Pendahuluan
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek, yang sering
digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau
rasa pusing (dizziness). Vertigo berasal dari bahasa Latin yang artinya memutar merujuk
pada sensasi berputar sehingga menganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya
disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan.1,2
Sistim Keseimbangan
Manusia, karena berjalan dengan tungkainya, relatif kurang stabil dibandingkan
dengan mekhluk lain yang berjalan dengan empat kaki, sehingga lebih memerlukan
informasi posisi tubuh relatif terhadap lingkungan, selain itu diperlukan juga informasi
gerakan agar dapat terus beradaptasi dengan perubahan sekelilingnya. Informasi tersebut
diperoleh dari sistim keseimbangan tubuh yang melibatkan kanalis semisirkularis sebagai
reseptor, serta sistim vestibuler dan serebelum sebagai pengolah informasinya, selain itu
fungsi penglihatan dan proprioseptif juga berperan dalam memberikan informasi rasa
sikap dan gerak anggota tubuh. Sistim tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi
untuk selanjutnya diolah di susunan saraf pusat.1
Patofisiologi
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang
melibatkan ketidakcocokan antara yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh
susunan saraf pusat.
Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian tersebut :
1.
Neural
Store
Comparator
Unit
Mismatch
Signal
PAR
Motion Sickness
SYM
PAR
SYM
Adapted
SYM
PAR
5. Teori neurohormonal
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori serotonin
(Lucat) yang masing-masing menekankan peranan neurotransmiter tertentu dalam
mempengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo.
6. Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan neurotransmisi
dan perubahan perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses adaptasi, belajar dan
daya ingat.
Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin
releasing factor), penigkatan kadar CRF sebelumnya akan mengkatifkan susunan sarafr
simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya
aktivitas sistim saraf parasimpatik.
Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat,
berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis yang berkembang menjadi
gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas
susunan saraf parasimpatis.1
Tatalaksana Penderita Vertigo
Seperti diuraikan di atas, vertigo bukan suatu penyakit tersendiri, melainkan gejala
dari penyakit yang letak lesi dan penyebabnya berbeda-beda. Oleh karena itu, pada setiap
penderita vertigo harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan yang cermat dan terarah
untuk menentukan bentuk vertigo, letak lesi dan penyebabnya. (Gb.4)1
Psikogenik
Sindrom fobia
Sentral
Vertigo
BPPH
Patologik
Meniere
Perifer
Infeksi, Trauma, Infeksi
Gambar 4.
Fisiologik
Ketinggian,
Mabuk udara
Anamnesis
Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya, melayang, goyang, berputar, rasa naik
perahu dan sebagainya. Perlu diketahui juga keadaan yang memprovokasi timbulnya
vertigo, perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan, ketegangan.
Profil waktu, apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang timbul, paroksimal,
kronik, progresif atau membaik. Beberapa penyakit tertentu mempunyai profil waktu
yang
karakteristik.
Apakah
juga
ada
gangguan
pendengaran
yang
biasanya
c. Uji Unterberger :
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat
dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan
vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar kearah lesi dengan gerakan
seperti orang melempar cakram, kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua
lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya
naik. Keadaan ini disertai nistagmus denagnfase lambat ke arah lesi.1,2
Secara cepat gerakkan pasien ke belakang (dari posisi duduk ke posisi terlentang)
10
11
12
Tabel 1. Obat-obatan yang digunakan pada terapi simptomatik vertigo (sedatif vestibuler)
Nama Generik
Nama Dagang
Lama
Dosis Dewasa
Tingkat
Kerja
Rute lain
Sedasi
Cyclizine
Marezine
(jam)
4 6
Dimenhydrinate
Dramamine
4 6
25 50 mg 4 dd
++
Diphenhydramin
Benadryl
4 6
25 50 mg 4 dd
++
Meclizine
Bonine
12 24
12,5 25 mg
iv,im
Antivert
Promethasine
Phenergan
50 mg 4 dd
im
im,iv,rec
2 3 dd
46
25 mg 4 dd
++
72
0,5 mg 1 dd
im,iv,rec
Holopon
0,5 mg 3 dd
Iterax,
46
25 100 mg 3 dd
++
46
25 mg 4 dd
Avopreg
Scopolamin
Transderm
Scop
Hydroxyzine
sc,iv
Bestalin
Ephedrin
Cinnarizine
Stugeron
25 50 mg 3 dd
im
Flunarizine
Sibelium
5 mg 2 dd
im
Hyoscine
Buscopan
10-20 mg 3-4 dd
Betahistin
Hyscopan
6-12 mg 3 dd
Merislon 6 mg
8-16 mg 3 dd
Betaserc 8 mg
13
Selain itu dapat dicoba metode Brandt-Daroff sebagai upaya desentisasi reseptor
semisirkularis (Gb.11)
14
b. Penyakit Meniere
Dianggap disebabkan oleh pelebaran dan ruptur periodik kompartemen
endolimfatik di telinga dalam, selain vertigo, biasanya disertai juga dengan tinitus
dan gangguan pendengaran.
Belum ada pengobatan yang terbukti efektif, terapi profilaktik juga belum
memuaskan, tetapi 60-80 % akan remisi spontan.
Dapat pula dicoba penggunaan obat vasodilator, diuretik ringan bersama diet
rendah garam, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif berupa dekompresi
ruangan endolimfatik dan pemotongan n.vestibularis.
Pada kasus berat atau jika sudah tuli berat, dapat dilakukan labirintektomi atau
merusak saraf dengan instalasi aminoglikosida ke telinga dalam (ototoksik lokal).
Pencegahan antara lain dapat dicoba dengan menghindari kafein, berhenti
merokok, membatasi asupan garam.
Obat diuretik ringan atau antagonis kalsium dapat meringankan gejala.
Simtomatik dapat diberi obat supresan vestibuler.1
c. Neuritis Vestibularis
Merupakan penyakit yang self limiting, diduga disebabkan oleh infeksi
virus,jika disertai gangguan pendengaran disebut labirinitis. Sekitar 50% akan
sembuh dalam dua bulan.
Diawal sakit, pasien dianjurkan istirahat di tempat tidur, diberi obat supresan
vestibuler dan anti emetik. Mobilisasi dini dianjurkan untuk merangsang
mekanisme kompensasi sentral.1
d. Vertigo akibat obat
Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus dan
hilangnya pendengaran. Obat-obat itu antara lain aminoglikosida, diuretik loop,
antiinflamasi non steriod, derivat kina atau antineoplastik yang mengandung
platina.
Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian juga gentamisin,
sedangkan kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat ototoksik.
Antimikroba yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain sulfonamid,
asam nalidiksat, metronodazol dan minosiklin.
15
Terapi berupa penghentian obat bersangkutan dan terapi fisik, penggunaan obat
vestibuler justru menghambat pemulihan fungsi vestibuler. Obat penyekat alfa
adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat menimbulkan keluhan rasa
melayang yang dapat dikacaukan dengan vertigo.1
Referensi
1. Wreksoatmodjo BR. Vertigo : Aspek Neurologi. Tinjauan Kepustakaan.
Cermin Dunia Kedokteran No.144. 2004. Hal 41 46.
2. Lumbantobing SM. Neurologi Klinik. Pemeriksaan Fisik dan Mental. FK
UI. 2006. Hal 50 73.
16