkatnya daya tahan hama terhadap pestisida (resistansi hama itu sendiri),
membengkaknya biaya perawatan akibat tingginya harga pestisida dan penggunaan yang kurang tepat dapat
mengakibatkan keracunan bagi manusia dan ekosistem di lingkungan menjadi tidak stabil / tidak seimbang.
Cukup tingginya dampak negatif dari penggunaan pestisida sintetis, mendorong berbagai usaha untuk menekuni
pemberdayaan / pemanfaatan pestisida alami sebagai alternatif pengganti pestisida sintesis. Salah satu
pestisida alami yang dapat digunakan adalah ekstrak daun pepaya. Selain ramah lingkungan, pestisida alami
merupakan pestisida yang relatif aman dalam penggunaannya dan ekonomis. Untuk itu, penulis akan membahas
mengenai pemanfaatan ekstrak daun pepaya (Carica papaya) sebagai pestisida alami yang ramah lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penulis angkat, yaitu:
1. Apa kandungan kimia dari daun pepaya (Carica papaya)?
2. Bagaimana cara pembuatan pestisida alami dari daun pepaya (Carica papaya)?
3. Apa manfaat ekstrak daun pepaya (Carica papaya) sebagai pestisida alami?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang dapat penulis ambil dari rumusan masalah tersebut adalah untuk mengetahui:
1. kandungan kimia dari daun pepaya (Carica papaya).
2. cara pembuatan pestisida alami dari daun pepaya (Carica papaya).
3. manfaat ekstrak daun pepaya (Carica papaya) sebagai pestisida alami
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dari artikel ini adalah untuk menambah wawasan penulis khususnya dan masyarakat pada
umumnya mengenai pemanfaatan ekstrak daun pepaya (Carica papaya) sebagai pestisida alami yang ramah
lingkungan.
2. METODE PENULISAN
Adapun metode penulisan yang digunakan oleh penulis adalah metode studi kepustakaan yang berarti mencari
sumber- sumber yang relevan terhadap judul yang penulis angkat melalui buku-buku dan melalui internet.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kandungan Kimia Daun Pepaya (Carica papaya)


Daun pepaya (Carica papaya) mengandung berbagai macam zat, antara lain : vitamin A 18250 SI , vitamin B1
0,15 mg, vitamin C 140 mg, kalori 79 kal, protein 8,0 gram, lemak 2 gram, hidrat Arang 11,9 gram, kalsium 353
mg, fosfor 63 mg, besi 0,8 mg, air 75,4 gram , papayotin, kautsyuk, karpain, karposit, Daun pepaya mengandung
bahan aktif Papain, sehingga efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap

3.2 Cara Pembuatan Pestisida Alami dari Daun Pepaya (Carica papaya)
( ilustrasi cara pembuatan pestisida alami dari daun pepaya)

Adapun langkah- langkah pembuatan pestisida alami dari daun pepaya, yaitu:
1. Mengumpulkan kurang lebih 1 kg daun pepaya (sekitar 1 tas plastik besar/ 1 ember besar).
2. Menumbuk daun pepaya hingga halus.
3. Hasil tumbukan/rajangan direndam di dalam dalam 10 liter air kemudian ditambahkan 2 sendok makan minyak
tanah dan 30 gr detergen. Hasil campuran, didiamkan semalam.
4. Menyaring larutan hasil perendaman dengan kain halus. Dan menyemprotkan larutan hasil saringan ke
tanaman.

3.3 Manfaat Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya) sebagai Pestisida Alami
Pestisida alami adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari alam seperti tumbuhan. Adapun
beberapa keunggulan dari pestisida alami, antara lain:

Jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan
(ramah lingkungan).

Relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang.

Dapat membunuh hama/ penyakit seperti ekstrak dari daun pepaya, tembakau, biji mahoni, dsb.

Dapat sebagai pengumpul atau perangkap hama tanaman: tanaman orok-orok, kotoran ayam

Bahan yang digunakan pun tidak sulit untuk dijumpai bahkan tersedia bibit secara gratis (ekonomis).

Dosis yang digunakan pun tidak terlalu mengikat dan beresiko dibandingkan dengan penggunaan
pestisida sintesis. Untuk mengukur tingkat keefektifan dosis yang digunakan, dapat dilakukan
eksperimen dan sesuai dengan pengalaman pengguna. Jika satu saat dosis yang digunakan tidak
mempunyai pengaruh, dapat ditingkatkan hingga terlihat hasilnya. Karena penggunaan pestisida alami
relatif aman dalam dosis tinggi sekali pun, maka sebanyak apapun yang diberikan tanaman sangat

jarang ditemukan tanaman mati. Yang ada hanya kesalahan teknis, seperti tanaman yang menyukai
media kering, karena terlalu sering disiram dan lembab, malah akan memacu munculnya jamur.
Kuncinya adalah aplikasi dengan dosis yang diamati dengan perlakuan sesuai dengan karakteristik dan
kondisi ideal tumbuh untuk tanamannya.
Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan cepat. Pestisida
alami harus menjadi bagian dari sistem pengendalian hama terpadu, dan hanya digunakan bila diperlukan (tidak
digunakan jika tidak terdapat hama yang merusak tanaman). Pestisida alami dari ekstrak daun pepaya memiliki
beberapa manfaat, antara lain: dapat digunakan untuk mencegah hama seperti aphid, rayap, hama kecil, dan
ulat bulu serta berbagai jenis serangga.
4. PENUTUP
4. 1 Simpulan
Adapun kesimpulan yang dapat penulis ambil dari hasil dan pembahasan tersebut, antara lain:
1. Daun pepaya (Carica papaya) mengandung berbagai macam zat, antara lain : vitamin A 18250 SI ,
vitamin B1 0,15 mg, vitamin C 140 mg, kalori 79 kal, protein 8,0 gram, lemak 2 gram, hidrat Arang 11,9
gram, kalsium 353 mg, fosfor 63 mg, besi 0,8 mg, air 75,4 gram , papayotin, kautsyuk, karpain,
karposit, Daun pepaya mengandung bahan aktif Papain, sehingga efektif untuk mengendalikan ulat
dan hama penghisap
2. Adapun langkah- langkah pembuatan pestisida alami dari daun pepaya, yaitu: mengumpulkan
kurang lebih 1 kg daun pepaya (sekitar 1 tas plastik besar/ 1 ember besar), menumbuk daun pepaya
hingga halus, hasil tumbukan/rajangan direndam di dalam dalam 10 liter air kemudian ditambahkan 2
sendok makan minyak tanah dan 30 gr detergen. Hasil campuran, didiamkan semalam, menyaring
larutan hasil perendaman dengan kain halus. Dan menyemprotkan larutan hasil saringan ke tanaman.
3. Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan
cepat. Pestisida alami harus menjadi bagian dari sistem pengendalian hama terpadu, dan hanya
digunakan bila diperlukan (tidak digunakan jika tidak terdapat hama yang merusak tanaman).
Pestisida alami dari ekstrak daun pepaya memiliki beberapa manfaat, antara lain: dapat digunakan
untuk mencegah hama seperti aphid, rayap, hama kecil, dan ulat bulu serta berbagai jenis serangga.
4.2 Saran- Saran
Adapun saran- saran yang dapat penulis berikan, antara lain:
1. Sebaiknya para petani dan pencinta tanaman menggunakan pestisida alami sebagai pengganti
dari pestisida sintesis yang digunakan agar keseimbangan lingkungan tetap terjaga.
2. Jangan menggunakan pestisida alami jika tidak ada tanaman yang diserang oleh hama.

Kandungan zat nutrisi daun pepaya

Untuk meningkatkan produktifitas ternak unggas harus memperhatikan pula kadar


nutrisi yang terdapat pada bahan makanan yang akan diberikan. Untuk berproduksi optimal,
ternak unggas membutuhkan nutrisi yang seimbang. Berdasarkan hasil analisis proksimat,
kandungan nutrisi daun pepaya disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis Proksimat Daun Pepaya
Komposisi gizi
Bahan Kering (%)
Protein (%)
Lemak(%)
Serat Kasar (%)
Abu(%)

Daun pepaya
87,37
16,77
8,55
16,28
12,40

Ca(%)
P(%)
BETN(%)
Gross energi (Kkal/kg)

4,57
0,38
33,37
4102

Sumber: WIDIYANINGRUM, (2000) ; SUDJATINAH , (2005)

Dikatakan WIDODO, 2000., tanaman pepaya banyak mengandung berbagai macam


zat yang berkhasiat obat. Daun mengandung papain, karpain, alkoloid, saponin, glikosida,
karposid, sedangkan pada bagian buah mengandung kartenoid, pektin D-glukosa, l-akabinosa
sedang pada bagian akar mengandung papalna, kalium, minorat, mirosin, papayatin, damar
dan tannin dengan demikian maka dapat diketahui bahwa buah merupakan penghasil getah
paling banyak dimana kandungan papain dapat mencapai 50% dari berat getah. Dalam 100 g
daun pepaya mengandung niasin 2.1 mg, 140 mg vitamin C, 136 mg vitamin E dan
betakaroten yang cukup tinggi, yaitu 11.565 g (DUKE , 1983 ; SUTARPA, 2008).
Komponen aktif betakaroten (pro-vitamin A) pada daun pepaya mampu menurunkan
kolesterol dan sebagai antioksidan (ANONIM., 2008; ANWAR, 2008 ; SUTARPA, 2008).
Sementara itu SITEPOE, 1993., menjelaskan vitamin A bersama karoten, niasin, vitamin C,
vitamin E bersama tocopherol dan serat kasar mampu menurunkan kolesterol telur.
Salah satu nutrien yang perlu diperhatikan yaitu pemenuhan kebutuhan protein dalam
ransum. Protein yang dikonsumsi tidak seluruhnya dapat dicerna oleh enzim pencernaan,
terutama apabila ransum yang digunakan mengandung protein kompleks yang tidak dapat
dicerna. Enzim papain diharapkan dapat membantu pencernaan protein kompleks menjadi
protein yang lebih sederhana sehingga dapat dicerna oleh enzim protease saluran pencernaan.
Hasil pencernaan protein yaitu berupa asam amino yang selanjutnya akan diabsorbsi dan
masuk ke dalam peredaran darah. Menurut CITRAWIDI dkk., 2012, Daun pepaya
mengandung enzim lipase selain itu mengandung lisin dan arginin yang dapat menurunkan
lemak daging. Dikatakan WIDODO, 2000., sebagai enzim proteolitik, papain mempunyai
keaktifan yang konstan tinggi dalam lingkungan dengan pH 4 sampai 9 yakni lingkungan
seperti dalam usus halus. Papain seperti umumnya adalah protein yang mempunyai komposisi
asam amino tertentu sebagaimana terlihat pada Tabel 2 .
Tabel 2. Kandungan asam amino papain
No.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Asam amino

Jumlah g/100 g protein

Ntotal (%/100 g papain)

7,62 - 7,75
0,85 - 0,98
5,66 - 6,05
5,75 - 6,10
5,12 - 5,67
5,03 - 5,91
2,67 - 3,16
3,67 - 3,89
4,40 - 4,68

15,48
1,43
4,01
4,05
6,75
4,89
1,66
2,84
3,98
6,26

Arginin
Histidin
Isoleusin
Leusin
Lisin
Serin
Fenilalanin
Treonin
Triptofan
Valin

7,51 - 8,43

SUMBER : ARIEF (1975) ; WIDODO (2000)

Daun pepaya sebagai antibiotik


kehidupan mikroorganisme tertentu didalam tubuh unggas yang bersifat parasit
seperti bakteri dan organisme seperti cacing, sangat mengganggu terhadap produktifitas
unggas. Keberadaan parasit tersebut sangat mengganggu tingkat kecernaan ransum sehingga

proses pertumbuhannya menjadi terhambat. Untuk mengurangi atau mencegah timbulnya


parasit pada unggas biasanya diberikan zat antibiotik agar ternak dapat bertahan dari serangan
berbagai penyakit, menurut KIHA dkk, 2012., upaya peningkatan kecernaan dan pemanfaatan
nutrien ransum, sudah banyak dilakukan dengan penggunaan senyawa enzim sintetis berupa
mono atau multi enzim yang ditambahkan kedalam ransum. ANONIM, 2012., mengatakan
penggunaan antibiotik dapat berakibat buruk dikarenakan dapat menyebabkan adanya residu
antibiotik dalam daging. Bahaya residu dapat menjadi permasalahan yang serius, apalagi jika
masuk ke dalam tubuh konsumen (manusia). Residu antibiotik sendiri dapat memberikan efek
karsinogenik dan dalam jangka panjang dapat berakibat fatal.
Dari sekian banyak jenis tumbuhan atau tanaman obat, daun pepaya merupakan
alternatif yang kesedianyanya melimpah dan dapat digunakan sebagai zat antibiotik sebagai
pengganti zat atau obat sintetis yang tidak meninggalakan residu ataupun bahaya pada daging
ayam. DijelaskanKUSUMAMIHARJA, 1990 ; MOERFIAH dkk, 2012., Diantara cacing
saluran pencernaan yang merupakan parasit patogenik pada ayam adalah Ascaridia
galli. Cacing ini merupakan makroparasit yang paling banyak menyerang ayam di seluruh
dunia. Menurut SUBRONTO dan TJAHAYANTI, 2004 ; MOERFIAH dkk, 2012., Cacing
ini menghisap sari-sari makanan dalam usus ayam yang ditumpanginya, sehingga ayam akan
menderita kekurangan gizi. Pada ayam muda dapat menyebabkan kerugian yang besar karena
pertumbuhannya terlambat, jumlah pakan yang meningkat dan dalam keadaan lanjut dapat
menyebabkan kematian.
Dikatakan WIDODO, 2000., Getah pepaya mengadakan reaksi kompleks dengan
protein yang terdapat pada tempat tubuh cacing Ascaridia galli dalam saluran pencernaan.
Adanya kandungan enzim papain pada pepaya yang berperan sebagai pencerna karena
bersifat katalis merupakan suatu enzim proteolitik yang mampu merusak protein tubuh cacing
dalam saluran pencernan. Mekanisme kerja enzim papain khusus terhadap cacing dewasa
berperan dalam merusak enzim-enzim yang dibutuhkan cacing yang ada didalam saluran
pencernaan unggas sehingga suplai nutrisi bagi cacing terproteksi dengan demikian
kebutuhan pencernaan untuk keperluan tubuh cacing akan terhambat, selain itu pula papain
dimungkinkan akan merusak protein dan glikoprotein yang berperan dalam transport hasil
metabolime tubuh cacing sehingga akan berefek pada kematian cacing dewasa, sehingga
pengaruhnya pada induk semang atau unggas adalah nutrisi yang dikandung oleh pakan yang
dikonsumsi dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup pokok maupun kebutuhan
berproduksi sehingga secara nyata efek yang diperoleh terjadi peningkatan konsumsi dan
konversi pakan.
Daun pepaya untuk meningkatkan kualitas telur unggas
Penelitian yang dilakukan WIDJASTUTI, (2009) terhadap ayam sentul umur 36
minggu dengan kandang cage dan ransum yang diberikan mempunyai kandungan protein 16
persen dan energi metabolis 2850 kkal/kg, melaporkan bahwa Pemberian daun tepung papaya
(Carica papaya L.) sampai batas 10 persen dapat dimanfaatkan tanpa memberikan pengaruh
negatif terhadap produksi telur dan kualitas telur (Bobot telur, Nilai Haugh Unit, Indeks
Kuning Telur, Skor warna kuning telur dan Ketebalan kerabang), bahkan dapat meningkatkan
warna kuning telur ayam Sentul. Hasil tersebut hampir sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh SUTARPA, (2008) terhadap ayam petelur Hysex Brown umur 19 minggu,
meskipun dengan perlakuan yang berbeda. Ayam dimasukkan ke dalam kandang individu
yang dilengkapi dengan tempat makan dan minum. Daun pepaya dikeringkan dengan sinar
matahari selanjutnya ditumbuk hingga menjadi tepung. Selama 8 minggu penelitian, ayam
diberikan ransum dalam bentuk mash dan air minumad libitum. Ransum dengan energi
metabolis 2.750 kkal/kg dan protein 17% (SCOTT et al., 1982 ; SUTARPA, 2008), diberikan

pada saat ayam berumur 21 minggu (5% produksi), dilaporkan bahwa daun pepaya dalam
ransum sebanyak 2-3% menurunkan kolesterol serum dan kolesterol telur, serta
meningkatkan indeks warna kuning telur ayam. Kedua hasil penelitian tersebut sesuai dengan
penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh LOKAPIRNASARI et al.,2001 ; SUTARPA,
2008., yang melaporkan bahwa pemanfaatan daun pepaya 1-2% di dalam ransum ayam buras
mampu meningkatkan indeks warna kuning telur, dengan tidak mempengaruhi konsumsi
ransum dan produksi telur. Dari beberapa hasil penelitian diatas, penggunaan daun pepaya
dalam ransum sampai batas 10 persen berpengaruh terhadap kualitas telur. Meskipun
penelitian menggunakan jenis unggas yang berbeda namun diketahui terjadi peningkatan
indek warna kuning telur, hal ini disebabkan oleh kandungan beta karoten yang terdapat pada
daun pepaya.
Daftar pustaka

Anonim. 2012. http://imakahi.wordpress.com/2012/08/10/bahaya-residuantibiotika-dalam-produk-pangan-asal-daging-ayam/


"Carica" beralih ke halaman ini. Untuk jenis buah-buahan yang biasa disebut karika atau "carica",
lihat pepaya gunung.
?

Pepaya

Papaya tree and fruit, from


Koehler'sMedicinal-Plants (1887)

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
(tidak termasuk)
(tidak termasuk)
Ordo:
Famili:

Plantae
Eudicots
Rosids
Brassicales
Caricaceae

Genus:
Spesies:

Carica
C. papaya
Nama binomial
Carica papaya
L.

Buah pepaya betina

Pepaya (Carica papaya L.), atau betik adalah tumbuhan yang berasal dari Meksiko bagian selatan
dan bagian utara dari Amerika Selatan, dan kini menyebar luas dan banyak ditanam di seluruh
daerah tropis untuk diambil buahnya. C. papaya adalah satu-satunya jenis dalam genus Carica.
Nama pepaya dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Belanda, "papaja", yang pada gilirannya
juga mengambil dari nama bahasa Arawak, "papaya". Dalam bahasa Jawa pepaya disebut "kats"
dan dalam bahasa Sunda "gedang".
Daftar isi
1 Kegunaan
2 Pemerian
3 Kultivar pepaya
4 Manfaat pepaya
5 Referensi dan pranala luar

Kegunaan [sunting]

Pepaya jantan dengan bunga.

Buah pepaya dimakan dagingnya, baik ketika muda maupun masak. Daging buah muda dimasak
sebagai sayuran. Daging buah masak dimakan segar atau sebagai campuran koktail buah. Pepaya
dimanfaatkan pula daunnya sebagai sayuran dan pelunak daging. Daun pepaya muda dimakan
sebagai lalap (setelah dilayukan dengan air panas) atau dijadikan pembungkus buntil. Oleh
orang Manado, bunga pepaya yang diurap menjadi sayuran yang biasa dimakan. Getah pepaya
(dapat ditemukan di batang, daun, dan buah) mengandung enzim papain, semacam protease, yang
dapat melunakkandaging dan mengubah konformasi protein lainnya. Papain telah diproduksi secara
massal dan menjadi komoditas dagang. Daun pepaya juga berkhasiat obat dan perasannya
digunakan dalam pengobatan tradisional untuk menambah nafsu makan.

Pemerian [sunting]
Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, tumbuh hingga setinggi 5-10 m
dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral pada batang pohon bagian atas. Daunnya
menyirip lima dengan tangkai yang panjang dan berlubang di bagian tengah. Bentuknya dapat
bercangap ataupun tidak. Pepaya kultivar biasanya bercangap dalam.
Pepaya adalah monodioecious' (berumah tunggal sekaligus berumah dua) dengan tiga kelamin:
tumbuhan jantan, betina, dan banci (hermafrodit). Tumbuhan jantan dikenal sebagai "pepaya
gantung", yang walaupun jantan kadang-kadang dapat menghasilkan buah pula secara
"partenogenesis". Buah ini mandul (tidak menghasilkan biji subur), dan dijadikan bahan obat
tradisional. Bunga pepaya memiliki mahkota bunga berwarna kuning pucat dengan tangkai atau
duduk pada batang. Bunga jantan pada tumbuhan jantan tumbuh pada tangkai panjang. Bunga
biasanya ditemukan pada daerah sekitar pucuk.
Bentuk buah bulat hingga memanjang, dengan ujung biasanya meruncing. Warna buah ketika muda
hijau gelap, dan setelah masak hijau muda hingga kuning. Bentuk buah membulat bila berasal dari
tanaman betina dan memanjang (oval) bila dihasilkan tanaman banci. Tanaman banci lebih disukai
dalam budidaya karena dapat menghasilkan buah lebih banyak dan buahnya lebih besar. Daging
buah berasal dari karpela yang menebal, berwarna kuning hingga merah, tergantung varietasnya.
Bagian tengah buah berongga. Biji-biji berwarna hitam atau kehitaman dan terbungkus semacam
lapisan berlendir (pulp) untuk mencegahnya dari kekeringan. Dalam budidaya, biji-biji untuk ditanam
kembali diambil dari bagian tengah buah.
Kelamin jantan pepaya ditentukan oleh suatu kromosom Y-primitif, yang 10% dari keseluruhan
panjangnya tidak mengalami rekombinasi. [1] Suatupenanda genetik RAPD juga telah ditemukan
untuk membedakan pepaya berkelamin betina dari pepaya jantan atau banci. [2]

Kultivar pepaya [sunting]

Kultivar pepaya bermacam-macam karena berbeda-beda pemanfaatan dan selera konsumen.


Pepaya bangkok
Pepaya bangkok diintroduksi dari Thailand. Permukaan buahnya tidak rata dan kulit luarnya relatif
tipis, sehingga sulit dikupas. Kelebihannya, dagingnya manis dan berair. Buahnya berukuran besar.
Pepaya Solo F1
Ini adalah pepaya kultivar hibrida unggul dari Hawaii. Buahnya kecil-kecil dan disukai oleh konsumen
barat.
Selain itu terdapat pula pepaya hias yang warna daun atau tangkai daunnya ungu. Pepaya ini
ditanam lebih untuk penampilannya dalam memperindah taman. Di Dataran Tinggi Dieng dikenal
produk mirip pepaya yang dikemas dan disebut "carica". Jenis ini menyukai daerah dingin untuk
produksi buah secara optimal.

Manfaat pepaya [sunting]


Manfaat buah pepaya: Pepaya memiliki manfaat yang banyak karena pepaya banyak mengandung
vitamin A yang baik untuk kesehatan mata, pepaya juga memperlancar pencernaan bagi yang sulit
buang air besar. Di beberapa tempat buah pepaya setengah matang dijadikan rujak buah manis
bersama dengan buah bengkoan, nanas, apel, belimbing, jambu air. Getah buah pepaya juga
tergolong mahal karena getah pepaya bida diolah menjadi tepung papain yang berguna bagi
kebutuhan rumah tangga dan industri. Pada pengobatang herbal pepaya dapat mencegah kanker,
sembelit, kesehatan mata.

Carica Papaya
Tanaman pepaya (Carica papaya) berasal dari Amerika Tengah dan disebar luaskan oleh para pelaut Spanyol dan
Portugis sejak abad ke-16. Pepaya umumnya merupakan pohon berbatang tunggal yang tidak pernah berhenti
berbuah. Selama masa produktifnya (5 tahun), satu pohon dapat menghasilkan hingga 500 buah. Buah pepaya
terkecil beratnya sekitar 400 gr sedangkan yang terbesar mencapai bobot 4 kg. Satu buah berukuran sedang (2 kg)
rata-rata mempunyai 800 biji, selama hidupnya 1 pohon dapat menghasilkan 400.000 biji untuk melanjutkan
keturunannya.

Manfaat Pepaya
Bila dibandingkan buah-buahan lain, buah pepaya sangat kaya akan vitamin A

Makan buah pepaya akan melancarkan pencernaan.

Getah pepaya mengandung zat papaine yang dapat melunakan serat - serat daging dan sebagai
bahan farmasi/obat-obatan.

Daun pepaya sering dimasak sebagai sayur

Bunga pepaya jantan digunakan sebagai obat tradisional di pedesaan

Pelepah daun yang kering berongga dan bila diisi dengan minyak dapat digunakan sebagai obor

Carica papaya adalah satu-satunya jenis dalam genus Carica. Nama pepaya dalam bahasa Indonesia
diambil dari bahasa Belanda, "papaja", yang pada gilirannya juga mengambil dari nama bahasa Arawak,
"papaya". Dalam bahasa Jawa pepaya disebut "kats" dan dalam bahasa Sunda "gedang".
Buah pepaya dimakan dagingnya, baik ketika muda maupun masak. Daging buah muda dimasak

sebagai sayuran (dioseng-oseng). Daging buah masak dimakan segar atau sebagai campuran koktail
buah. Pepaya dimanfaatkan pula daunnya sebagai sayuran dan pelunak daging. Daun pepaya muda
dimakan sebagai lalap (setelah dilayukan dengan air panas) atau dijadikan pembungkus buntil. Oleh
orang Manado, bunga pepaya yang diurap menjadi sayuran yang biasa dimakan. Getah pepaya (dapat
ditemukan di batang, daun, dan buah) mengandung enzim papain, semacam protease, yang dapat
melunakkan daging dan mengubah konformasi protein lainnya. Papain telah diproduksi secara massal
dan menjadi komoditas dagang. Daun pepaya juga berkhasiat obat dan perasannya digunakan dalam
pengobatan tradisional untuk menambah nafsu makan.

Ciri-ciri

Pohon

pepaya

Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, tumbuh hingga setinggi 5-10 m
dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral pada batang pohon bagian atas. Daunnya menyirip
lima dengan tangkai yang panjang dan berlubang di bagian tengah. Bentuknya dapat bercangap
ataupun tidak. Pepaya kultivar biasanya bercangap dalam. Pepaya adalah monodioecious' (berumah
tunggal sekaligus berumah dua) dengan tiga kelamin: tumbuhan jantan, betina, dan banci
(hermafrodit). Tumbuhan jantan dikenal sebagai "pepaya gantung", yang walaupun jantan kadangkadang dapat menghasilkan buah pula secara "partenogenesis". Buah ini mandul (tidak menghasilkan
biji subur), dan dijadikan bahan obat tradisional. Bunga pepaya memiliki mahkota bunga berwarna
kuning pucat dengan tangkai atau duduk pada batang. Bunga jantan pada tumbuhan jantan tumbuh
pada tangkai panjang. Bunga biasanya ditemukan pada daerah sekitar pucuk.
Bentuk buah bulat hingga memanjang, dengan ujung biasanya meruncing. Warna buah ketika muda
hijau gelap, dan setelah masak hijau muda hingga kuning. Bentuk buah membulat bila berasal dari
tanaman betina dan memanjang (oval) bila dihasilkan tanaman banci. Tanaman banci lebih disukai
dalam budidaya karena dapat menghasilkan buah lebih banyak dan buahnya lebih besar. Daging buah
berasal dari karpela yang menebal, berwarna kuning hingga merah, tergantung varietasnya. Bagian
tengah buah berongga. Biji-biji berwarna hitam atau kehitaman dan terbungkus semacam lapisan
berlendir (pulp) untuk mencegahnya dari kekeringan. Dalam budidaya, biji-biji untuk ditanam kembali
diambil dari bagian tengah buah.
Kelamin jantan pepaya ditentukan oleh suatu kromosom Y-primitif, yang 10% dari keseluruhan
panjangnya tidak mengalami rekombinasi. [1] Suatu penanda genetik RAPD juga telah ditemukan untuk
membedakan pepaya berkelamin betina dari pepaya jantan atau banci.

Jenis-jenis pepaya
Pepaya bangkok
Pepaya bangkok diintroduksi dari Thailand. Permukaan buahnya tidak rata dan kulit luarnya relatif tipis,
sehingga sulit dikupas. Kelebihannya, dagingnya manis dan berair. Buahnya berukuran besar.
Pepaya Solo F1
Ini adalah pepaya kultivar hibrida unggul dari Hawaii. Buahnya kecil-kecil dan disukai oleh konsumen
barat. Selain itu terdapat pula pepaya hias yang warna daun atau tangkai daunnya ungu. Pepaya ini
ditanam lebih untuk penampilannya dalam memperindah taman. Di Dataran Tinggi Dieng dikenal produk
mirip pepaya yang dikemas dan disebut "carica". Jenis ini menyukai daerah dingin untuk produksi buah
secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai