: KETAHANAN PANGAN
: 1.3
: 1.03.01
: Prof. Dr. Ir. I Wayan Laba, MSc.
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
BALAI PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Jl. Tentara Pelajar No. 3 Bogor (16111) Telp. (0251) 321879, 327010
Http://www.balittro.go.id
E-mail :balittro@telkom.net
:
:
:
Lokasi Penelitian
: 1 tahun
: Rp. 250.000.000,- (Dua ratus lima puluh juta rupiah)
: Baru
Jumlah (Rp.)
108.180.000,49.000.000,81.200.000,11.620.000,250.000.000,-
Menyetujui
Kepala Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat
Koordinator/Peneliti Utama
Menyetujui/Mengetahui
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME karena berkat
rahmat-NYA kami dapat menyelesaikan pembuatan Laporan Termin I dengan
judul
Formulasi
Produk
Pestisida
Nabati
Berbahan
Aktif
Saponin,
Tim Peneliti
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN ........................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI. ............................................................................................................................. iii
RINGKASAN EKSEKUTIF ....................................................................................................... iv
EXECUTIVE SUMMARY .......................................................................................................... v
I.
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
II.
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Minyak atsiri dari tanaman obat dan aromatik diketahui mengandung senyawa
aktif yang dapat digunakan sebagai bahan baku insektisida. Hal ini berkaitan dengan
sifatnya yang mampu membunuh, mengusir, menghambat makan hama, dan
mengendalikan penyakit tanaman. Berkaitan dengan potensi beberapa tanaman obat
dan aromatik dalam mengendalikan hama, perlu dilakukan penelitian skala lapang untuk
digunakan sebagai bahan baku pestisida nabati khususnya untuk mengendalikan hama
utama pada tanaman kakao. Penelitian akan dilaksanakan di laboratorium dan rumah
kaca di Balittro Bogor, semi lapang di Bogor Ciamis, Jawa Barat, serta di Sulawesi
Barat. Penelitian terdiri atas 4 sub judul yaitu (1). Pengujian formula pestisida nabati
berbahan aktif saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronellal untuk mengendalikan
Hyposidra sp., dan Helopeltis sp. pada tanaman kakao di laboratorium (2). Efikasi
formulasi pestisida nabati terhadap pengisap buah Helopeltis sp. dan pemakan pucuk
Hyposidra sp. skala lapang din Kebun Kakao Jawa Barat; (3). Pengendalian penggerek
buah kakao C. cramerella, sp., Helopeltis dan Hyposidra sp. pada tanaman kakao dengan
formula pestisida nabati berbahan aktif saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronellal di
Sulawesi Barat; (4). Analisis ekonomi pengendalian C. cramerella, Hyposidra sp., dan
Helopeltis sp dengan menggunakan pestisida nabati berbahan dasar saponin,
azadirachtin, eugenol, dan sitronelal pada tanaman kakao. Data yang dikumpulkan adalah
(1). tingkat toksisitas, daya kerja pestisida, dan efektivitas terhadap hama utama kakao;
(2). tingkat serangan hama utama kakao Helopeltis sp dan PBK (3) persentase
kehilangan hasil; (4) produksi buah (kg/plot), dan (5). biaya pengeluaran dan pemasukan
penggunaan insektisida botani dalam pengendalian hama utama kakao. Hasil sementara
dari penelitian ini adalah mortalitas Helopeltis sp. tertinggi diperoleh dari formulasi
pestisida nabati neem plus metode semprot serangga dengan tingkat efikasi berkisar
antara 80 - 100%, sedangkan dengan metode celup pakan, mortalitas tertinggi akibat
pemberian pestisida nabati dicapai pada perlakuan minyak mimba konsentrasi 16 ml/l dan
mimba + etanol konsentrasi 16 ml/l dengan nilai efikasi masing-masing 90%. Ploting
tempat penelitian untuk skala lapang di wilayah Jawa Barat, ditetapkan lokasi penelitian
adalah PTPN VIII Kebun Cikumpay, Rajamandala, Bandung Barat. Ploting lokasi
penelitian di wilayah Sulawesi Barat adalah di Lingkungan Taroe, Kelurahan Batupanga,
Kecamatan Luyo, Kabupaten Polman Sulawesi Barat. Hasil pengamatan pendahuluan
menunjukkan bahwa di Lingkungan Taroe, Kelurahan Batupanga, Kecamatan Luyo,
Kabupaten Polman Sulawesi Barat menunjukkan intensitas serangan Helopeltis dan PBK
masing-masing sebesar 29,4% dan 7,10 %.
Kata kunci: Pengendalian hama,Conophomorpa cramerellai, Hyposidra sp, Helopeltis sp
kakao, insektisida botani, analisa ekonomi
iv
EXECUTIVE SUMMARY
Essential oils from medicinal and aromatic plants are known to contain active compounds
which can be used as raw material for insecticides. This relates to its ability to kill, repel,
and inhibit eating, controll pests and plant diseases. With regard to the potential of some
medicinal and aromatic plants in pest control, it need to do further research in a wider
scale to screen for various medicinal and aromatic plants for use as raw materials,
especially plant-based pesticides for controlling some pests and major diseases especially
in cocoa plants. Research will carried out in Laboratory and Green house in Bogor
Research of Spice and Medicinal Crops; garden farmer field in Bogor - Ciamis, West Java
and in the West Sulawesi. The research devided four avtivities namely : (1).Testing of
botanical pesticide formula with saponin, azadirachtin, eugenol, and sitronellal active
ingredient in controlling Hyposidra sp., and Helopeltis sp. in cocoa plants at the
laboratory,; (2). Efficacy of botanical pesticide formulation to pod sucking insect Helopeltis
sp.and Hyposidra sp. in the field scale of cocoa field, in West Java; (3) Controlling cocoa
pod borer, C. cramerella, Hyposidra sp., and Helopeltis sp. on cocoa plants with botanical
pesticides formula based on saponin, azadirachtin, eugenol, and sitronellal active
ingredients at West Sulawesi; (4). Economic analysis in controlling cocoa major pest
(Conopomorpha cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp. With botanical pesticide
formula based on saponin, azadirachtin, eugenol, and sitronellal active ingredient Data
collections namely: (1). Level of toxicity, mode of action of botanical insecticides and
efectivity of botanical insecticide to cocoa major pest; (2) Cocoa pod borer attacks level
(3) the percentage yield loss; (4) Fruit production (kg/plot).3). Input and out put cost of
botanical insecticide used in controlling of major insect pest on cocoa plant. Preliminary
results of this study indicated that highest mortality of Helopeltis sp. derived from neem
plant plus with insect spray method and the rate of efficacy between 80-100%, while the
methods of food dyes,indicated that the highest mortality due to pesticide treatment plant
achieved at a concentrations of neem oil 16 ml/l and neem + ethanol concentrations of 16
ml / l with a value of 90% efficacy. Plot-scale field study sites in West Java, the location of
the study in PTPN VIII Cikumpay Gardens, Rajamandala, West London. Plot research
sites in West Sulawesi area is in the Environment Taroe, Village Batupanga, Luyo District,
Polewali Mandar, West Sulawesi. Preliminary observations indicated that in the
Environment Taroe, Village Batupanga, Luyo District, West Sulawesi Polman intensity of
Helopeltis and CPB showed 29.4 and 7.10% respectively.
Key words: Pest control, Conopomorpha cramerella, Hyposidra sp., Helopeltis sp.,
cacao, botanical insecticides, economic analysis
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman penghasil minyak atsiri. Mengingat
bahwa pasaran minyak atsiri saat ini relatif stabil, maka prospek industri minyak atsiri di
masa mendatang cukup cerah. Keadaan ini didukung oleh situasi bahwa, tidak semua
minyak atsiri alamiah bisa diganti dengan produk sintetis. Selain dari pada itu, Indonesia
juga kaya akan biodiversity tanaman rempah dan obat (TRO). Pemanfaatan tanaman
sebagai bahan baku obat dan atsiri telah dilakukan sejak zaman dahulu, secara turuntemurun. Saat ini bahan baku TRO melimpah di masyarakat. Pemanfaatan TRO dalam
industri lainnya, selain industri jamu diharapkan mampu meningkatkan kemauan petani
untuk bercocok tanam TRO sehubungan dengan peningkatan permintaan pasar yang
secara langsung mampu meningkatan pendapatan petani.
Minyak atsiri dari TRO diketahui mengandung senyawa aktif yang dapat
digunakan sebagai bahan baku pestisida. Hal ini berkaitan dengan sifatnya yang mampu
membunuh, mengusir, dan menghambat hama untuk makan, serta mengendalikan
penyakit tanaman. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dikaji potensi beberapa TRO
untuk dikembangkan sebagai pestisida nabati.
Tanaman secara alamiah diketahui menghasilkan senyawa sekunder yang dapat
dimanfaatkan untuk melindungi dirinya dari serangan Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT). Hasil ekstraksi senyawa kimia ini berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pestisida
nabati yang lebih selektif dan kurang persisten di alam jika dibandingkan dengan bahan
aktif pestisida sintetis sehingga penggunaannya aman bagi para petani, pengguna, dan
lingkungan di sekitarnya (Regnault-Roger, 2005). Lebih dari 1500 tanaman berkhasiat
sebagai bahan pestisida nabati untuk pengendalian hama (Grainge and Ahmed, 1988).
Tanaman tersebut pada umumnya termasuk kedalam famili Meliaceae, Annonaceae,
Asteraceae, Piperaceae, dan Rutaceae (Prakash and Rao, 1997; Prijono et al, 2006).
Sampai saat ini ketersediaan pestisida yang berbahan baku tumbuhan (pestisida nabati)
untuk pengendalian OPT yang telah diuji khasiat dan keamanannya secara ilmiah masih
terbatas. Petani kerapkali membuat ramuan yang terdiri dari berbagai jenis tanaman yang
secara empiris dikatakan efektif untuk suatu OPT namun belum ditunjang dengan data
ilmiah agar produk tersebut dapat dipertanggungjawabkan mutu dan keamanannya.
Beberapa contoh TRO potensial sebagai bahan baku untuk pestisida nabati, antara lain
jeringau untuk pengendalian Dysdercus cingulatus, Pieres brassicae, dan Spodoptera
litura; babadotan digunakan untuk mengendalikan hama Dysdercus, Tribolium, dan
belalang; brotowali sebagai anti serangga; glirisidia untuk mengendalikan Spodoptera sp,
Aphid, dan Coccidae; sirih untuk mengendalikan Dysdercus sp.; lempuyang untuk
mengendalikan Udaspes sp.; rerak sebagai anti hama (racun kontak); kenikir untuk
mengendalikan Aphid, Dysdercus sp., dan ulat Plutella xylostella, kacang babi berpotensi
untuk mengendalikan Aphid, Crocidolomia, Epilachna, dan Thrips, serta legundi untuk
mengendalikan Achaea janata, Plutella sp., Spodoptera sp. dan Sitophilus sp. (Grainge
and Ahmed, 1988; Heyne, 1987; Prijono dan Triwidodo, 1994).
Tanaman kakao adalah komoditas ekspor sebagai salah satu sumber devisa
negara. Bebagai kendala dalam budidaya kakao antara lain serangan hama dan penyakit
yang dapat menimbulkan kerugian karena secara langsung menurunkan produksi dan
mutu hasil dengan merusak bunga, buah, dan biji kakao, atau secara tidak langsung
menekan hasil dengan merusak bagian tanaman seperti daun dan ranting, cabang,
batang, atau akar. Beberapa jenis hama dilaporkan menyerang pertanaman kakao
diantaranya adalah penggerek buah kakao (PBK) Conopomorpha cramerella (Sulistyowati
et al., 2002). Menurut Wardoyo (1988) perbedaan faktor lingkungan (biotik dan abiotik)
spesies serangga tertentu dapat merupakan hama penting di suatu daerah, tetapi kurang
penting di daerah lain. Perubahan lingkungan di suatu tempat atau perubahan di bidang
kultur teknis, dan cara pengendalian yang kurang tepat dapat mengubah status hama dari
tidak atau kurang penting menjadi penting. Ditinjau dari segi pengendalian, serangga
hama yang hidup di dalam jaringan tanaman atau di dalam tanah umumnya lebih sulit
diamati dan dikendalikan serta dianggap lebih penting dibandingkan dengan yang hidup di
permukaan tanaman.
Di antara hama kakao, PBK C. cramerella merupakan hama yang sangat
merugikan, diikuti oleh Helopeltis spp dan ulat kilan, Hyposidra sp. Luas serangan PBK di
Indonesia mencapai 348.000 ha atau 57% dari luas areal kakao yang tersebar di seluruh
wilayah pertanaman kakao dengan tingkat infestasi yang beragam antar lokasi (Ditjenbun,
2004). Kehilangan hasil yang diakibatkan oleh serangan PBK antara 6084%, sedangkan
kehilangan hasil oleh serangan Helopeltis spp. sampai saat ini belum dijumpai data yang
akurat (Wiryadiputra et al., 1994). Serangan berat Helopeltis spp. pada pertanaman kakao
di Malaysia dapat menurunkan hasil lebih dari 50% (Wood dan Chung, 1989).
Berkaitan dengan potensi beberapa TRO dalam mengendalikan hama, perlu
dilakukan penelitian dalam skala lapang untuk mengetahui efektivitas formulasi
beberapa jenis TRO sebagai bahan baku pestisida nabati, khususnya terhadap hama
utama pada tanaman kakao.
1.2.
Pokok Permasalahan
Kehilangan hasil akibat oraganisme pengganggu tanaman (OPT) di perkebunan
kakao dirasakan masih cukup tinggi. Salah satu permasalahan dalam budidaya kakao
adalah adanya serangan C. cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp. Hal ini dapat
dilihat dari besarnya biaya pengendalian hama dan penyakit, yaitu sekitar 40% dari biaya
produksi. Sebagian besar petani dan perkebunan besar masih menggunakan insektisida
kimia untuk mengendalikan hama. Penggunaan insektisida secara terus menerus
dikhawatirkan akan menimbulkan masalah lain yang lebih berat, antara lain terjadinya
resistensi hama, pencemaran lingkungan, dan ditolaknya produk ekspor akibat residu
pestisida. Oleh karena itu perlu dicari metode pengendalian hama kakao yang efektif dan
efisien serta ramah lingkungan. Untuk mencapai tujuan tersebut akan dilaksanakan 4 sub
judul kegiatan, yaitu:
(1)
(2)
(3)
(4)
1.3.
Metodologi Pelaksanaan
1.3.1
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
sintetik deltametrin konsentrasi yang diuji adalah 0,1; 0,2 dan 0,4 ml/l. Perlakuan ditata
dalam Rancangan Acak Kelompok dengan empat ulangan.
Pengujian dilakukan dengan dua cara yaitu pencelupan pakan dan penyemprotan
langsung ke serangga. Pada metode pencelupan, pakan dicelup pada beberapa
konsentrasi yang diujikan dan dikering anginkan. Masing 10 ekor nimfa dan larva
Helopeltis sp. dan Hyposidra sp. instar 3-4 diinfestasikan. Pengamatan dilakukan
terhadap mortalitas serangga dan dilakukan pada 3; 6; 24; 48; 72; dan 96 jam setelah
aplikasi. Pada metode penyemprotan dilakukan penyemprotan secara langsung pada
serangga dengan insektisida uji masing-masing 10 ekor nimfa dan larva. Serangga yang
sudah diperlakukan diberi pakan dan diamati mortalitasnya.
K-P
IR
x100%
KP
K
P
1.3.2.
1.3.3.
(b)
sanitasi; dan
(2)
tanpa sanitasi.
Neem Plus;
(2)
Mimba + rerak;
(3)
Asimbo;
(4)
Sitronellal;
(5)
Bioprotektor-2;
(6)
Azadirachtin;
(7)
(8)
Kontrol (air).
sekali setelah aplikasi terhadap semua buah yang dipanen pada setiap petak perlakuan.
Buah contoh (ukuran panjang 9 cm) dipanen pada akhir pengujian.
Tingkat kerusakan akibat serangan PBK dilihat dari persentase biji lengket yang
dinyatakan dalam tiga kategori, yaitu tingkat serangan ringan, sedang, dan berat dengan
kriteria sebagai berikut:
(1) Serangan ringan, apabila semua biji masih dapat dikeluarkan dari kulit buah dan
antar biji tidak terlalu lengket (persentase biji lengket < 10%).
(2) Serangan sedang, apabila biji saling lengket tetapi masih dapat dikeluarkan dari kulit
buah (persentase biji lengket antara 10-50%)
(3) Serangan berat, apabila biji saling lengket dan tidak dapat dikeluarkan dari kulit buah
(persentase biji lengket > 50%).
Persentase kehilangan hasil dihitung berdasarkan persamaan regresi yang
dikemukakan oleh Wardani et al. (1997), dengan menggunakan rumus :
Y = - 0,0210 + 0,1005 X
Y = persentase kehilangan hasil (%)
X = intensitas serangan. Intensitas serangan ini merupakan suatu nilai.
Untuk menghitung intensitas serangan PBK digunakan rumus:
1R 3S 9B
I
AT
= intensitas serangan
Hasil pengamatan tingkat serangan PBK dan persentase kehilangan hasil pada
perlakuan insektisida yang diuji dibandingkan dengan kontrol. Sebagai data penunjang
juga dilakukan pengamatan terhadap tingkat keracunan (fitotoksisitas) tanaman kakao
dan pengaruhnya terhadap populasi musuh alami akibat perlakuan insektisida uji.
Petak perlakuan berupa satuan petak yang terdiri atas 25 pohon (5 x 5) yang
diperlakukan dan diambil pohon contoh sebanyak 16 pohon (4 x 4) sebagai tanaman
sampel. Pada setiap petak pohon contoh dipilih 100 buah kakao berukuran panjang 9
cm dan diperkirakan masih bebas serangan PBK. Jarak antara petak adalah 5 larik
pohon.
Ca - Ta
EI
x100%
Ca
EI =
Ca =
Ta =
(2)
(3)
(4)
Data hasil pengamatan selanjutnya digunakan untuk menghitung efikasi insektisida yang
diuji dengan rumus Abbott (Ciba-Geigy, 1981) yaitu:
Ca Ta
EI
100%
Ca
EI = efikasi insektisida yang diuji (%)
Ca = intensitas serangan pada petak kontrol setelah aplikasi insektisida
Ta = intensitas serangan pada petak perlakuan setelah aplikas insektisida
Untuk menentukan keefektifan insektisida ditentukan berdasarkan kriteria nilai
efikasi dengan rumus (1/2n + 1), n = jumlah pengamatan. Jika nilai efikasi insektisida >
50%, maka insektisida bersifat efektif terhadap hama sasaran, sebaliknya tidak efektif bila
nilainya < 50%.
1.3.4.
Pendapatan per satuan luas (Crop Value per Acre) yang diukur dari nilai total
Operating Expense Ratio (OER) yaitu rasio antara biaya operasional (CV) dan
pendapatan kotor (GR), makin kecil persentase OER makin efisien teknologi
pengendalian penggunaan pestisida nabati yang diintroduksikan.
C
OER V 100%
GR
10
(3)
Net Farm Income from Operation Ratio (NFIO) yaitu rasio antara pendapatan kotor
(GR) dikurangi biaya operasional teknologi yang diintroduksikan (CV) dan pendapatan
kotor (GR), nilai ini menunjukkan persentase sisa pendapatan setelah dikurangi dengan
biaya operasional. Makin besar persentase NFIO maka perlakuan mempunyai efsisiensi
ekonomi semakin tinggi.
GR - CV
NFIO
100%
GR
11
1.4.
Kegiatan I
(pengujian di
laboratorium)
Kegiatan III
(pengujian di lapang)
Persiapan
insektisida nabati
Kegiatan II
(pengujian semi
lapang/lapang)
Perbanyakan
serangga uji
Kegiatan IV
Penyusunan
quesioner
(analisa ekonomi)
2012
URAIAN
Feb
Penyusunan proposal
Perbaikan proposal
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
X
X
Pengujian/perlakuan
Pemeliharaan
Pengamatan
Analisa
Pelaporan
Sep
12
2.1.
Uraian
Satuan
Jumlah (Rp.)
1.
2.
3.
4.
OB
Paket
OJ
Paket
108.180.000
49.000.000
81.200.000
11.620.000
JUMLAH TOTAL
250.000.000
Rincian Anggaran
A.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
B.
No.
1.
2.
3.
4.
Jumlah
Jumlah
jam/minggu
Honor/jam
(Rp.)
Jumlah
minggu
Biaya/bulan
(Rp.)
Total Biaya
(Rp.)
orang
60.000
1.920.000
15.360.000
orang
60.000
1.680.000
13.440.000
orang
50.000
1.600.000
12.800.000
orang
50.000
1.400.000
22.400.000
1
4
320
18
orang
orang
HOK
OB
10
8
30.000
20.000
4
4
1.200.000
2.560.000
300.000
9.600.000
20.480.000
9.600.000
4.800.000
Jumlah Biaya
108.180.000
Belanja Bahan
Bahan
Utama
Pembantu
ATK
ATK administrasi
Volume
1
1
1
1
paket
paket
paket
paket
Biaya satuan
(Rp.)
24.000.000
15.000.000
8.600.000
1.400.000
Jumlah biaya
Biaya
(Rp.)
24.000.000
15.000.000
8.600.000
1.400.000
49.000.000
13
C.
Belanja Perjalanan
No.
Tujuan
1.
Jawa Barat,
dalam rangka koleksi serangga
Jawa Barat,
dalam rangka aplikasi perlakuan
Jawa Barat,
dalam rangka penelitian
Sulawesi Barat,
dalam rangka pelaksanaan penelitian
Sulawesi Barat,
dalam rangka koordinasi penelitian
2.
3.
4.
5.
6.
Volume
6
OH
350.000
Biaya
(Rp.)
2.100.000
38 OH
350.000 13.300.000
30 OH
350.000 10.500.000
12 OJ
3.500.000 42.000.000
Monev
Biaya satuan
(Rp.)
OH
3.500.000
7.000.000
18 OH
350.000
6.300.000
No.
1
2
3
4
5
6
Kegiatan
Biaya
Biaya satuan
(Rp.)
(Rp.)
200
220.000
250.000
500.000
500.000
2.000.000
500.000
5.000.000
300.000
900.000
1.500.000
3.000.000
Jumlah biaya 11.620.000
Volume
Fotocopy
Dokumentasi
Analisis data
Belanja Sewa
Konsumsi rapat
Kompensasi lahan
1100
2
4
10
3
2
lembar
paket
paket
x 1 mobil
kali
paket
Target
s/d Termin I
%
Rp.
%
19,60 14.700.000
5,88
Realisasi
s/d Termin I
Rp.
%
14.550.000
5,82
43,27 32.454.000
12,98
30.720.000
12,29
3.486.000
1,39
1.486.000
0,59
81.200.000
32,48 24.360.000
250.000.000 100,00 75.000.000
9,74
30,00
24.484.200
71.240.200
9,79
28,50
Pagu 1 tahun
Rp.
49.000.000
108.180.000
11.620.000
4,65
14
2.2.
2.2.1
Hyposidra sp., dan Helopeltis sp. pada tanaman kakao dengan menggunakan pestisida
nabati berbahan aktif saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronellal. Penelitian akan
dilaksanakan di Sulawesi Barat dan Jawa Barat. Pengamatan dilakukan terhadap
mortalitas, persentase dan intensitas serangan C. cramerella, Hyposidra sp., dan
Helopeltis sp. serta efektivitas pestisida uji.
Pengendalian C. cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp. dengan
menggunakan bahan baku pestisida dari TRO sangat membantu dalam pengembangan
tanaman
kakao
dan
pengurangan
penggunaan
pestisida
sintetik.
Teknologi
pengendalian yang dihasilkan dapat meningkatkan produksi buah kakao yang akhirnya
dapat meningkatkan kesejahteraan petani serta meningkatkan devisa negara.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pestisida nabati
berbahan aktif saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronellal untuk mengendalikan hama
utama kakao (C. cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp.).
2.2.2.
diperolehnya informasi satu sampai dua formulasi dan hasil analisa ekonomi formulasi
pestisida nabati berbahan aktif saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronelal untuk
mengendalikan hama utama kakao (C. cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp.).
15
2.2.3.
Mimba + Etanol
4,0
8,0
16,0
0
0
0
0
20
40
20
20
80
40
40
90
40
60
90
4,0
8,0
16,0
0
0
0
0
0
60
0
0
80
0
0
90
0
20
90
Minyak mimba
4,0
8,0
16,0
0
0
0
0
40
60
40
60
90
40
60
90
40
80
90
4,0
8,0
16,0
0
0
0
30
30
10
40
60
80
40
60
80
60
60
80
4,0
8,0
16,0
0
0
0
10
10
0
20
30
50
20
30
50
20
50
50
4,0
8,0
16,0
0
0
0
0
0
10
40
50
60
40
50
60
50
50
60
Deltametrin
0,1
0,2
0,4
0
0
0
90
90
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Kontrol
1
2
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
16
Tabel 2. Mortalitas Helopeltis sp. akibat perlakuan beberapa pestisida dengan metode
celup pakan di laboratorium (2012).
Mortalitas (%)
Konsentrasi
(jam setelah aplikasi)
No
Perlakuan
(ml/l)
3
6
24
48
72
1 Neem Plus
4,0
0
20
60
70
80
8,0
0
10
90
90
90
16,0
0
10
100 100 100
2
Mimba + Etanol
4,0
8,0
16,0
0
0
0
20
0
10
20
30
50
20
30
50
20
40
500
4,0
8,0
16,0
0
0
0
10
0
20
20
30
40
30
40
40
30
40
60
Minyak Mimba
4,0
8,0
16,0
0
0
0
10
10
10
10
40
70
10
50
70
60
60
70
4,0
8,0
16,0
0
0
0
0
30
20
10
30
50
10
30
50
10
50
70
4,0
8,0
16,0
0
0
0
0
0
0
0
30
30
0
30
40
0
50
70
4,0
8,0
16,0
0
0
0
10
10
10
10
10
40
20
20
40
20
30
50
Deltametrin
0,1
0,2
0,4
0
0
30
30
40
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Kontrol
1
2
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
17
2.2.3.3. Pengendalian PBK C. cramerella, Helopeltis sp., dan Hyposidra sp. pada
Tanaman Kakao dengan Formula Pestisida Nabati Berbahan Aktif Saponin,
Azadirachtin, Eugenol, dan Sitronellal di Sulawesi Barat
Hasil sementara dari penelitian adalah telah dilaksanakan ploting lokasi di
Lingkungan Taroe, Kelurahan Batupanga, Kecamatan Luyo, Kabupaten Polman Sulawesi
Barat. Luas kebun kakao tersebut adalah 4 ha. Tanaman kakao yang ditanam merupakan
hasil sambung samping varietas Sulbar1 dan Sulbar 2, dengan umur tanaman sekitar 6 7 tahun (pelaksanaan sambung samping dilaksanakan pada tahun 2005).
Untuk melihat tingkat serangan awal hama kakao dilakukan pengambilan sampel
buah dan diamati tingkat kerusakan akibat serangan pengisap (Helopeltis sp.) dan
penggerek buah kakao (PBK). Hasil pengamatan dari 100 contoh buah yang diambil,
didapatkan data kerusakan sebagai berikut:
Tabel. 3. Pengamatan pendahuluan serangan Helopeltis sp. dan PBK di Lingkungan
Taroe, Kelurahan Batupanga, Kecamatan Luyo, Kabupaten Polman, Sulawesi
Barat.
No.
Jenis serangan
Sd
PS (%)
IS (%)
1.
Helopeltis sp.
67
20
74,0
29,4
2.
PBK
26
49
15
10
20,4
7,10
Ket. = S = Sehat (tidak ada serangan); R = Serangan ringan (< 10%); Sd = Serangan
sedang (10 - 50%); B = Serangan Berat (>50%); PS = Persentase serangan; IS =
Intensitas serangan
Aplikasi pestisida nabati direncakan menggunakan 6 jenis pestisida nabati,
pembanding (sintetis - Stopper 25 EC, b.a = Lambda sihaloetrin), dan tanpa aplikasi
(kontrol). Penelitian dirancang dengan petak utama sanitasi dan tanpa sanitasi dan anak
petak adalah aplikasi insektisida. Pada tiap petak perlakuan akan diambil 25 pohon
sampel. Sehingga seluruh penelitian menggunakan 1600 pohon.
Tanaman kakao yang akan diaplikasikan diambil buah untuk pengamatan,
sebanyak 100 buah tiap perlakuan. Untuk itu dipilih buah kakao (pentil) dengan ukuran 9 10 cm yang belum terlihat gejala serangan dan akan dipanen pada akhir penelitian.
18
2.3.
2.3.1.
2.3.2.
pencapaian hasil yang akan didapat dan terkoordinasinya antar lembaga di bidang
pertanian/Kementerian Pertanian.
2.3.3.
antara Balai Komoditas (Balit) dan Balai Pengkajian Teknologi pertanian (BPTP), dalam
hal ini antara Balittro dan BPTP Sulawesi Barat/Selatan serta Dinas Perkebunan
setempat untuk membina petani kelompok tani Cahaya Talepo, di daerah kecamatan
Luyo, kabupaten Polewali Mandar
2.4.
2.4.1.
formula pestisida nabati pada usahatani ditingkat petani dan perkebunan diharapkan
19
dapat diperoleh nilai tambah bagi petani maupun perkebunan. Di samping itu penggunaan
pestisida nabati relatif lebih aman terhadap lingkungan dan aman terhadap residu
pestisida, diharapkan tidak mendapat klaim dari negara pengimport kakao, yang akhirnya
akan meningkatkan devisa negara.
2.4.2.
dengan sosialisasi hasil litbangyasa, baik secara tulisan yang diterbitkan melalui jurnal
maupun lisan, misalnya melalui seminar/presentasi oral, komunikasi langsung dengan
petani dan pihak perkebunan/pengguna, serta dengan pembuatan damplot.
2.4.3.
formula pestisida nabati dan diperolehnya nilai tambah pada usahatani ditingkat petani
dan perkebunan. Penggunaan pestisida nabati ini relatif lebih aman, sehingga tidak
membahayakan lingkungan.
2.4.4.
termonitor karena baru tahap pengamatan kerusakan akibat serangan hama utama kakao
dan aplikasi awal insektisida nabati sesuai perlakuan.
20
3.1.
3.3.
pestisida nabati yang dapat dipatenkan dan diperolehnya nilai tambah pada usahatani
ditingkat petani dan perkebunan. Produk yang dihasilkan akan berdaya guna dan berhasil
guna yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut oleh pengguna yaitu petani dan pekebun
kakao dan diharapkan dapat meningkatkan hasil dengan kualitas buah yang baik dan
bebas residu pestisida.
3.4.
perbaikan kualitas dan kuantitas hasil produksi kakao yang bebas residu pestisida.
Informasi kefektifan dan kelayakan teknologi dengan menggunakan insektisida nabati
berbahan aktif saponin, azadirachtin, eugenol, dan sitronelal untuk mengendalikan hama
utama kakao (C. cramerella, Hyposidra sp., dan Helopeltis sp.) dalam tulisan untuk
seminar, Buletin dan Jurnal.
21
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Mortalitas Helopeltis sp. tertinggi diperoleh dari formulasi pestisida nabati neem plus
metode semprot serangga dengan tingkat efikasi berkisar antara 80 - 100%,
sedangkan dengan metode celup pakan, mortalitas tertinggi akibat pemberian
pestisida nabati dicapai pada perlakuan minyak mimba konsentrasi 16 ml/l dan
mimba + etanol konsentrasi 16 ml/l dengan nilai efikasi masing-masing 90%.
2.
Ploting tempat penelitian untuk skala lapang di wilayah Jawa Barat, ditetapkan lokasi
penelitian adalah PTPN VIII Kebun Cikumpay, Rajamandala, Bandung Barat.
3.
4.
B. Saran
Penelitian perlu dilaksanakan sampai pengembangan produk, efektivitas daya
simpan agar didapatkan formulasi produk pestisida nabati berbahan aktif saponin,
azadirachtin, eugenol, dan sitronellal untuk mengendalikan hama utama kakao (C.
cramerella, Helopeltis sp., dan Hyposidra sp.).
22
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2004. Statistik Perkebunan Indonesia. Direktorat.
Jenderal Perkebunan, Jakarta.
Grainge, M. dan Ahmed, S. 1988. Handbook of Plants with Pest Control Properties. New
York.: John Wiley and Sons.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Diterjemahkan oleh Badan Litbang
Pertanian: Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta
Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Revised by Van der Laan. PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta.
Prakash A. dan Rao. J. 1997. Botanical Pesticides in Agriculture. New York.: Lewis
Publisher.
Prijono D., J.I. Sudiar, dan Irmayetri. 2006. Insecticidal Activity of Indonesian Plant
Extracts Against the Cabbage Head Caterpillar, Crocidolomia pavonana (F.)
(Lepidoptera:Pyralidae). J. ISSAAS 12(1):25-34.
____________ dan H. Triwidodo. 1994. Pemanfaatan Insektisida di Tingkat Petani;;
Bogor, 1-2 Desember 1993.
Regnault-Roger C. 2005. New Insecticides of Plant Origin for The Third Millenium In:
Regnault_Roger BJR, Philogene C, Vincent. C, (Eds.). Biopesticides of Plant
Origin: Lavoisier Publishing Inc. p 17-35.
Wood, B.J. and G.F. Chung. 1989. Integrated management of insect pests of
cocoa in Malaysia. The Planter 65(762):389-418.
23