Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KEMAJUAN I

FORMULASI PRODUK PESTISIDA NABATI


BERBAHAN AKTIF SAPONIN, AZADIRACHTIN,
EUGENOL, DAN SITRONELLAL UNTUK
MENGENDALIKAN HAMA UTAMA KAKAO
(Conopomorpha cramerella, Hyposidra sp.,
dan Helopeltis sp.)
PROGRAM PPKIPP RISTEK 2012
Fokus Bidang Prioritas
Kode Produk Target
Kode Kegiatan
Peneliti Utama

: KETAHANAN PANGAN
: 1.3
: 1.03.01
: Prof. Dr. Ir. I Wayan Laba, MSc.

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
BALAI PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Jl. Tentara Pelajar No. 3 Bogor (16111) Telp. (0251) 321879, 327010
Http://www.balittro.go.id
E-mail :balittro@telkom.net

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN


Judul Kegiatan/Riset

Fokus Bidang Prioritas


Kode Produk Target
Kode Kegiatan

:
:
:

Lokasi Penelitian

Formulasi Produk Pestisida Nabati Berbahan Aktif Saponin,


Azadirachtin, Eugenol, dan Sitronellal untuk Mengendalikan
Hama Utama Kakao (Conopomorpha cramerella, Hyposidra sp.,
dan Helopeltis sp.)
Ketahanan Pangan
1.3. Teknologi Pengurangan Hasil (Yield Losses)
1.03.01. Pengembangan Teknologi untuk Memperkecil
Kehilangan Hasil pada Tahap Budidaya Tanaman, Ternak, dan
Ikan.
Sulawesi Barat dan Jawa Barat

Keterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelitian


A. Lembaga Pelaksana Penelitian
Nama Koordinator/Peneliti Utama
Nama Lembaga/Institusi
Unit Organisasi
Alamat
Telepon/HP/Faksimile/E-mail
B. Lembaga Lain yang Terlibat
Nama Koordinator
Nama Lembaga
Alamat
Telepon/HP/Faksimile/E-mail
Jangka Waktu Kegiatan
Biaya
Kegiatan (baru/lanjutan)

Prof. Dr. Ir. I Wayan Laba, MSc


Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Jl. Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111
0251 8321879/0251 8327010/balittro@telkom.net
Tidak ada
-

: 1 tahun
: Rp. 250.000.000,- (Dua ratus lima puluh juta rupiah)
: Baru

Rekapitulasi Biaya Tahun 2011:


No.
Uraian
1.
Gaji dan Upah
2.
Bahan Habis Pakai
3.
Perjalanan
4.
Lain-lain
Jumlah biaya tahun yang diusulkan

Jumlah (Rp.)
108.180.000,49.000.000,81.200.000,11.620.000,250.000.000,-

Menyetujui
Kepala Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat

Koordinator/Peneliti Utama

Dr. Ir. Agus Wahyudi, MS.


NIP. 19600121 198503 1 002

Prof. Dr. Ir. I Wayan Laba, MSc.


NIP. 19530224 198203 1 002

Menyetujui/Mengetahui
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan

Dr. Ir. M. Syakir, MS.


NIP. 19581117 198403 1 001

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME karena berkat
rahmat-NYA kami dapat menyelesaikan pembuatan Laporan Termin I dengan
judul

Formulasi

Produk

Pestisida

Nabati

Berbahan

Aktif

Saponin,

Azadirachtin, Eugenol, dan Sitronellal untuk Mengendalikan Hama Utama


Kakao (Conopomorpha cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp.).
Laporan ini dibuat sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan Program
Riset PPKIPP 2012.
Kami menyadari bahwa pada Laporan Kemajuan I ini masih banyak
kekurangannya karena penelitian ini belum selesai dilaksanakan. Untuk itu saran
dan kritik membangun serta masukan ke arah perbaikan sangat kami harapkan.
Pada kesempatan ini kami banyak mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar
sesuai dengan yang telah direncanakan.

Tim Peneliti

ii

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN ........................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI. ............................................................................................................................. iii
RINGKASAN EKSEKUTIF ....................................................................................................... iv
EXECUTIVE SUMMARY .......................................................................................................... v
I.

PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

II.

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN ............................................................. 13

III. RENCANA TINDAK LANJUT ............................................................................................ 21


IV. PENUTUP.......................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 23

iii

RINGKASAN EKSEKUTIF
Minyak atsiri dari tanaman obat dan aromatik diketahui mengandung senyawa
aktif yang dapat digunakan sebagai bahan baku insektisida. Hal ini berkaitan dengan
sifatnya yang mampu membunuh, mengusir, menghambat makan hama, dan
mengendalikan penyakit tanaman. Berkaitan dengan potensi beberapa tanaman obat
dan aromatik dalam mengendalikan hama, perlu dilakukan penelitian skala lapang untuk
digunakan sebagai bahan baku pestisida nabati khususnya untuk mengendalikan hama
utama pada tanaman kakao. Penelitian akan dilaksanakan di laboratorium dan rumah
kaca di Balittro Bogor, semi lapang di Bogor Ciamis, Jawa Barat, serta di Sulawesi
Barat. Penelitian terdiri atas 4 sub judul yaitu (1). Pengujian formula pestisida nabati
berbahan aktif saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronellal untuk mengendalikan
Hyposidra sp., dan Helopeltis sp. pada tanaman kakao di laboratorium (2). Efikasi
formulasi pestisida nabati terhadap pengisap buah Helopeltis sp. dan pemakan pucuk
Hyposidra sp. skala lapang din Kebun Kakao Jawa Barat; (3). Pengendalian penggerek
buah kakao C. cramerella, sp., Helopeltis dan Hyposidra sp. pada tanaman kakao dengan
formula pestisida nabati berbahan aktif saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronellal di
Sulawesi Barat; (4). Analisis ekonomi pengendalian C. cramerella, Hyposidra sp., dan
Helopeltis sp dengan menggunakan pestisida nabati berbahan dasar saponin,
azadirachtin, eugenol, dan sitronelal pada tanaman kakao. Data yang dikumpulkan adalah
(1). tingkat toksisitas, daya kerja pestisida, dan efektivitas terhadap hama utama kakao;
(2). tingkat serangan hama utama kakao Helopeltis sp dan PBK (3) persentase
kehilangan hasil; (4) produksi buah (kg/plot), dan (5). biaya pengeluaran dan pemasukan
penggunaan insektisida botani dalam pengendalian hama utama kakao. Hasil sementara
dari penelitian ini adalah mortalitas Helopeltis sp. tertinggi diperoleh dari formulasi
pestisida nabati neem plus metode semprot serangga dengan tingkat efikasi berkisar
antara 80 - 100%, sedangkan dengan metode celup pakan, mortalitas tertinggi akibat
pemberian pestisida nabati dicapai pada perlakuan minyak mimba konsentrasi 16 ml/l dan
mimba + etanol konsentrasi 16 ml/l dengan nilai efikasi masing-masing 90%. Ploting
tempat penelitian untuk skala lapang di wilayah Jawa Barat, ditetapkan lokasi penelitian
adalah PTPN VIII Kebun Cikumpay, Rajamandala, Bandung Barat. Ploting lokasi
penelitian di wilayah Sulawesi Barat adalah di Lingkungan Taroe, Kelurahan Batupanga,
Kecamatan Luyo, Kabupaten Polman Sulawesi Barat. Hasil pengamatan pendahuluan
menunjukkan bahwa di Lingkungan Taroe, Kelurahan Batupanga, Kecamatan Luyo,
Kabupaten Polman Sulawesi Barat menunjukkan intensitas serangan Helopeltis dan PBK
masing-masing sebesar 29,4% dan 7,10 %.
Kata kunci: Pengendalian hama,Conophomorpa cramerellai, Hyposidra sp, Helopeltis sp
kakao, insektisida botani, analisa ekonomi

iv

EXECUTIVE SUMMARY

Essential oils from medicinal and aromatic plants are known to contain active compounds
which can be used as raw material for insecticides. This relates to its ability to kill, repel,
and inhibit eating, controll pests and plant diseases. With regard to the potential of some
medicinal and aromatic plants in pest control, it need to do further research in a wider
scale to screen for various medicinal and aromatic plants for use as raw materials,
especially plant-based pesticides for controlling some pests and major diseases especially
in cocoa plants. Research will carried out in Laboratory and Green house in Bogor
Research of Spice and Medicinal Crops; garden farmer field in Bogor - Ciamis, West Java
and in the West Sulawesi. The research devided four avtivities namely : (1).Testing of
botanical pesticide formula with saponin, azadirachtin, eugenol, and sitronellal active
ingredient in controlling Hyposidra sp., and Helopeltis sp. in cocoa plants at the
laboratory,; (2). Efficacy of botanical pesticide formulation to pod sucking insect Helopeltis
sp.and Hyposidra sp. in the field scale of cocoa field, in West Java; (3) Controlling cocoa
pod borer, C. cramerella, Hyposidra sp., and Helopeltis sp. on cocoa plants with botanical
pesticides formula based on saponin, azadirachtin, eugenol, and sitronellal active
ingredients at West Sulawesi; (4). Economic analysis in controlling cocoa major pest
(Conopomorpha cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp. With botanical pesticide
formula based on saponin, azadirachtin, eugenol, and sitronellal active ingredient Data
collections namely: (1). Level of toxicity, mode of action of botanical insecticides and
efectivity of botanical insecticide to cocoa major pest; (2) Cocoa pod borer attacks level
(3) the percentage yield loss; (4) Fruit production (kg/plot).3). Input and out put cost of
botanical insecticide used in controlling of major insect pest on cocoa plant. Preliminary
results of this study indicated that highest mortality of Helopeltis sp. derived from neem
plant plus with insect spray method and the rate of efficacy between 80-100%, while the
methods of food dyes,indicated that the highest mortality due to pesticide treatment plant
achieved at a concentrations of neem oil 16 ml/l and neem + ethanol concentrations of 16
ml / l with a value of 90% efficacy. Plot-scale field study sites in West Java, the location of
the study in PTPN VIII Cikumpay Gardens, Rajamandala, West London. Plot research
sites in West Sulawesi area is in the Environment Taroe, Village Batupanga, Luyo District,
Polewali Mandar, West Sulawesi. Preliminary observations indicated that in the
Environment Taroe, Village Batupanga, Luyo District, West Sulawesi Polman intensity of
Helopeltis and CPB showed 29.4 and 7.10% respectively.

Key words: Pest control, Conopomorpha cramerella, Hyposidra sp., Helopeltis sp.,
cacao, botanical insecticides, economic analysis

I. PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman penghasil minyak atsiri. Mengingat

bahwa pasaran minyak atsiri saat ini relatif stabil, maka prospek industri minyak atsiri di
masa mendatang cukup cerah. Keadaan ini didukung oleh situasi bahwa, tidak semua
minyak atsiri alamiah bisa diganti dengan produk sintetis. Selain dari pada itu, Indonesia
juga kaya akan biodiversity tanaman rempah dan obat (TRO). Pemanfaatan tanaman
sebagai bahan baku obat dan atsiri telah dilakukan sejak zaman dahulu, secara turuntemurun. Saat ini bahan baku TRO melimpah di masyarakat. Pemanfaatan TRO dalam
industri lainnya, selain industri jamu diharapkan mampu meningkatkan kemauan petani
untuk bercocok tanam TRO sehubungan dengan peningkatan permintaan pasar yang
secara langsung mampu meningkatan pendapatan petani.
Minyak atsiri dari TRO diketahui mengandung senyawa aktif yang dapat
digunakan sebagai bahan baku pestisida. Hal ini berkaitan dengan sifatnya yang mampu
membunuh, mengusir, dan menghambat hama untuk makan, serta mengendalikan
penyakit tanaman. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dikaji potensi beberapa TRO
untuk dikembangkan sebagai pestisida nabati.
Tanaman secara alamiah diketahui menghasilkan senyawa sekunder yang dapat
dimanfaatkan untuk melindungi dirinya dari serangan Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT). Hasil ekstraksi senyawa kimia ini berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pestisida
nabati yang lebih selektif dan kurang persisten di alam jika dibandingkan dengan bahan
aktif pestisida sintetis sehingga penggunaannya aman bagi para petani, pengguna, dan
lingkungan di sekitarnya (Regnault-Roger, 2005). Lebih dari 1500 tanaman berkhasiat
sebagai bahan pestisida nabati untuk pengendalian hama (Grainge and Ahmed, 1988).
Tanaman tersebut pada umumnya termasuk kedalam famili Meliaceae, Annonaceae,
Asteraceae, Piperaceae, dan Rutaceae (Prakash and Rao, 1997; Prijono et al, 2006).
Sampai saat ini ketersediaan pestisida yang berbahan baku tumbuhan (pestisida nabati)
untuk pengendalian OPT yang telah diuji khasiat dan keamanannya secara ilmiah masih
terbatas. Petani kerapkali membuat ramuan yang terdiri dari berbagai jenis tanaman yang
secara empiris dikatakan efektif untuk suatu OPT namun belum ditunjang dengan data
ilmiah agar produk tersebut dapat dipertanggungjawabkan mutu dan keamanannya.
Beberapa contoh TRO potensial sebagai bahan baku untuk pestisida nabati, antara lain
jeringau untuk pengendalian Dysdercus cingulatus, Pieres brassicae, dan Spodoptera
litura; babadotan digunakan untuk mengendalikan hama Dysdercus, Tribolium, dan
belalang; brotowali sebagai anti serangga; glirisidia untuk mengendalikan Spodoptera sp,

Aphid, dan Coccidae; sirih untuk mengendalikan Dysdercus sp.; lempuyang untuk
mengendalikan Udaspes sp.; rerak sebagai anti hama (racun kontak); kenikir untuk
mengendalikan Aphid, Dysdercus sp., dan ulat Plutella xylostella, kacang babi berpotensi
untuk mengendalikan Aphid, Crocidolomia, Epilachna, dan Thrips, serta legundi untuk
mengendalikan Achaea janata, Plutella sp., Spodoptera sp. dan Sitophilus sp. (Grainge
and Ahmed, 1988; Heyne, 1987; Prijono dan Triwidodo, 1994).
Tanaman kakao adalah komoditas ekspor sebagai salah satu sumber devisa
negara. Bebagai kendala dalam budidaya kakao antara lain serangan hama dan penyakit
yang dapat menimbulkan kerugian karena secara langsung menurunkan produksi dan
mutu hasil dengan merusak bunga, buah, dan biji kakao, atau secara tidak langsung
menekan hasil dengan merusak bagian tanaman seperti daun dan ranting, cabang,
batang, atau akar. Beberapa jenis hama dilaporkan menyerang pertanaman kakao
diantaranya adalah penggerek buah kakao (PBK) Conopomorpha cramerella (Sulistyowati
et al., 2002). Menurut Wardoyo (1988) perbedaan faktor lingkungan (biotik dan abiotik)
spesies serangga tertentu dapat merupakan hama penting di suatu daerah, tetapi kurang
penting di daerah lain. Perubahan lingkungan di suatu tempat atau perubahan di bidang
kultur teknis, dan cara pengendalian yang kurang tepat dapat mengubah status hama dari
tidak atau kurang penting menjadi penting. Ditinjau dari segi pengendalian, serangga
hama yang hidup di dalam jaringan tanaman atau di dalam tanah umumnya lebih sulit
diamati dan dikendalikan serta dianggap lebih penting dibandingkan dengan yang hidup di
permukaan tanaman.
Di antara hama kakao, PBK C. cramerella merupakan hama yang sangat
merugikan, diikuti oleh Helopeltis spp dan ulat kilan, Hyposidra sp. Luas serangan PBK di
Indonesia mencapai 348.000 ha atau 57% dari luas areal kakao yang tersebar di seluruh
wilayah pertanaman kakao dengan tingkat infestasi yang beragam antar lokasi (Ditjenbun,
2004). Kehilangan hasil yang diakibatkan oleh serangan PBK antara 6084%, sedangkan
kehilangan hasil oleh serangan Helopeltis spp. sampai saat ini belum dijumpai data yang
akurat (Wiryadiputra et al., 1994). Serangan berat Helopeltis spp. pada pertanaman kakao
di Malaysia dapat menurunkan hasil lebih dari 50% (Wood dan Chung, 1989).
Berkaitan dengan potensi beberapa TRO dalam mengendalikan hama, perlu
dilakukan penelitian dalam skala lapang untuk mengetahui efektivitas formulasi
beberapa jenis TRO sebagai bahan baku pestisida nabati, khususnya terhadap hama
utama pada tanaman kakao.

1.2.

Pokok Permasalahan
Kehilangan hasil akibat oraganisme pengganggu tanaman (OPT) di perkebunan

kakao dirasakan masih cukup tinggi. Salah satu permasalahan dalam budidaya kakao
adalah adanya serangan C. cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp. Hal ini dapat
dilihat dari besarnya biaya pengendalian hama dan penyakit, yaitu sekitar 40% dari biaya
produksi. Sebagian besar petani dan perkebunan besar masih menggunakan insektisida
kimia untuk mengendalikan hama. Penggunaan insektisida secara terus menerus
dikhawatirkan akan menimbulkan masalah lain yang lebih berat, antara lain terjadinya
resistensi hama, pencemaran lingkungan, dan ditolaknya produk ekspor akibat residu
pestisida. Oleh karena itu perlu dicari metode pengendalian hama kakao yang efektif dan
efisien serta ramah lingkungan. Untuk mencapai tujuan tersebut akan dilaksanakan 4 sub
judul kegiatan, yaitu:
(1)

Pengujian formula pestisida nabati berbahan aktif saponin, azadirachtin, eugenol,


dan sitronellal untuk mengendalikan Hyposidra sp., dan Helopeltis sp. pada
tanaman kakao di Laboratorium

(2)

Efikasi formulasi pestisida nabati terhadap pengisap buah Helopeltis sp dan


pemakan pucuk Hyposidra sp skala lapang di Kebun Kakao di Jawa Barat

(3)

Pengendalian penggerek buah kakao Conopomorpha cramerella, Helopeltis sp.,


dan Hyposidra sp. pada tanaman kakao dengan formula pestisida nabati berbahan
aktif saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronellal di Sulawesi Barat

(4)

Analisa ekonomi pengendalian Conopomorpha cramerella, Hyposidra sp., dan


Helopeltis sp. dengan menggunakan pestisida nabati berbahan aktif saponin,
azadirachtin, eugenol, dan sitronellal pada tanaman kakao.

1.3.

Metodologi Pelaksanaan

1.3.1

Pengujian Formula Pestisida Nabati Berbahan Aktif Saponin, Azadirachtin,


Eugenol, dan Sitronellal untuk Mengendalikan Hyposidra sp., dan
Helopeltis sp. pada Tanaman Kakao di Laboratorium

1.3.1.1 Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Balitro, Bogor, Jawa Barat, pada
tahun 2012.
1.3.1.2 Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain stoples plastik, kotak plastik,
cutter, kuas, kurungan plastik, stoples, cawan petri, counter dan lain-lain
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain Hyposidra sp., dan
Helopeltis sp., buah mentimun dan daun muda kakao, label dan lain-lain.

1.3.1.3 Metode penelitian


Perbanyakan serangga
Serangga Hyposidra sp., dan Helopeltis sp.dikoleksi dari komoditas tanaman
kakao terserang di PTPN VIII Raja Mandala, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Ciamis,
Jawa Barat. Serangga dibawa ke laboratorium untuk diperbanyak (rearing). Pakan
serangga digunakan adalah buah mentimun (pakan alternatif) dan daun kakao. Serangga
yang akan diuji adalah stadia nimfa dan larva instar 3-4.
Pengujian efikasi di laboratorium
Pengujian dilakukan terhadap stadia nimfa dan larva, karena potensinya paling
besar menimbulkan kerusakan tanaman. Perlakuan yang akan dilaksanakan di
laboratorium adalah:
(1)

mimba (azadirachtin) yang diekstrak dengan ethanol tanpa rerak (saponin );

(2)

mimba (azadirachtin) yang diekstrak dengan air+ethanol tanpa rerak;

(3)

minyak mimba tanpa rerak (saponin);

(4)

mimba (azadirachtin) yang diekstrak dengan ethanol dengan rerak (saponin);

(5)

mimba (azadirachtin) yang diekstrak dengan air+ethanol dengan rerak;

(6)

minyak mimba dengan rerak (saponin);

(7)

neem plus (azadirachtin + sitronellal + eugenol);

(8)

pestisida sintetik deltametrin (sebagai pembanding)

(9)

kontrol (tanpa perlakuan).


Konsentrasi yang diuji adalah 4; 8; dan 16 ml/l, sedangkan untuk insektisida

sintetik deltametrin konsentrasi yang diuji adalah 0,1; 0,2 dan 0,4 ml/l. Perlakuan ditata
dalam Rancangan Acak Kelompok dengan empat ulangan.
Pengujian dilakukan dengan dua cara yaitu pencelupan pakan dan penyemprotan
langsung ke serangga. Pada metode pencelupan, pakan dicelup pada beberapa
konsentrasi yang diujikan dan dikering anginkan. Masing 10 ekor nimfa dan larva
Helopeltis sp. dan Hyposidra sp. instar 3-4 diinfestasikan. Pengamatan dilakukan
terhadap mortalitas serangga dan dilakukan pada 3; 6; 24; 48; 72; dan 96 jam setelah
aplikasi. Pada metode penyemprotan dilakukan penyemprotan secara langsung pada
serangga dengan insektisida uji masing-masing 10 ekor nimfa dan larva. Serangga yang
sudah diperlakukan diberi pakan dan diamati mortalitasnya.

Pengujian aktifitas antifeedant dan repellant insektisida nabati terhadap pengisap


buah kakao Helopeltis sp.,
Pengujian aktifitas dilakukan untuk menguji aktifitas antifeedant dan repellant diuji
dengan metode pilihan dan tanpa pilihan. Pada metoda pilihan, buah mentimun perlakuan
dan kontrol yang sama banyak ditempatkan berselang-seling dalam wadah, kemudian
100 ekor serangga dibiarkan memilih pakan dalam wadah tersebut. Pada uji tanpa pilihan,
buah mentimun perlakuan dan kontrol dalam cawan terpisah. Pengamatan dilakukan
terhadap jumlah serangga yang hinggap pada perlakuan (P) dan kontrol (K) pada 10
menit, 30 menit, 1 jam, 3 jam, 6 jam, dan 24 jam.

Indek Repelensi (IR) dihitung berdasarkan formula Pascual-villalobos dan Robledo


dalam Wiratno et al, 2008:

K-P
IR
x100%
KP
K
P

= serangga hinggap pada kontrol


= serangga hinggap pada perlakuan

Nilai positif menunjukkan penolakan (repelensi) dan nilai negatif menunjukkan


ketertarikan (atraktansi)

1.3.2.

Efikasi Formulasi Pestisida Nabati terhadap Pengisap Buah Helopeltis sp


dan pemakan pucuk Hyposidra sp., skala lapang

1.3.2.1 Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian akan dilaksanakan di Kebun Kakao PTPN VII, Rajamandala, Jawa
Barat, pada tahun 2012.
1.3.2.2 Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain stoples plastik, kuas,
kurungan plastik mika, mini sprayer, label, dan lain-lain
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini larva Hyposidra sp., nimfa Helopeltis
sp., buah mentimun, dan lain-lain.

1.3.2.3 Metode penelitian


Perbanyakan serangga
Serangga Helopeltis sp.dan Hyposidra sp dikoleksi dari komoditas tanaman
kakao terserang di PTPN VIII Raja Mandala, Kabupaten Bandung, Jawa barat. Serangga
kemudian dibawa ke laboratorium untuk diperbanyak (rearing). Pakan serangga
digunakan adalah buah mentimun (pakan alternatif) dan pucuk daun kakao. Serangga
yang akan diuji adalah stadia nimfa dan larva instar 3-4.

Pengujian efikasi di lapangan


Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok dengan 5 ulangan.
Perlakuan yang akan diuji adalah hasil dari pengujian laboratorium dan rumah kasa.
Untuk aplikasi dipilih buah kakao dengan diameter 3-6 cm dan panjang sekitar
10-15 cm. Buah terpilih diberi label dan disemprot sesuai perlakuan dengan insektisida
nabati dan ditambahkan perekat sampai meliputi seluruh buah sekitar 2-4 ml
larutan/buah. Buah yang sudah disemprot dikurung dengan kurungan dari plastik mika
dan kasa berdiameter 10 cm dan panjang 20 cm. Pada kurungan masing-masing diisi
sepuluh ekor nimfa Helopeltis sp. dan sepuluh ekor Hyposidra sp. dari hasil perbanyakan
di laboratorium. Parameter yang diamati adalah mortalitas Helopeltis sp. dan Hyposidra
sp. (3, 6, 24, 48, 72 dan 96 jam setelah aplikasi) serta intensitas serangan dengan melihat
jumlah tusukan pada permukaan buah dan kerusakan pucuk daun.

1.3.3.

Pengendalian PBK C. cramerella, Helopeltis sp., dan Hyposidra sp. pada


Tanaman Kakao dengan Formula Pestisida Nabati Berbahan Aktif Saponin,
Azadirachtin, Eugenol, dan Sitronellal di Sulawesi Barat

1.3.3.1. Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Luyo, Kabupaten Polewali Mandar,
Sulawesi Barat pada tahun 2012.
1.3.3.2. Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain knapsack sprayer, plastik,
hand counter, dan lain-lain. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain C.
cramerella, Helopeltis sp., dan Hyposidra sp., tanaman kakao, buah kakao, dan lain-lain.
1.3.3.3 Metode penelitian
Penelitian dirancang dalam Split Plot dalam rancangan acak kelompok, yang
terdiri atas:
(a)

(b)

Main Plot, terdiri atas


(1)

sanitasi; dan

(2)

tanpa sanitasi.

Sub plot terdiri atas:


(1)

Neem Plus;

(2)

Mimba + rerak;

(3)

Asimbo;

(4)

Sitronellal;

(5)

Bioprotektor-2;

(6)

Azadirachtin;

(7)

Pestisida sintetik yang biasa digunakan petani

(8)

Kontrol (air).

Masing-masing perlakuan diulang sebanyak empat kali. Aplikasi insektisida


dilakukan dengan menggunakan alat semprot knapsack sprayer yang bertekanan 4 atm.
Setiap penyemprotan dilakukan dengan cara mengarahkan nozzle ke buah-buah kakao
dan cabang-cabang horizontal tempat imago PBK bertelur dan beristirahat, karena
sasaran penyemprotan adalah stadium imago PBK. Penyemprotan diulang sampai 6 kali
dengan interval 2 minggu. Kontrol adalah petak yang tidak dilakukan pengendalian
apapun.
Efikasi insektisida yang diuji didasarkan pada tingkat serangan PBK dan
persentase kehilangan hasil yang diamati pada buah contoh yang dipilih yang pada awal
masih bebas dari serangan PBK. Pengamatan serangan PBK dilakukan setiap 10 hari

sekali setelah aplikasi terhadap semua buah yang dipanen pada setiap petak perlakuan.
Buah contoh (ukuran panjang 9 cm) dipanen pada akhir pengujian.
Tingkat kerusakan akibat serangan PBK dilihat dari persentase biji lengket yang
dinyatakan dalam tiga kategori, yaitu tingkat serangan ringan, sedang, dan berat dengan
kriteria sebagai berikut:
(1) Serangan ringan, apabila semua biji masih dapat dikeluarkan dari kulit buah dan
antar biji tidak terlalu lengket (persentase biji lengket < 10%).
(2) Serangan sedang, apabila biji saling lengket tetapi masih dapat dikeluarkan dari kulit
buah (persentase biji lengket antara 10-50%)
(3) Serangan berat, apabila biji saling lengket dan tidak dapat dikeluarkan dari kulit buah
(persentase biji lengket > 50%).
Persentase kehilangan hasil dihitung berdasarkan persamaan regresi yang
dikemukakan oleh Wardani et al. (1997), dengan menggunakan rumus :
Y = - 0,0210 + 0,1005 X
Y = persentase kehilangan hasil (%)
X = intensitas serangan. Intensitas serangan ini merupakan suatu nilai.
Untuk menghitung intensitas serangan PBK digunakan rumus:

1R 3S 9B
I

AT

= intensitas serangan

= jumlah buah terserang berat

= jumlah buah terserang ringan

= nilai skor tertinggi

= jumlah buah terserang sedang

= jumlah buah diamati

Hasil pengamatan tingkat serangan PBK dan persentase kehilangan hasil pada
perlakuan insektisida yang diuji dibandingkan dengan kontrol. Sebagai data penunjang
juga dilakukan pengamatan terhadap tingkat keracunan (fitotoksisitas) tanaman kakao
dan pengaruhnya terhadap populasi musuh alami akibat perlakuan insektisida uji.
Petak perlakuan berupa satuan petak yang terdiri atas 25 pohon (5 x 5) yang
diperlakukan dan diambil pohon contoh sebanyak 16 pohon (4 x 4) sebagai tanaman
sampel. Pada setiap petak pohon contoh dipilih 100 buah kakao berukuran panjang 9
cm dan diperkirakan masih bebas serangan PBK. Jarak antara petak adalah 5 larik
pohon.

Efikasi insektisida yang diuji dihitung dengan rumus Abbott:

Ca - Ta
EI
x100%
Ca
EI =

efikasi insektisida yang diuji (%)

Ca =

intensitas serangan pada petak kontrol setelah aplikasi insektisida

Ta =

intensitas serangan pada petak perlakuan setelah aplikasi insektisida.

Pengamatan pengisap buah kakao Helopeltis sp. dilakukan dengan menghitung


jumlah tusukan (gejala bekas tusukan)/buah/daun muda yang dikonversikan kedalam
persen serangan, dengan kriteria:
(1)

1-10 tusukan = < 10 % = ringan,

(2)

11-50 tusukan/bercak = 11-25 % = sedang,

(3)

51-100 tusukan/bercak = 26-50 % = berat

(4)

> 101 tusukan = >51 % = sangat berat


Pengamatan serangan ulat kilan Hyposidra sp. meliputi tingkat persentase

serangan pucuk daun, dengan kriteria ringan, sedang, dan berat.

Data hasil pengamatan selanjutnya digunakan untuk menghitung efikasi insektisida yang
diuji dengan rumus Abbott (Ciba-Geigy, 1981) yaitu:

Ca Ta
EI
100%
Ca
EI = efikasi insektisida yang diuji (%)
Ca = intensitas serangan pada petak kontrol setelah aplikasi insektisida
Ta = intensitas serangan pada petak perlakuan setelah aplikas insektisida
Untuk menentukan keefektifan insektisida ditentukan berdasarkan kriteria nilai
efikasi dengan rumus (1/2n + 1), n = jumlah pengamatan. Jika nilai efikasi insektisida >
50%, maka insektisida bersifat efektif terhadap hama sasaran, sebaliknya tidak efektif bila
nilainya < 50%.

1.3.4.

Analisis Ekonomi Formulasi Produk Pestisida Nabati Berbahan Dasar


Saponin, Azadirachtin, Eugenol, dan Sitronelal untuk Mengendalikan Hama
Utama Kakao (Conopomorpha cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis
sp.)

1.3.4.1. Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian akan dilaksanakan di kebun rakyat milik petani di Kecamatan Luyo,
Kabupaten Polewali, Sulawesi Barat; dan kebun rakyat di kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
1.3.4.2. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat survey dan
wawancara untuk pengambilan data.
1.3.4.3 Metode penelitian
Introduksi teknologi pengendalian hama utama kakao pada pertanaman kakao
menggunakan formula pestida nabati usahatani ditingkat petani dan perkebunan
diharapkan dapat diperoleh nilai tambah bagi petani maupun perkebunan, walaupun
petani atau perkebunan harus mengeluarkan biaya tambahan, baik untuk pembelian
produk pestisida nabati tersebut maupun biaya operasional lainnya. Untuk itu perlu
dilakukan analisis usahatani dari introduksi teknologi itu.
Perkebunan/petani pada umumnya bersedia mengeluarkan biaya tambahan
dalam mengadopsi teknologi introduksi apabila merasa yakin akan menerima keuntungan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh dari teknologi
tradisional yang biasa mereka lakukan. Untuk mengetahui kelayakan ekonomis introduksi
teknologi baru, maka digunakan analisis anggaran masukan dan hasil (input output
budget analysis) (Malian, 1989).
Untuk menentukan tingkat efisiensi teknologi pengendalian hama kakao dengan
pestisida nabati dibandingkan dengan pengendalian yang dilakukan oleh petani dalam
penelitian ini digunakan 2 pendekatan yaitu dengan mengukur tingkat efiisiensi teknis dan
efisiensi ekonomis. Efisiensi teknis diukur berdasarkan produksi kakao per satuan luas
dan efisiensi ekonomi diukur berdasarkan (Kay dan Edward, 1999):
(1)

Pendapatan per satuan luas (Crop Value per Acre) yang diukur dari nilai total

produksi komoditas kakao dibagi per satuan luas areal penanaman,


(2)

Operating Expense Ratio (OER) yaitu rasio antara biaya operasional (CV) dan

pendapatan kotor (GR), makin kecil persentase OER makin efisien teknologi
pengendalian penggunaan pestisida nabati yang diintroduksikan.

C
OER V 100%
GR

10

(3)

Net Farm Income from Operation Ratio (NFIO) yaitu rasio antara pendapatan kotor

(GR) dikurangi biaya operasional teknologi yang diintroduksikan (CV) dan pendapatan
kotor (GR), nilai ini menunjukkan persentase sisa pendapatan setelah dikurangi dengan
biaya operasional. Makin besar persentase NFIO maka perlakuan mempunyai efsisiensi
ekonomi semakin tinggi.

GR - CV
NFIO
100%
GR

11

1.4.

Tahapan Pelaksanaan Kegiatan.

Kegiatan I
(pengujian di
laboratorium)

Kegiatan III
(pengujian di lapang)

Persiapan
insektisida nabati

Kegiatan II
(pengujian semi
lapang/lapang)

Perbanyakan
serangga uji

Kegiatan IV

Penyusunan
quesioner

(analisa ekonomi)

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

2012
URAIAN
Feb
Penyusunan proposal

Perbaikan proposal

Persiapan alat dan bahan

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agt

X
X

Pengujian/perlakuan

Pemeliharaan

Pengamatan

Analisa
Pelaporan

Sep

12

II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1.

Pengelolaan Administrasi Manajerial

2.1.1. Perencanaan anggaran


Petunjuk Operasional
No.

Uraian

Satuan

Jumlah (Rp.)

1.
2.
3.
4.

Belanja Gaji Upah


Belanja Bahan termasuk ATK
Belanja Perjalanan
Belanja Barang Operasional Lainnya

OB
Paket
OJ
Paket

108.180.000
49.000.000
81.200.000
11.620.000

JUMLAH TOTAL

250.000.000

Rincian Anggaran
A.
No.
1.
2.

3.
4.
5.

B.
No.
1.
2.
3.
4.

Belanja Gaji Upah


Pelaksana
Kegiatan
Koordinator
/Peneliti Utama
Pelaksana
Kegiatan:
Peneliti Utama
Peneliti Madya
(1)
Peneliti Madya
(2)
Peneliti Non
Fungs
Teknisi
Tenaga harian
Kesekretariatan

Jumlah

Jumlah
jam/minggu

Honor/jam
(Rp.)

Jumlah
minggu

Biaya/bulan
(Rp.)

Total Biaya
(Rp.)

orang

60.000

1.920.000

15.360.000

orang

60.000

1.680.000

13.440.000

orang

50.000

1.600.000

12.800.000

orang

50.000

1.400.000

22.400.000

1
4
320
18

orang
orang
HOK
OB

10
8

30.000
20.000

4
4

1.200.000
2.560.000

300.000

9.600.000
20.480.000
9.600.000
4.800.000

Jumlah Biaya

108.180.000

Belanja Bahan
Bahan
Utama
Pembantu
ATK
ATK administrasi

Volume
1
1
1
1

paket
paket
paket
paket

Biaya satuan
(Rp.)
24.000.000
15.000.000
8.600.000
1.400.000
Jumlah biaya

Biaya
(Rp.)
24.000.000
15.000.000
8.600.000
1.400.000
49.000.000

13

C.

Belanja Perjalanan

No.

Tujuan

1.

Jawa Barat,
dalam rangka koleksi serangga
Jawa Barat,
dalam rangka aplikasi perlakuan
Jawa Barat,
dalam rangka penelitian
Sulawesi Barat,
dalam rangka pelaksanaan penelitian
Sulawesi Barat,
dalam rangka koordinasi penelitian

2.
3.
4.
5.
6.

Volume
6

OH

350.000

Biaya
(Rp.)
2.100.000

38 OH

350.000 13.300.000

30 OH

350.000 10.500.000

12 OJ

3.500.000 42.000.000

Monev

Biaya satuan
(Rp.)

OH

3.500.000

7.000.000

18 OH

350.000

6.300.000

Jumlah biaya 81.200.000


D.

Belanja Barang Operasional Lainnya

No.
1
2
3
4
5
6

Kegiatan

Biaya
Biaya satuan
(Rp.)
(Rp.)
200
220.000
250.000
500.000
500.000
2.000.000
500.000
5.000.000
300.000
900.000
1.500.000
3.000.000
Jumlah biaya 11.620.000

Volume

Fotocopy
Dokumentasi
Analisis data
Belanja Sewa
Konsumsi rapat
Kompensasi lahan

1100
2
4
10
3
2

lembar
paket
paket
x 1 mobil
kali
paket

2.1.2. Pengelolaan anggaran


Laporan pengelolaan anggaran sampai dengan Termin I
Uraian
a. Belanja Bahan
b. Honor yang terkait
dengan output kegiatan
c. Belanja Barang Non
Operasional Lainnya
d. Belanja Perjalanan
Lainnya (DN)
Jumlah

Target
s/d Termin I
%
Rp.
%
19,60 14.700.000
5,88

Realisasi
s/d Termin I
Rp.
%
14.550.000
5,82

43,27 32.454.000

12,98

30.720.000

12,29

3.486.000

1,39

1.486.000

0,59

81.200.000
32,48 24.360.000
250.000.000 100,00 75.000.000

9,74
30,00

24.484.200
71.240.200

9,79
28,50

Pagu 1 tahun
Rp.
49.000.000
108.180.000
11.620.000

4,65

14

2.2.

Metode - Proses Pencapaian Target Kinerja

2.2.1

Kerangka Metode - Proses Pencapaian Target Kinerja


Pada kegiatan ini akan dilakukan pengujian pengendalian C. cramerella,

Hyposidra sp., dan Helopeltis sp. pada tanaman kakao dengan menggunakan pestisida
nabati berbahan aktif saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronellal. Penelitian akan
dilaksanakan di Sulawesi Barat dan Jawa Barat. Pengamatan dilakukan terhadap
mortalitas, persentase dan intensitas serangan C. cramerella, Hyposidra sp., dan
Helopeltis sp. serta efektivitas pestisida uji.
Pengendalian C. cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp. dengan
menggunakan bahan baku pestisida dari TRO sangat membantu dalam pengembangan
tanaman

kakao

dan

pengurangan

penggunaan

pestisida

sintetik.

Teknologi

pengendalian yang dihasilkan dapat meningkatkan produksi buah kakao yang akhirnya
dapat meningkatkan kesejahteraan petani serta meningkatkan devisa negara.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pestisida nabati
berbahan aktif saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronellal untuk mengendalikan hama
utama kakao (C. cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp.).

2.2.2.

Indikator Keberhasilan Pencapaian Target Kinerja


Indikator keberhasilan pencapaian target kinerja dari penelitian ini adalah

diperolehnya informasi satu sampai dua formulasi dan hasil analisa ekonomi formulasi
pestisida nabati berbahan aktif saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronelal untuk
mengendalikan hama utama kakao (C. cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp.).

15

2.2.3.

Perkembangan Pencapaian Target Kinerja

2.2.3.1. Pengujian Formula Pestisida Nabati Berbahan Aktif Saponin, Azadirachtin,


Eugenol, dan Sitronellal untuk Mengendalikan Hyposidra sp., dan
Helopeltis sp. pada Tanaman Kakao di Laboratorium
Hasil sementara dari sub kegiatan pengujian di laboratorium menunjukkan bahwa
formulasi pestisida nabati uji efektif mengendalikan Helopeltis sp. Pengujian masih
dilaksanakan dengan hasil sementara sebagai berikut:
Tabel 1. Mortalitas Helopeltis sp. akibat perlakuan beberapa pestisida dengan metode
semprot serangga di laboratorium (2012).
Mortalitas (%)
Konst.
(jam setelah aplikasi)
No
Perlakuan
(ml/l)
3
6
24
48
72
1 Neem Plus
4,0
0
0
0
10
10
8,0
0
10
50
50
50
16,0
0
10
30
60
70
2

Mimba + Etanol

4,0
8,0
16,0

0
0
0

0
20
40

20
20
80

40
40
90

40
60
90

Mimba + Etanol + rarak

4,0
8,0
16,0

0
0
0

0
0
60

0
0
80

0
0
90

0
20
90

Minyak mimba

4,0
8,0
16,0

0
0
0

0
40
60

40
60
90

40
60
90

40
80
90

Mimba + Air + Etanol

4,0
8,0
16,0

0
0
0

30
30
10

40
60
80

40
60
80

60
60
80

Minyak mimba + Rarak

4,0
8,0
16,0

0
0
0

10
10
0

20
30
50

20
30
50

20
50
50

Mimba + Air + Etanol + Rarak

4,0
8,0
16,0

0
0
0

0
0
10

40
50
60

40
50
60

50
50
60

Deltametrin

0,1
0,2
0,4

0
0
0

90
90
100

100
100
100

100
100
100

100
100
100

Kontrol

1
2
3

0
0
0

0
0
0

0
0
0

0
0
0

0
0
0

Keterangan : 0 = belum ada yang mati

16

Tabel 2. Mortalitas Helopeltis sp. akibat perlakuan beberapa pestisida dengan metode
celup pakan di laboratorium (2012).
Mortalitas (%)
Konsentrasi
(jam setelah aplikasi)
No
Perlakuan
(ml/l)
3
6
24
48
72
1 Neem Plus
4,0
0
20
60
70
80
8,0
0
10
90
90
90
16,0
0
10
100 100 100
2

Mimba + Etanol

4,0
8,0
16,0

0
0
0

20
0
10

20
30
50

20
30
50

20
40
500

Mimba + Etanol + Rarak

4,0
8,0
16,0

0
0
0

10
0
20

20
30
40

30
40
40

30
40
60

Minyak Mimba

4,0
8,0
16,0

0
0
0

10
10
10

10
40
70

10
50
70

60
60
70

Mimba + Air + Etanol

4,0
8,0
16,0

0
0
0

0
30
20

10
30
50

10
30
50

10
50
70

Minyak mimba + Rarak

4,0
8,0
16,0

0
0
0

0
0
0

0
30
30

0
30
40

0
50
70

Mimba + Air + Etanol + Rarak

4,0
8,0
16,0

0
0
0

10
10
10

10
10
40

20
20
40

20
30
50

Deltametrin

0,1
0,2
0,4

0
0

30
30
40

100
100
100

100
100
100

100
100
100

Kontrol

1
2
3

0
0
0

0
0
0

0
0
0

0
0
0

0
0
0

Keterangan : 0 = belum ada yang mati


Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa mortalitas Helopeltis sp. tertinggi
diperoleh dari formulasi pestisida nabati neem plus metode semprot serangga dengan
tingkat efikasi berkisar antara 80 - 100%. Sedangkan dengan metode celup pakan,
mortalitas tertinggi akibat pemberian pestisida nabati dicapai pada perlakuan minyak
mimba konsentrasi 16 ml/l dan mimba + etanol konsentrasi 16 ml/l dengan nilai efikasi
90%. Pengujian terhadap hama pemakan pucuk Hyposidra sp. belum dilaksanakan,
karena belum diketemukan populasi hama tersebut di daerah Jawa Barat.

17

2.2.3.2 Efikasi Formulasi Pestisida Nabati terhadap Pengisap Buah Helopeltis sp


dan pemakan pucuk Hyposidra sp., skala lapang
Sampai dengan penelitian ini dilaksanakan, baru dilaksanakan ploting tempat
penelitian yaitu di PTPN VIII Kebun Cikumpay, Rajamandala, Bandung Barat,
perbanyakan serangga uji, pembuatan pestisida nabati, dan pembuatan kurungan kasa.

2.2.3.3. Pengendalian PBK C. cramerella, Helopeltis sp., dan Hyposidra sp. pada
Tanaman Kakao dengan Formula Pestisida Nabati Berbahan Aktif Saponin,
Azadirachtin, Eugenol, dan Sitronellal di Sulawesi Barat
Hasil sementara dari penelitian adalah telah dilaksanakan ploting lokasi di
Lingkungan Taroe, Kelurahan Batupanga, Kecamatan Luyo, Kabupaten Polman Sulawesi
Barat. Luas kebun kakao tersebut adalah 4 ha. Tanaman kakao yang ditanam merupakan
hasil sambung samping varietas Sulbar1 dan Sulbar 2, dengan umur tanaman sekitar 6 7 tahun (pelaksanaan sambung samping dilaksanakan pada tahun 2005).
Untuk melihat tingkat serangan awal hama kakao dilakukan pengambilan sampel
buah dan diamati tingkat kerusakan akibat serangan pengisap (Helopeltis sp.) dan
penggerek buah kakao (PBK). Hasil pengamatan dari 100 contoh buah yang diambil,
didapatkan data kerusakan sebagai berikut:
Tabel. 3. Pengamatan pendahuluan serangan Helopeltis sp. dan PBK di Lingkungan
Taroe, Kelurahan Batupanga, Kecamatan Luyo, Kabupaten Polman, Sulawesi
Barat.
No.

Jenis serangan

Sd

PS (%)

IS (%)

1.

Helopeltis sp.

67

20

74,0

29,4

2.

PBK

26

49

15

10

20,4

7,10

Ket. = S = Sehat (tidak ada serangan); R = Serangan ringan (< 10%); Sd = Serangan
sedang (10 - 50%); B = Serangan Berat (>50%); PS = Persentase serangan; IS =
Intensitas serangan
Aplikasi pestisida nabati direncakan menggunakan 6 jenis pestisida nabati,
pembanding (sintetis - Stopper 25 EC, b.a = Lambda sihaloetrin), dan tanpa aplikasi
(kontrol). Penelitian dirancang dengan petak utama sanitasi dan tanpa sanitasi dan anak
petak adalah aplikasi insektisida. Pada tiap petak perlakuan akan diambil 25 pohon
sampel. Sehingga seluruh penelitian menggunakan 1600 pohon.
Tanaman kakao yang akan diaplikasikan diambil buah untuk pengamatan,
sebanyak 100 buah tiap perlakuan. Untuk itu dipilih buah kakao (pentil) dengan ukuran 9 10 cm yang belum terlihat gejala serangan dan akan dipanen pada akhir penelitian.

18

Aplikasi penelitian direncakan pada bulan Mei 2012. Pengamatan kerusakan


pada saat panen rutin seperti yang dilakukan petani tiap 2 minggu pada buah yang
matang pada plot-plot perlakuan.

2.2.3.4. Analisis Ekonomi Formulasi Produk Pestisida Nabati Berbahan Dasar


Saponin, Azadirachtin, Eugenol, dan Sitronelal untuk Mengendalikan Hama
Utama Kakao (Conopomorpha cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis
sp.)
Sampai dengan penelitian ini dilaksanakan sedang dilaksanakan penyusunan
questioner untuk analisa ekonomi formulasi produk pestisida nabati berbahan dasar
saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronellal untuk mengendalikan hama utama kakao.

2.3.

Sinergi Koordinasi Kelembagaan - Program

2.3.1.

Kerangka Sinergi Koordinasi Kelembagaan Program


Penelitian ini bersinergi dengan progran MP3EI (Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) untuk koridor IV Sulawesi. Un tuk bidang


pertanian dengan komoditas utama kakao. Untuk pencapaian hasil yang optimum dan
berkelanjutan diperlukan teknologi ramah lingkungan salah satunya adalah dengan
penggunaan insektisida nabati.

2.3.2.

Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Kelembagaan Program


Keberhasilan sinergi koordinasi kelembagaan program dapat dilihat dengan

pencapaian hasil yang akan didapat dan terkoordinasinya antar lembaga di bidang
pertanian/Kementerian Pertanian.

2.3.3.

Perkembangan Sinergi Koordinasi Kelembagaan - Program


Perkembangan sinergi koordinasi yang dihasilkan adalah terjalinnya kerja sama

antara Balai Komoditas (Balit) dan Balai Pengkajian Teknologi pertanian (BPTP), dalam
hal ini antara Balittro dan BPTP Sulawesi Barat/Selatan serta Dinas Perkebunan
setempat untuk membina petani kelompok tani Cahaya Talepo, di daerah kecamatan
Luyo, kabupaten Polewali Mandar
2.4.

Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa

2.4.1.

Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa


Pengendalian hama utama kakao pada pertanaman kakao menggunakan

formula pestisida nabati pada usahatani ditingkat petani dan perkebunan diharapkan

19

dapat diperoleh nilai tambah bagi petani maupun perkebunan. Di samping itu penggunaan
pestisida nabati relatif lebih aman terhadap lingkungan dan aman terhadap residu
pestisida, diharapkan tidak mendapat klaim dari negara pengimport kakao, yang akhirnya
akan meningkatkan devisa negara.

2.4.2.

Strategi Pemanfaatan Hasil Litbangyasa


Strategi pemanfaatan hasil litbangyasa ditingkat petani dan perkebunan adalah

dengan sosialisasi hasil litbangyasa, baik secara tulisan yang diterbitkan melalui jurnal
maupun lisan, misalnya melalui seminar/presentasi oral, komunikasi langsung dengan
petani dan pihak perkebunan/pengguna, serta dengan pembuatan damplot.

2.4.3.

Indikator keberhasilan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa


Indikator keberhasilan pemanfaatan hasil litbangyasa adalah digunakannya

formula pestisida nabati dan diperolehnya nilai tambah pada usahatani ditingkat petani
dan perkebunan. Penggunaan pestisida nabati ini relatif lebih aman, sehingga tidak
membahayakan lingkungan.
2.4.4.

Perkembangan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa


Sampai tahap ini perkembangan pemanfaatan hasil dari Litbangyasa belum

termonitor karena baru tahap pengamatan kerusakan akibat serangan hama utama kakao
dan aplikasi awal insektisida nabati sesuai perlakuan.

20

III. RENCANA TINDAK LANJUT

3.1.

Rencana Pelaksanaan Pencapaian Target Kinerja


Pelaksanaan direncanakan sesuai dengan perencanaan awal dari metodologi

dan waktu pelaksanaan yang direncanakan. Untuk penelitian di laboratorium melakukan


uji lanjutan untuk melihat aktivitas insektisida nabati dengan pengujian repelensi dan
efektifitas insektisida di lapang di Jawa Barat dan Sulawesi Barat.
3.2.

Rencana Koordinasi Kelembagaan - Program


Koordinasi kelembagaan - program akan lebih dicermati untuk kesesuaian

dengan program yang telah disusun.

3.3.

Rencana Pemanfaatan Hasil Litbangyasa


Pemanfaatan hasil litbangyasa yang direncanakan menghasilkan produk formula

pestisida nabati yang dapat dipatenkan dan diperolehnya nilai tambah pada usahatani
ditingkat petani dan perkebunan. Produk yang dihasilkan akan berdaya guna dan berhasil
guna yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut oleh pengguna yaitu petani dan pekebun
kakao dan diharapkan dapat meningkatkan hasil dengan kualitas buah yang baik dan
bebas residu pestisida.

3.4.

Rencana Pengembangan ke Depan


Diperolehnya paten produk pestisida nabati yang dapat dimanfaatkan untuk

perbaikan kualitas dan kuantitas hasil produksi kakao yang bebas residu pestisida.
Informasi kefektifan dan kelayakan teknologi dengan menggunakan insektisida nabati
berbahan aktif saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronelal untuk mengendalikan hama
utama kakao (C. cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp.) dalam tulisan untuk
seminar, Buletin dan Jurnal.

21

IV. PENUTUP

A. Kesimpulan
1.

Mortalitas Helopeltis sp. tertinggi diperoleh dari formulasi pestisida nabati neem plus
metode semprot serangga dengan tingkat efikasi berkisar antara 80 - 100%,
sedangkan dengan metode celup pakan, mortalitas tertinggi akibat pemberian
pestisida nabati dicapai pada perlakuan minyak mimba konsentrasi 16 ml/l dan
mimba + etanol konsentrasi 16 ml/l dengan nilai efikasi masing-masing 90%.

2.

Ploting tempat penelitian untuk skala lapang di wilayah Jawa Barat, ditetapkan lokasi
penelitian adalah PTPN VIII Kebun Cikumpay, Rajamandala, Bandung Barat.

3.

Ploting lokasi penelitian di wilayah Sulawesi Barat adalah di Lingkungan Taroe,


Kelurahan Batupanga, Kecamatan Luyo, Kabupaten Polman Sulawesi Barat.

4.

Hasil pengamatan pendahuluan menunjukkan bahwa di Lingkungan Taroe,


Kelurahan Batupanga, Kecamatan Luyo, Kabupaten Polman Sulawesi Barat
menunjukkan intensitas serangan Helopeltis dan PBK masing-masing sebesar 29,4%
dan 7,10 %.

B. Saran
Penelitian perlu dilaksanakan sampai pengembangan produk, efektivitas daya
simpan agar didapatkan formulasi produk pestisida nabati berbahan aktif saponin,
azadirachtin, eugenol, dan sitronellal untuk mengendalikan hama utama kakao (C.
cramerella, Helopeltis sp., dan Hyposidra sp.).

22

DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2004. Statistik Perkebunan Indonesia. Direktorat.
Jenderal Perkebunan, Jakarta.
Grainge, M. dan Ahmed, S. 1988. Handbook of Plants with Pest Control Properties. New
York.: John Wiley and Sons.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Diterjemahkan oleh Badan Litbang
Pertanian: Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta
Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Revised by Van der Laan. PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta.
Prakash A. dan Rao. J. 1997. Botanical Pesticides in Agriculture. New York.: Lewis
Publisher.
Prijono D., J.I. Sudiar, dan Irmayetri. 2006. Insecticidal Activity of Indonesian Plant
Extracts Against the Cabbage Head Caterpillar, Crocidolomia pavonana (F.)
(Lepidoptera:Pyralidae). J. ISSAAS 12(1):25-34.
____________ dan H. Triwidodo. 1994. Pemanfaatan Insektisida di Tingkat Petani;;
Bogor, 1-2 Desember 1993.
Regnault-Roger C. 2005. New Insecticides of Plant Origin for The Third Millenium In:
Regnault_Roger BJR, Philogene C, Vincent. C, (Eds.). Biopesticides of Plant
Origin: Lavoisier Publishing Inc. p 17-35.

Sulistyowati, E., Y.D. Junianto, S. Sukamto, S. Wiryadiputra, L. Winarto, dan N.


Primawati. 2002. Analisis status penelitian dan pengembangan PHT pada
pertanaman kakao. Risalah Simposium Nasional Penelitian PHT
Perkebunan Rakyat. Bogor 17-18 September 2002. Bag. Proyek PHT
Tanaman Perkebunan:161-176.
Wardoyo, S. 1988. A Major Hindrance to Cocoa Development. Indonesian Agricultural
Research and Developmental Journal 2:1-4.

Wardoyo, S. 1983. Pembiakan Helopeltis antonii Signoret di laboratorium pada


buah kakao. Muara Perkebunan 51(2):33-38.
Wiryadiputra, S.D., E. Sulistyowati, dan A.A. Prawoto. 1994. Teknik Pengendalian Hama
Penggerek Buah Kakao Conopomorpha cramerella (Snellen). Lokakarya
Penanggulangan Hama PBK di Indonesia. Jember.

Wood, B.J. and G.F. Chung. 1989. Integrated management of insect pests of
cocoa in Malaysia. The Planter 65(762):389-418.

23

Anda mungkin juga menyukai