Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN PERAWATAN GENITALIA EKSTERNA WANITA DENGAN

KEJADIAN KEPUTIHAN PADA MAHASISWI KEBIDANANAN DI ASRAMA


STIKes MUHAMMADIYAH PINGSEWU

Disusun Oleh :
EKA EPTIANA DEWI
154012013011

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
PRINGSEWU LAMPUNG
2015

Nama

: EKA SEPTIANA DEWI

NIM

: 154012013011

Masalah

: HUBUNGAN PERAWATAN GENITALIA EKSTERNA WANITA

DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA MAHASISWI KEBIDANANAN DI


ASRAMA STIKes MUHAMMADIYAH PINGSEWU

1. Rumusan Masalah
Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan salah satu
aspek yang sangat penting dalam mendeskripsikan tingkat pembangunan
manusia di sebuah negara dari sisi kesehatan masyarakatnya, juga merupakan
salah satu indikator yang paling sensitif dalam menentukan derajat kesehatan
suatu daerah. Anak-anak khususnya dibawah lima tahun adalah individu yang
rentan terhadap berbagai penyakit. Setiap tahunnya 12 juta anak di dunia
meninggal sebelum mencapai usia lima tahun. Dari seluruh kematian tersebut
70% meninggal karena Pneumonia, Diare, Campak dan Malnutrisi.
Berdasarkan laporan dari Jurnal Kesehatan The Lancet menyebutkan bahwa
7.000 bayi meninggal dunia setiap harinya Indonesia angka kematian bayi
rata-rata 34 bayi/1.000 kelahiran hidup. Jumlah tersebut tidak terlalu
mengesankan karena apabila dibandingkan dengan 5 tahun yang lalu
perubahannya hanya sedikit. Tahun 2003 angka kematian bayi di Indonesia
adalah 35 bayi/1.000 kelahiran hidup. Target MDGs untuk penurunan Angka
Kematian Bayi di Indonesia adalah sebesar 23 per 1.000 KH pada tahun 2015
dari kondisi saat ini yaitu sebesar 34 per 1.000 KH (2,3).
Upaya kesehatan diselenggarakan dalam rangka mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal. Salah satu upaya kesehatan untuk meningkatkan
derajat kesehatan bayi adalah melalui program imunisasi. Imunisasi selalu
dikaitkan dengan angka kesakitan dan kematian pada bayi. Hal ini
dikarenakan imunisasi adalah suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja
memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari
penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Pentingnya
imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan

upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak dan pada awal


kehidupan anak belum mempunyai kekebalan sendiri (4,5,6).
Berdasarkan standar pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN),
cakupan kelengkapan imunisasi dasar minimal desa/kelurahan harus mencapai
95% pada tahun 2013. Sedangkan berdasarkan hasil observasi, diketahui
bahwa cakupan kelengkapan imunisasi dasar Di desa Melayu Ilir hanya
mencakup 24,24% (7,8).
Ibu berperan penting dalam kelengkapan status kelengkapan imunisasi anak.
Banyak faktor yang menyebabkan ibu yang memiliki bayi atau balita tidak
mengimunisasikan bayi atau balitanya, salah satunya oleh Faktor pengetahuan
atau pemahaman ibu mengenai pentingnya imunisasi. Pada dasarnya
pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, pengalaman,
pekerjaan dan intelegensia. Oleh karena itu secara tidak langsung faktor-faktor
tersebut juga mempengaruhi tingkat pemahaman seseorang terhadap suatu
informasi (9,10).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan antara tingkat pendidikan dengan cakupan kelengkapan
status imunisasi dasar bayi.
2. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat
pendidikan ibu dengan kelengkapan status imunisasi dasar
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kelengkapan status imunisasi dasar pada balita
b. Untuk mengetahui jumlah ibu yang melakukan kelengkapan status
imunisasi dasar pada balita di suatu daerah
c. Untuk mengetahui tingkat pendidikan ibu

3. Manfaat Penelitian
a. Bagi Bidan dan Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan atau bidan dalam bekerja sesuai dengan standar


pelayanan dan dapat mengembangkan ilmu dan menambah wawasan
serta pengalaman.
b. Bagi Institusi Pendidikan
1) Dapat memberikan keterampilan melalui bimbingan pengetahuan
kepada mahasiswa yang akan menjadi tenaga kesehatan nantinya.
2) Diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan dan menambah
buku referensi tentang keluarga berencana di perpustakaan.
c. Bagi Mahasiswi
Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan baik teori maupun praktek
terhadap kelengkapan status imunisasi dasar pada balita
d. Bagi ibu
Meningkatkan pengetahuan ibu terhadap kelengkapan status imunisasi
dasar pada balita

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Variabel Independen ( Tingkat Pengetahuan Ibu)


1. Pengetahuan
a. Defenisi pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan

pengindraan

terhadap

sesuatu

objek

tertentu.

Pengindraan terjadi melalui panca indra, yakni indra penglihatan,


pendengaran,

penciuman,

rasa

dan

raba.

Sebagian

besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata, telinga, pengetahuan


atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo,
2010).
Hasil ukur pengetahuan dapat dinilai :
Tinggi
: 76 100%
Rendah
: < 76%
(Notoatmodjo, 2010)
b. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk

terbentuknya

tindakan

seseorang

(over

behavior)

pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif meliputi :


1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk didalamnya pengetahuan,
tingkat iniadalah mengingat kembali atau rekal terhadap sesuatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan
yang diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain :
menyebutkan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah

paham

terhadap

objek

atau

materi

harus

dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan


dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Pendidikan
formal

yang

diterima

seseorang

akan

mempengaruhi

pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk memahami


sesuatu juga mempengaruhi sikap dan tindakan dalam suatu
kegiatan.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi digunakan sebagai kemampuan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi ril. Aplikasi disini dapat

diartikan penggunaan rumus-rumus, metode, prinsip dan


sebagainya dalam kontek atau situasi lainya.
4) Analisa (analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
suatu objek dalam komponen-komponen, tapi masih ada dalam
organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lainya.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dan penggunaan kata kerja
dapat mengambil keputusan dan membedakan, memisahkan,
mengelompokan dan sebagainya.
5) Sintesis
Sintesis menunjukan suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan

bagian-bagian

didalam

suatu

bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini adalah


suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilainan ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri.

Atau

menggunakan

kriteria-kriteria

yang

ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan evaluasi atau


angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari objek
penelitian atau respon .
(Notoatmodjo, 2010)
B. Variabel Dependen (Kelengkapan Status Imunisasi Dasar pada Balita)
1. Defenisi Imunisasi
Imunisasi merupakan upaya pencegahan yang telah berhasil menurunkan
morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit
infeksi pada bayi dan anak. (Hidayat, 2005)
Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap suatu penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah
bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang
dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin, BCG, DPT,
campak dan melalui mulut seperti vaksin polio. (IGN Ranuh, 2008).

Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan


kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari
penyakit. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa
pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan
kesehatan anak (Supartini, 2004).
2. Tujuan imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari
dunia seperti pada imunisasi cacar variola. Keadaan yang terakhir ini lebih
mungkin terjadi pada jenis penyakit yang hanya dapat ditularkan melalui
manusia, seperti penyakit difteria (Matondang, C.S, & Siregar, S.P, 2008,
hlm.10).
Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seeorang
dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atau
populasi atau bahkan menghilngkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada
imunisasi cacar variola. Keadaan yang terakhir lebih mungkin terjadi pada
jenis penyakit yang hanya dapat ditularkan melalui manusia, seperti misalnya
penyakit difteria.
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini
penyakitpenyakit

tersebut adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis),

campak (measles), polio, dan tuberculosis. (Notoatmodjo, 2007).


3. Imunisasi Dasar pada Bayi
Di Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah
dan ada juga yang hanya dianjurkan. Imunisasi wajib di Indonesia
sebagaimana

yang diwajibkan oleh WHO yaitu BCG, DPT, Polio,

Campak, dan Hepatitis B. (Hidayat, 2005).


Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang diberikan pada semua
orang, terutama bayi dan balita sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari
penyakitpenyakit

yang berbahaya. Lima jenis imunisasi dasar yang

diwajibkan pemerintah adalah imunisasi terhadap tujuh penyakit yaitu


TBC, difteri, pertusis, tetanus, poliomyelitis, campak dan hepatitis B.

Ke-lima jenis imunisasi dasar yang wajib diperoleh adalah:


a) Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC), yaitu penyakit
paru-paru yang sangat menular yang dilakukan sekali pada bayi sekali
pada bayi usia 0-11 bulan
b) Imunisasi DPT yaitu merupakan imunisasi dengan memberikan
vaksin mengandung racun kuman yang telah dihilangkan racunnya
akan tetapi masih dapat merangsang pembentukan zat anti(toxoid)
untuk mencegah terjadinya penyakit difteri,pertusis,dan tetanus,yang
diberikan 3 kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal 4
minggu.
c) Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan
kelumpuhan pada kaki, yang diberikan 4 kali pada bayi 0-11 bulan
dengan interval minimal 4 minggu
d) Imunisasi campak adalah imunisasi

yang

diberikan untuk

menimbulkan kekebalan kekebalan aktif terhadap penyakit campak


karena penyakit ini sangat menular, yang diberikan 1 kali pada bayi
usia 9-11 bulan
e) Imunisasi
hepatis B, adalah imunisasi yang diberikan untuk
menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B yaitu
penyakit yang dapat merusak hati, yang diberikan 3 kali pada bayi usia
1-11 bulan, dengan interval minimal 4 minggu cakupan imunisasi
lengkap pada anak, yang merupakan gabungan dari tiap jenis imunisasi
yang didapatkan oleh seorang anak. Sejak tahun 2004 hepatitis-B
disatukan dengan pemberian DPT menjadi DPT-HB. (Proverati 2010).
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Imunisasi Lengkap
1. Usia Ibu
Usia adalah lamanya seseorang hidup dihitung dari tahun lahirnya sampai
dengan ulang tahunnya yang terakhir. Usia merupakan konsep yang masih
abstrak bahkan

cenderung menimbulkan variasi dalam pengukurannya.

Seseorang mungkin menghitung

umur

dengan

tepat

tahun

dan

kelahirannya, sementara yang lain menghitungnya dalam ukuran tahun


saja (Zaluchu, 2008).

2. Pendidikan
Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional,
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki

kekuatan

spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,


serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
3. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan

adalah

tahapan

pendidikan

yang

ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai


dan kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan adalah salah satu usaha
sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan
luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan menentukan pola
pikir dan wawasan seseorang. Pendidikan memiliki peranan yang penting
dalam kwalitas. Lewat pendidikan manusia dianggap akan memperoleh
pengetahuan (Notoadmodjo, 2003).
4. Pekerjaan
Pekerjaan dapat memberikan kesempatan suatu individu untuk sering
kontak dengan individu lainnya, bertukar informasi dan berbagi
pengalaman pada ibu yang bekerja akan memiliki pergaulan yang luas dan
dapat saling bertukar informasi dengan teman sekerjanya, sehingga
lebih terpapar dengan program-program kesehatan khususnya imunisasi
(Reza, 2006). Penelitian Darnen (2002) menyebutkan bahwa ibu yang
bekerja mempunyai peluang 1,1 kali untuk mengimunisasikan anaknya
dengan lengkap dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Rahma Dewi (1994)
menjelaskan bahwa proporsi ibu yang bekerja terhadap anak dengan
imunisasi lengkap lebih tinggi dibandingkan ibu yang tidak bekerja.
5. Jumlah anak
Kunjungan ke pos pelayanan imunisasi terkait dengan ketersediaan waktu
bagi ibu untuk mencari pelayanan imunisasi terhadap anaknya. Oleh
karena itu jumlah anak yang dapat mempengaruhi ada tidaknya waktu bagi
ibu meninggalkan rumah untuk mendapatkan pelayanan imunisasi kepada

anaknya. Semakin banyak jumlah anak terutama ibu yang masih


mempunyai bayi yang merupakan anak ketiga atau lebih akan
membutuhkan banyak waktu untuk mengurus anak-anaknya tersebut.
Sehingga semakin sedikit ketersediaan waktu bagi ibu untuk mendatangi
tempat pelayanan imunisasi (Reza, 2006). Lienda (2009) dalam hasil
penelitiannya jumlah anak

hidup 2

orang

mempunyai 1,19

kali

anaknya diimunisasi lengkap dibandingkan dengan ibu yang memiliki


jumlah anak hidup > 2 orang. Jumlah anak merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi pada anak. Ibu yang
mempunyai banyak anak kesulitan dalam mendatangi tempat pelayanan
kesehatan (Luman,2003).
Besarnya anggota keluarga diukur dengan jumlah anak dalam keluarga.
Makin banyak jumlah anak makin besar kemungkinan ketidaktepatan
pemberian imunisasi pada anak. Keluarga yang mempunyai banyak anak
menyebabkan perhatian ibu akan terpecah, sementara sumber daya dan
waktu ibu terbatas sehingga perawatan untuk setiap anak tidak dapat
maksimal (Dombkowski, 2004).
6. Penghasilan
Penghasilan adalah upah yang didapat oleh seseorang setelah dia
melakukan pekerjaan yang sesuai standar atau minimum rata-rata yang
telah ditetapkan. Upah atau gaji bisa diberikan dalam bentuk apapun
namun lebih jelas menggunakan nominal nilai angka mata uang yang
diterima seseorang setiap minggu ataupun bulanan.Kesejahteraan seorang
anak dipengaruhi oleh keadaan sossial orang tuanya.Menurut BAPPENAS
status ekonomi keluarga yaitu berkorelasi negatif, dimana angka kematian
anak pada keluarga berada/kaya lebih rendah jika dibandingkan dengan
angka pada rumah tangga miskin.Sekitar 35% kematian anak dan balita
mempunyai latar belakang yang berkaitan dengan kejadian gizi buruk atau
gizi kurang.
7. Pengetahuan
Pengetahuan adalah dari hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini

terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan,


pendengaran, penciuman, rasa, dan raba yang sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2007,
hlm.143).
Hubungan antara status imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan lengkap
dengan pengetahuan ibu tentang imunisasi, pendidikan orangtua,
pendapatan orangtua, dan jumlah anak. Di antara beberapa faktor tersebut
pengetahuan ibu tentang imunisasi merupakan suatu faktor yang sangat
erat hubungannya dengan status imunisasi anak (Ismail, 1999).
Imunisasi merupakam program penting dalam upaya pencegahan primer
bagi individu dan masyarakat terhadap penyebaran penyakit menular.
Imunisasi menjadi kurang efektif bila ibu tidak mau anaknya diimunisasi
dengan berbagai alasan.
Beberapa hambatan pelaksanaan imunisasi menurut WHO (2000)
adalah pengetahuan, lingkungan dan logistik, urutan anak dalam keluarga
dan jumlah anggota keluarga, sosial ekonomi, mobilitas, keluarga, ketidak
stabilan politik, sikap petugas kesehatan, pembiayaan, dan pertimbangan
hukum

(Lienda,

2009).

Berdasarkan

KEPMENKES

RI

No.

482/Menkes/SK/IV/2010 alasan-alasan imunisasi tidak berjalan dengan


baik ada beberapa faktor yang menyebabkannya yaitu karena konsekuensi
dan

penerapan

desentralisasi

yang

belum

berjalan sebagaimana

mestinya, masih adanya keterlambatan dalam pendistribusian vaksin,


kurangnya informasi dan pengetahuan yang lengkap dan akurat tentang
pentingnya program imunisasi, seringkali kegiatan untuk penyusunan
materi informasi ataupun pelaksanaan suatu advokasi dikesampingkan
sebagai cara untuk meningkatkan cakupan imunnisasi, dan kegiatan ini
sering ditempatkan dalam biaya lainnya sehingga dalam pembahasan
anggaran,
seringkali dicoret.
1. Usia imunisasi
Ibu
2. Pendidikan
KERANGKA
KONSEP
3. Jenjang
Pendidikan
4. Pekerjaan
5.Fator-Faktor
Jumlah anak
Penyebab
6.
Penghasilan
Kelengkapan Status Imunisasi
7. Pengetahuan
Dasar pada Balita

Status Kelengkapan
Imunisasi Dasar Balita

Anda mungkin juga menyukai