Anda di halaman 1dari 179

PENGARUH PRICE TO BOOK VALUE, EARNING PER SHARE,

RETURN ON ASSET DAN DEBT TO EQUITY RATIO


TERHADAP HARGA SAHAM
(Studi Pada Perusahaan Indeks LQ45 Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia)

SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi
Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Mutdiyanti
094020120

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2013

PENGARUH PRICE TO BOOK VALUE, EARNING PER SHARE, RETURN


ON ASSET DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP HARGA SAHAM
(Studi Pada Perusahaan Indeks LQ45 Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia)

SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi
Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan

Bandung, Mei 2013


Mengetahui,

Pembimbing,

Dr. H. Sasa S. Suratman, SE., MSc.

Dekan,

Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MP.

Ketua Program Studi,

Dr. H. Sasa S. Suratman, SE., MSc.

MOTTO:

Kesulitan lebih cepat terlihat daripada kemudahan


Itu sebabnya mengeluh lebih cepat daripada bersyukur,
Sesungguhnya apapun yang ingin kita nikmati dengan
Mudah mengharuskan kita melalui kesulitan.
-Mario Teguh-

Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah
hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup
hanyalah sekali Ingat hanya pada Allah apapun dan dimanapun kita
berada kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Price to Book Value


(PBV), Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity
Ratio (DER) terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2011.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif asosiatif. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk dalam indeks LQ45
di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006-2011. Metode pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling. Analisisi statistik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah asumsi klasik, korelasi, regresi sederhana dan
berganda dan koefisien determinasi sedangkan pengujianhipotesis yang digunakan
adalah metode statistik uji t dan uji F.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa Earning Per Share (EPS)
berpengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan Price to Book Value
(PBV), Return on Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara simultan, Price to Book
Value (PBV), Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA) dan Debt to
Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan memiliki
pengaruh sebesar 56,3% terhadap harga saham, sedangkan sisanya sebesar 43,7%
dipengaruhi oleh faktor lain meliputi kondisi perdagangan ekonomi, fluktuasi
kurs, volume dan frekuensi transakasi serta kekuatan pasar, kondisi ekonomi,
politik dan keamanan negara, tingkat inflasi dan kebijakan moneter.
Kata kunci: Harga Saham, Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS),
Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER).

KATA PENGANTAR

Assalammulaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul Pengaruh Price to Book Value, Earning Per Share,
Return On Asset dan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham pada
Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Suhamim dan Ibunda Adny selaku
kedua orangtua penulis. Penulis menghaturkan sembah sujud sebagai ucapan
terima kasih yang tentunya penulis belum mampu membalas pengorbanan
Ayahanda dan Ibunda, yang telah membesarkan, mendidik dan akan selalu
memberikan doa restu, perhatian, kasih sayang, serta dukungan yang tidak ternilai
harganya demi kelancaran dan keberhasilan penulis dalam segala hal. Serta
kepada Yth. Bapak Dr. H. Sasa S. Suratman, SE., MSc. selaku dosen pembimbing
penulis yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran,dan pemikirannya, serta
bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.

ii

Tidak lupa dalam kesempatan ini pula, perkenankanlah penulis


menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.

Prof. Dr. Ir. H. Eddy Yusuf, Sp., M.Si., M.Kom. selaku Rektor Universitas
Pasundan Bandung.

2.

Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MP selaku Dekan Fakultas Ekonomi


Universitas Pasundan Bandung.

3.

Dr. H. Sasa S. Suratman, SE., MSc. selaku Ketua Program studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.

4.

Bapak Dadan Soekardan, SE., MSi. selaku Sekertaris Program Studi


Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.

5.

Bapak R. Mochammad Noch, Drs., M.Ak., Ak. selaku dosen wali.

6.

Bapak Kosim yang telah membantu dalam segala hal yang berhubungan
dengan surat menyurat selama proses penyusunan skripsi.

7.

Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan


yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama proses
perkuliahan.

8.

Kakakku Nur Widyawati S.S serta kakak iparku Ary Sumarno, adikadikku Aziz Maulana Dicaprio dan Rikhan Rahdiwansyah terimakasih atas
segala doa, kasih sayang, support dan keceriaannya bagi penulis.

9.

Keponakan pertamaku tersayang Brantandari Bellvania P.S yang selalu


memberikan keceriaan dikala penulis sudah mulai lelah, sehat selalu nak.

10.

Seseorang yang tersayang, Dicky Febriana. Terima kasih untuk semangat,


kasih sayang, doa, dan motivasi yang diberikan dalam proses penyusunan

iii

skripsi hingga akhirnya skripsi terselesaikan. Semoga sukses dalam


menggapai cita-cita mu kelak.
11.

Sahabat-sahabat seperjuanganku Anita Trimulia, Reni dan Fanny Rosa


Fandini, terimakasih atas dukungannya semoga tali silaturahmi kita selalu
terjaga selamanya.

12.

Rekan-rekan Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) FE UNPAS periode


2011-2012 khususnya Ka Zaky, Ka Ihwan, Ka Akbar SE., Ka Bingky SE.,
Ka Sammy SE., Ka Jovi dan Azka terimakasih atas semangatnya.

13.

Teman-teman Akuntansi 2009 ulan, tutuy, seni, dyana, tety, dan lain-lain
khususnya anak dosen wali Pa Noch terimakasih atas suportnya.

14.

Keluarga besar Djarum Beasiswa Plus (Beswan Djarum) Angkatan 27,


terutama kepada Dedod yang memberikan bantuannya dalam melancarkan
proses penyusunan skripsi ini, semoga sukses selalu.

15.

Saudara dan orang-orang terdekat keluarga yang selalu mendukung dan


memberikan penulis pembelajaran hidup.
Akhir kata semoga penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang

positif bagi semua pihak yang berkepentingan dan semoga Allah SWT membalas
semua amal dan kebaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini. Amin.
Wassalammualaikum Wr.Wb.
Bandung, Mei 2013
Penulis

Mutdiyanti

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO
SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .. i
DAFTAR ISI ..... iv
DAFTAR TABEL ..... x
DAFTAR GAMBAR .... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..... 1
1.2. Identifikasi Masalah 11
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 11
1.3.1. Maksud Penelitian .. 11
1.3.2. Tujuan Penelitian .... 12
1.4. Kegunaan Penelitian .. 13
1.4.1. Kegunaan Praktis .... 13
1.4.2. Kegunaan Teoritis ... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
2.1. Kajian Pustaka .... 15
2.1.1. Laporan Keuangan ... 15

iv

2.1.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 15


2.1.1.2. Komponen Laporan Keuangan .. 16
2.1.2. Rasio Keuangan ... 18
2.1.2.1. Jenis-jenis Rasio Keuangan ... 19
2.1.3. Price to Book Value (PBV) ..... 21
2.1.4. Earning Per Share (EPS) .... 22
2.1.5. Return On Asset (ROA) ... 23
2.1.6. Debt to Equity Ratio (DER) ..... 24
2.1.7. Saham .. 25
2.1.7.1. Pengertian Saham .

25

2.1.7.2. Jenis-jenis Saham .

27

2.1.7.3. Jenis-jenis Nilai Saham

30

2.1.7.4. Manfaat dan Resiko Kepemilikan Saham

31

2.1.8. Harga Saham .... 33


2.1.8.1. Penilaian Harga Saham . 34
2.1.8.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga
Saham ..... 36
2.2. Kerangka Pemikiran ... 37
2.2.1. Pengaruh Price to Book Value dengan Harga Saham .. 37
2.2.2. Pengaruh Earning Per Share dengan Harga Saham .... 38
2.2.3. Pengaruh Return On Asset dengan Harga Saham .... 39
2.2.4. Pengaruh Debt to Equity Ratio dengan Harga Saham ..... 41
2.3. Hipotesis Penelitian .... 42

vi

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Metode Penelitian . 43
3.1.1. Model Penelitian 43
3.2. Definisi dan Operasional Variabel ... 45
3.2.1. Definisi Variabel 45
3.2.1.1. Variabel Independen (X1) . 45
3.2.1.2. Variabel Independen (X2) . 46
3.2.1.3. Variabel Independen (X3) . 46
3.2.1.4. Variabel Independen (X4) . 47
3.2.1.5. Variabel Dependen (Y) . 47
3.2.2. Operasional Variabel .. 48
3.3. Populasi dan Sampel . 50
3.3.1. Populasi Penelitian . 50
3.3.2. Teknik Sampel ... 50
3.3.3. Sampel Penelitian ... 52
3.4. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data .. 53
3.4.1. Sumber Data ... 53
3.4.2. Teknik Pengumpulan Data . 54
3.5. Metode Analisis Data dan Uji Hipotesis .. 54
3.5.1. Analisis Data .. 54
3.5.2. Uji Asumsi Klasik .. 55
3.5.2. Uji Normalitas . 56
3.5.3. Uji Multikolinearitas 56

vii

3.5.4. Uji Autokorelasi .. 57


3.5.5. Uji Heterokedastisitas .. 57
3.5.3. Statistika Deskriptif 58
3.5.4. Analisis Regresi Linear Sederhana 59
3.5.5. Analisis Regresi Linear Berganda .. 60
3.5.6. Analisis Korelasi 61
3.5.6.1. Analisis Korelasi Parsial ... 61
3.5.6.2. Analisis Korelasi Simultan ... 62
3.5.7. Pengujian Hipotesis 63
3.5.8. Koefisien Determinasi 68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian . 70
4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan 70
4.1.2. Perkembangan Price to Book Value (PBV) pada
Perusahaan LQ45 ... 79
4.1.3. Perkembangan Earning Per Share (EPS) pada
Perusahaan LQ45 ... 84
4.1.4. Perkembangan Return On Asset (ROA) pada
Perusahaan LQ45 ... 89
4.1.5. Perkembangan Debt to Equity Ratio (DER) pada
Perusahaan LQ45 ... 94
4.1.6. Perkembangan Harga Saham pada Perusahaan
LQ45 ...... 99

viii

4.2. Pembahasan .. 102


4.2.1. Uji Asumsi Klasik .. 102
4.2.1.1. Uji Normalitas Data .. 102
4.2.1.2. Uji Multikolinearitas . 103
4.2.1.3. Uji Autokorelasi ... 105
4.2.1.4. Uji Heterokedastisitas .. 105
4.2.2. Analisis Deskriptif . 107
4.2.2.1. Analisis Deskriptif Rasio Price to Book Value
(PBV) Perusahaan LQ45 .. 107
4.2.2.2. Analisis Deskriptif Rasio Earning Per Share
(EPS) Perusahaan LQ45 ... 109
4.2.2.3. Analisis Deskriptif Rasio Return On Asset
(ROA) Perusahaan LQ45 ..... 111
4.2.2.4. Analisis Deskriptif Debt to Equity Ratio (DER)
Perusahaan LQ45 ..... 113
4.2.2.5. Analisis Deskriptif Harga Saham Perusahaan
LQ45 .... 114
4.2.3. Analisis Pengaruh Price to Book Value (PBV) Terhadap
Harga Saham .. 116
4.2.4. Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap
Harga Saham .. 123
4.2.5. Analisis Pengaruh Return On Asset (ROA) Terhadap
Harga Saham .. 129

ix

4.2.6. Analisis Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap


Harga Saham .. 135
4.2.7. Analisis Pengaruh Price to Book Value (PBV), Earning
Per Share (EPS), Return On Asset (ROA) dan Debt to
Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Secara
Simultan ..... 142
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .... 156
5.2. Saran ... 158
DAFTAR PUSTAKA ... 160
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul Tabel

Halaman

1.1. Perkembangan Saham Di Bursa Efek Indonesia

1.2. Jumlah Penggantian Saham dalam Indeks LQ45 ...

Operasional Variabel Penelitian .

48

3.2. Gambaran Tahap Penyeleksian Untuk Sampel Perusahaan ...

52

3.3. Perusahaan-perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian .

53

3.4. Tabel Kriteria Penilaian .

59

3.5. Kategori Koefisien Korelasi ...

62

4.1. Tingkat Rasio Price to Book Value Tahun 2006 2010 ...

80

4.2. Perkembangan Rasio Price to Book Value Tahun 2006 2010

82

4.3. Tingkat Rasio Earning Per Share Tahun 2006 2010 .....

83

4.4. Perkembangan Rasio Earning Per Share Tahun 2006 2010 ..

87

4.5. Tingkat Rasio Return On Asset Tahun 2006 2010 .....

90

4.6. Perkembangan Rasio Return On Asset Tahun 2006 2010 ..

91

4.7. Tingkat Debt to Equity Ratio Tahun 2006 2010 .....

95

4.8. Perkembangan Debt to Equity Ratio Tahun 2006 2010 .

96

4.9. Perkembangan Harga Saham Tahun 2007 2011 .

99

3.1

4.10. Hasil Uji Multikolinearitas . 104


4.11. Hasil Uji Autokorelasi 105
4.12. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Rasio Price to Book Value ... 107
4.13. Kriteria Penilaian 108

xi

4.14. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Rasio Earning Per Share ..... 109
4.15. Kriteria Penilaian 110
4.16. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Rasio Return On Asset ..... 111
4.17. Kriteria Penilaian 112
4.18. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Debt to Equity Ratio.....

113

4.19. Kriteria Penilaian 114


4.20. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Harga Saham ...

115

4.21. Kriteria Penilaian 116


4.22. Korelasi Rasio Price to Book Value Tergadap Harga Saham

117

4.23. Kategori Koefisien Korelasi ...

117

4.24. Regresi Rasio Price to Book Value Tergadap Harga Saham .

118

4.25. Hasil Pengujian Uji t ..

120

4.26. Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial ..

122

4.27. Korelasi Rasio Earning Per Share Tergadap Harga Saham ..

123

4.28. Kategori Koefisien Korelasi ...

124

4.29. Regresi Rasio Earning Per Share Tergadap Harga Saham .... 125
4.30. Hasil Pengujian Uji t ..

126

4.31. Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial ..

128

4.32. Korelasi Rasio Return On Asset Tergadap Harga Saham ..

129

4.33. Kategori Koefisien Korelasi ...

130

4.34. Regresi Rasio Return On Asset Harga Saham .... 131


4.35. Hasil Pengujian Uji t ..

132

4.36. Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial ..

134

xii

4.37. Korelasi Debt to Equity Ratio Tergadap Harga Saham .. 136


4.38. Kategori Koefisien Korelasi ...

136

4.39. Regresi Debt to Equity Ratio Tergadap Harga Saham ...

137

4.40. Hasil Pengujian Uji t ..

139

4.41. Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial ..

141

4.42. Korelasi Berganda Price to Book Value, Earning Per Share, Return
On Asset dan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham ..

143

4.43. Kategori Koefisien Korelasi ...

143

4.44. Regresi Berganda Price to Book Value, Earning Per Share, Return On
Asset dan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham

144

4.45. Hasil Pengujian Uji F .....

147

4.46. Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Simultan ...

148

4.47. Rekapitulasi Hasil Uji Asumsi Klasik 150


4.48. Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Rasio Price to Book Value Terhadap
Harga Saham ..

150

4.49. Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Rasio Earning Per Share Terhadap


Harga Saham ..

151

4.50. Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Rasio Return On Asset Terhadap


Harga Saham ..

152

Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap


4.51.
Harga Saham ..

153

Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Rasio Price to Book Value, Earning


4.52.

Per Share, Return On Asset dan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga
Saham .....

154

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul Gambar

Halaman

2.1.

Kerangka Pemikiran 42

3.1.

Model Penelitian Parsial dan Simultan ...

44

3.2.

Kurva Uji Hipotesis Parsial (Ho Ditolak)

65

3.3.

Kurva Uji Hipotesis Parsial (Ho Diterima) .

66

3.4.

Kurva Uji Hipotesis Simultan (Ho Ditolak)

67

3.5.

Kurva Uji Hipotesis Simultan (Ho Diterima) ..

68

4.1.

Grafik Rasio Price to Book Value (PBV) 83

4.2.

Grafik Rasio Earning Per Share (EPS) ... 88

4.3.

Grafik Rasio Return On Asset (ROA) .

93

4.4.

Grafik Debt to Equity Ratio (DER) .

97

4.5.

Grafik Harga Saham 100

4.6.

Normalitas Data ... 103

4.7.

Grafik Scatterplot 106

4.8.

Kurva Uji Hipotesis Parsial X1 Terhadap Y 120

4.9.

Kurva Uji Hipotesis Parsial X2 Terhadap Y 127

4.10.

Kurva Uji Hipotesis Parsial X3 Terhadap Y 133

4.11.

Kurva Uji Hipotesis Parsial X4 Terhadap Y 139

4.12.

Kurva Uji Hipotesis Parsial X1, X2, X3 dan X4 Terhadap Y ... 147

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Seperti halnya pasar pada umumnya, pasar modal merupakan tempat

bertemunya antara pembeli dan penjual dengan resiko untung dan rugi. Pasar
modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka
panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Untuk menarik
pembeli dan penjual untuk berpartisipasi, pasar modal harus bersifat likuid dan
efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan
pembeli dapat membeli surat-surat berharga dengan cepat. Pasar modal dikatakan
efisien jika harga dari surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan
secara akurat. (Jogiyanto, 2003:11)
Pengertian pasar modal menurut Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun
1995:
Pasar Modal yaitu sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek.
Pasar modal juga mempunyai fungsi sebagai sarana alokasi dana yang
produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam.
(Jogiyanto 2003:12)
Pasar modal di Indonesia berangsur mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun sejak diaktifkannya kembali pada tanggal 10 Agustus 1977. Peningkatan ini
dapat terlihat secara nyata dengan meningkatnya jumlah emiten dari 24 emiten

pada tahun 1987 menjadi 398 emiten pada tahun 2009. (Buku Panduan Indeks
Harga Saham BEI 2010: 1). Hingga tahun 2011 tercatat terdapat 458 emiten yang
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. (sumber: www.idx.co.id)
Perkembangan pasar modal Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat dilihat pada
tabel 1.1 di bawah ini:
Tabel 1.1
PERKEMBANGAN SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 1994 - 2011

Tahun

Rata-rata Transaksi Harian


Nilai
Frek.
Volume
(Rp.
(Ribu
(Juta)
Miliar)
X)

1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011

21.6
43.3
118.6
311.4
366.9
722.6
562.9
603.2
698.8
967.1
1,708.6
1,653.8
1,805.5
4,225.8
3,282.7
6,089.9
5,430.0
4,870,0

104,0
131,5
304,1
489,4
403.6
598.7
513.7
396.4
492.9
518.3
1,024.9
1,670.8
1,841.8
4,269.9
4,435.5
4,046.2
4.800.0
4,960.0

1,5
2,5
7,1
12,1
14.2
18.4
19.2
14.7
12.6
12.2
15.5
16.5
19.9
48.2
55.9
87
105,7
113.6

Indeks Harga Saham Gabungan


Tertinggi

Terendah

Akhir

612,888
519,175
637,432
740,833
554,107
716,460
703,483
470.229
551.607
693.033
1,004.430
1,192.203
1,805.523
2,810.962
2,830.263
2,534.356
3.786.097
4,193.441

447,040
414.209
512,478
339,536
256,834
372,318
404,115
342.858
337.475
379.351
668.477
994.770
1,171.709
1,678.044
1,111.390
1,256.109
2.475,572
3.269,451

469,640
469.64
637,432
401,712
398,038
676,919
416,321
392.036
424.945
691.895
1,000.233
1,162.635
1,805.523
2,745.826
1,355.408
2,534.356
3,703.512
3,808.772

Kapitalisasi
Pasar
(Rp.
Triliun)

Jumlah
Emiten

104
152
215
160
176
452
260
239
268
460
680
801
1,249
1,988
1,076
2,019
3,247
3,524

217
238
253
282
288
277
287
316
331
333
331
336
344
383
396
398
413
458

(Sumber : idx.co.id dan data diolah)

Saham merupakan sumber keuangan korporasi yang berasal dari pemilik


korporasi dan merupakan bukti kepemilikan atas korporasi oleh pemegangnya
serta surat berharga yang dapat diperdagangkan di pasar bursa (bursa efek).
(Meilinda dan Endang: 2012)

Harga saham merupakan pengekspresian dari earning multipliers untuk


mengevaluasi daya tarik dari saham biasa dan sebagai alat yang memerlukan
pengukuran untuk menentukan apakah melakukan investasi atau tidak. Oleh sebab
itu, seorang investor perlu memperhatikan mengenai kondisi perusahaan yang
berhubungan dengan harga saham. (F. Poernamawatie: 2008)
Sepanjang tahun 2011, IHSG menguat 3,19 persen. Pada penutupan
perdagangan tahun 2010 lalu, indeks berhenti di level 3.703,51. Pada tahun 2011,
tercatat IHSG menjadi indeks kedua terbaik di kawasan regional Asia di bawah
Bursa Fillipina. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun 2011 ditutup di
level 3.818,072 setelah menguat 13,220 poin (0,34 persen) pada akhir
perdagangan. (www.kompas.com | Senin, 2 Januari 2012 | 06:00 WIB )
Sentimen positif mewarnai pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di
Bursa Efek Indonesia, Jumat (7/9/2012). Saham-saham unggulan diperkirakan
akan mendongkrak kenaikan indeks secara signifikan. (www.kompas.com | Jumat,
7 September 2012 | 10:38 WIB)
IHSG pada akhir sesi I perdagangan Selasa (13/11/2012) naik 9,95 poin
atau 0,23 persen menjadi 4.328,54. LQ45 naik 1,02 poin atau 0,1 persen menjadi
744,07. Sektor pendukung indeks saham terpantau mayoritas bergerak menguat.
Sektor agri naik 3,44 poin atau 0,2 persen, sektor infrastruktur naik 4,9 poin atau
0,5 persen dan sektor tambang turun 7,89 poin atau 0,4 persen. Nilai transaksi
tercatat sebesar Rp1,27 triliun dengan volume 2,36 miliar lembar saham.
Sebanyak 129 saham menguat, 97 saham melemah dan 100 saham stagnan.
(www.okezone.com | Selasa, 13 November 2012 | 12:17 WIB)

IHSG Kamis (27/12/2012), naik 0,85 atau setara 0,02 persen ke posisi
4.275,95. Sementara indeks LQ45 terkoreksi 0,17 poin ke posisi 729,42, serta
Jakarta Islamic Indeks (JII) naik 0,57 poin atau setara 0,1 persen ke level 587,97.
IHSG berpotensi melanjutkan penguatan walaupun terbatas dengan kisaran
perdagangan di level 4.250-4.310. Penguatan tipis IHSG kali ini dikarenakan
beberapa sektor dalam negeri berada di jalur merah. Sektor perkebunan,
konsumer, keuangan, infrastruktur, dan properti harus melemah. Namun beberapa
saat

kemudian,

pergerakan

saham

di

sektor

tersebut

mulai

naik.

(www.okezone.com | Kamis, 27 Desember 2012 | 09:32 WIB)


Kinerja pasar modal Indonesia sepanjang tahun 2012 terbilang
memuaskan. Meski bulan Desember belum berakhir, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) sudah mengalami kenaikan 12,94 persen ke 4.316,69 dari
tahun lalu, IHSG dapat dikatakan mengalami tren penguatan. Bursa Efek
Indonesia (BEI) mencatat, nilai kapitalisasi pasar saham pada akhir 26 Desember
2012 sebesar Rp4,084 triliun atau naik 15,45 persen dari sebelumnya Rp3,537
triliun pada bulan Desember 2011. (www.okezone.com | Sabtu, 29 Desember
2012 | 14:03 WIB)
Sepanjang tahun 2012 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami
pasang surut. Namun, secara keseluruhan dapat dikatakan pergerakan IHSG
meningkat meski belum signifikan bila dibandingkan dengan Bursa Asia Pasifik
seperti Nikkei, Hanseng, Straits Times, Sensex, Philippine dan Bangkok.
(www.okezone.com | Sabtu, 29 Desember 2012 | 14:03 WIB)

Prospek investasi saham di pasar modal Indonesia pada 2013 memiliki


ruang tumbuh yang cukup tinggi. Saham sektor infrastruktur, properti, dan barang
konsumsi masih menjadi penopang penguatan indeks harga saham gabungan
(IHSG). (www.investor.co.id | Senin, 17/12/12 | 19:49 WIB)
Di sisi lain, investasi di pasar modal khususnya saham, dianggap berisiko
sangat tinggi. Karena ada faktor yang bisa dikontrol dan ada juga faktor yang
tidak bisa dikontrol yang dapat memengaruhi pergerakan harga saham. Misalnya,
perubahan ekonomi dunia yang memburuk atau persoalan di industri masingmasing saham. Namun, bagi kalangan tertentu yang memiliki wawasan luas dan
kemampuan menganalisis, hal-hal yang sebenarnya bersifat tidak bisa dikontrol
bisa diperkirakan sehingga bisa dilakukan tindakan-tindakan dini mengantisipasi
hal tersebut. (www.kompas.com | Senin, 1 Oktober 2012 | 09:45 WIB)
Tingginya return saham dalam 5-10 tahun terakhir, sangat wajar jika
banyak pemilik uang tergoda untuk mengalihkan dananya ke dalam saham.
Namun di balik besarnya return, investor tidak boleh mengabaikan tingginya
risiko saham. Jika sedang tidak beruntung, investasi saham bisa mengakibatkan
kerugian sampai 51 % dalam setahun seperti pada 2008 lalu, atau merosot 65%
dalam 15 bulan seperti pada Juni 1997-September 1998. Investor saham di bursa
Tokyo harus rela portofolionya turun sampai 75 persen selama 23 tahun terakhir,
karena indeksnya pernah mencapai 38.000 pada 1989 dan sekarang tetap berada di
8.700. (www.okezone.com | Minggu, 8 Juli 2012 | 11:57 WIB)
Setiap investor akan selalu mempertimbangkan tingkat penghasilan yang
akan diharapkan atas investasinya untuk suatu periode tertentu di masa yang akan

datang. Namun setelah periode investasinya berlalu, belum tentu tingkat


pengembalian yang dihasilkan dari investasinya tersebut seperti yang diharapkan,
bisa lebih tinggi atau lebih rendah (F. Poernamawatie: 2008). Suatu organisasi
harus memastikan bahwa investasi yang dilakukannya tepat, sebelum melakukan
investasi saham. (Dedy Trisno: 2008)
Mengingat dalam investasi saham keuntungan di masa yang akan datang
tidak dapat diperkirakan secara pasti, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan
oleh investor adalah melakukan analisis guna pengambilan keputusan saham apa
yang sebaiknya dibeli untuk memaksimalkan keuntungan bagi investor. (F.
Poernamawati: 2008)
Terdapat dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan
nilai dari saham, yaitu analisis sekuritas fundamental dan analisis teknis. Analisis
fundamental menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari
keuangan perusahaan (misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan dan lain
sebagainya), sedang analisis teknis menggunakan data pasar dari saham (misalnya
harga dan volume transaksi penjualan) untuk menentukan nilai dari saham.
(Jogiyanto 2003: 88)
Analisis teknis banyak digunakan oleh praktisi dalam menentukan harga
saham. Sedangkan analisis fundamental banyak digunakan oleh akademisi.
(Jogiyanto 2003: 89). Maka penulis akan menggunakan analisis fundamental
dalam penelitian ini. Faktor fundamental yang sering digunakan untuk
memprediksi harga saham atau tingkat pengembalian saham adalah rasio
keuangan dan rasio pasar. (Rowland: 2008)

Rasio-rasio yang digunakan di dalam penelitian ini meliputi rasio


profitabilitas, solvabilitas dan rasio pasar. Rasio pasar yang akan digunakan
adalah Price to Book Value (PBV), sedangkan rasio profitabilitas yang akan
digunakan adalah Earning Per Share (EPS) dan Return On Asset (ROA),
kemudian rasio solvabilitasnya adalah Debt to Equity Ratio (DER).
Salah satu jenis rasio pasar yang sering dikaitkan dengan harga saham
adalah Price to Book Value (PBV), yang merupakan rasio antara harga saham
terhadap nilai bukunya. Semakin tinggi nilai PBV, maka semakin tinggi pula
perusahaan itu dinilai oleh investor dibandingkan dengan dana yang ditanamkan
dalam perusahaan tersebut (F. Poernamawatie: 2008).
Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham merupakan data
yang banyak digunakan sebagai alat analisis keuangan. EPS dengan ringkas
menyajikan kinerja perusahaan dikaitkan dengan saham beredar. Besar kecilnya
rasio ini dapat empengaruhi harga saham, sehingga investor akan melakukan
pembelian saham. (Meilinda dan Endang: 2012)
Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Jika diperoleh rasio ROA yang cukup tinggi, maka dapat diasumsikan bahwa
perusahaan tersebut beroperasi secara efektif dan hal tersebut akan menjadi daya
tarik bagi investor yang akan menyebabkan peningkatan nilai saham dan karena
nilainya meningkat maka saham tersebut akan diminati investor yang akan
menyebabkan meingkatnya harga saham perusahaan tersebut. (Stella: 2009)

Rasio lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi return saham adalah


Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio
solvabilitas yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang
digunakan untuk membayar hutang. Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya
ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban
perusahaan menjadi semakin berat. Dengan kata lain, DER berpengaruh negatif
terhadap kinerja perusahaan. (Stella: 2009).
Seiring dengan meningkatnya investasi yang diperdagangkan di pasar
modal Bursa Efek Indonesia, kebutuhan akan informasi bagi investor yang
berencana menanamkan modal juga semakin meningkat. Untuk memudahkan
informasi mengenai indeks harga saham yang mencerminkan pergerakan saham,
Bursa Efek Indonesia mengeluarkan 11 jenis indeks harga saham sebagai salah
satu pedoman bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal. (Suhendi: 2012)
Indeks LQ45 merupakan salah satu dari 11 jenis indeks harga saham yang
dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia. Indeks LQ45 terdiri dari 45 emiten
dengan likuiditas (LiQuid) tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria
pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas emiten-emiten tersebut
juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar. Bursa Efek Indonesia secara rutin
memantau perkembangan kinerja perusahaan-perusahaan yang masuk dalam
penghitungan indeks LQ45. Setiap tiga bulan sekali dilakukan evaluasi atas
pergerakan urutan saham-saham tersebut. Penggantian saham akan dilakukan
setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus. (Buku

Panduan Indeks Harga Saham BEI 2010: 11). Berikut penggantian saham dalam
indeks LQ45 dapat di lihat dalam tabel 1.2 di bawah ini:
Tabel 1.2
Jumlah Penggantian Saham yang Terdaftar
dalam Indeks LQ45 Tahun 2006-2011
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
2011

Periode
Februari - Juli
Tetap
Baru

Periode
Agustus - Januari
Tetap
Baru

43
2
39
6
39
6
37
8
39
6
34
11
35
10
37
8
44
1
39
6
40
5
40
5
(Sumber: idx.co.id dan data di olah)

Perusahaan-perusahaan yang dapat mempertahankan posisinya dalam


indeks LQ45 pada setiap periode, akan dianggap sebagai perusahaan yang
memilliki nilai likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi dan stabil sehingga hal
ini akan mempengaruhi minat investor untuk terus menanamkan investasinya.
(Suhendi: 2012)
Meilinda dan Endang (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh
Rasio Profitabilitas dan Eva terhadap Harga Saham pada Sektor Industri
Manufaktur di BEI Tahun 2006-2010 menggunakan variabel-variabel berikut,
Return on Asset, Return on Equity, Return on Sales, Earning Per Share, Economic
Value Added dan harga saham, adapun hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa
dari kelima variabel independen hanya 3 (tiga) variable yang tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham yaitu ROA, ROS dan EVA. Sedangkan variable
lainnya yaitu ROE dan EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

10

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Stella (2009), dengan


judul Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Return
on Asset (ROA) dan Price to Book Value (PBV) terhadap Harga Pasar Saham.
Hasil penelitiannya membuktikan bahwa PER dan ROA berpengaruh positif
signifikan terhadap harga pasar saham, sedangkan DER dan PBV berpengaruh
negatif terhadap harga pasar saham.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Fahmi Poernamawatie (2006),
dengan judul Pengaruh Price to Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio
(PER) terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
memperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variable PBV dan
variable PER terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEI.
Berdasarkan penelitian yang selama ini dilakukan oleh peneliti-peneliti
terdahulu tentang pengaruh Price to Book Value, Earning Per Share, Return on
Asset dan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham dan yang mana di
dalamnya terdapat pula hasil yang berbeda satu dengan yang lainnya, maka
penulis termotivasi untuk menguji kembali pengaruh PBV, EPS, ROA dan DER
terhadap Harga Saham pada Perusahaan LQ45.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui pengaruh faktorfaktor tersebut dengan mengajukan judul penelitian Pengaruh Price to Book
Value, Earning Per Share, Return on Asset dan Debt to Equity Ratio Terhadap
Harga Saham pada Perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.

11

1.2.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka yang

menjadi pertanyaan pokok dalam penelitian ini adalah :


1. Bagaimana price to book value, earning per share, return on asset dan
debt to equity ratio pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI.
2. Bagaimana harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI.
3. Seberapa besar pengaruh price to book value terhadap harga saham pada
perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI.
4. Seberapa besar pengaruh earning per share terhadap harga saham pada
perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI.
5. Seberapa besar pengaruh return on asset terhadap harga saham pada
perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI.
6. Seberapa besar pengaruh debt to equity ratio terhadap harga saham pada
perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI.
7. Seberapa besar pengaruh price to book value, earning per share, return
on asset dan debt to equity ratio terhadap harga saham secara simultan
(bersama-sama) pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI.

1.3.

Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian


Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi
yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi, yaitu untuk menganalisis dan
membuat kesimpulan mengenai pengaruh price to book value, earning per share,

12

return on asset dan debt to equity ratio terhadap harga saham pada perusahaan
LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini juga dimaksudkan
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar S-1.

1.3.2. Tujuan Penelitian


Sehubungan dengan latar belakang dan identifikasi masalah diatas,
penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menilai pengaruh price to book
value, earning per share, return on asset dan debt to equity ratio terhadap harga
saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi para investor sebelum
melakukan investasi dalam bentuk saham terhadap perusahaan-perusahaan
tertentu. Adapun tujuan secara rinci dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui price to book value, earning per share, return on asset
dan debt to equity ratio pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI.
2. Untuk mengetahui harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di
BEI.
3. Untuk mengetahui pengaruh price to book value terhadap harga saham
pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI.
4. Untuk mengetahui pengaruh earning per share terhadap harga saham
pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI.
5. Untuk mengetahui pengaruh return on asset terhadap harga saham pada
perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI.

13

6. Untuk mengetahui pengaruh debt to equity ratio terhadap harga saham


pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI.
7. Untuk mengetahui pengaruh price to book value, earning per share,
return on asset dan debt to equity ratio terhadap harga saham secara
simultan (bersama-sama) pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI.

1.4.

Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Praktis


Dari penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai
pihak, antara lain:
1. Bagi penulis
Membawa wawasan untuk mengetahui pengaruh price to book value,
earning per share, return on asset dan debt to equity ratio terhadap harga
saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI), dan juga sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang
sarjana ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pasundan.
2. Bagi Bursa Efek Indonesia
Sebagai bahan masukan sampai sejauh mana pengaruh price to book
value, earning per share, return on asset dan debt to equity ratio terhadap
harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.

14

3. Bagi investor
Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi guna
menentukan perusahaan yang dapat memberikan tingkat pengembalian
investasi saham yang diharapkan.
4. Bagi BAPEPAM
Sebagai informasi perkembangan pasar modal di Indonesia dan sejauh
mana pasar modal di Indonesia terhindar dari praktek-praktek tidak sehat.
5. Bagi instansi pendidikan
Memperoleh masukan tentang informasi mengenai kualifikasi sarjana
yang dibutuhkan dunia kerja dalam rangka peningkatan mutu lulusannya,
serta sebagai alat evaluasi terhadap kurikulum yang digunakan.
6. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi dan informasi untuk
kemunkinan penelitian yang akan dilakukan selanjutnya mengenai
pembahasan harga saham.

1.4.2. Kegunaan Teoritis


Secara teoritis kegunaan penelitian ini adalah untuk memperkaya khasanah
pengetahuan yang berhubungan dengan disiplin ilmu ekonomi khususnya ilmu
akuntansi.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS

2.1.

Kajian Pustaka

2.1.1.

Laporan Keuangan

2.1.1.1. Pengertian Laporan Keuangan


Pengertian laporan keuangan menurut Zaki Baridwan (2004:17) adalah
sebagai berikut :
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan,
merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi
selama tahun buku yang bersangkutan.

Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No.1


(2012:13):
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan
dan kinerja keuangan suatu entitas.

Kemudian menurut Kashmir (2012:6):


Dalam pengertian yang sederhana, laporan keuangan adalah laporan yang
menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam satu
periode tertentu.

15

16

2.1.1.2. Komponen Laporan Keuangan


Mamduh M. Hanafi (2007:12) mengemukakan, secara umum ada tiga
bentuk laporan keuangan yang pokok yang dihasilkan oleh suatu perusahaan
yaitu:
1. Neraca
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Aliran Kas
Penjelasan dari ketiga bentuk laporan keuangan di atas adalah sebagai berikut:
a. Neraca
Pengertian neraca menurut Stice dan Skousen yang dialih bahasakan oleh
Ali Akbar (2009:12):
Neraca melaporkan sumber daya yang dimiliki perusahaan (aset),
kewajiban perusahaan (utang) dan selisih bersih antara aset dan
kewajiban yang mewakili ekuitas atau pemilik modal.

Sedangkan menurut Mamduh M. Hanafi (2007:12):


Neraca digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan
perusahaan. Neraca bisa digambarkan sebagai potret kondisi keuangan
suatu perusahaan pada suatu waktu tertentu, yang meliputi aset
perusahaan dan klaim atas aset tersebut (meliputi hutang dan saham
sendiri).
b. Laporan Laba Rugi
Pengertian laporan laba rugi menurut Stice dan Skousen yang dialih
bahasakan oleh Ali Akbar (2009:12):
Untuk rentang waktu tertentu, laporan laba rugi melaporkan aset bersih
yang dihasilkan oleh operasi perusahaan (pendapatan), aset bersih yang
digunakan (beban) dan selisihnya, yang disebut laba bersih. Laporan
laba rugi merupakan usaha terbaik akuntan dalam mengukur kinerja
ekonomis suatu perusahaan pada periode tertentu.

17

Sedangkan menurut Mamduh M. Hanafi (2007:15):


Laporan laba rugi melaporkan prestasi perusahaan selama jangka waktu
tertentu. Laba bersih merupakan selisih antara total pendapatan
dikurangi dengan total biaya. Pendapatan mengukur aliran masuk aset
bersih setelah dikurangi hutang dari penjualan barang atau jasa. Biaya
mengukur aliran keluar aset bersih karena digunakan atau
dikonsumsikan untuk memperoleh pendapatan.
c. Laporan Aliran Kas
Pengertian laporan aliran kas menurut Mamduh M. Hanafi (2007:19):
Laporan aliran kas menyajikan informasi aliran kas masuk atau keluar
bersih pada suatu periode, hasil dari tiga kegiatan pokok perusahaan
yaitu operasi, investasi, dan pendanaan.
Sedangkan menurut Stice dan Skousen yang dialih bahasakan oleh Ali
Akbar (2009:12):
Laporan arus kas melaporkan jumlah kas yang dihasilkan dan
digunakan oleh perusahaan melalui tiga jenis aktivitas yaitu: operasi,
investasi dan pendanaan. Laporan arus kas merupakan laporan keuangan
yang paling objektif karena tidak menggunakan berbagai estimasi dan
penilaian akuntansi yang dibutuhkan untuk menyusun neraca dan
laporan laba rugi.
Aliran kas diperlukan terutama untuk mengetahui kemampuan
perusahaan yang sebenarnya dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya.
Ada beberapa kasus di mana perusahaan menguntungkan (selalu
memeperoleh laba), tetapi tidak mampu membayar hutang-hutangnya
kepada supplier, karyawan, dan kreditur-kreditur lainnya. Perusahaanperusahaan yang sedang tumbuh biasanya mengalami kejadian seperti itu;
menguntungkan tetapi tidak mempunyai kas yang cukup. (Mamduh M.
Hanafi 2007:20)

18

2.1.2.

Rasio Keuangan
Rasio keuangan dapat memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki

kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya utang yang
cukup rasional, efesiemsi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran
prestasi

yang baik, dan struktur modal

yang sehat

sehingga

tujuan

memaksimalkan kemakmuran pemegang saham dapat dicapai. Analisis keuangan


yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di
bidang finansial akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa
lalu dan prospeknya di masa datang (Agus Sartono 2008:113).
Analisis rasio dan analisis trend selalu digunakan untuk mengetahui
kesehatan keuangan dan kemajuan perusahaan setiap kali laporan keuangan
diterbitkan. Analisis rasio adalah membandingkan antara unsur-unsur neraca,
unsur-unsur laporan laba rugi, unsur-unsur neraca dan laporan laba rugi, serta
rasio keuangan emiten yang satu dan rasio keuangan emiten yang lainnya.
(Mohamad Samsul 2006:143)
Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka
yang ada dalam neraca saja, dalam laporan laba rugi saja, atau pada neraca dan
rugi laba. Setiap analis keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu yang
dianggap mencerminkan aspek tertentu. Pemilihan aspek-aspek yang akan dinilai
perlu dikaitkan dengan tujuan analis. Apabila analis dilakukan oleh kreditur,
aspek yang dinilai akan berbeda dengan penilaian yang dilakukan oleh calon
pemodal. Kreditur akan lebih berkepentingan dengan kemampuan perusahaan
melunasi kewajiban finansial tepat pada waktunya, sedangkan pemodal akan lebih

19

berkepentingan dengan kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan.


(Husnan S. dan Pudjiastuti 2006:70)

2.1.2.1. Jenis-jenis Rasio Keuangan


Mamduh M. Hanafi (2007:76) mengemukakan bahwa, pada dasarnya
analisis rasio bisa dikelompokkan ke dalam lima macam kategori, yaitu:
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek
perusahaan degan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang
lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Rasio
likuiditas jangka pendek yang sering digunakan adalah rasio lancar dan
rasio quick (sering juga disebut acit test ratio).
2. Rasio Aktivitas
Rasio ini melihat pada beberapa aset kemudian menentukan berapa tingkat
aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas
yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin
besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana
kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang
lebih produktif. Empat rasio aktivitas diantaranya adalah rata-rata umur
piutang, perputaran persediaan, perputaran aktiva tetap, dan perputaran
total aktiva.
3. Rasio Solvabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajibankewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah
perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya.
Rasio ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan dan dengan
demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca. Ada beberapa macam rasio
yang bisa dihitung yaitu rasio total hutang terhadap total aset, rasio hutang
modal saham, rasio Time Interest Earned, rasio fixed changes coverage.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan
(profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang tertentu.
Ada tiga rasio yang sering dibicarakan yaitu profit margin, return on asset
(ROA), return on equity (ROE) dan earning per share (EPS).
5. Rasio Pasar
Rasio pasar mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Sudut
pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut investor (atau calon
investor), meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasiorsio ini. Ada beberapa rasio yang bisa dihitung yaitu PER (Price Earning
Ratio), dividend yield dan pembayaran dividen (dividend payout).

20

Sedangkan menurut Husnan S. dan Pudjiastuti (2006:70), analisis rasio


keuangan terdiri dari:
1. Rasio-rasio Laverage
Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang.
Beberapa analis menggunakan istilah rasio solvabilitas, yang berarti
mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya.
Beberapa rasio yang mungkin dipergunakan diantaranya adalah rasio
hutang, debt to equity ratio, time interest earned, dan debt service
coverage.
2. Rasio-rasio Likuiditas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
keuangan jangka pendek. Rasio-rasio yang dipergunakan adalah modal
kerja neto dengan total aktiva, current ratio, quick atau acid test ratio.
3. Rasio-rasio Profitabilitas atau Efisiensi.
Rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan
aktiva perusahaan (atau mungkin sekelompok aktiva perusahaan). Mungkin
juga efisiensi ingin dikaitkan dengan penjualan yang berhasil diciptakan.
Rasio-rasio yang digunakan adalah rasio rentabilitas ekonomi, rentabilitas
modal sendiri atau return on equity, return on investment, profit margin,
perputaran aktiva, perputaran piutang, dan perputaran persediaan.
4. Rasio-rasio Nilai Pasar
Rasio-rasio ini menggunakan angka yang diperoleh dari laporan keuangan
dan pasar modal. Beberapa rasio tersebut adalah price earning ratio dan
market to book value ratio.
Menurut Mamduh M. Hanafi (2007:70), ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam analisis laporan keuangan yaitu:
-

Dalam analisis, analis juga harus mengidentifikasi adanya trendtrend tertentu dalam laporan keuangan. Untuk itu laporan lima atau
enam tahun barangkali bisa digunakan untuk melihat menculnya tren
tertentu.
Angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya.
Untuk itu diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat
baik tidaknya angka yang dicapai oleh perusahaan. Rata-rata industri
bisa dan biasa dipakai sebagai pembanding. Meskipun angka ratarata industri ini barangkali bukan merupakan pembanding yang
paling tepat karena beberapa hal, misal karena perbedaan
karakteristik rata-rata perusahaan dalam industri dengan perusahaan
tersebut. Alternatif lain apabila rata-rata industri tidak ada adalah
dengan membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain yang

21

sejenis. Perusahaan yang menjadi pembanding bisa jadi perusahaan


yang menjadi leader dalam industri.
Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisis laporan
keuangan dengan hati-hati adalah penting. Diskusi atau pernyataanpernyataan yang melengkapi laporan keuangan, seperti diskusi
strategi perusahaan, diskusi rencana ekspansi atau restrukturisasi,
merupakan bagian integral yang harus dimasukkan dalam analisis.
Analisis barangkali akan memerlukan informasi lain. Kadangkala
semua informasi yang diperlukan bisa diperoleh melalui analisis
mendalami laporan keuangan. Kadangkala informasi tambahan di
luar laporan keuangan diperlukan. Informasi tambahan ini bisa
memberi analisis yang lebih tajam lagi. Sebagai contoh, analisis
penurunan penjualan bila disertai dengan analisis perkembangan
market share akan memberi pandangan baru kenapa penjualan bisa
menurun.

Rasio-rasio yang digunakan di dalam penelitian ini meliputi rasio


profitabilitas, solvabilitas dan rasio pasar. Rasio pasar yang akan digunakan
adalah Price to Book Value (PBV), sedangkan rasio profitabilitas yang akan
digunakan adalah Earning Per Share (EPS) dan Return On Asset (ROA),
kemudian rasio solvabilitasnya adalah Debt to Equity Ratio (DER).

2.1.3. Price to Book Value (PBV)


Nilai buku (book value) per lembar saham menunjukkan aktiva bersih
(net asset) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar
saham. Karena aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham,
maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah
saham yang beredar. (Jogiyanto 2003:82)
Pengertian Price to Book Value (PBV) menurut Husnan. S dan
Pudjiastuti (2006:258):

22

Price to Book Value (PBV) merupakan perbandingan antara harga pasar


dan nilai buku saham. Untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan dengan
baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu, yang menunjukkan bahwa
nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV
semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif dibandingkan
dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan.
Sedangkan menurut Tandelilin (2001:194):
Hubungan antara harga pasar saham dan nilai buku per lembar saham bisa
juga dipakai sebagai pendekatan alternatif untuk menentukan nilai suatu
saham, karena secara teoritis, nilai pasar suatu saham haruslah
mencerminkan nilai bukunya.
Menurut Husnan. S dan Pudjiastuti (2006:258), rumus yang digunakan
untuk menghitung price to book value adalah sebagai berikut:

Price to Book Value =

2.1.4. Earning Per Share (EPS)


Rasio keuangan yang sering digunakan oleh investor saham (atau calon
investor saham) untuk menganalisis kemampuan perusahaan mencetak laba
berdasarkan saham yang dipunyai adalah Earning Per Share (EPS) atau laba
perlembar saham (Mamduh M. Hanafi 2007:187).
Pengertian Earning Per Share (EPS) menurut Irham Fahmi (2012:96):
Earning Per Share (EPS) atau pendapatan perlembar saham adalah
bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang
saham dari setiap lembar saham yang dimiliki.
Sedangkan menurut Darmadji dan Fakhruddin (2008):
Rasio Earning Per Share (EPS) digunakan untuk mengukur
keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik

23

perusahaan. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang


tergambar dalam setiap lembar saham.
Menurut Irham Fahmi (2012:96), rumus yang digunakan untuk
menghitung earning per share adalah sebagai berikut:

Earning Per Share =

EPS bisa digunakan untuk beberapa macam analisis. Pertama, EPS bisa
digunakan untuk menganalisis profitabilitas suatu saham oleh para analis surat
berharga. EPS mudah dihubungkan dengan harga pasar suatu saham dan
menghasilkan rasio PER (Price Earning Ratio). PER adalah harga pasar atau
saham dibagi dengan EPS-nya. Mamduh M. Hanafi (2007:191)
Membeli saham berarti membeli prospek perusahaan, yang tercermin
pada laba per saham. Jika laba per saham lebih tinggi, maka prospek perusahaan
lebih baik, sementara jika laba per saham lebih rendah berarti kurang baik, dan
laba per saham negatif berarti tidak baik. (Mohamad Samsul 2006:167)

2.1.5. Return on Asset (ROA)


Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai
prospek perusahaan dimasa datang adalah dengan melihat sejauh mana
pertumbuhan profitabilitas perusahaan, salah satunya adalah Return On Asset
(ROA). Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauhmana
aktiva yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba yang nantinya akan
mempengaruhi peningkatan harga saham. (Tandelilin, 2001: 240)

24

Pengertian Return on Asset (ROA) menurut Mamduh M. Hanafi


(2007:159):
Return on Asset (ROA) mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
laba dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan
setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut. ROA
juga sering disebut juga sebagai ROI (Return on Investment).

Sedangkan menurut James M. Reeve yang dialih bahasakan oleh


Damayanti (2010:332):
Return On Asset (ROA) merupakan ukuran profitabilitas yang
menunjukkan efektivitas sebuah perusahaan dalam memanfaatkan asetnya.
Rumus yang digunakan untuk perhitungan return on asset menurut
Mamduh M. Hanafi (2007:84) adalah sebagai berikut:

Return On Asset =

2.1.6. Debt to Equity Ratio (DER)


Istilah leverage biasanya digunakan untuk menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap
serta memperbesar tingkat penghasilan bagi pemilik perusahaan (Lukman
Syamsudin, 2004:89). Salah satu alat ukur untuk menghitung leverage ratio dapat
diukur dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). (Suad Husnan,
2003:70)
Pengertian Debt to quity Ratio (DER) menurut M. Hanafi (2007:81):

25

Debt to quity Ratio (DER) adalah rasio yang mengukur sejauh mana
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Debt to Equity
Ratio (DER) merupakan perbandingan antara dana yang berasal dari
pemilik dengan dana yang berasal dari kreditur.
Sedangkan menurut Agus Sartono (2008:121):
Semakin tinggi DER maka semakin besar resiko yang dihadapi, dan
investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio
yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk
membiayai aktiva.
Rumus yang digunakan untuk perhitungan debt to equity ratio menurut
Agus Sartono (2008:121) adalah sebagai berikut:

Debt to Equity Ratio =

2.1.7.

Saham

2.1.7.1. Pengertian Saham


Pengertian saham menurut Tandelilin (2001:18):
Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang
menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka
investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan
perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban
perusahaan.
Kemudian menurut Irham Fahmi (2012:81), saham merupakan:
1. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana suatu perusahaan.
2. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan
diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap
pemegangnya.
3. Persediaan yang siap untuk dijual.

26

Sedangkan menurut Mohamad Samsul (2006:45):


Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan di mana pemiliknya disebut
juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder). Kemudian
menurut Suad Husnan (2003:275), saham menunjukkan bukti kepemilikan
atas suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).
Berdasarkan definisi di atas, menunjukkan bahwa saham merupakan
surat berharga dalam bentuk kertas yang mencantumkan nilai nominal, nama
perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban pemegangnya yang
menunjukkan bukti kepemilikan atau penyertaan modal atas perusahaan yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Saham juga dapat dijadikan sebagai
persediaan yang siap untuk dijual bagi pemegangnya.
Investor bisa membeli, menahan, dan kemudian menjual saham tersebut.
Membeli dan menahan saham berarti investor memiliki perusahaan tersebut dan
berhak atas laba perusahaan, meskipun juga berarti berhak atas rugi yang
diperoleh perusahaan (apabila rugi). Menjual saham berarti melepas kepemilikan
perusahaan dan dengan demikian melepas hak-hak yang melekat pada saham.
(Mamduh M. Hanafi 2007:6)
Pemilik saham suatu perusahaan, disebut sebagai pemegang saham yang
merupakan pemilik perusahaan. Tanggung jawab pemilik terbatas pada modal
yang disetorkan (Suad Husnan 2003:275). Bukti bahwa seseorang atau suatu
pihak dapat dianggap sebagai pemegang saham adalah apabila mereka sudah
tercatat sebagai pemegang saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang
Saham (DPS). (Mohamad Samsul, 2006:45)

27

2.1.7.2. Jenis-jenis Saham


Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk
saham (stock). Bila hanya ada satu jenis saham yang diterbitkan, saham ini disebut
saham biasa (common stock). Dalam hal ini, setiap saham biasa memiliki hak
setara. Untuk menarik pasar investasi yang lebih luas, perseroan dapat
menerbitkan satu jenis saham atau lebih dengan berbagai keistimewaan.
Contohnya adalah keistimewaan untuk memperoleh dividen lebih dahulu. Saham
semacam ini biasanya disebut saham preferen (preferred stock). (James M.Reeve
yang dialihbahasakan oleh Damayanti Dian 2010:138)
1. Saham Preferen (Preferred Stock)
Pengertian saham prefern menurut Mohamad Samsul (2006:45):
Saham preferen (preferred stock) adalah jenis saham yang memiliki hak
terlebih dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba kumulatif.
Hak kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang tidak dibagikan
pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi akan dibayar pada
tahun yang mengalami keuntungan, sehingga saham preferen akan
menerima laba dua kali. Hak istimewa ini diberikan kepada pemegang
saham preferen karena merekalah yang memasok dana ke perusahaan
sewaktu mengalami kesulitan keuangan.
Sedangkan menurut Jogiyanto (2003:67):
Saham preferen mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham
biasa. Seperti obligasi yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham
preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa dividen preferen.
Seperti saham biasa, dalam hal likuidasi, klaim pemegang saham preferen
di bawah klaim pemegang obligasi. Dibandingkan dengan saham biasa,
saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas dividen tetap dan
hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi.
Kemudian menurut Suad Husnan (2003:34):
Saham preferen merupakan saham yang akan menerima dividen dengan
jumlah yang tetap. Biasanya pemiliknya tidak mempunyai hak dalam RUPS.

28

Berdasarkan ketiga definisi di atas menunjukan bahwa saham preferen


merupakan jenis saham yang memiliki hak terlebih dahulu untuk menerima
laba dan memiliki hak laba kumulatif serta mempunyai beberapa hak, yaitu
hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi
likuidasi. Walaupun begitu biasanya pemilik saham preferen tidak
mempunyai hak dalam RUPS.
Jogiyanto (2003:70) mengemukakan bahwa, untuk menarik minat
investor terhadap saham preferen dan untuk memberikan beberapa alternatif
yang menguntungkan baik bagi investor atau bagi perusahaan yang
mengeluarkan saham preferen, beberapa macam saham preferen telah
dibentuk.
Beberapa macam saham preferen menurut Jogiyanto (2003:70)
diantaranya:
a. Convirtable Preffered Stock
Untuk menarik minat investor yang menyukai saham biasa, beberapa
saham preferen menambah bentuk di dalamnya yang memungkinkan
pemegangnya untuk menukar saham ini dengan saham biasa dengan
rasio penukaran yang sudah di tentukan. Saham preferen semacam ini
disebut dengan convirtable preffered stock. Pertukaran dari saham
preferen ke saham biasa tidak menimbulkan keuntungan (gain) atau
kerugian (loss) di perusahaan emiten. Di perusahaan emiten, nilai yang
dicatat untuk saham-saham ini adalah sebesar nilai nominalnya dan
selisih yang diterima yang berbeda dengan nilai nominalnya dicatat
sebagai rekening Agio Saham. Juga di dalam catatan perusahaan
emiten, nilai pasar saat penukaran tidak diperhitungkan karena
alasannya adalah pertukaran saham tersebut dilakukan langsung
dengan perusahaan.
b. Callable Preffered Stock
Bentuk lain dari saham preferen adalah memberikan hak kepada
perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli kembali saham ini dari
pemegang saham pada tanggal tertentu di masa mendatang dengan
nilai yang tertentu. Harga tebusan ini biasanya lebih tinggi dari nilai
nominal sahamnya.

29

c. Floating atau Adjustable-rate Preferred Stock (ARP)


Saham preferen ini tidak membayar dividen secara tetap, tetapi tingkat
dividen yang dibayar tergantung dari tingkat return dari sekuritas t-bill
(treasury bill). Saham preferen tipe baru ini cukup popular sebagai
investasi jangka pendek untuk investor yang mempunyai kelebihan
kas.

2. Saham Biasa (common stock)


Pengertian saham biasa menurut Mohamad Samsul (2006:45):
Saham biasa (common stock) adalah jenis saham yang akan menerima
laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan. Apabila aperusahaan
bangkrut, maka pemegang saham biasa yang menderita terlebih dahulu.
Penghitungan indeksa harga saham didasarkan pada harga saham biasa.
Hanya pemegang saham saham biasa yang mempunyai suara dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).
Sedangkan menurut Jogiyanto (2003:73):
Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini
biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham
adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen
untuk menjalankan operasi perusahaan.
Kemudian menurut Suad Husnan (2003:34):
Saham biasa adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan.
Keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham berasal dari
pembayaran dividen dan kenaikan harga saham. Besar kecilnya dividen
yang diterima oleh pemegang saham tidak tetap, tergantung pada
keputusan RUPS.
Berdasarkan ketiga definisi di atas menunjukkan bahwa saham biasa
merupakan bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan yang mewakilkan
kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan dan akan
menerima keuntungan berupa pembayaran dividen setelah dividen saham
preferen dibayarkan. Besarnya dividen yang diterima pemegang saham tidak

30

tetap tergantung pada keputusan RUPS. Walaupun begitu, hanya pemegang


saham saham biasa yang mempunyai suara dalam RUPS.
Irham Fahmi (2012:82) mengemukakan bahwa, common stock memiliki
beberapa jenis yaitu:
a. Blue Chip-Stock (Saham Unggulan)
Adalah saham dari perusahaan yang dikenal secara nasional dan
memiliki sejarah laba, pertumbuhan dan manajemen yang berkualitas.
b. Growth Stock
Adalah saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba
yang lebih tinggi dari rata-rata saham lain.
c. Defensive Stock (saham-saham defensif)
Adalah saham yang cenderung lebih stabil dalam masa resesi atau
perekonomian yang tidak menentu berkaitan dengan dividen,
pendapatan dan kinerja pasar.
d. Cylical Stock
Adalah sekuritas yang cenderung naik nilainya secara cepat saat
ekonomi semarak dan jatuh juga secara cepat juga saat ekonomi lesuh
e. Seasonal Stock
Adalah saham perusahaan yang penjualannya bervariasi karena
dampak musiman, misalnya karena cuaca dan liburan.
f. Speculative Stock
Adalah saham yang kondisinya memiliki tingkat spekulasi yang
tinggi, yang memungkinkan tingkat pengembalian hasilnya adalah
rendah atau negatif. Ini biasanya dipakai untuk membeli saham pada
perusahaan pengeboran minyak.

2.1.7.3. Jenis-jenis Nilai Saham


Jogiyanto (2003:79) mengemukakan bahwa setiap jenis saham memiliki
beberapa nilai yang terkandung dalam setiap lembar saham tersebut. Nilai yang
terkandung dalam setiap lembar saham terdiri dari:
1. Nilai Buku (Book Value)
Nilai buku (book value) per lembar saham menunjukan aktiva bersih (net
asset) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar
saham. Karena aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang
saham, maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi
dengan jumlah saham yang beredar.
2. Nilai Pasar (Market Value)

31

Nilai pasar (market value) berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku
merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan,
maka nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada
saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini
ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar
bursa.
3. Nilai Intrinsik (Intrinsic Value)
Nilai intrinsik (intrinsic value) adalah nilai seharusnya dari suatu saham.
Sedangkan menurut Anoraga dan Pakarti (2001:56) saham mempunyai
tiga macam nilai yaitu:
1. Nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum dalam saham tersebut
2. Nilai efektif, yaitu nilai yang tercantum pada kurs resmi kalau saham
tersebut diperdagangkan di bursa.
3. Nilai intrinsik, yaitu nilai saham pada saat likuidasi.
Investor berkepentingan untuk mengetahui ketiga nilai tersebut sebagai
informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat. Dalam
membeli atau menjual saham, investor akan membandingkan nilai intrinsik
dengan nilai pasar saham yang bersangkutan. Jika nilai pasar suatu saham lebih
tinggi dari nilai intrisiknya, berarti saham tersebut tergolong mahal (overvalued).,
dan investor tersebut bisa mengambil kepputusan untuk menjual saham tersebut.
Sebaliknya jika nilai pasar saham di bawah nilai intrinsiknya, berarti saham
tersebut tergolong murah (undervalued), sehingga dalam situasi ini investor
sebaiknya membeli saham tersebut. (Tandelilin 2001:183)

2.1.7.4

Manfaat dan Resiko Kepemilikan Saham


Menurut Tjiptono Darmaji dan Hendy M. Fakhruddin (2006), pada

dasarnya ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau
memiliki saham, yaitu:

32

1. Dividen (dividend)
Dividen (dividend) adalah pembagian keuntungan yang diberikan
perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai (cash
dividend), artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen
berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham. Atau
dapat pula berupa dividen saham (stock dividend) yang berarti kepada
setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham yang dimiliki
seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen
saham tersebut.
2. Capital Gain
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual.
Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di
pasar sekunder. Umumnya investor dengan orientasi jangka pendek
mengejar keuntungan melalui capital gain. Investor seperti ini bisa
membeli saham pada pagi hari, lalu menjualnya lagi pada siang hari jika
saham mengalami kenaikan.
Dedy dan Fransiska (2008) mengemukakan bahwa saham tidak hanya
dapat memberikan keuntungan kepada para pemegangnya, namun saham juga
mengandung beberapa resiko, yaitu:
1. Tidak mendapat dividen.
Perusahaan akan membagikan dividen jika perusahaan menghasilkan
keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak dapat membagikan
dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Dengan kata lain,
peluang investor untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja
atau prestasi perusahaan tersebut.
2. Capital Loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan
capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya
investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga
beli. Dengan demikian, seorang investor mengalami capital loss.
3. Risiko Likuiditas
Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara
langsung kepada saham perusahaan tersebut. Perusahaan yang bangkrut
atau dibubarkan akan di keluarkan dari Bursa Efek. Artinya, saham
perusahaan itu tidak tercatat lagi di Bursa sehingga akan menyulitkan
investor untuk enjual saham tersebut. Kalaupun ada pihak yang bersedia
membeli saham tersebut, tentu saja dengan harga yang relatif rendah.
Ketika suatu perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan, pemegang saham
akan menempati prioritas yang lebih rendah dibandingkan kreditor atau
pemegang obligasi. Ini artinya setelah semua asset perusahaan tersebut
dijual, hasil penjualan tersebut terlebih dahulu akan dibagikan kepada

33

para kreditor seperti bank dan pemegang obligasi. Jika masih terdapat
sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham. Resiko ini
sebenarnya relatif jarang terjadi, meskipun demikian pemegang saham
tetap perlu waspada dengan jalan mengawasi perkembangan perusahaan
sehingga investor dapat menjual sahamnya terlebih dahulu ketika
mengetahui perkembangan perusahaan yang semakin kurang berprestasi.

2.1.8.

Harga Saham
Pengertian harga saham menurut Agus Sartono (2008:70):
Harga pasar saham terbentuk melalui mekanisme permintaan dan
penawaran di pasar modal.
Hal tersebut serupa dengan yang diungkapkan oleh Jogiyanto (2003:88)

bahwa:
Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat
tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh
permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa.

Sedangkan harga pasar saham menurut Anoraga dan Pakarti (2003:58):


Harga pasar merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang
berlangsung atau jika pasar sudah ditutup, maka harga pasar adalah harga
penutupnya (closing price).
Dalam bentuk pasar efisien yang lemah, harga pasar sekuritas dapat
diproyeksikan atas dasar pola atau kecenderungan harga sebelumnya. Sedangkan
dalam bentuk pasar efisien yang agak kuat, harga pasar sekuritas tidak saja
mencerminkan kecenderungan harga periode sebelumnya tetapi juga informasi
umum seperti halnya informasi pembayaran dividen, laba perusahaan, penjualan

34

saham baru. Investor tidak dapat secara konsisten memperoleh keuntungan atas
dasar informasi yang telah dipublikasikan karena telah tercermin dalam harga
pasar saham. Bentuk pasar efisien yang kuat, harga pasar sekuritas mencerminkan
kecenderungan perubahan harga periode sebelumnya, informasi yang telah
dipublikasikan dan private information. Bentuk yang terakhir ini merupakan
bentuk yang ideal karena harga sekuritas merupakan harga yang objektif atau fair
price. (Agus Sartono 2008:70)

2.1.8.1.

Penilaian Harga Saham


Menurut Sunariyah (2006:168) ada beberapa pendekatan yang dapat

digunakan untuk menilai harga suatu saham tetapi dua pendekatan berikut yang
paling banyak digunakan, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan portofolio
modern.
1. Pendekatan tradisional, untuk menganalisis surat berharga saham dengan
pendekatan tradisional digunakan dua analisis yaitu:
a. Analisis teknikal, merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan
data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses
permintaan dan penawaran suatu saham tertentu maupun pasar secara
keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang
dipublikasikan seperti: harga saham, volume perdagangan, indeks harga
saham gabungan dan individu, serta faktor faktor lain yang bersifat
teknis. Oleh sebab itu, pendekatan ini juga disebut pendekatan analisis
pasar (market analisys) atau analisis internal (internal analisys). Asumsi
yang mendasari analisis teknikal adalah:
- Terdapat ketergantungan sistematik di dalam keuntungan yang dapat
dieksploitasi ke return abnormal.
- Pada pasar tidak efisien, tidak semua informasi harga masa lalu
diamati ketika memprediksi distribusi keuntungan sekuritas.
- Nilai suatu saham merupakan fungsi permintaan dan penawaran.
Beberapa kesimpulan menyangkut pendekatan analisis teknikal
adalah sebagai berikut:
Analisis teknikal didasarkan pada data pasar yang
dipublikasikan.

35

Fokus analisis teknikal adalah ketepatan waktu, penekanannya


hanya pada perubahan harga.
Teknik analisis berfokus pada faktor-faktor internal melalui
analisis pergerakan di dalam pasar atau suatu saham.
Para analisis teknikal cenderung lebih berkonsentrasi pada pasar
jangka pendek, karena teknik-teknik analisis teknikal dirancang
untuk mendeteksi pergerakan harga dalam jangka waktu yang
relatif lebih pendek.
b. Analisis fundamental, pendekatan ini didasarkan pada suatu anggapan
bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang
diestimasi oleh para investor atau analisis. Nilai intrinsik merupakan
suatu fungsi dari variabel-variabel perusahaan yang dikombinasikan
untuk menghasilkan suatu return (keuntungan) yang diharapkan dan
suatu resiko yang melekat pada saham tersebut. Hasil estimasi nilai
intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar yang sekarang
(current market price). Harga pasar saham merupakan refleksi dari ratarata nilai intrinsiknya.
2. Pendekatan portofolio modern
Pendekatan portofolio modern menekankan pada aspek psikologi bursa
dengan asumsi hipotesis mengenai bursa, yaitu hipotesis pasar efisien. Pasar
efisien diartikan bahwa harga-harga saham yang terefleksikan secara
menyeluruh pada seluruh informasi yang ada di bursa.
Sedangkan menurut Stella (2009), untuk melakukan analisis dan memilih
saham terdapat dua pendekatan dasar yaitu analisis fundamental dan analisis
teknikal.
1. Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang
akan datang dengan cara:
a. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga
saham di masa yang akan datang.
b. Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh
taksiran harga saham.
Analisa fundamental bertolak dari anggapan dasar bahwa setiap investor
adalah makhluk rasional. Karena itu seorang fundamentalis mencoba
mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi atau kinerja
perusahaan. Argumentasi dasarnya adalah nilai saham mewakili nilai
perusahaan.
2. Analisa teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham
dengan mengamati perubahan harga tersebut diwaktu yang lalu. Pemikiran
yang mendasari analisis teknikal adalah:
a. Harga saham mencerminkan informasi yang relevan

36

b. Informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga diwaktu yang lalu


c. Perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu dan berulang
Analisa teknikal menyatakan bahwa investor adalah makhluk yang
irrasional.

2.1.8.2.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham


Irham Fahmi (2012:87) mengemukakan bahwa, ada beberapa kondisi

dan situasi yang menentukan suatu saham itu mengalami fluktuasi, yaitu:
1. Kondisi mikro dan makro ekonomi;
2. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan
usaha), seperti membuka kantor cabang, kantor cabang pembantu baik
yang dibuka di domestik maupun luar negeri;
3. Pergantian direksi secara tiba-tiba;
4. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak
pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan;
5. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap
waktunya;
6. Resiko sistematis, yaitu suatu bentuk risiko yang terjadi secara
menyeluruh dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat;
7. Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal
jual beli saham;

Harga saham dapat berubah baik karena adanya informasi baru yang
rasional maupun tanpa informasi baru, sehingga perubahan harga tersebut
dianggap tidak rasional melainkan emosional. (Mohamad Samsul, 2006:272)
Sedangkan menurut Jogiyanto (2003:91), pada dasarnya kenaikan atau
penurunan permintaan saham tidak terlepas dari berbagai informasi informasi
tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu:
a. Informasi yang bersifat fundamental, informasi ini berkaitan dengan
perusahaan.
b. Informasi yang bersifat teknis, informasi ini mencerminkan kondisi
perdagangan ekonomi, fluktuasi kurs, volume dan frekuensi transakasi
serta kekuatan pasar.

37

c. Informasi yang berkaitan dengan lingkungan, informasi ini berkaitan


dengan lingkungan, informasi ini berkaitan dengan kondisi ekonomi,
politik, dan keamanan negara, tingkat inflasi dan kebijakan moneter.
Pergerakan harga saham setiap detik selalu dipelajari oleh banyak day
trader yang berdagang dengan cara beli pagi hari dan jual sore hari, atau jual pagi
hari dan beli sore hari. (Mohamad Samsul, 2006:166)
Harga saham dinyatakan dalam kelipatan Rp25 (disebut satu point). Jadi
apabila harga saham dikatakan naik 5 point, berarti harga saham tersebut naik
sebesar Rp125. (Suad Husnan, 2003:31)

2.2.

Kerangka Pemikiran

2.2.1.

Pengaruh Price to Book Value dengan Harga Saham


Tandelilin (2001:194) mengungkapkan hubungan antara harga pasar

saham dan nilai buku per lembar saham bisa juga dipakai sebagai pendekatan
alternatif untuk menentukan nilai suatu saham, karena secara teoritis, nilai pasar
suatu saham haruslah mencerminkan nilai bukunya.
Menurut Subekti dan Surono (2002) Price to Book Value (PBV)
merupakan salah satu rasio yang digunakan investor dalam menilai harga saham
tertentu di pasar modal.
Sedangkan menurut F. Poernamawati (2008), rasio Price to Book Value
(PBV) merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku ekuitas
perusahaan, menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai
relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan oleh pihak investor. Dengan
demikian, makin tinggi rasio tersebut, makin berhasil dan mampu perusahaan

38

menciptakan nilai bagi pemegang saham, dimana semakin tinggi tingkat


kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan, sehingga permintaan akan saham
tersebut naik, kemudian mendorong harga saham perusahaan tersebut.
Sitinjak (2006) dalam penelitiannya mengenai pengaruh Return On
Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER) dan Price
to Book Value (PBV) terhadap harga saham, menemukan hasil bahwa ROE, PER
dam DER secara signifikan tidak berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan
PBV secara signifikan dan positif berpengaruh terhadap harga saham.

2.2.2.

Pengaruh Earning Per Share dengan Harga Saham


Tandelilin (2001:233) menyatakan bahwa EPS sebagai informasi yang

dianggap paling mendasar dan berguna karena bisa menggambarkan prospek


earning di masa depan. Dikatakan bisa menggambarkan prospek earning di masa
depan karena EPS dapat digunakan investor untuk mengetahui perbandingan
antara nilai intristik saham perusahaan dibanding harga pasar saham perusahaan
bersangkutan, dan atas dasar perbandingan tersebut investor akan bisa membuat
keputusan apakah membeli atau menjual saham bersangkutan.
Menurut Meilinda dan Endang (2012), Earning Per Share (EPS) adalah
data yang banyak digunakan sebagai alat analisis keuangan. EPS dengan ringkas
menyajikan kinerja perusahaan dikaitkan dengan harga pasar saham bisa
memberikan gambaran tentang kinerja perusahaan dibanding dengan uang yang
ditanam pemilik perusahaan. Besar kecilnya rasio ini dapat mempengaruhi harga
saham, sehingga investor akan melakukan pembelian saham.

39

Sedangkan menurut Neneng dan Aryati (2008), Earning Per Share


(EPS) dapat dihitung berdasarkan laporan keuangan yang disajikan, dapat
digunakan sebagai alat bagi investor dan pihak pengguna laporan keuangan lain
sebagai salah satu analisis fuindamental yang didalamnya terdapat informasi
tentang laba yang diperoleh emiten. Bagi emiten, EPS ini dapat digunakan dalam
penentuan keputusan investasi yang menyangkut minat jual dan minat beli saham
di pasar modal. Bila apresiasi investor positif terhadap suatu perusahaan, maka
akan berdampak pada melonjaknya harga pasar saham perusahaan tersebut di
bursa saham.
Neneng dan Aryati (2008) dalam penelitiannya mengenai pengaruh
Earning Per Share (EPS) terhadap harga pasar saham pada perusahaan
manufaktur, menemukan hasil bahwa EPS mempunyai korelasi positif dan
berpengaruh signifikan terhadap harga pasar saham.

2.2.3.

Pengaruh Return on Asset dengan Harga Saham


Menurut Stella (2009), Return on Asset (ROA) merupakan rasio antara

laba setelah pajak terhadap total asset. ROA mencerminkan kemampuan


perusahaan dalam memperoleh laba bersih setelah pajak dari total asset yang
digunakan untuk operasional perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan
bahwa

perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva

untuk

menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan kata lain ROA akan berpengaruh
positif terhadap harga saham perusahaan.

40

Menurut Meilinda dan Endang (2012), hasil pengembalian total aktiva


atau total investasi menunjukkan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva
perusahaan untuk menghasilkan laba. Perusahaan mengharapkan adanya
pengembalian yang sebanding dengan dana yang digunakan. Hasil pengembalian
ini dapat dibandingkan dengan penggunaan alternatif dari dana tersebut. Sebagai
salah satu ukuran keefektifan, maka semakin tinggi hasil pengembalian, semakin
efektiflah perusahaan. Efektivitas kinerja perusahaan dapat mempengaruhi harga
saham perusahaan.
Dedy dan Fransiska (2008), Return on Asset (ROA) yang tinggi tentunya
akan memberikan isu positif kepada investor karena perusahaan mampu
menghasilkan profit berdasarkan tingkat asset tertentu. Hal ini akan meningkatkan
daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan
menjadikan perusahaan tersebut makin diminati oleh investor, karena tingkat
pengembalian semakin besar. Hal ini tentunya mempunyai dampak pada harga
saham perusahaan tersebut di pasar modal, yaitu harga sahamnya menjadi
semakin meningkat. Dengan kata lain ROA berpengaruh terhadap harga saham
perusahaan.
Dedy dan Fransiska (2008) dalam penelitiannya mengenai pengaruh
rasio profitabilitas yang diwakili oleh rasio Net Profit Margin (NPM), Return On
Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) terhadap harga saham memperoleh
hasil bahwa rasio NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham,
sedangkan rasio ROA dan ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

41

2.2.4.

Pengaruh Debt to Equity Ratio dengan Harga Saham


Menurut Stella (2009), Debt to Equity Ratio (DER) dipergunakan untuk

mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total stakeholders equity yang


dimiliki perusahaan. Semakin tinggi DER menunjukan tingginya ketergantungan
permodalan perusahaan dengan pihak luar sehingga beban perusahaan juga
semakin berat. Dengan kata lain, DER berpengaruh negatif terhadap kinerja
perusahaan. Jika kinerja perusahaan negatif artinya daya tarik investor pun
menurun. Dengan demikian perusahaan tidak akan diminati oleh investor dan hal
tersebut akan berdampak pada penurunan penjualan saham sehingga harga saham
pun akan semakin menurun.
Stella (2009) dalam penelitiannya mengenai pengaruh Price Earning
Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA) dan Price to
Book Value (PBV) terhadap harga saham menemukan hasil bahwa PER
menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan, sedangkan DER dan PBV
menunjukkan pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap harga saham. ROA
tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Seluruh penjelasan di atas memberikan suatu pemikiran bahwa beberapa
rasio keuangan diperkirakan dapat mempengaruhi harga saham. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka pemikiran yang disajikan sebagai
berikut:

42

Price to Book Value (X1)


Earning Per Share (X2)

Harga Pasar Saham (Y)


Return on Asset (X3)
Debt to Equity Ratio (X4)

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

2.3

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas maka penulis mencoba

merumuskan hipotesis sebagai berikut:


1. Terdapat pengaruh dari price to book value terhadap harga saham.
2. Terdapat pengaruh dari earning per share terhadap harga saham.
3. Terdapat pengaruh dari return on asset terhadap harga saham.
4. Terdapat pengaruh dari debt to equity ratio terhadap harga saham.
5. Terdapat pengaruh dari price to book value, earning per share, return
on asset dan debt to equity ratio secara simultan terhadap harga
saham.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.

Metode Penelitian
Pengertian metode penelitian menurut Sugiyono (2012:4), adalah sebagai

berikut:
Cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat
ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada
gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengatasi
masalah.

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dan verifikatif, karena adanya variabel-variabel yang akan ditelaah
hubungannya serta tujuannya untuk menyajikan gambaran secara terstruktur,
faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar variabel yang
diteliti, yaitu pengaruh price to book value, earning per share, return on asset,
dan debt to equity ratio terhadap harga saham.
Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2012:53) adalah sebagai
berikut:
Suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap
keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih
(variabel mandiri adalah variabel yang berdiri sendiri, bukan variabel
independen karena kalau variabel independen selalu dipasangkan dengan
variabel dependen).
Dalam penelitian ini, metode deskriptif akan dipakai untuk menjelaskan
tentang beberapa rasio keuangan perusahaan yang terdiri dari price to book value,
earning per share, return on asset, dan debt to equity ratio dan harga saham.

43

44

Sedangkan analisis verifikatif adalah analisis model dan pembuktian yang


berguna untuk mencari kebenaran dari hipotesis yang diajukan.
Analisis verifikatif merupakan analisis untuk membuktikan dan mencari
kebenaran dari hipotesis yang dilakukan. Analisis ini bermaksud untuk
mengetahui hasil penelitian berkaitan dengan pengaruh price to book value,
earning per share, return on asset, dan debt to equity ratio terhadap harga saham.

3.1.1. Model Penelitian


Model penelitian yang dibuat berdasarkan judul skripsi ini yaitu:
Pengaruh price to book value, earning per share, return on asset, dan debt to
equity ratio terhadap harga saham, dapat digambarkan sebagai berikut:

Price to Book Value (X1)


Earning Per Share (X2)

Harga Pasar Saham (Y)


Return on Asset (X3)
Debt to Equity Ratio (X4)

Gambar 3.1
Model Penelitian Parsial dan Simultan

45

Variabel independen dalam penelitian ini adalah beberapa rasio keuangan


perusahaan yaitu sebagai berikut, (X1) adalah Price to Book Value, (X2) adalah
Earning Per Share, (X3) adalah Return on Asset dan (X4) adalah Debt to Equity
Ratio. Sedangkan variabel dependen (Y) adalah harga saham.

3.2.

Definisi dan Operasional Variabel

3.2.1. Definisi Variabel


Variabel independen (bebas) yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Price to Book Value sebagai variabel X1, Earning Per Share sebagai variabel X2,
Return On Asset sebagai variabel X3 dan Debt to Equity Ratio sebagai variabel X4
serta variabel dependen (terikat) adalah Harga Saham sebagai variabel Y.

3.2.1.1. Variabel Independen (X1): Price to Book Value


Variabel ini merupakan variabel independen (X). Variabel ini diukur
dengan melihat perbandingan antara harga pasar dan nilai buku saham. Nilai buku
saham merupakan perbandingan antara total ekuitas dengan jumlah saham yang
beredar. Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan bukanlah rasio dalam tahun
berjalan, melainkan rasio pada tahun sebelumnya (t-1). Adapun rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:

Price to Book Value =

Sumber: Husnan. S dan Pudjiastuti (2006:258)

46

3.2.1.2. Variabel Independen (X2): Earning Per Share


Variabel ini merupakan variabel independen (X). Variabel ini diukur
dengan melihat perbandingan antara pendapatan setelah pajak dengan jumlah
saham yang beredar. Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan bukanlah rasio
dalam tahun berjalan, melainkan rasio pada tahun sebelumnya (t-1). Adapun
rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Earning Per Share =

Sumber: Irham Fahmi (2012:96)

3.2.1.3. Variabel Independen (X3): Return On Asset


Variabel ini merupakan variabel independen (X). Variabel ini diukur
dengan melihat perbandingan antara laba bersih yang dihasilkan perusahaan
dengan total aset yang dimiliki oleh perusahaan yang dinyatakan dalam angka
persen. Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan bukanlah rasio dalam tahun
berjalan, melainkan rasio pada tahun sebelumnya (t-1). Adapun rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:

Return On Asset =

Sumber: Mamduh M. Hanafi (2007:84)

47

3.2.1.4. Variabel Independen (X4): Debt to Equity Ratio


Variabel ini merupakan variabel independen (X). Variabel ini diukur
dengan melihat perbandingan antara total hutang dengan ekuitas yang dimiliki
perusahaan yang dinyatakan dalam angka persen. Dalam penelitian ini, rasio yang
digunakan bukanlah rasio dalam tahun berjalan, melainkan rasio pada tahun
sebelumnya (t-1). Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Debt to Equity Ratio =

Sumber: Agus Sartono (2008:121)

3.2.1.5. Variabel Dependen (Y): Harga Saham


Variabel ini merupakan variabel independen (Y). Variabel ini
merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika
pasar sudah ditutup, maka harga pasar adalah harga penututpnya (closing price).
Dalam penelitian ini indikator harga saham yang digunakan adalah harga saham
rata-rata selama satu tahun yaitu dengan cara menjumlahkan harga saham
penutupan (closing price) setiap bulan dan dibagi dengan 12.

3.2.2. Operasionalisasi Variabel


Sesuai dengan judul skripsi yang dipilih yaitu, Pengaruh Price to book
Value, Earning Per Share, Return on Asset dan Debt to Equity Ratio Terhadap
Harga Saham, terdapat lima variabel yaitu:
1. Price to Book Value sebagai variabel independen (X1)

48

2. Earning Per Share sebagai variabel independen (X2)


3. Return On Asset sebagai variabel independen (X3)
4. Debt to Equity Ratio sebagai variabel independen (X4)
5. Harga Saham sebagai variabel dependen (Y)

Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
No.

Variabel

Konsep Variabel

Penelitian
Price
Price to

1.

to

Book

merupakan

Value

Indikator

Skala

Price to Book Value =

perbandingan

Book Value

antara harga pasar dannilai

(X1)

buku saham. (Husnan S. dan


Pudjiastuti, 2006:258)

Rasio
(Husnan S. dan Pudjiastuti,
2006:258)

Earning Per Share adalah


bentuk
Earning
2.

Per Share
(X2)

pemberian

Earning Per Share =

keuntungan yang diberikan


kepada

para

saham dari setiap lembar


saham yang dimiliki. (Irham
Fahmi, 2012:96)

Rasio

pemegang
(Irham Fahmi, 2012:96)

49

Return

on

Asset

mengukur

kemampuan

perusahaan

3.

(ROA)

menghasilkan

Return on

laba dengan menggunakan

Asset

total aset (kekayaan) yang

(X3)

dipunyai perusahaan setelah

Return on Asset =
Rasio

disesuaikan dengan biaya-

(Mamduh M. Hanafi,

biaya untuk mendanai aset

2007:159)

tersebut.

(Mamduh

M.

Hanafi, 2007:159)
Debt to Equity Ratio adalah

4.

Debt to

perbandingan antara dana

Equity

yang berasal dari pemilik

Ratio

dengan dana yang berasal

(X4)

dari kreditur. (Mamduh M.

Debt to Equity Ratio =


Rasio

(Mamduh M. Hanafi,

Hanafi, 2007:82)

2007:82)
Harga dari suatu saham pada
pasar

yang

sedang

berlangsung atau jika pasar


Harga
5.

Saham
(Y)

sudah ditutup, maka harga


pasar

adalah

2003:58)

dan

Closing Price
Rasio

harga

penutupnya (closing price).


(Anoraga

Rata-rata

Pakarti,

(Anoraga dan Pakarti,


2003:58)

50

3.3.

Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1.

Populasi Penelitian
Populasi menurut Sugiyono (2012:115) adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sesuai dengan penelitian yang akan diteliti yaitu pengaruh Price to Book
Value, Earning Per Share, Return on Asset dan Debt to Equity Ratio Terhadap
harga saham. Maka yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
keseluruhan data laporan keuangan perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama lima tahun mulai dari tahun 2006 sampai dengan 2011, sehingga
diperoleh jumlah populasi sebanyak 95 perusahaan.

3.3.2.

Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono,

2012:116). Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah teknik
Nonprobability Sampling. Pengertian teknik Nonprobability Sampling menurut
Sugiyono (2012:120) adalah sebagai berikut:
Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sempel yang tidak
memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Teknik Nonprobability Sampling yang digunakan dalam pengambilan
sampel pada penelitian ini adalah teknik Purposive Sampling. Pengertian
Purposive Sampling menurut Sugiyono (2012:122) adalah sebagai berikut:

51

Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan


tertentu.
Alasan pemilihan sampel dengan menggunakan purposive sampling
adalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria sesuai dengan yang telah
penulis tentukan, oleh karena itu penulis memilih teknik purposive sampling
dengan menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu
yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang digunakan dalam penelitian ini.
Adapun kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel dalam
penelitian ini adalah:
a. Semua perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
lima tahun berturut-turut dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011.
b. Perusahaan tersebut secara periodik menerbitkan laporan keuangan selama
periode pengamatan yaitu dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011.
c. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan non keuangan.
d. Setiap

perusahaan

yang

dijadikan

sampel

penelitian,

memiliki

kelengkapan data yang dibutuhkan, terutama yang menyangkut data yang


akan diteliti.
Adapun jumlah sampel perusahaan yang masuk ke dalam kriteria dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini.

52

Tabel 3.2
Gambaran Tahap Penyeleksian Untuk Sampel Penelitian
Keterangan
Jumlah perusahaan Indeks LQ45 2006-2011.

Jumlah
Perusahaan
95

Pelanggaran kriteria perusahaan yang dijadikan sampel


penelitian:
- Perusahaan Indeks LQ45 yang tidak terdaftar secara
berturut-turut selama periode tahun 2006 sampai

(80)

2011.
- Perusahaan Indeks LQ45 yang tidak menerbitkan
laporan keuangan tahunan selama periode tahun

(0)

2006-2011.
- Perbankan yang masuk ke dalam Indeks LQ45

(4)

antara tahun 2006-2011.


- Perusahaan Indeks LQ45 yang tidak memiliki data

(0)

lengkap selama periode tahun 2006-2011


Total perusahaan yang dapat digunakan sebagai sampel

3.3.3.

11

Sampel Penelitian
Sugiyono (2012:116), menyebutkan bahwa:
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.
Dalam penelitian ini, sampel yang terpilih adalah perusahaan yang

masuk ke dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 sampai
dengan tahun 2011 secara berturut-turut dan memiliki kriteria tertentu yang

53

mendukung penelitian. Adapun perusahaan-perusahaan LQ45 yang menjadi


sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Perusahaan-perusahaan LQ45 yang menjadi sampel penelitian
No.

Kode Emiten

Keterangan

AALI

Astra Agro Lestari Tbk.

ANTM

Aneka Tambang (Persero) Tbk.

ASII

Astra International Tbk.

INCO

Vale Indonesia Tbk.

INDF

Indofood Sukses Makmur Tbk.

ISAT

Indosat Tbk.

PGAS

Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.

PTBA

Tambang Batubara Bukit Asam Tbk.

TLKM

Telekomunikasi Indonesia Tbk

10

UNSP

Bakrie Sumatra Plantations Tbk.

11

UNTR

United Tractors Tbk.


Sumber: www.idx.co.id (data diolah)

3.4.

Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Sumber Data


Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi
pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam
angka-angka, menunjukkan nilai terhadap besaran atau variabel yang diwakilinya.
(Sugiyono 2012:13)

54

Di lihat dari sember datanya, pengumpulan data dapat menggunakan


sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sumber data sekunder. Adapun menurut Sugiyono
(2012:402) yang dimaksud dengan data sekunder adalah:
Sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.

3.4.2. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini
adalah penelitian kepustakaan (Library Research), yang mana pada tahap ini,
penulis berusaha untuk memperoleh berbagai informasi sebanyak-banyaknya
untuk dijadikan sebagai dasar teori dan acuan untuk mengolah data dengan cara
membaca, mempelajari, menelaah, dan mengkaji literatur-literatur berupa bukubuku, jurnal, makalah, maupun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data juga diperoleh dari situs-situs
terkait untuk memperoleh tambahan literatur, jurnal, dan data lainnya.

3.5.

Metode Analisis Data dan Uji Hipotesis

3.5.1. Analisis Data


Pengertian analisis data menurut Sugiyono (2012:206) adalah sebagai
berikut:
Analisis data merupakan kegiatan setelah data diolah dari seluruh
responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
menstabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,

55

menyajikan data dari setiap variabel yang diteliti, melakukan


perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah di ajukan.

Untuk mengetahui pengaruh Price to Book Value, Earning Per Share,


Return on Asset dan Debt to Equity Ratio terhadap harga saham, maka digunakan
teknik analisis data statistik parametris. Sugiyono (2012:208) mengemukakan,
bahawa statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui
statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel.
Analisis dalam penelitian ini menggunakan statistik parametis dengan
menggunakan model Regresi Linear Berganda. Dedy dan Fransiska (2008)
mengemukakan bahwa analisis regresi bertujuan untuk mencari adanya hubungan
antara variabel-variabel dependen dengan beberapa variabel independen. Untuk
masuk ke model regresi tersebut, data harus diuji asumsi klasik terlebih dahulu.
Perhitungan analisis data seluruhnya akan dibantu dengan menggunakan
software statistika yaitu program SPSS 17 for Windows.

3.5.2.

Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik digunakan untuk menilai ada tidaknya bias atas hasil

analisis regresi yang telah dilakukan, dimana dengan menggunakan uji asumsi
klaisk dapat diketahui sejauh mana hasil analisis regresi dapat diandalkan tingkat
keakuratnnya. (F. Poernamawatie, 2008). Uji asumsi klasik terdiri dari uji
normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas (Dedy dan
Fransiska, 2008).

56

3.5.2.1. Uji Normalitas


Nugroho (2005:18) menjelaskan bahwa data yang baik dan layak
digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal, untuk
menguji apakah distribusi normal atau tidak, dapat dilihat melalui normal
probability plot dengan membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi
normal. Data normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal, dan ploting data
akan dibandingkan dengan garis diagonal. Ghozali (2009:10) menjelaskan bahwa
jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

3.5.2.2. Uji Multikolinearitas


Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui apakah ada tidaknya
variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain
dalam satu model Nugroho (2005:58). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi atau kemiripan di antara variabel independen (Dedy dan Fransiska,
2008).
Ghozali (2009:95), mengemukakan bahwa untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:
a. VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance
Pedoman suatu model regresi yang bebas multiko adalah mempunyai
angka tolerance di atas (>) 0,1 dan mempunyai nilai VIF di bawah (<) 10.

57

b. Mengkolerasikan antara variabel independen, apabila memiliki korelasi


yang sempurna (lebih dari 0,5), maka terjadi problem multikolinearitas
demikian sebaliknya.

3.5.2.3. Uji Autokorelasi


Dedy dan Fransiska (2008) mengemukakan bahwa uji autokorelasi
bertujuan untuk menguji apakah model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Model yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokorelasi.
Singgih Santoso (2000:218) mengemukakan uji autokorelasi dapat
dilakukan dengan cara uji Durbin Watson (DW test). Adapun cara mendeteksi
terjadinya autokorelasi secara umum dapat diambil patokan sebagai berikut:
a. Angka DW di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
b. Angka DW diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.
c. Angka DW di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

3.5.2.4. Uji Heterokedastisitas


Dedy dan Fransiska (2008) mengemukakan bahwa uji heterokedastisitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi
ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain

58

tetap, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Singgih

Santoso

(2000:210)

mengemukakan,

deteksi

adanya

heteroskedastisitas, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot. Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk
suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.5.3.

Statistika Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan analisis yang meneliti objek dalam

keadaan apa adanya, sesuai dengan data yang diperoleh kemudian disusun dan
disampaikan (Sugiyono, 2011:206). Dalam analisis ini akan dilakukan
pembahasan mengenai Price to Book Value, Earning Per Share, Return on Asset,
Debt to Equity Ratio dan harga saham. Analisis deskriptif yang digunakan adalah
nilai maksimum, nilai minimum dan mean (rata-rata). Sedangkan untuk
menentukan kategori penilaian setiap nilai rata-rata (mean) perubahan pada
variabel penelitian, maka dibuat tabel distribusi frekuensi dengan langkah sebagai
berikut:
a. Menentukan jumlah kriteria yaitu 4 kriteria

59

b. Menentukan selisih nilai maksimum dan minimum = (nilai mkas - nilai


min)
c. Menentukan range (jarak interval kelas) =
d. Menentukan nilai rata-rata perubahan pada setiap variabel penelitian
e. Membuat tabel distribusi frekuensi nilai perubahan untuk setiap variabel
penelitian:
Tabel 3.4
Tabel Kriteria Penilaian
RENDAH

Batas bawah (nilai min)

(range)

Batas atas 1

SEDANG

(Batas atas 1) +0,01

(range)

Batas atas 2

TINGGI

(Batas atas 2) +0,01

(range)

Batas atas 3

SANGAT TINGGI

(Batas atas 3) +0,01

(range)

Batas atas 4 (nilai maks)

Keterangan:
Batas atas 1 = Batas bawah (nilai min) + range
Batas atas 2 = (Batas atas 1 + 0,01) + range
Batas atas 3 = (Batas atas 2 + 0,01) + range
Batas atas 4 = (Batas atas 3 + 0,01) + range = Nilai Maksimum
3.5.4. Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis regresi didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal
variabel independen dengan variabel dependen. Adapun bentuk persamaan regresi
linear sederhana adalah:
Y = + bX
(Sumber: Sugiyono, 2012: 270)

60

Dimana:
X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu
Y = Subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan
= Harga Y bila X = 0 (harga konstan)
b = Angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan
atau penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel
independen

3.5.5. Analisis Regresi Linear Berganda


Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi
berganda bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel
tidak bebas (terikat) atas perubahan dari setiap peningkatan atau penurunan
variabel bebas yang akan mempengaruhi variabel terikat (Meilinda 2012).
Hubungan antar variabel tersebut dapat digambarkan dengan persamaan sebagai
berikut:
Y = + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + e
(Sumber: Sugiyono, 2012: 277)
Dimana:
Y

= Harga Saham

= Konstanta

1-4 = Koefisien Regresi


X1

= Price to Book Value

X2

= Earning Per Share

61

3.5.6.

X3

= Return On Asset

X4

= Debt

= eror, kesalahan baku

to Equity Ratio

Analisis Korelasi

3.5.6.1. Analisis Korelasi Parsial


Analisis korelasi parsial ini digunakan untuk mengetahui kekuatan
hubungan anatara korelasi kedua variabel dan ukuran yang dipakai untuk
menentukan derajat atau kekuatan hubungan korelasi tersebut. Pengukuran
koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien pearson correlation
product moment, untuk menguji hubungan asosiatif/hubungan bila datanya
berbentuk interval atau rasio (Sugiyono, 2012:216). Adapun rumus dari korelasi
Pearson ini adalah sebagai berikut:

rxy =

n ( X 1 Y) ( X 1 )( Y)
{n ( X 1 ) ( X 1 ) 2 }{n ( Y 2 ) ( Y) 2 }
2

(Sumber: Sugiyono, 2012:248)


Dimana :
r = Koefisien korelasi
x = Variabel independen
y = Variabel dependen
n = Banyak sampel

62

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang


ditemukan besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan berikut ini:
Tabel 3.5
Kategori Koefisien Korelasi
Interval Korelasi

Tingkat Hubungan

0,00 0,199

Sangat Rendah

0,20 0,399

Rendah

0,40 0,599

Sedang

0,60 0,799

Kuat

0,80 1,000

Sangat Kuat
(Sumber: Sugiyono, 2012: 250)

3.5.6.2. Analisis Korelasi Simultan


Analisis korelasi simultan digunakan untuk mengetahui seberapa erat
hubungan antara seluruh variabel independen dengan variabel dependen. Korelasi
koefisien tersebut didapat dengan rumus sebagai berikut:

Ryx1x2x3x4 =

(Sumber: Sugiyono, 2012:256)


Dimana :
Ryx1x2x3x4 = Korelasi antara variabel X1, X2, X3, dengan X4 secara bersamasama dengan variabel Y
ryx1

= Korelasi Product Moment antara X1 dengan Y

63

ryx2

= Korelasi Product Moment antara X2 dengan Y

ryx3

= Korelasi Product Moment antara X3 dengan Y

ryx4

= Korelasi Product Moment antara X4 dengan Y

rx1x2x3x4 = Korelasi Product Moment antara X1, X2, X3, dengan X4

3.5.7. Pengujian Hipotesis


Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara
parsial (uji t) dan penyajian secara simultan (uji F). Hipotesis yang akan diuji dan
dibuktikan dalam penelitian ini berkaitan dengan pengaruh variabel-variabel
bebas yaitu Price to Book Value, Earning Per Share, Return on Asset dan Debt to
Equity Ratio terhadap harga saham.
Menurut Nazir (2003:394), tingkat signifikan (significant level) yang
sering digunakan adalah sebesar 5% atau 0,05 karena dinilai cukup ketat dalam
menguji hubungan variabel-variabel yang diuji atau menunjukan bahwa korelasi
antara kedua variabel cukup nyata. Disamping itu tingkat signifikansi ini umum
digunakan dalam ilmu-ilmu sosial. Tingkat signifikansi 0,05 artinya adalah
kemungkinan besar dari hasil penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas 95%
atau toleransi kesalahan sebesar 5%.
a. Uji Parsial (t-test)
Uji t (t-test) dimaksudkan untuk melihat signifikansi dari pengaruh
variabel independen secara individual terhadap variabel dependen, dengan asumsi
variabel independen lainnya konstan (dalam regresi majemuk) (F. Poernamawatie,
2008).

64

Dalam hal ini, variabel independennya adalah Price to Book Value,


Earning Per Share, Return on Asset dan Debt to Equity Ratio. Sedangkan variabel
dependennya adalah harga saham. Langkah-langkah pengujian hipotesis secara
parsial adalah sebagai berikut:

Merumuskan Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada
tidaknya pengaruh antara variabel X (variabel bebas) dan variabel Y
(variabel terikat). Dimana hipotesis nol (H0) yaitu hipotesis tentang tidak
adanya pengaruh. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) merupakan hipotesis
yang diajukan peneliti dalam penelitian ini. Masing-masing hipotesis
tersebut dijabarkan sebagai berikut:
H0 : 1 = 0 : Tidak terdapat pengaruh Price to Book Value terhadap harga
saham.
Ha : 1 0 : Terdapat pengaruh Price to Book Value terhadap harga saham.
H0 : 2 = 0 : Tidak terdapat pengaruh Earning Per Share terhadap harga
saham.
Ha : 2 0 : Terdapat pengaruh Earning Per Share terhadap harga saham.
H0 : 3 = 0 : Tidak terdapat pengaruh Return On Asset terhadap harga
saham.
H3 : 3 0 : Terdapat pengaruh Return On Asset terhadap harga saham.
H0 : 4 = 0 : Tidak terdapat pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap harga
saham.
Ha : 4 0 : Terdapat pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap harga saham.

65

Menghitung Uji t (t-test)

(Sumber: Sugiyono, 2012:250)


Dimana:
t

= nilai uji t

= koefisien korelasi

r2

= koefisien determinasi

n-2 = derajat kebebasan distribusi student

Kriteria Pengambilan Keputusan


1).

Daerah
penolakan Ho

Daerah
penolakan Ho

Daerah Penerimaan H0

-t hitung

-t tabel

t tabel

t hitung

Gambar 3.2 Kurva Uji Hipotesis Parsial (Ho Ditolak)


Keterangan:
Jika t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel maka H0 ditolak atau nilai
Sig <

66

2).

Daerah
penolakan Ho

Daerah
penolakan Ho

Daerah Penerimaan H0

-t tabel

-t hitung

t hitung

t tabel

Gambar 3.3 Kurva Uji Hipotesis Parsial (Ho Diterima)


Keterangan:
Jika t hitung < t tabel atau t hitung > -t tabel maka H0 diterima atau nilai
Sig >

b. Uji Simultan (F-test)


Uji F digunakan untuk menguji goodness of fit test yang menunjukkan
variasi pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen
(Meilinda, 2008). Langkah-langkah pengujian dengan menggunakan Uji F adalah
sebagai berikut :

Merumuskan Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada
atau tidaknya pengaruh secara simultan variabel independen mempengaruhi
variabel dependen. Dimana hipotesis nol (H0) yaitu hipotesis tentang tidak
adanya pengaruh, umumnya diformulasikan untuk ditolak. Sedangkan
hipotesis alternatif (Ha) merupakan hipotesis yang diajukan peneliti dalam
penelitian ini. Masing-masing hipotesis tersebut dijabarkan sebagai berikut:

67

H0 : 1, 2, 3, 4 = 0 : Tidak terdapat pengaruh Price to Book Value,


Earning Per Share, Return on Asset dan Debt to Equity Ratio
terhadap harga saham.
Ha : 1, 2, 3, 4 0 : Terdapat pengaruh Price to Book Value, Earning
Per Share, Return on Asset dan Debt to Equity Ratio terhadap
harga saham.

Menghitung Uji F (F-test)

(Sumber: Sugiyono, 2012:257)


Dimana:

= koefisien korelasi berganda

= jumlah variabel independen

= jumlah anggota sampel

Kriteria Pengambilan Keputusan


1).

Daerah
penolakan Ho

Daerah
penolakan Ho

Daerah Penerimaan H0

-f hitung

-f tabel

f tabel

f hitung

Gambar 3.4 Kurva Uji Hipotesis Simultan (Ho Ditolak)

68

Keterangan:
Jika f hitung > f tabel atau f hitung < -f tabel maka H0 ditolak atau nilai
Sig <

2).

Daerah
penolakan Ho

Daerah
penolakan Ho

Daerah Penerimaan H0

-f tabel

-f hitung

f hitung

f tabel

Gambar 3.5 Kurva Uji Hipotesis Simultan (Ho Diterima)


Keterangan:
Jika f hitung < f tabel atau f hitung > -f tabel maka H0 diterima atau nilai
Sig >

3.5.8.

Koefisien Determinasi
Untuk melihat seberapa besar tingkat pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen secara parsial digunakan koefisien determinasi (Kd)


dengan rumus sebagai berikut :
KD = r2 x 100%
(Sumber: Sugiyono 2012: 257)
Dimana:
KD = Koefisien Determinasi
r

= Koefisien Regresi

69

Koefisien determinasi (KD) pada intinya mengukur seberapa jauh


kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Besarnya
koefisien determinasi ini adalah 0 sampai dengan 1 . Nilai KD yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2009:49).

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.

Hasil Penelitian

4.1.1

Gambaran Umum Perusahaan

1. Astra Agro Lestari Tbk.


PT Astra Agro Lestari Tbk adalah perusahaan perkebunan yang
berkedudukan di Indonesia. Kegiatan utama Perusahaan adalah operasi kelapa
sawit, karet dan kakao, perdagangan umum, manufaktur, transportasi, konsultasi
dan layanan terkait. 4059-hektar perkebunan kelapa sawit minyaknya terletak di
Kalimantan Selatan dan pabrik minyak goreng berlokasi di Sumatera Utara,
Indonesia. Perusahaan mempunyai anak Perkebunan anak perusahaan dan pabrik
berlokasi di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
PT. Astra Agro Lestari Tbk didirikan dengan nama PT Suryaraya
Cakrawala tanggal 3 Oktober 1988, yang kemudian berubah menjadi PT Astra
Agro Niaga tanggal 4 Agustus 1989. Pada tanggal 30 Juni 1997, Perusahaan
melakukan penggabungan usaha dengan PT Suryaraya Bahtera melalui perjanjian
penggabungan usaha. Setelah penggabungan usaha ini, nama Perusahaan diubah
menjadi PT Astra Agro Lestari dan meningkatkan modal dasar dari Rp 250 miliar
menjadi Rp 2 triliun yang terdiri dari 4 miliar saham dengan nilai nominal Rp 500
(Rupiah penuh).

70

71

2. PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk.


PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. (ANTM) didirikan dengan nama
"Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang" tanggal 05 Juli1968. Perusahaan
mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 5 Juli 1968. Berdasarkan
Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah di bidang
pertambangan berbagai jenis bahan galian, serta menjalankan usaha di bidang
industri, perdagangan, pengangkutan dan jasa lainnya yang berkaitan dengan
galian tersebut.
Kegiatan usaha Perusahaan dimulai pada tahun 1989 bergerak dalam
bidang perdagangan terutama rokok. Sejak tahun 2002, Perusahaan bergerak
dalam kegiatan usaha perdagangan eceran untuk produk konsumen dengan
mengoperasikan jaringan minimarket dengan nama Alfamart yang berlokasi di
beberapa tempat di Jakarta, Cileungsi, Tangerang, Cikarang, Bandung, Sidoarjo,
Cirebon, Cilacap, Semarang, Lampung, Malang, Bali, Klaten, Makassar, Balaraja
dan Palembang.
Pada tanggal 27 Nopember 1997, Perusahaan melakukan Penawaran
Umum Perdana Saham sebanyak 430.769.000 saham dengan nilai nominal
Rp500,- per saham kepada masyarakat melalui Bursa Efek Indonesia dengan
Harga Penawaran Perdana sebesar Rp1.400,- per saham. Pada tanggal 27
Nopember 1997, seluruh saham Perusahaan telah dicatatkan di Bursa Efek
Indonesia.

72

3. PT. Astra International Tbk.


PT Astra International Tbk (ASII) didirikan pada tanggal 20 Februari 1957
dengan nama PT Astra International Incorporated. Kantor pusat ASII berdomosili
di Jl. Gaya Motor Raya No. 8, Sunter II, Jakarta.
Pemegang saham terbesar ASII adalah Jardine Cycle & Carriage Ltd,
perusahaan yang didirikan di Singapura. Jardine Cycle & Carriage Ltd merupakan
entitas anak dari Jardine Matheson Holdings Ltd, perusahaan yang didirikan di
Bermuda.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ASII bergerak di bidang
perdagangan umum, perindustrian, jasa pertambangan, pengangkutan, pertanian,
pembangunan dan jasa konsultasi. Ruang lingkup kegiatan utama entitas anak
meliputi perakitan dan penyaluran mobil, sepeda motor berikut suku cadangnya,
penjualan

dan

penyewaan

alat

berat,

pertambangan

dan

jasa

terkait,

pengembangan perkebunan, jasa keuangan, infrastruktur dan teknologi informasi.

4. PT. Vale Indonesia Tbk.


PT Vale Indonesia Tbk (dahulu PT International Nickel Indonesia Tbk)
(INCO) didirikan tanggal 25 Juli 1968 dan memulai kegiatan usaha komersialnya
pada tahun 1978. Kantor pusat INCO terletak di Plaza Bapindo, Citibank Tower,
Lantai 22, Jln. Jend. Sudirman Kav. 54-55, Jakarta 12190. Pabrik INCO berlokasi
di Sorowako, Sulawesi Selatan.

73

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INCO


adalah

dalam

eksplorasi

dan

penambangan,

pengolahan,

penyimpanan,

pengangkutan dan pemasaran nikel beserta produk mineral terkait lainnya.


Pada tahun 1990, INCO memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK
untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) INCO kepada
masyarakat sebanyak 49.681.694 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham
dengan harga penawaran Rp9.800,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Mei 1990.

5. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.


PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) didirikan tanggal 14 Agustus
1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma dan memulai kegiatan usaha
komersialnya pada tahun 1990. Kantor pusat INDF berlokasi di Sudirman Plaza,
Indofood Tower, Lantai 27, Jl. Jend. Sudirman Kav. 76 78, Jakarta. Sedangkan
pabrik dan perkebunan INDF dan anak usaha berlokasi di berbagai tempat di
pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Malaysia.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INDF
antara lain terdiri dari mendirikan dan menjalankan industri makanan olahan,
bumbu penyedap, minuman ringan, kemasan, minyak goreng, penggilingan biji
gandum dan tekstil pembuatan karung terigu.
Pada tahun 1994, INDF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK
untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) INDF kepada
masyarakat sebanyak 21.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham

74

dengan harga penawaran Rp6.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan


pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 14 Juli 1994.

6. PT. Indosat Tbk.


PT Indosat Tbk (ISAT) didirikan tanggal 10 Nopember 1967 dan memulai
kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1969. Kantor pusat ISAT berkedudukan
di Jalan Medan Merdeka Barat No. 21, Jakarta dan memiliki 4 kantor regional
yang terletak di Jakarta, Surabaya, Batam dan Balikpapan.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ISAT
adalah melakukan kegiatan usaha penyelenggaraan jaringan telekomunikasi, jasa
telekomunikasi serta teknologi informasi dan/atau jasa teknologi konvergensi.
Pada tahun 1994, ISAT memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK
untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) ISAT kepada
masyarakat sebanyak 103.550.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham
dengan harga penawaran Rp7.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 19 Oktober 1994.

7. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.


PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) didirikan tahun 1859
dengan nama Firma L. J. N. Eindhoven & Co. Gravenhage. Kemudian, pada
tahun 1950, pada saat diambil alih oleh Pemerintah Belanda, PGAS diberi nama
NV. Netherland Indische Gaz Maatschapij (NV. NIGM). Pada tahun 1958, saat
diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia, nama PGAS diganti menjadi

75

Badan Pengambil Alih Perusahaan-Perusahaan Listrik dan Gas (BP3LG) yang


kemudian beralih status menjadi BPU-PLN pada tahun 1961.
Pada tanggal 13 Mei 1965, berdasarkan Peraturan Pemerintah, PGAS
ditetapkan sebagai perusahaan negara dan dikenal sebagai Perusahaan Negara
Gas (PN. Gas). Berdasarkan Peraturan Pemerintah tahun 1984, PN. Gas diubah
menjadi perusahaan umum (Perum) dengan nama Perusahaan Umum Gas
Negara. Perubahan terakhir berdasarkan Peraturan Pemerintah no.37 tahun
1994, PGAS diubah dari Perum menjadi perusahaan perseroan terbatas yang
dimiliki oleh negara (Persero) dan namanya berubah menjadi PT Perusahaan
Gas Negara (Persero). Kantor pusat PGAS berlokasi di di Jl. K.H. Zainul Arifin
No. 20, Jakarta.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PGAS
adalah melaksanakan perencanaan, pembangunan, pengelolaan dan usaha hilir
bidang gas bumi yang meliputi kegiatan pengolahan, pengangkutan, penyimpanan
dan niaga, perencanaan, pembangunan, pengembangan produksi, penyediaan,
penyaluran dan distribusi gas buatan; atau usaha lain yang menunjang usaha. Saat
ini, usaha utama PGAS adalah distribusi dan transmisi gas bumi ke pelanggan
industri, komersial dan rumah tangga.

8. PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk.


PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) didirikan
tanggal 02 Maret 1981. Kantor pusat PTBA terletak di Menara Kadin Indonesia
Lt. 9 & 15. Jln. H.R. Rasuna Said X-5, Kav. 2-3, Jakarta 12950. Pada tahun 1993,

76

PTBA ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan Satuan Kerja


Pengusahaan Briket
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PTBA
adalah bergerak dalam bidang industri tambang batubara, meliputi kegiatan
penyelidikan

umum,

eksplorasi,

eksploitasi,

pengolahan,

pemurnian,

pengangkutan dan perdagangan, pemeliharaan fasilitas dermaga khusus batubara


baik untuk keperluan sendiri maupun pihak lain, pengoperasian pembangkit listrik
tenaga uap baik untuk keperluan sendiri ataupun pihak lain dan memberikan jasajasa konsultasi dan rekayasa dalam bidang yang ada hubungannya dengan industri
pertambangan batubara beserta hasil olahannya.
Pada tanggal 03 Desember 2002, PTBA memperoleh pernyataan efektif
dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO)
PTBA kepada masyarakat sebanyak 346.500.000 dengan nilai nominal Rp500,per saham dengan harga penawaran Rp575,- per saham disertai Waran Seri I
sebanyak 173.250.000. Saham dan Waran Seri I tersebut dicatatkan pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 23 Desember 2002.

9. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.


Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia Tbk /
TELKOM

(TLKM)

pada

mulanya

merupakan

bagian

dari

Post

en

Telegraafdienst, yang didirikan pada tahun 1884. Pada tahun 1991, berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1991, status Perusahaan diubah menjadi

77

perseroan terbatas milik negara (Persero). Kantor pusat Perusahaan berlokasi di


Jalan Japati No. 1, Bandung, Jawa Barat.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
Perusahaan adalah menyelenggarakan jaringan dan jasa telekomunikasi,
informatika, serta optimalisasi sumber daya Perusahaan, dengan memperhatikan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk mencapai tujuan tersebut di
atas, Perusahaan menjalankan kegiatan yang meliputi: (a)Usaha Utama:
Merencanakan, membangun, menyediakan, mengembangkan, mengoperasikan,
memasarkan atau menjual, menyewakan, dan memelihara jaringan telekomunikasi
dan informatika (b)Usaha Penunjang: 1).Menyediakan jasa transaksi pembayaran
dan pengiriman uang melalui jaringan telekomunikasi dan informatika.
2).Menjalankan kegiatan dan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya
yang dimiliki Perusahaan, yang antara lain meliputi pemanfaatan aktiva tetap dan
aktiva bergerak, fasilitas sistem informasi, fasilitas pendidikan dan pelatihan, dan
fasilitas pemeliharaan dan perbaikan.
Jumlah saham Perusahaan sesaat sebelum penawaran umum perdana
(Initial Public Offering atau IPO) adalah 8.400.000.000, yang terdiri dari
8.399.999.999 saham Seri B dan 1 saham Seri A Dwiwarna yang seluruhnya
dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia (Pemerintah). Pada tanggal 14
November 1995, Pemerintah menjual saham Perusahaan yang terdiri dari
933.333.000 saham baru Seri B dan 233.334.000 saham Seri B milik Pemerintah
kepada masyarakat melalui IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) (dahulu Bursa
Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya), dan penawaran dan pencatatan di Bursa

78

Efek New York (NYSE) dan Bursa Efek London (LSE) atas 700.000.000
saham Seri B milik Pemerintah dalam bentuk American Depositary Shares
(ADS). Terdapat 35.000.000 ADS dan masing-masing ADS mewakili 20 saham
Seri B pada saat itu.

10. Bakrie Sumatera Plantation Tbk.


PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) didirikan di Indonesia pada
tahun 1911 dengan nama NV Hollandsch Amerikanse Plantage Maatschappij
dan telah beroperasi komersial sejak tahun 1911. Luas tanaman perkebunan
UNSP dan Entitas Anak adalah 124.734 hektar. UNSP berdomisili di Kisaran
dengan kantor pusat berlokasi di Jl. H. Juanda, Kisaran 21202, Kabupaten
Asahan, Sumatera Utara, sedangkan perkebunan serta pabriknya berlokasi di
Kisaran, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha
kegiatan UNSP meliputi bidang perkebunan, pengolahan, perdagangan dan
pengangkutan hasil tanaman dan produk industri, serta pabrik kertas. Saat ini,
Perusahaan bergerak di bidang perkebunan, pengolahan dan perdagangan hasil
tanaman dan industri.

11. PT. United Tractors Tbk.


PT United Tractors Tbk (UNTR) didirikan di Indonesia pada tanggal 13
Oktober 1972 dengan nama PT Inter Astra Motor Works dan memulai kegiatan
operasinya pada tahun 1973. UNTR berkedudukan di Jakarta dan mempunyai 18

79

cabang, 17 kantor lokasi dan 12 kantor perwakilan yang tersebar di seluruh


Indonesia. Kantor pusat berlokasi di Jalan Raya Bekasi Km. 22, Cakung, Jakarta.
Perusahaan melalui pemegang saham utama, PT Astra International Tbk (Astra),
adalah bagian dari Jardine Matheson Holdings Ltd.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha
UNTR dan entitas anak (bersama-sama disebut Grup) meliputi penjualan dan
penyewaan alat berat beserta pelayanan purna jual, pertambangan dan kontraktor
pertambangan. Termasuk didalam kontraktor pertambangan adalah jasa kontraktor
pertambangan terpadu.
Pada tahun 1989, UNTR melalui Penawaran Umum Perdana Saham
menawarkan 2.700.000 lembar sahamnya kepada masyarakat dengan nilai
nominal Rp1.000,- per saham, dengan harga penawaran sebesar Rp7.250,- per
saham.

4.1.2

Perkembangan Price to Book Value pada Perusahaan LQ45


Price to Book Value (PBV) merupakan perbandingan antara harga pasar

dan nilai buku saham. Untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan dengan baik,
umumnya rasio ini mencapai diatas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar
saham lebih besar dari nilai bukunya (Husnan S. dan Pudjiastuti, 2006:258).
Adapun cara untuk menghitung Price to Book Value ini adalah sebagai berikut:

Price to Book Value =

80

Hasil penghitungan tingkat rasio Price to Book Value (PBV) pada


perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun
2006 sampai dengan tahun 2010 yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1
Tingkat Rasio Price to Book Value (PBV) Tahun 2006-2010
No.

KODE

AALI

ANTM

ASII

INCO

INDF

TAHUN
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010

Harga Pasar Total Ekuitas Jumlah Saham


{1}
{2}
Beredar {3}
12,600
2,748,567
1,575
28,000
4,060,602
1,575
9,800
5,156,245
1,575
22,750
6,226,365
1,575
26,200
7,211,687
1,575
8,000
4,281,602
1,908
4,475
8,763,579
9,538
1,090
8,063,138
9,538
2,200
8,148,939
9,538
2,460
9,580,098
9,538
15,700 22,375,766
4,048
27,300 26,962,594
4,048
10,550 33,080,000
4,048
34,700 39,894,000
4,048
54,550 49,310,000
4,048
31,000 15,187,071
994
96,250 13,059,707
9,936
1,930 16,653,680
9,936
3,650 14,916,459
9,936
4,875 15,081,604
9,936
1,350
4,931,086
9,444
2,575
7,126,596
9,444
930
8,498,749
8,780
3,550 10,155,495
8,780
4,875 16,784,671
8,780

Nilai Buku
PBV
{4}= {2}/{3} {5}= {1}/{4}
1,745.40
7.22
2578.58
10.86
3,274.34
2.99
3,953.89
5.75
4,579.59
5.72
2,244.39
3.56
918.76
4.87
845.33
1.29
854.32
2.58
1,004.37
2.44
5,527.13
2.84
6,660.14
4.10
8,171.22
1.29
9,854.37
3.52
12,180.25
4.48
15,284.37
2.03
1,314.34
4.85
1,676.04
1.15
1,501.20
2.43
1,517.82
3.21
522.13
2.59
754.60
3.84
967.92
0.96
1,156.61
3.97
1,911.60
2.55

81

ISAT

PGAS

PTBA

TLKM

10

UNSP

11

UNTR

2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010

6,750
8,650
5,750
4,725
5,400
11,600
15,350
1,860
3,900
4,425
3,525
12,000
6,900
17,250
22,950
10,100
10,150
6,900
9,450
7,950
970
2,275
260
580
390
6,550
10,900
4,400
15,500
23,800

15,201,745
5,434
2,797.56
2.41
16,544,730
5,434
3,044.71
2.95
17,409,621
5,434
3,203.87
1.79
17,957,690
5,434
3,304.73
1.43
17,850,646
5,434
3,285.03
1.64
5,576,033
4,537
1,229.02
9.44
6,307,978
4,540
1,389.46
11.45
7,075,257
22,967
308.06
8.80
17,732,080
22,967
483.97
8.06
13,868,573
22,967
572.10
7.73
2,295,460
2,304
996.24
3.54
2,799,118
2,304
1,214.83
10.77
3,998,132
2,304
1,735.20
3.98
5,701,372
2,304
2,474.41
6.97
6,366,736
2,304
2,763.18
8.31
28,068,689
20,160
1,392.30
7.25
33,748,579
20,160
1,674.04
6.43
34,314,071
20,160
1,702.09
4.35
38,989,747
20,160
1,934.02
4.89
44,418,742
20,160
2,203.31
3.61
642,485
2,331
275.63
3.52
2,385,206
3,788
629.70
3.73
2,470,178
3,788
652.11
0.40
2,669,843
3,788
704.82
0.82
8,318,408
3,788
613.73
0.64
4,594,437
2,852
1,611.17
4.07
5,733,335
2,852
2,010.56
5.42
11,131,607
3,327
3,345.96
1.32
13,843,710
3,327
4,161.17
3.72
16,136,338
3,327
4,850.30
4.91
(Sumber: Hasil olah data penulis, 2013)

Gambaran perkembangan hasil penelitian mengenai tingkat rasio Price to


Book Value (PBV) pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 yang menjadi sampel
penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

82

Tabel 4.2
Perkembangan Rasio Price to Book Value (PBV) Tahun 2006-2010
No.

Perusahaan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

AALI
ANTM
ASII
INCO
INDF
ISAT
PGAS
PTBA
TLKM
UNSP
UNTR

Rata-rata pertahun

2006
7.22
3.56
2.84
2.03
2.59
2.41
9.44
3.54
7.25
3.52
4.07

2007
10.86
4.87
4.10
4.85
3.84
2.95
11.45
10.77
6.43
3.73
5.42

Tahun
2008
2.99
1.29
1.29
1.15
0.96
1.79
8.80
3.98
4.35
0.40
1.32

4.41

6.30

2.57

2009
5.75
2.58
3.52
2.43
3.97
1.43
8.06
6.97
4.89
0.82
3.72

2010
5.72
2.44
4.48
3.21
2.55
1.64
7.73
8.31
3.61
0.64
4.91

4.01

4.11

Rata-rata
Rasio
6.51
2.95
3.25
2.73
2.78
2.04
9.10
6.71
5.31
1.82
3.89

(Sumber: Hasil olah data penulis, 2013)


Berdasarkan tabel 4.2 di atas, rasio Price to Book Value (PBV) pada
perusahaan LQ45 selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010
mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Rata-rata rasio PBV yang paling
tinggi untuk 11 perusahaan terlihat pada tahun 2007 yaitu sebesar 6,30.
Sedangkan rata-rata rasio PBV yang paling rendah untuk 11 perusahaan terlihat
pada tahun 2008 yaitu sebesar 2,57.
Selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 rata-rata rasio PBV
yang paling tinggi dicapai oleh PT. Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) yaitu
dengan rata-rata sebesar 9,1. Sedangkan rata-rata PBV yang paling rendah dicapai
oleh PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) yaitu dengan rata-rata 1,82.
Adapun grafik yang menunjukkan perubahan rasio Price to Book Value
(PBV) pada perusahaan LQ45 selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010
adalah sebagai berikut:

83

Price to Book Value


AALI

14.00

ANTM

12.00

ASII

10.00

INCO

8.00

INDF
ISAT

6.00

PGAS

4.00

PTBA
TLKM

2.00

UNSP
2006

2007

2008

2009

2010

UNTR

Gambar 4.1
Grafik Rasio Price to Book Value (PBV)
Dari gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwa rasio Price to Book Value
(PBV) terendah terdapat pada PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) pada
tahun 2008 yaitu sebesar 0,4. Sedangkan rasio Price to Book Value (PBV)
tertinggi terdapat pada PT. Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) yaitu sebesar 11,45
pada tahun 2007.
Untuk tahun 2006 PT. Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) memiliki rasio
PBV paling tinggi yaitu sebesar 9,44. Sedangkan PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO)
memiliki rasio PBV yang paling rendah yaitu sebesar 2,03.
Untuk tahun 2007 PT. Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) memiliki rasio
PBV paling tinggi yaitu sebesar 11,45. Sedangkan PT. Indosat Tbk. (ISAT)
memiliki rasio PBV yang paling rendah yaitu sebesar 2,95.

84

Untuk tahun 2008 PT. Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) memiliki rasio
PBV paling tinggi yaitu sebesar 8,80. Sedangkan PT. Bakrie Sumatera Plantations
Tbk. (UNSP) memiliki rasio PBV yang paling rendah yaitu sebesar 0,40.
Untuk tahun 2009 PT. Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) memiliki rasio
PBV paling tinggi yaitu sebesar 8,06. Sedangkan PT. Bakrie Sumatera Plantations
Tbk. (UNSP) memiliki rasio PBV yang paling rendah yaitu sebesar 0,82.
Untuk tahun 2010 PT. Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) memiliki rasio
PBV paling tinggi yaitu sebesar 8,31. Sedangkan PT. Bakrie Sumatera Plantations
Tbk. (UNSP) memiliki rasio PBV yang paling rendah yaitu sebesar 0,64.

4.1.3

Perkembangan Earning Per Share pada Perusahaan LQ45


Rasio Earning Per Share (EPS) digunakan untuk mengukur keberhasilan

manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik perusahaan. EPS


menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar dalam setiap lembar
saham (Darmadji dan Fakhruddin, 2008). Adapun cara untuk menghitung Earning
Per Share (EPS) adalah sebagai berikut:

Earning Per Share =

Hasil penghitungan tingkat rasio Earning Per Share (EPS) pada


perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun
2006 sampai dengan tahun 2010 yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:

85

Tabel 4.3
Tingkat Rasio Earning Per Share (EPS) Tahun 2006-2010
No.

KODE

AALI

ANTM

ASII

INCO

INDF

ISAT

TAHUN
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010

Pendapatan Setelah
Pajak {1}
787,318
1,973,428
2,631,019
1,660,649
2,016,780
1,552,777
5,132,460
1,368,139
604,307
1,683,400
3,712,097
6,519,273
9,191,000
10,040,000
14,366,000
4,633,056
11,048,826
3,934,510
1,607,544
3,926,645
661,210
980,357
1,034,389
2,075,861
2,952,858
1,410,093
2,042,043
1,878,522
1,498,245
647,174

Jumlah Saham
Beredar {2}
1,575
1,575
1,575
1,575
1,575
1,908
9,538
9,538
9,538
9,538
4,048
4,048
4,048
4,048
4,048
994
9,936
9,936
9,936
9,936
9,444
9,444
8,780
8,780
8,780
5,434
5,434
5,434
5,434
5,434

EPS
{3} = {1}/{2}
499.97
1,253.17
1,670.76
1,054.55
1,280.70
813.96
538.08
143.43
63.35
176.49
916.94
1,610.35
2,270.30
2,480.02
3,548.60
4,662.74
1,111.96
395.97
161.78
395.18
70.01
103.81
117.81
236.42
336.30
259.50
375.79
345.70
275.72
119.10

86

PGAS

PTBA

TLKM

10

UNSP

11

UNTR

2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010

1,892,705
1,572,565
633,860
6,229,043
6,239,361
485,670
760,207
1,707,771
2,727,734
2,008,891
11,005,577
12,857,018
10,619,470
11,332,140
11,536,999
172,898
206,575
173,569
252,783
805,630
930,372
1,493,037
2,660,742
3,817,541
3,872,931

4,537
4,540
22,967
22,967
22,967
2,304
2,304
2,304
2,304
2,304
20,160
20,160
20,160
20,160
20,160
2,331
3,788
3,788
3,788
3,788
2,852
2,852
3,327
3,327
3,327

417.17
346.39
27.60
256.96
257.38
210.78
329.93
741.18
1,183.84
871.86
545.91
637.75
526.76
562.11
572.27
74.17
54.54
45.82
66.73
59.44
326.26
523.58
799.77
1,147.48
1,164.13

(Sumber: Hasil olah data penulis, 2013)


Sedangkan gambaran perkembangan hasil penelitian mengenai tingkat
rasio Earning Per Share (EPS) pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 yang
menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

87

Tabel 4.4
Perkembangan Rasio Earning Per Share (EPS) Tahun 2006-2010
No. Perusahaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

AALI
ANTM
ASII
INCO
INDF
ISAT
PGAS
PTBA
TLKM
UNSP
UNTR

Rata-rata pertahun

2006

2007

Tahun
2008

499.97
813.96
916.94
4,662.74
70.01
259.50
417.17
210.78
545.91
74.17
326.26
799.76

1,253.17
538.08
1,610.35
1,111.96
103.81
375.79
346.39
329.93
637.75
54.54
523.58
625.94

1,670.76
143.43
2,270.30
395.97
117.81
345.70
27.60
741.18
526.76
45.82
799.77
644.10

2009

2010

1,054.55
63.35
2,480.02
161.78
236.42
275.72
256.96
1,183.84
562.11
66.73
1,147.48
680.81

1,280.70
176.49
3,548.60
395.18
336.30
119.10
257.38
871.86
572.27
59.44
1,164.13
798.31

Rata-rata
Rasio
1,151.83
347.06
2,165.24
1,345.53
172.87
275.16
261.10
667.52
568.96
60.14
792.24

(Sumber: Hasil olah data penulis, 2013)


Berdasarkan tabel 4.4 di atas, rasio Earning Per Share (EPS) pada
perusahaan LQ45 selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010
mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Rata-rata rasio EPS yang paling
tinggi untuk 11 perusahaan terlihat pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp.
799,76/lembar. Sedangkan rata-rata rasio EPS yang paling rendah untuk 11
perusahaan terlihat pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 625,94/lembar.
Selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 rata-rata rasio EPS
yang paling tinggi dicapai oleh PT. Astra International Tbk. (ASII) yaitu dengan
rata-rata sebesar Rp. 2.165,24/lembar. Sedangkan rata-rata EPS yang paling
rendah dicapai oleh PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) yaitu dengan
rata-rata Rp. 60,14/lembar.
Adapun grafik yang menunjukkan perubahan rasio Earning Per Share
(EPS) pada perusahaan LQ45 selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010
adalah sebagai berikut:

88

Earning Per Share


AALI

5,100.00
4,600.00
4,100.00
3,600.00
3,100.00
2,600.00
2,100.00
1,600.00
1,100.00
600.00
100.00

ANTM
ASII
INCO
INDF
ISAT
PGAS
PTBA

TLKM
UNSP
2006

2007

2008

2009

2010

UNTR

Gambar 4.2
Grafik Rasio Earning Per Share (EPS)
Dari gambar 4.2 di atas dapat dilihat bahwa rasio Earning Per Share
(EPS) terendah terdapat pada Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS)
pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp. 27,60/lembar. Sedangkan rasio Earning Per
Share (EPS) tertinggi terdapat pada PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO) yaitu dengan
sebesar Rp. 4.662,74/lembar pada tahun 2006.
Untuk tahun 2006 PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO) memiliki rasio EPS
paling tinggi yaitu sebesar Rp. 4.662,74/lembar. Sedangkan PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk. (INDF) memiliki rasio EPS yang paling rendah yaitu sebesar
Rp.70,01/lembar.
Untuk tahun 2007 PT. Astra International Tbk. (ASII) memiliki rasio EPS
paling tinggi yaitu sebesar Rp. 1.610,35/lembar. Sedangkan PT. Bakrie Sumatera
Plantations Tbk. (UNSP) memiliki rasio EPS yang paling rendah yaitu sebesar
Rp. 54,54/lembar.

89

Untuk tahun 2008 PT. Astra International Tbk. (ASII) memiliki rasio EPS
paling tinggi yaitu sebesar Rp. 2.270,30/lembar. Sedangkan PT. Gas Negara
(Persero) Tbk. (PGAS) memiliki rasio EPS yang paling rendah yaitu sebesar
Rp.27,60/lembar.
Untuk tahun 2009 PT. Astra International Tbk. (ASII) memiliki rasio EPS
paling tinggi yaitu sebesar Rp.2.480,02/lembar. Sedangkan PT. Bakrie Sumatera
Plantations Tbk. (UNSP) memiliki rasio EPS yang paling rendah yaitu sebesar
Rp.66,73/lembar.
Untuk tahun 2010 PT. Astra International Tbk. (ASII) memiliki rasio EPS
paling tinggi yaitu sebesar Rp. 5.548,60/lembar. Sedangkan PT. Bakrie Sumatera
Plantations Tbk. (UNSP) memiliki rasio EPS yang paling rendah yaitu sebesar
Rp.59,44/lembar.

4.1.4

Perkembangan Return On Asset pada Perusahaan LQ45


Menurut Mamduh M. Hanafi (2007:159), Return on Asset (ROA)

mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total


aset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya
untuk mendanai aset tersebut. Adapun cara untuk menghitung Return On Asset
(ROA) adalah sebagai berikut:
Return On Asset =
Hasil penghitungan tingkat rasio Return On Asset (ROA) pada perusahaan
LQ45 yang terdaftar pada periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 yang
menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

90

Tabel 4.5
Tingkat Rasio Return On Asset (ROA) Tahun 2006-2010
No.

KODE

AALI

ANTM

ASII

INCO

INDF

ISAT

PGAS

PTBA

TAHUN
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010

Laba Bersih
{1}
787,318
1,973,428
2,631,019
1,660,649
2,016,780
1,552,777
5,132,460
1,368,139
604,307
1,683,400
3,712,097
6,519,273
9,191,000
10,040,000
14,366,000
4,633,056
11,048,826
3,934,510
1,607,544
3,926,645
661,210
980,357
1,034,389
2,075,861
2,952,858
1,410,093
2,042,043
1,878,522
1,498,245
647,174
1,892,705
1,572,565
633,860
6,229,043
6,239,361
485,670
760,207
1,707,771
2,727,734
2,008,891

Total Asset
{2}
3,496,955
5,352,986
6,519,791
7,571,399
8,791,799
7,290,906
12,037,917
10,245,041
9,939,996
12,310,732
57,929,290
63,519,598
80,740,000
88,938,000
112,857,000
19,157,656
17,775,499
20,176,295
19,224,454
19,663,930
16,112,493
29,527,466
39,594,264
40,382,953
47,275,955
34,228,658
45,305,086
51,693,323
55,041,487
52,818,187
15,113,902
20,348,341
25,550,580
28,892,626
32,087,431
3,107,734
3,928,071
6,106,828
8,078,578
8,722,699

ROA
{3} = {1}/{2}
22.51
36.87
40.35
21.93
22.94
21.30
42.64
13.35
6.08
13.67
6.41
10.26
11.38
11.29
12.73
24.18
62.16
19.50
8.36
19.97
4.10
3.32
2.61
5.14
6.25
4.12
4.51
3.63
2.72
1.23
12.52
7.73
2.48
21.56
19.44
15.63
19.35
27.96
33.77
23.03

91

TLKM

10

UNSP

11

UNTR

2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010

11,005,577
75,135,745
14.65
12,857,018
82,058,760
15.67
10,619,470
91,256,250
11.64
11,332,140
97,559,606
11.62
11,536,999
99,758,447
11.56
172,898
1,783,001
9.70
206,575
4,310,904
4.79
173,569
4,700,319
3.69
252,783
5,071,797
4.98
805,630
18,502,257
4.35
930,372
11,247,846
8.27
1,493,037
13,002,619
11.48
2,660,742
22,847,721
11.65
3,817,541
24,404,828
15.64
3,872,931
29,700,914
13.04
(Sumber: Hasil olah data penulis, 2013)

Sedangkan gambaran perkembangan hasil penelitian mengenai tingkat


Return On Asset (ROA) pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 yang menjadi
sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.6
Perkembangan Rasio Return On Asset (ROA) Tahun 2006-2010
No.

Perusahaan

1
2
3
4
5
6
7
8
9

AALI
ANTM
ASII
INCO
INDF
ISAT
PGAS
PTBA
TLKM

2006
2007
22.51
36.87
21.30
42.64
6.41
10.26
24.18
62.16
4.10
3.32
4.12
4.51
12.52
7.73
15.63
19.35
14.65
15.67

Tahun
Rata-rata
2008
2009
2010
Rasio
40.35
21.93
22.94
28.92
13.35
6.08
13.67
19.41
11.38
11.29
12.73
10.41
19.50
8.36
19.97
26.83
2.61
5.14
6.25
4.28
3.63
2.72
1.23
3.24
2.48
21.56
19.44
12.75
27.96
33.77
23.03
23.95
11.64
11.62
11.56
13.03

92

10
UNSP
11
UNTR
Rata-rata pertahun

9.70
8.27
13.04

4.79
11.48
19.89

3.69
4.98
4.35
5.50
11.65
15.64
13.04
12.02
13.48
13.01
13.47
(Sumber: Hasil olah data penulis, 2013)

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, Return On Asset (ROA) pada perusahaan


LQ45 selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 mengalami
perkembangan yang berfluktuasi. Rata-rata ROA yang paling tinggi untuk 11
perusahaan terlihat pada tahun 2007 yaitu sebesar 19,89. Sedangkan rata-rata
ROA yang paling rendah untuk 11 perusahaan terlihat pada tahun 2009 yaitu
sebesar 13,01.
Selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 rata-rata ROA yang
paling tinggi dicapai oleh PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO) yaitu dengan rata-rata
sebesar 26,83. Sedangkan rata-rata ROA yang paling rendah dicapai oleh PT.
Indosat Tbk. (ISAT) yaitu dengan rata-rata 3,20.
Adapun grafik yang menunjukkan perubahan Return On Asset (ROA)
pada perusahaan LQ45 selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 adalah
sebagai berikut:

93

Return On Asset
70.00

AALI
ANTM

60.00

ASII
50.00

INCO
INDF

40.00

ISAT

30.00

PGAS
20.00

PTBA

10.00

TLKM
UNSP

0.00
2006

2007

2008

2009

2010

UNTR

Gambar 4.3
Grafik Rasio Return On Asset (ROA)
Dari gambar 4.3 di atas dapat dilihat bahwa rasio Return On Asset (ROA)
terendah terdapat pada PT. Indosat Tbk. (ISAT) pada tahun 2008 yaitu sebesar
1,23. Sedangkan rasio Return On Asset (ROA) tertinggi terdapat pada PT. Vale
Indonesia Tbk. (INCO) yaitu sebesar 62,16 pada tahun 2007.
Untuk tahun 2006 PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO) memiliki ROA paling
tinggi yaitu sebesar 24,18. Sedangkan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF)
memiliki ROA yang paling rendah yaitu sebesar 4,10.
Untuk tahun 2007 PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO) memiliki ROA paling
tinggi yaitu sebesar 62,16. Sedangkan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF)
memiliki ROA yang paling rendah yaitu sebesar 3,32.

94

Untuk tahun 2008 PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) memiliki ROA
paling tinggi yaitu sebesar 40,35. Sedangkan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
(INDF) memiliki ROA yang paling rendah yaitu sebesar 2,61.
Untuk tahun 2009 PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA)
memiliki ROA paling tinggi yaitu sebesar 33,77. Sedangkan PT. Indosat Tbk.
(ISAT) memiliki ROA yang paling rendah yaitu sebesar 2,72.
Untuk tahun 2010 PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA)
memiliki ROA paling tinggi yaitu sebesar 23,03. Sedangkan PT. Indosat Tbk.
(ISAT) memiliki ROA yang paling rendah yaitu sebesar 1,23.

4.1.5

Perkembangan Debt to Equity Ratio pada Perusahaan LQ45


Menurut Suad Husnan (2003:70), salah satu alat ukur untuk menghitung

leverage ratio dapat diukur dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER).
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara dana yang berasal
dari pemilik dengan dana yang berasal dari kreditur. (Mamduh M. Hanafi,
2007:82). Adapun cara untuk menghitung Debt to Equity Ratio (DER) adalah
sebagai berikut:
Debt to Equity Ratio =
Hasil penghitungan tingkat Debt to Equity Ratio (DER) pada perusahaan
LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2006 sampai
dengan tahun 2010 yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:

95

Tabel 4.7
Tingkat Debt to Equity Ratio (DER) Tahun 2006-2010
No.

KODE

AALI

ANTM

ASII

INCO

INDF

ISAT

PGAS

PTBA

TAHUN
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010

Total Debt
{1}
657,846
1,150,575
1,183,215
1,144,783
1,334,542
3,009,300
3,273,118
2,130,970
1,748,127
2,709,897
31,498,444
31,511,736
40,163,000
40,006,000
54,168,000
3,970,585
4,715,792
3,522,615
4,307,995
4,582,326
10,523,697
18,679,042
26,435,324
24,886,781
22,423,117
18,826,293
28,462,986
33,994,764
36,753,204
34,581,701
8,980,245
13,311,532
17,508,659
15,892,626
16,986,477
800,093
1,116,799
2,029,169
2,292,740
2,281,451

Total Equity
{2}
2,748,567
4,060,602
5,156,245
6,226,365
7,211,687
4,281,602
8,763,579
8,063,138
8,148,939
9,580,098
22,375,766
26,962,594
33,080,000
39,894,000
49,310,000
15,187,071
13,059,707
16,653,680
14,916,459
15,081,604
4,931,086
7,126,596
8,498,749
10,155,495
16,784,671
15,201,745
16,544,730
17,409,621
17,957,690
17,850,646
5,576,033
6,307,978
7,075,257
17,732,080
13,868,573
2,295,460
2,799,118
3,998,132
5,701,372
6,366,736

DER
{3}={1}/{2}
0.24
0.28
0.23
0.18
0.19
0.70
0.37
0.26
0.21
0.28
1.41
1.17
1.21
1.00
1.10
0.26
0.36
0.21
0.29
0.30
2.13
2.62
3.11
2.45
1.34
1.24
1.72
1.95
2.05
1.94
1.61
2.11
2.47
1.35
1.22
0.35
0.40
0.51
0.40
0.36

96

TLKM

10

UNSP

11

UNTR

2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010

38,879,969
309,005,419
47,258,399
47,636,512
43,343,684
1,140,516
1,924,315
2,229,141
2,401,056
9,955,000
6,606,651
7,216,432
11,644,916
10,453,748
13,535,508

28,068,689
33,748,579
34,314,071
38,989,747
44,418,742
642,485
2,385,206
2,470,178
2,669,843
8,318,408
4,594,437
5,733,335
11,131,607
13,843,710
16,136,338

1.39
1.16
1.38
1.22
0.98
1.78
0.81
0.90
0.90
1.20
1.44
1.26
1.05
0.76
0.84

(Sumber: Hasil olah data penulis, 2013)


Sedangkan gambaran perkembangan hasil penelitian mengenai tingkat
Debt to Equty Ratio (DER) pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 yang menjadi
sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.8
Perkembangan Rasio Debt to Equty Ratio (DER) Tahun 2006-2010
No.

Perusahaan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

AALI
ANTM
ASII
INCO
INDF
ISAT
PGAS
PTBA
TLKM
UNSP
UNTR

Rata-rata pertahun

2006
0.24
0.70
1.41
0.26
2.13
1.24
1.61
0.35
1.39
1.78
1.44
1.14

2007
0.28
0.37
1.17
0.36
2.62
1.72
2.11
0.40
1.16
0.81
1.26
1.11

Tahun
2008
0.23
0.26
1.21
0.21
3.11
1.95
2.47
0.51
1.38
0.90
1.05
1.21

Rata-rata

2009
0.18
0.21
1.00
0.29
2.45
2.05
1.35
0.40
1.22
0.90
0.76
0.98

2010
0.19
0.28
1.10
0.30
1.34
1.94
1.22
0.36
0.98
1.20
0.84
0.89

Rasio
0.22
0.36
1.18
0.28
2.33
1.78
1.75
0.40
1.23
1.12
1.07

(Sumber: Hasil olah data penulis, 2013)

97

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, Debt to Equty Ratio (DER) pada perusahaan
LQ45 selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 mengalami
perkembangan yang berfluktuasi. Rata-rata DER yang paling tinggi untuk 11
perusahaan terlihat pada tahun 2008 yaitu sebesar 1,11. Sedangkan rata-rata DER
yang paling rendah untuk 11 perusahaan terlihat pada tahun 2010 yaitu sebesar
0,89.
Selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 rata-rata DER yang
paling tinggi dicapai oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) yaitu
dengan rata-rata sebesar 2,33. Sedangkan rata-rata DER yang paling rendah
dicapai oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) yaitu dengan rata-rata 0,22.
Adapun grafik yang menunjukkan perubahan Debt to Equty Ratio (DER)
pada perusahaan LQ45 selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 adalah
sebagai berikut:

Deb to Equity Ratio


3.50

AALI

3.00

ANTM
ASII

2.50

INCO
INDF

2.00

ISAT

1.50

PGAS

1.00

PTBA

0.50

TLKM
UNSP

2006

2007

2008

2009

2010

Gambar 4.4
Grafik Rasio Debt to Equty Ratio (DER)

UNTR

98

Dari gambar 4.4 di atas dapat dilihat bahwa Debt to Equty Ratio (DER)
terendah terdapat pada PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) pada tahun 2008 yaitu
sebesar 0,22. Sedangkan Debt to Equty Ratio (DER) tertinggi terdapat pada PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) yaitu sebesar 3,1 pada tahun 2008.
Untuk tahun 2006 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki
DER paling tinggi yaitu sebesar 2,13. Sedangkan PT. Astra Agro Lestari Tbk.
(AALI) memiliki DER yang paling rendah yaitu sebesar 0,24.
Untuk tahun 2007 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki
DER paling tinggi yaitu sebesar 2,62. Sedangkan PT. Astra Agro Lestari Tbk.
(AALI) memiliki DER yang paling rendah yaitu sebesar 0,28.
Untuk tahun 2008 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki
DER paling tinggi yaitu sebesar 2,47. Sedangkan PT. Vale Indonesia Tbk.
(INCO) memiliki DER yang paling rendah yaitu sebesar 0,21.
Untuk tahun 2009 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki
DER paling tinggi yaitu sebesar 2,45. Sedangkan PT. Astra Agro Lestari Tbk.
(AALI) memiliki DER yang paling rendah yaitu sebesar 0,18.
Untuk tahun 2010 PT. Indosat Tbk. (ISAT) memiliki DER paling tinggi
yaitu sebesar 1,94. Sedangkan PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) memiliki DER
yang paling rendah yaitu sebesar 0,19.

99

4.1.6. Perkembangan Harga Saham pada Perusahaan LQ45


Menurut Agus Sartono (2008:70), harga pasar saham terbentuk melalui
mekanisme permintaan dan penawaran di pasar modal. Sedangkan menurut
Anoraga dan Pakarti (2003:58), harga pasar merupakan harga dari suatu saham
pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah ditutup, maka harga
pasar adalah harga penutupnya (closing price).
Dalam penelitian ini, harga saham yang digunakan adalah harga saham
rata-rata selama satu tahun yaitu dengan cara menjumlahkan harga saham
penutupan (closing price) setiap bulan dan dibagi dengan 12 (perhitungan dapat
dilihat pada lampiran).
Gambaran perkembangan hasil penelitian mengenai tingkat harga saham
pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 yang menjadi sampel penelitian dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.9
Perkembangan Harga saham Tahun 2007-2011
No.

Perusahaan

1
AALI
2
ANTM
3
ASII
4
INCO
5
INDF
6
ISAT
7
PGAS
8
PTBA
9
TLKM
10
UNSP
11
UNTR
Rata-rata pertahun

2007
17,112.50
7,593.75
18,629.17
62,729.17
1,937.92
7,166.67
11,308.33
6,381.25
10,183.33
1,587.92
8,566.67
13,926.97

Rata-rata Harga Saham


2008
2009
2010
20,370.83 17,995.83 22,429.17
2,493.75 1,869.58
2,241.67
19,179.17 24,358.33 47,595.83
5,015.83 3,489.58
4,345.83
2,085.42 2,104.17
4,179.17
6,208.33 5,110.42
5,312.50
8,539.58 2,972.92
4,016.67
10,939.58 11,941.67 18,204.17
7,829.17 7,983.33 15,183.33
1,352.50
615.83
408.75
10,039.58 11,145.83 19,745.83
8,550.34 8,144.32 13,060.27

2011
22,195.83
1,883.75
62,550.00
4,125.00
5,300.00
5,269.50
3,545.83
19,583.33
7,425.00
353.75
23,716.67
14,177.15

Rata-rata

20,020.83
3,216.50
34,462.50
15,941.08
3,121.33
5,813.48
6,076.67
13,410.00
9,720.83
863.75
14,642.92

(Sumber: Hasil olah data penulis, 2013)

100

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, harga saham pada perusahaan LQ45 selama
periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 mengalami perkembangan yang
berfluktuasi. Rata-rata harga saham yang paling tinggi untuk 11 perusahaan
terlihat pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 14.177,15/lembar. Sedangkan rata-rata
harga saham yang paling rendah untuk 11 perusahaan terlihat pada tahun 2009
yaitu sebesar Rp. 8.144,32/lembar.
Selama periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 rata-rata harga
saham yang paling tinggi dicapai oleh PT. Astra International Tbk. (ASII) yaitu
dengan rata-rata sebesar Rp. 34.462,50/lembar. Sedangkan rata-rata harga saham
yang paling rendah dicapai oleh PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. (UNSP)
yaitu dengan rata-rata Rp. 863,75/lembar.
Adapun grafik yang menunjukkan perubahan harga saham pada
perusahaan LQ45 selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 adalah sebagai
berikut:

Harga Saham
100,000.00

10,000.00

1,000.00

100.00
2007

2008

2009

2010

Gambar 4.5
Grafik Harga Saham

2011

AALI
ANTM
ASII
INCO
INDF
ISAT
PGAS
PTBA
TLKM
UNSP
UNTR

101

Dari gambar 4.5 di atas dapat dilihat bahwa perubahan harga saham
terendah terdapat pada PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) pada tahun
2011 yaitu sebesar Rp. 353,75/lembar. Sedangkan perubahan harga saham
tertinggi terdapat pada PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO) pada tahun 2007 yaitu
sebesar Rp. 62.729,17/lembar.
Untuk tahun 2007 PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO) memiliki harga saham
paling tinggi yaitu sebesar Rp. 62.729,17/lembar. Sedangkan PT. Bakrie Sumatera
Plantation Tbk. (UNSP) memiliki harga saham yang paling rendah yaitu sebesar
Rp. 1.587,92/lembar.
Untuk tahun 2008 PT. Astra International Tbk. (ASII) memiliki harga
saham paling tinggi yaitu sebesar Rp. 19.179,17/lembar. Sedangkan PT. Bakrie
Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) memiliki harga saham yang paling rendah yaitu
sebesar Rp. 1.352,50/lembar.
Untuk tahun 2009 PT. Astra International Tbk. (ASII) memiliki harga
saham paling tinggi yaitu sebesar Rp. 24.358,33/lembar. Sedangkan PT. Bakrie
Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) memiliki harga saham yang paling rendah yaitu
sebesar Rp. 615,83/lembar.
Untuk tahun 2010 PT. Astra International Tbk. (ASII) memiliki harga
saham paling tinggi yaitu sebesar Rp. 47.595,83/lembar. Sedangkan PT. Bakrie
Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) memiliki harga saham yang paling rendah yaitu
sebesar Rp. 408,75/lembar.
Untuk tahun 2011 PT. Astra International Tbk. (ASII) memiliki harga
saham paling tinggi yaitu sebesar Rp. 62.550/lembar. Sedangkan PT. Bakrie

102

Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) memiliki harga saham yang paling rendah yaitu
sebesar Rp. 353,75/lembar.

4.2.

Pembahasan

4.2.1. Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik digunakan untuk menilai ada tidaknya bias atas hasil
analisis regresi yang telah dilakukan, dimana dengan menggunakan uji asumsi
klaisk dapat diketahui sejauh mana hasil analisis regresi dapat diandalkan tingkat
keakuratnnya. (F. Poernamawatie, 2008). Pengujian asumsi klasik dalam
penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 17.0 for windows.

4.2.1.1. Uji Normalitas Data


Nugroho (2005:18) menjelaskan bahwa data yang baik dan layak
digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal, untuk
menguji apakah distribusi normal atau tidak, dapat dilihat melalui normal
probability plot dengan membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi
normal. Data normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal, dan ploting data
akan dibandingkan dengan garis diagonal.
Setelah dilaksanakan uji normalitas pada data yang akan digunakan,
hasil yang diperoleh dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

103

Gambar 4.6
Normalitas Data
Dilihat dari gambar grafik normalitas di atas (Normal P-Plot of Regression
Standardized Residual) terlihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis
diagonal, serta penyebarannya mengikuti garis diagonal dan tidak terpencar jauh,
hal ini menunjukan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi
normalitas.

4.2.1.2. Uji Multikolinearitas


Nugroho (2005:58) menjelaskan bahwa uji multikolinearitas diperlukan
untuk mengetahui apakah ada tidaknya variabel independen yang memiliki
kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Cara mendeteksi
multikoliniearitas dengan pengujian statistik adalah dengan melihat nilai Variance

104

Inflation Factor (VIF). Dedy dan Fransiska (2008) menjelaskan bahwa model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi atau kemiripan di antara
variabel independen.
Ghozali (2009:95), mengemukakan bahwa pedoman suatu model regresi
yang bebas multiko adalah mempunyai angka tolerance di atas (>) 0,1 dan
mempunyai nilai VIF di bawah (<) 10.
Tabel 4.10
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients

Collinearity Statistics
Model
1

Tolerance

VIF

(Constant)
PBV

.833

1.200

EPS

.857

1.166

ROA

.525

1.905

DER

.631

1.585

a. Dependent Variable: HARGA SAHAM

Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat disimpulkan bahwa dari model tidak
mengalami gejala multikolinearitas karena memiliki tolerance yang lebih besar
dari 0,01 dan VIF yang lebih kecil dari 10

105

4.2.1.3. Uji Autokorelasi


Dedy dan Fransiska (2008) mengemukakan bahwa uji autokorelasi
bertujuan untuk menguji apakah model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Model yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokorelasi. Pendeteksian gejala autokorelasi dilakukan dengan uji DurbinWatson (DW).
Untuk selengkapnya, hasil uji autokorelasi dengan menggunakan
pengujian Durbin-Watson (DW) ditunjukkan pada tabel betikut ini:
Tabel 4.11
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary

Model
1

Adjusted R

Std. Error of the

Durbin-

Square

Estimate

Watson

R Square
a

.970

.941

.937

3333.4225

1.914

a. Predictors: (Constant), DER, PBV, EPS, ROA


b. Dependent Variable: HARGA SAHAM

Untuk menilai ada atau tidaknya autokorelasi, nilai Durbin-Watson


statistik yang didapatkan dari penghitungan pada tabel di atas, menunjukkan nilai
sebesar 1.914, nilai tersebut terletak di antara -2 sampai +2. Hal ini berarti dapat
disimpulkan bahwa model penelitian ini bebas dari autokorelasi.

4.2.1.4. Uji Heteroskedastisitas


Dedy dan Fransiska (2008) mengemukakan bahwa uji heterokedastisitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi

106

ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang


lain. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain
tetap, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak
terjadi heteroskedastisitas. Singgih Santoso (2000:210) mengemukakan, deteksi
adanya heteroskedastisitas, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik scatterplot.
Untuk selengkapnya hasil uji heteroskedastisitas ditunjukkan pada grafik
scatterplot berikut ini:

Gambar 4.7
Grafik Scatterplot
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
heterokedastisitas karena titik menyebar secara tidak teratur atau tidak

107

membentuk suatu pola tertentu serta titik menyebar di atas dan di bawah angka
nol.

4.2.2.

Analisis Deskriptif

4.2.2.1. Analisis Statistik Desktiptif Rasio Price to Book Value (PBV)


Perusahaan LQ45
Dari data tabel 4.2 dapat dihitung nilai statistik deskriptif rasio Price to
Book Value (PBV) dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows. Hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.12
Hasil Analisis Statistik Deskriptif Rasio Price to Book Value (PBV)
Descriptive Statistics
N

Minimum

PBV

55

Valid N (listwise)

55

.4

Maximum
11.5

Mean
4.281

Std. Deviation
2.7426

Dengan melihat hasil analisis deskriptif pada tabel 4.12 di atas, dapat
disimpulkan bahwa rata-rata Price to Book Value (PBV) pada 11 perusahaan
LQ45 pada periode 2006 sampai dengan 2010 adalah sebesar 4,281. Rasio Price
to Book Value (PBV) maksimum terdapat pada Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk. (PGAS) pada tahun 2007 sebesar 11,5 kali yang artinya bahwa nilai pasar
perlembar saham lebih besar 11,5 kali dari nilai bukunya. Sedangkan rasio Price
to Book Value (PBV) minimum terdapat pada PT. Bakrie Sumatera Plantations
Tbk. (UNSP) pada tahun 2008 sebesar 0,4 kali yang artinya bahwa nilai pasar
perlembar saham hanya lebih besar 0,4 kali dari nilai bukunya.

108

Untuk menentukan penilaian atas rata-rata rasio Price to Book Value


(PBV), dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkahlangkahnya:
1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
2. Nilai rata-rata rasio Price to Book Value (PBV) adalah sebesar 4,281.
3. Nilai tertinggi rasio Price to Book Value (PBV) sebesar 11,5 dan nilai
terendah sebesar 0,4.
4. Selisih dari nilai tertinggi (11,5) dan terendah (0,4) yang kemudian dibagi
4 didapat hasil sebesar 2,775 yang digunakan sebagai nilai range untuk
setiap interval.
Range =

= 2,775

Tabel 4.13
Kriteria Penilaian
Kriteria

Interval

Rendah

0,4 - 3,775

Sedang

3,776 - 5,95

Tinggi

5,96 - 8,725

Sangat Tinggi

8,726 - 11,5

5. Dilihat dari nilai rata-rata rasio Price to Book Value (PBV) sebesar 4,281
menunjukkan bahwa tingkat rasio PBV perusahaan LQ45 pada tahun 2006
sampai dengan 2010 masuk pada kriteria sedang karena berada pada
interval 3,776 - 5,95.

109

4.2.2.2. Analisis Statistik Desktiptif Rasio Earning Per Share (EPS)


Perusahaan LQ45
Dari data tabel 4.4 dapat dihitung nilai statistik deskriptif rasio Earning
Per Share (EPS) dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows. Hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.14
Hasil Analisis Statistik Deskriptif Rasio Earning Per Share (EPS)
Descriptive Statistics
N

Minimum

EPS

55

Valid N (listwise)

55

27.6

Maximum
4662.7

Mean
709.787

Std. Deviation
866.6197

Dengan melihat hasil analisis deskriptif pada tabel 4.14 di atas, dapat
disimpulkan bahwa rata-rata Earning Per Share (EPS) pada 11 perusahaan LQ45
pada periode 2006 sampai dengan 2010 adalah sebesar Rp. 709,787/lembar. Rasio
Earning Per Share (EPS) maksimum terdapat pada perusahaan Vale Indonesia
Tbk. (INCO) pada tahun 2006 sebesar Rp. 4.662,7/lembar yang artinya bahwa
terdapat keuntungan sebesar Rp. 4.662,7/lembar saham yang beredar. Sedangkan
rasio Earning Per Share (EPS) minimum terdapat pada perusahaan Perusahaan
Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) pada tahun 2008 sebesar Rp. 27,6/lembar
yang artinya bahwa hanya terdapat keuntungan sebesar Rp. 27,6/lembar saham
yang beredar.
Untuk menentukan penilaian atas rata-rata rasio Earning Per Share (EPS),
dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkahlangkahnya:

110

1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
2. Nilai rata-rata rasio Earning Per Share (EPS) adalah sebesar 709,787.
3. Nilai tertinggi rasio Earning Per Share (EPS) sebesar 4.662,7 dan nilai
terendah sebesar 27,6.
4. Selisih dari nilai tertinggi (4.662,7) dan terendah (27,6) yang kemudian
dibagi 4 didapat hasil sebesar 1.158,775 yang digunakan sebagai nilai
range untuk setiap interval.
Range =

= 1.158,775

Tabel 4.15
Kriteria Penilaian
Kriteria

Interval

Rendah

27,6 - 1.186,37

Sedang

1186,38 - 2.345,15

Tinggi

2.345,16 - 3.503,92

Sangat Tinggi

3.503,93 - 4.662,7

5. Dilihat dari nilai rata-rata rasio Earning Per Share (EPS) sebesar
Rp.709,787/lembar menunjukkan bahwa tingkat rasio EPS perusahaan
LQ45 pada tahun 2006 sampai dengan 2010 masuk pada kriteria
rendah karena berada pada interval 27,6 - 1.186,37.

111

4.2.2.3. Analisis Statistik Desktiptif Rasio Return On Asset (ROA)


Perusahaan LQ45
Dari data tabel 4.6 dapat dihitung nilai statistik deskriptif rasio Return
On Asset (ROA) dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows. Hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.16
Hasil Analisis Statistik Deskriptif Rasio Return On Asset (ROA)
Descriptive Statistics
N

Minimum

ROA

55

Valid N (listwise)

55

1.2

Maximum
62.2

Mean
14.577

Std. Deviation
11.7354

Dengan melihat hasil analisis deskriptif pada tabel 4.16 di atas, dapat
disimpulkan bahwa rata-rata Return On Asset (ROA) pada 11 perusahaan LQ45
pada periode 2006 sampai dengan 2010 adalah sebesar 14,577. Rasio Return On
Asset (ROA) maksimum terdapat pada perusahaan Vale Indonesia Tbk. (INCO)
pada tahun 2008 sebesar 62,2 yang artinya bahwa terdapat keuntungan sebesar
62,2% yang dihasilkan oleh setiap 1 satuan aset yang dimiliki perusahaan.
Sedangkan rasio Return On Asset (ROA) minimum terdapat pada PT. Indosat
Tbk. (ISAT) pada tahun 2010 sebesar 1,2 yang artinya bahwa hanya terdapat
keuntungan sebesar 1,2% yang dihasilkan oleh setiap 1 satuan aset yang dimiliki
perusahaan.
Untuk menentukan penilaian atas rata-rata rasio Return On Asset (ROA),
dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkahlangkahnya:

112

1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
2. Nilai rata-rata rasio Return On Asset (ROA) adalah sebesar 14,577.
3. Nilai tertinggi rasio Return On Asset (ROA) sebesar 62,2 dan nilai
terendah sebesar 1,2.
4. Selisih dari nilai tertinggi (62,2) dan terendah (1,2) yang kemudian dibagi
4 didapat hasil sebesar 15,25 yang digunakan sebagai nilai range untuk
setiap interval.
Range =

= 15,25
Tabel 4.17

Kriteria Penilaian
Kriteria

Interval

Rendah

1,2 16,45

Sedang

16,46 31,71

Tinggi

31,72 - 46,97

Sangat Tinggi

46,98 62,2

5. Dilihat dari nilai rata-rata rasio Return On Asset (ROA) sebesar 14,577
menunjukkan bahwa tingkat rasio ROA perusahaan LQ45 pada tahun
2006 sampai dengan 2010 masuk pada kriteria rendah karena berada
pada interval 1,2 16,45.

113

4.2.2.4. Analisis Statistik Desktiptif Debt to Equity Ratio (DER) Perusahaan


LQ45
Dari data tabel 4.8 dapat dihitung nilai statistik deskriptif Debt to Equity
Ratio (DER) dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows. Hasilnya dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.18
Hasil Analisis Statistik Deskriptif Debt to Equity Ratio (DER)
Descriptive Statistics
N

Minimum

DER

55

Valid N (listwise)

55

Maximum

.2

3.1

Mean
1.066

Std. Deviation
.7324

Dengan melihat hasil analisis deskriptif pada tabel 4.18 di atas, dapat
disimpulkan bahwa rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) pada 11 perusahaan
LQ45 pada periode 2006 sampai dengan 2010 adalah sebesar 1,066 kali. Rasio
Debt to Equity Ratio (DER) maksimum terdapat pada PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk. (INDF) pada tahun 2008 sebesar 3,1 yang artinya bahwa 3,1 hutang
perusahaan ditanggung oleh 1 ekuitas perusahaan. Sedangkan Debt to Equity
Ratio (DER) minimum terdapat pada PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) pada
tahun 2009 sebesar 0,2 yang artinya bahwa hanya terdapat 0,2 hutang perusahaan
ditanggung oleh 1 ekuitas perusahaan perusahaan.
Untuk menentukan penilaian atas rata-rata Debt to Equity Ratio (DER),
dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkahlangkahnya:
1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.

114

2. Nilai rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) adalah sebesar 1,006.


3. Nilai tertinggi Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 3,1 dan nilai terendah
sebesar 0,2.
4. Selisih dari nilai tertinggi (3,1) dan terendah (0,2) yang kemudian dibagi 4
didapat hasil sebesar 0,725 yang digunakan sebagai nilai range untuk
setiap interval.
Range =

= 0,725

Tabel 4.19
Kriteria Penilaian
Kriteria

Interval

Rendah

0,2 - 0,925

Sedang

0,926 - 1,65

Tinggi

1,66 - 2,37

Sangat Tinggi

2,38 - 3,1

5. Dilihat dari nilai rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 1,006
menunjukkan bahwa tingkat DER perusahaan LQ45 pada tahun 2006
sampai dengan 2010 masuk pada kriteria sedang karena berada pada
interval 0,926 - 1,65.

4.2.2.5. Analisis Statistik Desktiptif Harga Saham Perusahaan LQ45


Dari data tabel 4.9 dapat dihitung nilai statistik deskriptif harga saham
dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows. Hasilnya dapat dilihat pada tabel
berikut:

115

Tabel 4.20
Hasil Analisis Statistik Deskriptif Harga Saham
Descriptive Statistics
N

Minimum

HARGA SAHAM

55

Valid N (listwise)

55

353.8

Maximum
62729.2

Mean
11571.809

Std. Deviation
13256.2189

Dengan melihat hasil analisis deskriptif pada tabel 4.20 di atas, dapat
disimpulkan bahwa rata-rata harga saham pada 11 perusahaan LQ45 pada periode
2007 sampai dengan 2011 adalah sebesar Rp. 11.571,809/lembar. Hal ini
mempunyai arti bahwa rata-rata harga saham perusahaan yang diteliti bernilai
positif sebesar Rp. 11.571,809/lembar. Harga saham maksimum terdapat pada
perusahaan Vale Indonesia Tbk. (INCO) pada tahun 2007 sebesar Rp.
62.729,2/lembar. Sedangkan harga saham minimum terdapat pada PT. Bakrie
Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) sebesar Rp. 353,8/lembar pada tahun 2011.
Untuk menentukan penilaian atas rata-rata harga saham, dapat dilihat dari
tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkah-langkahnya:
1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
2. Nilai rata-rata harga saham adalah sebesar 11.571,809.
3. Nilai tertinggi harga saham sebesar 62.729,2 dan nilai terendah sebesar
353,8.
4. Selisih dari nilai tertinggi (62.729,2) dan terendah (353,8) yang kemudian
dibagi 4 didapat hasil sebesar 15583,85 yang digunakan sebagai nilai
range untuk setiap interval.
Range =

= 15583,85

116

Tabel 4.21
Kriteria Penilaian
Kriteria

Interval

Rendah

353,8 - 15.947,65

Sedang

15.947,66 - 31.541,5

Tinggi

31.541,6 - 47.135,35

Sangat Tinggi

47.135,35 - 15583,85

5. Dilihat dari nilai rata-rata harga saham sebesar Rp. 11.571,809/lembar


menunjukkan bahwa tingkat harga saham perusahaan LQ45 pada tahun
2007 sampai dengan 2011 masuk pada kriteria rendah karena berada
pada interval 353,8 - 15.947,65.

4.2.3. Analisis Pengaruh Price to Book Value (PBV) Terhadap Harga Saham
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh rasio Price to Book Value (PBV)
terhadap harga saham, maka langkah-langkah pengujian statistik ini dilakukan
sebagai berikut:
1. Analsisi Korelasi
Analisis korelasi ini digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan
anatara korelasi kedua variabel dan ukuran yang dipakai untuk menentukan
derajat atau kekuatan hubungan korelasi tersebut (Sugiyono, 2012:216).
Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi
antara variabel Price to Book Value (X1) dengan harga saham (Y).

117

Berdasarkan hasil pengujian data yang telah dilakukan dengan


menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari korelasi disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 4.22
Korelasi Rasio Price to Book Value (PBV) Terhadap Harga Saham
Correlations
PBV
PBV

HARGA SAHAM

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)
N
HARGA SAHAM

.108
.433

55

55

Pearson Correlation

.108

Sig. (2-tailed)

.433

55

55

Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel, dapat


digunakan tabel interpretasi nilai koefisien sebagai berikut:
Tabel 4.23
Kategori Koefisien Korelasi
Interval Korelasi
0,00 0,199
0,20 0,399
0,40 0,599
0,60 0,799
0,80 1,000

Tingkat Hubungan
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
(Sumber: Sugiyono, 2012: 250)

Berdasarkan tabel di atas, korelasi antara Price to Book Value (X1) dengan
harga saham (Y) adalah 0,108. Jika diinterpretasikan terhadap tabel koefisien
korelasi, menunjukkan bahwa hubungan antara Price to Book Value (X1) dengan
harga saham (Y) adalah sangat rendah dan hubungan tersebut positif. Nilai positif

118

menunjukan bahwa terdapat hubungan searah, sehingga apabila terjadi kenaikan


Price to Book Value maka akan diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan.

2. Analisis Regresi Linear Sederhana


Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui hubungan
antara variabel independent dengan variabel dependent, sehingga dari hubungan
yang diperoleh kita dapat menaksir suatu variabel apabila harga variabel lainnya
diketahui dengan bentuk persamaan regresinya.
Berdasarkan pengolahan yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS
17.0 for windows, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.24
Regresi Rasio Price to Book Value (PBV) Terhadap Harga Saham
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

B
(Constant)
PBV

Std. Error

9341.053

3346.775

521.116

660.050

Coefficients
Beta

.108

Sig.

2.791

.007

.790

.433

a. Dependent Variable: HARGA SAHAM

Dari perhitungan regresi yang telah diolah diatas, maka diperoleh


persamaan regresi linier sebagai berikut:
Y= 9.341,05 + 521,116 X1
Persamaan
berikut :

regresi linier sederhana di atas, mempunyai arti sebagai

119

a) Nilai koefisien konstanta 9.341,05 memiliki arti bahwa pada saat rasio
Price to Book Value sama dengan 0 satuan maka harga saham perusahaan
adalah sebesar RP.9.341,05/lembar.
b) Nilai koefisien regresi b=521,116 merupakan koefisien arah regresi linier
yang artinya bahwa setiap kenaikan Price to Book Value sebesar 1 satuan
akan diikuti dengan kenaikan tingkat harga saham sebesar Rp.521,116
lembar.

3. Pengujian Hipotesis (uji t)


Pengujian secara parsial dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat
pengaruh yang signifikan antara rasio Price to Book Value dengan harga saham.
Kriteria uji koefisien regresi dari variabel Price to Book Value terhadap harga
saham adalah sebagai berikut:
H0 : 1 = 0 :Tidak terdapat pengaruh Price to Book Value terhadap harga
saham.
Ha : 1 0 : Terdapat pengaruh Price to Book Value terhadap harga saham.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari uji t disajikan pada tabel
dibawah ini:

120

Tabel 4.25
Hasil Pengujian Uji t
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

B
(Constant)
PBV

Coefficients

Std. Error

9341.053

3346.775

521.116

660.050

Beta

.108

Sig.

2.791

.007

. 790

.433

a. Dependent Variable: HARGA SAHAM

Nilai thitung = 0,790, sig. = 0.433


Dk (derajat kebebasan) = n-k-1 = 55-4-1 = 50
Uji dilakukan dua sisi (two tail), sehingga nilai ttabel = 2.007
. Jika digambarkan, nilai thitung dan ttabel untuk pengujian parsial X1 tampak
sebagai berikut:

Daerah
penolakan Ho

Daerah
penolakan Ho

Daerah Penerimaan H0

-t tabel

-t hitung

0 t hitung = 0,790 t tabel = 2,007

Gambar 4.8
Kurva Uji Hipotesis Parsial X1 terhadap Y
Keputusan : Karena nilai thitung < ttabel atau 0,790 < 2,007 dan sig > 0,05 atau 0,433
> 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Artinya, bahwa Price to Book Value tidak berpengaruh signifikan terhadap
harga saham.

121

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fredy Hermawan
dan Nurdhiana (2012) yang menunjukkan bahwa variabel Price to Book Value
(PBV) bernilai positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Menurut data yang diperoleh dari Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM)
bahwa saham-saham yang masuk ke dalam Indeks LQ45 dapat dikatakan sebagai
saham yang masuk ke dalam kategori saham-saham unggulan (bluechip). Menurut
Juniarti dan Frency (2003), perusahaan yang sahamnya termasuk dalam kategori
bluechip, yaitu perusahaan yang sahamnya paling diminati di pasar modal,
cenderung mempunyai banyak informasi yang beredar di antara pedagang saham,
dan investor, selain dari disclosure yang diberikan oleh manajemen perusahaan.
Berbeda halnya dengan perusahaan yang mempunyai saham nonbluechip, di mana
laporan keuangan berperan penting dalam menyediakan informasi mengenai
kondisi keuangan perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel PBV
tersebut memiliki kontribusi yang relatif kecil dalam menjelaskan variasi harga
saham pada perusahaan yang masuk dalam kategori bluechip.
Selain itu, Tryfino (2009:11) menyatakan bahwa memang tidak ada
ukuran pasti mahal tidaknya suatu harga saham jika diukur dari ratio PBV-nya
karena hal ini sangat tergantung pada ekspektasi dan kinerja perusahaan atau
saham tersebut.

4. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
variabel Price to Book Value (X1) dengan harga saham (Y).

122

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan


menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari koefisien determinasi akan
disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.26
Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial
Model Summary

Model
1

R
.108

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

R Square
a

.012

-.007

13302.6962

a. Predictors: (Constant), PBV


b. Dependent Variable: HARGA SAHAM

Dari hasil perhitungan di atas maka dapat diketahui nilai koefisien


determinasi (Kd) = (R2) x 100% diperoleh dari R yaitu Kd = 0,1082 x 100% =
1,2%. Hasil ini sama dengan perolehan dengan menggunakan software statistika
yaitu program SPSS 17 for Windows pada kolom R square sebesar 1,2%,
sedangkan sisanya 98,8% merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini oleh penulis. Adapun faktor-faktor lain yang tidak
diteliti oleh penulis dan memiliki pengaruh terhadap harga saham antara lain EPS,
ROA, DER, faktor-faktor yang bersifat teknis meliputi kondisi perdagangan
ekonomi, fluktuasi kurs, volume dan frekuensi transakasi serta kekuatan pasar.
Selain faktor-faktor yang bersifat teknis, ada pula faktor-faktor yang berkaitan
dengan lingkungan meliputi, kondisi ekonomi, politik, dan keamanan negara,
tingkat inflasi dan kebijakan moneter (Jogiyanto, 2003:91).

123

4.2.4. Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh rasio Earning Per Share (EPS)
terhadap harga saham, maka langkah-langkah pengujian statistik ini dilakukan
sebagai berikut:
1. Analsisi Korelasi
Analisis korelasi ini digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan
anatara korelasi kedua variabel dan ukuran yang dipakai untuk menentukan
derajat atau kekuatan hubungan korelasi tersebut (Sugiyono, 2012:216).
Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi
antara variabel Earning Per Share (X2) dengan harga saham (Y).
Berdasarkan hasil pengujian data yang telah dilakukan dengan
menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari korelasi disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 4.27
Korelasi Parsial Rasio Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham
Correlations
EPS
EPS

Pearson Correlation

HARGA SAHAM
1

Sig. (2-tailed)

.000

N
HARGA SAHAM

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)

**

.945

55

55

**

.945

.000

N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

55

55

124

Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel, dapat


digunakan tabel interpretasi nilai koefisien sebagai berikut:
Tabel 4.28
Kategori Koefisien Korelasi
Interval Korelasi
0,00 0,199
0,20 0,399
0,40 0,599
0,60 0,799
0,80 1,000

Tingkat Hubungan
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
(Sumber: Sugiyono, 2012: 250)

Berdasarkan tabel di atas, korelasi antara Earning Per Share (X2) dengan
harga saham (Y) adalah 0,945. Jika diinterpretasikan terhadap tabel koefisien
korelasi, menunjukkan bahwa hubungan antara Earning Per Share (X2) dengan
harga saham (Y) adalah sangat kuat dan hubungan tersebut positif. Nilai positif
menunjukan bahwa terdapat hubungan searah, sehingga apabila terjadi kenaikan
Earning Per Share maka akan diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan.

2. Analisis Regresi Linear Sederhana


Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui hubungan
antara variabel independent dengan variabel dependent, sehingga dari hubungan
yang diperoleh kita dapat menaksir suatu variabel apabila harga variabel lainnya
diketahui dengan bentuk persamaan regresinya.
Berdasarkan pengolahan yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS
17.0 for windows, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel dibawah ini:

125

Tabel 4.29
Regresi Rasio Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

B
(Constant)

Std. Error

1308.858

763.824

14.459

.686

EPS

Coefficients
Beta

.945

Sig.
1.714

.092

21.090

.000

a. Dependent Variable: HARGA SAHAM

Dari perhitungan regresi yang telah diolah diatas, maka diperoleh


persamaan regresi linier sebagai berikut:
Y= 1308,858 + 14,459 X2
Persamaan

regresi linier sederhana di atas, mempunyai arti sebagai

berikut :
a) Nilai koefisien konstanta 1308,858 memiliki arti bahwa pada saat rasio
Earning Per Share sama dengan 0 satuan maka harga saham perusahaan
adalah sebesar Rp.1308,858/lembar.
b) Nilai koefisien regresi b=14,459 merupakan koefisien arah regresi linier
yang artinya bahwa setiap kenaikan Earning Per Share sebesar 1 satuan
akan

diikuti

dengan

kenaikan

tingkat

harga

saham

sebesar

Rp.14,459/lembar.

3. Pengujian Hipotesis (uji t)


Pengujian secara parsial dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel Earning Per Share dengan harga saham.

126

Kriteria uji koefisien regresi dari variabel Earning Per Share terhadap harga
saham adalah sebagai berikut:
H0 : 1 = 0 :Tidak terdapat pengaruh Earning Per Share terhadap harga
saham.
Ha : 1 0 : Terdapat pengaruh Earning Per Share terhadap harga saham.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari uji t disajikan pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4.30
Hasil Perhitungan Uji t
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

B
(Constant)
EPS

Std. Error

1308.858

763.824

14.459

.686

Coefficients
Beta

.945

Sig.
1.714

.092

21.090

.000

a. Dependent Variable: HARGA SAHAM

Nilai thitung = 21,090, sig. = 0,000


Dk (derajat kebebasan) = n-k-1 = 55-4-1 = 50
Uji dilakukan dua sisi (two tail), sehingga nilai ttabel = 2.007
Jika digambarkan, nilai thitung dan ttabel untuk pengujian parsial X2 tampak
sebagai berikut:

127

Daerah
penolakan Ho

Daerah
penolakan Ho

Daerah Penerimaan H0

-t hitung

-t tabel

t tabel
t hitung
= 2,007 = 21,090

Gambar 4.9
Kurva Uji Hipotesis Parsial X2 terhadap Y
Keputusan : karena nilai thitung > ttabel atau 21,090 > 2,007 dan sig < 0,05 atau
0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Artinya, bahwa Earning Per Share berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.
Hal ini sejalan dengan penelitian Meilinda dan Endang (2012) serta
Neneng dan Aryati (2008) yang menyatakan bahwa variabel Earning Per Share
(EPS) bernilai positif dan berpengaruh signifikan terhadap harga saham dengan
tingkat korelasi sangat kuat. Hal tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan
oleh Tandelilin (2001:233), bahwa EPS sebagai informasi yang dianggap paling
mendasar dan berguna karena bisa menggambarkan prospek earning di masa
depan. Dikatakan bisa menggambarkan prospek earning di masa depan karena
EPS dapat digunakan investor untuk mengetahui perbandingan antara nilai
intristik

saham

perusahaan

dibanding

harga

pasar

saham

perusahaan

bersangkutan, dan atas dasar perbandingan tersebut investor akan bisa membuat
keputusan apakah membeli atau menjual saham bersangkutan.

128

4. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
variabel Earning Per Share (X2) dengan harga saham (Y).
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari koefisien determinasi akan
disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.31
Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial
Model Summary

Model
1

R Square
a

.945

.894

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate
.892

4366.1931

a. Predictors: (Constant), EPS

Dari hasil perhitungan di atas maka dapat diketahui nilai koefisien


determinasi (Kd) = (R2) x 100% diperoleh dari R yaitu Kd = 0.9452 x 100% =
89,4%. Hasil ini sama dengan perolehan dengan menggunakan software statistika
yaitu program SPSS 17 for Windows pada kolom R square sebesar 89,4%,
sedangkan sisanya 10,6% merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini oleh penulis. Adapun faktor-faktor lain yang tidak
diteliti oleh penulis dan memiliki pengaruh terhadap harga saham antara lain
PBV, ROA, DER, faktor-faktor yang bersifat teknis meliputi kondisi perdagangan
ekonomi, fluktuasi kurs, volume dan frekuensi transakasi serta kekuatan pasar.
Selain faktor-faktor yang bersifat teknis, ada pula faktor-faktor yang berkaitan
dengan lingkungan meliputi, kondisi ekonomi, politik, dan keamanan negara,
tingkat inflasi dan kebijakan moneter (Jogiyanto, 2003:91).

129

4.2.5. Analisis Pengaruh Return On Asset (ROA) Terhadap Harga Saham


Untuk mengetahui bagaimana pengaruh rasio Return On Asset (ROA)
terhadap harga saham, maka langkah-langkah pengujian statistik ini dilakukan
sebagai berikut:

1. Analsisi Korelasi
Analisis korelasi ini digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan
anatara korelasi kedua variabel dan ukuran yang dipakai untuk menentukan
derajat atau kekuatan hubungan korelasi tersebut (Sugiyono, 2012:216).
Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi
antara variabel Return On Asset (X3) dengan harga saham (Y).
Berdasarkan hasil pengujian data yang telah dilakukan dengan
menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari korelasi disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 4.32
Korelasi Rasio Return On Asset (ROA) Terhadap Harga Saham
Correlations
ROA
ROA

Pearson Correlation

HARGA SAHAM
1

Sig. (2-tailed)
N
HARGA SAHAM

.203
.138

55

55

Pearson Correlation

.203

Sig. (2-tailed)

.138

55

55

130

Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel, dapat


digunakan tabel interpretasi nilai koefisien sebagai berikut:
Tabel 4.33
Kategori Koefisien Korelasi
Interval Korelasi
0,00 0,199
0,20 0,399
0,40 0,599
0,60 0,799
0,80 1,000

Tingkat Hubungan
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
(Sumber: Sugiyono, 2012: 250)

Berdasarkan tabel di atas, korelasi antara Return On Asset (X3) dengan


harga saham (Y) adalah 0,203. Jika diinterpretasikan terhadap tabel koefisien
korelasi, menunjukkan bahwa hubungan antara Return On Asset (X3) dengan
harga saham (Y) adalah rendah dan hubungan tersebut positif. Nilai positif
menunjukan bahwa terdapat hubungan searah, sehingga apabila terjadi kenaikan
Return On Asset maka akan diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan.

2. Analisis Regresi Linear Sederhana


Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui hubungan
antara variabel independent dengan variabel dependent, sehingga dari hubungan
yang diperoleh kita dapat menaksir suatu variabel apabila harga variabel lainnya
diketahui dengan bentuk persamaan regresinya.
Berdasarkan pengolahan yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS
17.0 for windows, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel dibawah ini:

131

Tabel 4.34
Regresi Rasio Return On Asset (ROA) Terhadap Harga Saham
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

B
(Constant)
ROA

Std. Error

8233.101

2833.176

229.039

151.938

Coefficients
Beta

.203

Sig.
2.906

.005

1.507

.138

. Dependent Variable: HARGA SAHAM

Dari perhitungan regresi yang telah diolah diatas, maka diperoleh


persamaan regresi linier sebagai berikut:
Y= 8233,101 + 229,039 X3
Persamaan

regresi linier sederhana di atas, mempunyai arti sebagai

berikut :
a) Nilai koefisien konstanta 8233,101 memiliki arti bahwa pada saat rasio
Return On Asset sama dengan 0 satuan maka harga saham perusahaan
adalah sebesar Rp. 8233,101/lembar.
b) Nilai koefisien regresi b=229,039 merupakan koefisien arah regresi linier
yang artinya bahwa setiap kenaikan Return On Asset sebesar 1 satuan akan
diikuti dengan kenaikan tingkat harga saham sebesar Rp.229,039/lembar.

3. Pengujian Hipotesis (uji t)


Pengujian secara parsial dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel Return On Asset dengan harga saham.

132

Kriteria uji koefisien regresi dari variabel Return On Asset terhadap harga saham
adalah sebagai berikut:
H0 : 1 = 0 :Tidak terdapat pengaruh Return On Asset terhadap harga saham.
Ha : 1 0 : Terdapat pengaruh Return On Asset terhadap harga saham.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari uji t disajikan pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4.35
Hasil Perhitungan Uji t
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

B
(Constant)
ROA

Std. Error

8233.101

2833.176

229.039

151.938

Coefficients
Beta

.203

Sig.
2.906

.005

1.507

.138

a. Dependent Variable: HARGA SAHAM

Nilai thitung = 1,507 sig. = 0,138


Dk (derajat kebebasan) = n-k-1 = 55-4-1 = 50
Uji dilakukan dua sisi (two tail), sehingga nilai ttabel = 2.007
Jika digambarkan, nilai thitung dan ttabel untuk pengujian parsial X3 tampak
sebagai berikut:

133

Daerah
penolakan Ho

Daerah
penolakan Ho

Daerah Penerimaan H0

-t tabel

-t hitung

0 t hitung = 1,507 t tabel = 2,007

Gambar 4.10
Kurva Uji Hipotesis Parsial X3 terhadap Y
Keputusan : karena nilai thitung < ttabel atau 1,507 < 2,007 dan sig > 0,05 atau 0,138
> 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Artinya, bahwa Return On Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap
harga saham.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Noer Sasongko
(2006), Meilinda dan Endang (2012) serta Stella (2009) yang menunjukkan bahwa
variabel Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.
Menurut data yang diperoleh dari Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM)
bahwa saham-saham yang masuk ke dalam Indeks LQ45 dapat dikatakan sebagai
saham yang masuk ke dalam kategori saham-saham unggulan (bluechip). Menurut
Juniarti dan Frency (2003), perusahaan yang sahamnya termasuk dalam kategori
bluechip, yaitu perusahaan yang sahamnya paling diminati di pasar modal,
cenderung mempunyai banyak informasi yang beredar di antara pedagang saham,
dan investor, selain dari disclosure yang diberikan oleh manajemen perusahaan.
Berbeda halnya dengan perusahaan yang mempunyai saham nonbluechip, di mana

134

laporan keuangan berperan penting dalam menyediakan informasi mengenai


kondisi keuangan perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ROA
tersebut memiliki kontribusi yang relatif kecil dalam menjelaskan variasi harga
saham pada perusahaan yang masuk dalam kategori bluechip.
Selain itu, Stella (2009) mengungkapkan bahwa tidak berpengaruhnya
ROA terhadap harga saham dimungkinkan karena pasar efek Indonesia yang bisa
dibilang terkategori dalam pasar yang sedang berkembang (emerging market)
masih sarat dengan intervensi dari pemerintah, sehingga banyak aturan-aturan
main pasar efek yang tidak dapat berjalan dengan seharusnya.

4. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
variabel Return On Asset (X3) dengan harga saham (Y).
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari koefisien determinasi akan
disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.36
Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial
Model Summary

Model
1

R Square
a

.203

.041

a. Predictors: (Constant), ROA

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate
.023

13102.7489

135

Dari hasil perhitungan di atas maka dapat diketahui nilai koefisien


determinasi (Kd) = (R2) x 100% diperoleh dari R yaitu Kd = 0.2032 x 100% =
4,1%. Hasil ini sama dengan perolehan dengan menggunakan software statistika
yaitu program SPSS 17 for Windows pada kolom R square sebesar 4,1%,
sedangkan sisanya 95,9% merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini oleh penulis. Adapun faktor-faktor lain yang tidak
diteliti oleh penulis dan memiliki pengaruh terhadap harga saham antara lain
PBV, EPS, DER, faktor-faktor yang bersifat teknis meliputi kondisi perdagangan
ekonomi, fluktuasi kurs, volume dan frekuensi transakasi serta kekuatan pasar.
Selain faktor-faktor yang bersifat teknis, ada pula faktor-faktor yang berkaitan
dengan lingkungan meliputi, kondisi ekonomi, politik, dan keamanan negara,
tingkat inflasi dan kebijakan moneter (Jogiyanto, 2003:91).

4.2.6. Analisis Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga


Saham
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Debt to Equity Ratio (DER)
terhadap harga saham, maka langkah-langkah pengujian statistik ini dilakukan
sebagai berikut:
1. Analsisi Korelasi
Analisis korelasi ini digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan
anatara korelasi kedua variabel dan ukuran yang dipakai untuk menentukan
derajat atau kekuatan hubungan korelasi tersebut (Sugiyono, 2012:216).

136

Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi


antara variabel Debt to Equity Ratio (X4) dengan harga saham (Y).
Berdasarkan hasil pengujian data yang telah dilakukan dengan
menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari korelasi disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 4.37
Korelasi Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham
Correlations
DER
DER

HARGA SAHAM

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)
N
HARGA SAHAM

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

-.251
.065

55

55

-.251

.065
55

55

Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel, dapat


digunakan tabel interpretasi nilai koefisien sebagai berikut:
Tabel 4.38
Kategori Koefisien Korelasi
Interval Korelasi
0,00 0,199
0,20 0,399
0,40 0,599
0,60 0,799
0,80 1,000

Tingkat Hubungan
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
(Sumber: Sugiyono, 2012: 250)

Berdasarkan tabel di atas, korelasi antara Debt to Equity Ratio (X4) dengan
harga saham (Y) adalah -0,251. Jika diinterpretasikan terhadap tabel koefisien

137

korelasi, menunjukkan bahwa hubungan antara Debt to Equity Ratio (X4) dengan
harga saham (Y) adalah rendah dan hubungan tersebut negatif. Nilai negatif
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang tidak searah, sehingga apabila terjadi
kenaikan Debt to Equity Ratio maka akan diikuti oleh penurunan harga saham
perusahaan.

2. Analisis Regresi Linear Sederhana


Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui hubungan
antara variabel independent dengan variabel dependent, sehingga dari hubungan
yang diperoleh kita dapat menaksir suatu variabel apabila harga variabel lainnya
diketahui dengan bentuk persamaan regresinya.
Berdasarkan pengolahan yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS
17.0 for windows, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.39
Regresi Debt to Equtiy Ratio (DER) Terhadap Harga Saham
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

Std. Error

(Constant)

16410.231

3104.513

DER

-4537.310

2406.836

Coefficients
Beta

-.251

Sig.
5.286

.000

-1.885

.065

a. Dependent Variable: HARGA SAHAM

Dari perhitungan regresi yang telah diolah diatas, maka diperoleh


persamaan regresi linier sebagai berikut:
Y= 16.410,231 4.537,310 X4

138

Persamaan

regresi linier sederhana di atas, mempunyai arti sebagai

berikut :
a) Nilai koefisien konstanta 16.410,231 memiliki arti bahwa pada saat rasio
Debt to Equity Ratio sama dengan 0 satuan maka harga saham perusahaan
adalah sebesar Rp.16.410,231/lembar.
b) Nilai koefisien regresi b = -4.537,310 merupakan koefisien arah regresi
linier yang artinya bahwa setiap kenaikan Debt to Equity Ratio sebesar 1
satuan akan diikuti dengan penurunan tingkat harga saham sebesar
Rp.4.537,310/lembar.

3. Pengujian Hipotesis (uji t)


Pengujian secara parsial dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat
pengaruh yang signifikan antara rasio Debt to Equity Ratio dengan harga saham.
Kriteria uji koefisien regresi dari variabel Debt to Equity Ratio terhadap harga
saham adalah sebagai berikut:
H0 : 1 = 0 :Tidak terdapat pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap harga
saham.
Ha : 1 0 : Terdapat pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap harga saham.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari uji t disajikan pada tabel
dibawah ini:

139

Tabel 4.39
Hasil Perhitungan Uji t
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

Coefficients

Std. Error

(Constant)

16410.231

3104.513

DER

-4537.310

2406.836

Beta

-.251

Sig.
5.286

.000

-1.885

.065

a. Dependent Variable: HARGA SAHAM

Nilai thitung = -1,885 sig. = 0,065


Dk (derajat kebebasan) = n-k-1 = 55-4-1 = 50
Uji dilakukan dua sisi (two tail), sehingga nilai ttabel = 2.007
Jika digambarkan, nilai thitung dan ttabel untuk pengujian parsial X4 tampak
sebagai berikut:

Daerah
penolakan Ho

Daerah
penolakan Ho

Daerah Penerimaan H0

-t tabel
= -2,007

-t hitung

t hitung

t tabel

= -1,885

Gambar 4.11
Kurva Uji Hipotesis Parsial X4 terhadap Y
Keputusan : karena nilai -thitung > -ttabel atau -1,885 > -2,007 dan sig > 0,05 atau
0,065 > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.

140

Artinya, bahwa Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap


harga saham.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Edi Subiyantoro dan
Fransisca Andreani (2003) yang menunjukkan bahwa variabel Debt to Equity
Ratio (DER) bernilai negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.
Menurut data yang diperoleh dari Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM)
bahwa saham-saham yang masuk ke dalam Indeks LQ45 dapat dikatakan sebagai
saham yang masuk ke dalam kategori saham-saham unggulan (bluechip). Menurut
Juniarti dan Frency (2003), perusahaan yang sahamnya termasuk dalam kategori
bluechip, yaitu perusahaan yang sahamnya paling diminati di pasar modal,
cenderung mempunyai banyak informasi yang beredar di antara pedagang saham,
dan investor, selain dari disclosure yang diberikan oleh manajemen perusahaan.
Berbeda halnya dengan perusahaan yang mempunyai saham nonbluechip, di mana
laporan keuangan berperan penting dalam menyediakan informasi mengenai
kondisi keuangan perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel DER
tersebut memiliki kontribusi yang relatif kecil dalam menjelaskan variasi harga
saham pada perusahaan yang masuk dalam kategori bluechip.
Selain itu, Edi Subiyantoro dan Fransisca Andreani (2003) menjelaskan
bahwa tidak adanya pengaruh signifikan antara DER dengan harga saham
kemungkinan dikarenakan variabel DER tersebut memiliki kontribusi yang relatif
kecil dalam menjelaskan variasi harga saham sehingga DER memiliki pengaruh
kecil terhadap harga saham. dibandingkan dengan daya tarik investor yang berasal

141

dari informasi mengenai saham unggulan sehingga DER memiliki pengaruh kecil
terhadap harga saham.

4. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
variabel Debt to Equity Ratio (X4) dengan harga saham (Y).
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari koefisien determinasi akan
disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.41
Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial
Model Summary

Model
1

R Square
a

.251

.063

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate
.045

12953.4457

a. Predictors: (Constant), DER

Dari hasil perhitungan di atas maka dapat diketahui nilai koefisien


determinasi (Kd) = (R2) x 100% diperoleh dari R yaitu Kd = 0,2512 x 100% =
6,3%. Hasil ini sama dengan perolehan dengan menggunakan software statistika
yaitu program SPSS 17 for Windows pada kolom R square sebesar 6,3%,
sedangkan sisanya 93,7% merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini oleh penulis. Adapun faktor-faktor lain yang tidak
diteliti oleh penulis dan memiliki pengaruh terhadap harga saham antara lain
PBV, EPS, ROA, faktor-faktor yang bersifat teknis meliputi kondisi perdagangan

142

ekonomi, fluktuasi kurs, volume dan frekuensi transakasi serta kekuatan pasar.
Selain faktor-faktor yang bersifat teknis, ada pula faktor-faktor yang berkaitan
dengan lingkungan meliputi, kondisi ekonomi, politik, dan keamanan negara,
tingkat inflasi dan kebijakan moneter (Jogiyanto, 2003:91).

4.2.7. Analisis Pengaruh Price to Book Value (PBV), Earning Per Share
(EPS), Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER)
Terhadap Harga Saham Secara Simultan
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Price to Book Value (PBV),
Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio
(DER) terhadap harga saham, maka langkah-langkah pengujian statistik ini
dilakukan sebagai berikut:
1. Analsisi Korelasi Berganda
Analisis korelasi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa erat
hubungan antara seluruh variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y).
Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi
antara variabel Price to Book Value (X1), Earning Per Share (X2), Return On
Asset (X3) dan Debt to Equity Ratio (X4) dengan harga saham (Y).
Berdasarkan hasil pengujian data yang telah dilakukan, maka hasil dari
korelasi disajikan pada tabel berikut:

143

Tabel 4.42
Korelasi Berganda Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS),
Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga
Saham
Model Summary

Model
1

R Square
a

.750

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

.563

.528

9111.7621

a. Predictors: (Constant), DER, PBV, EPS, ROA

Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel, dapat


digunakan tabel interpretasi nilai koefisien sebagai berikut:
Tabel 4.43
Kategori Koefisien Korelasi
Interval Korelasi
0,00 0,199
0,20 0,399
0,40 0,599
0,60 0,799
0,80 1,000

Tingkat Hubungan
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
(Sumber: Sugiyono, 2012: 250)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa tingkat hubungan atau


korelasi antara variabel Price to Book Value (X1), Earning Per Share (X2), Return
On Asset (X3) dan Debt to Equity Ratio (X4) secara bersama-sama dengan variabel
harga saham (Y) adalah sebesar 0,750 dengan tingkat hubungan korelasi yang
kuat.

144

2. Analisis Regresi Linear Berganda


Analisis regresi linier berganda digunakan bertujuan untuk mengetahui
pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas (terikat) atas perubahan
dari setiap peningkatan atau penurunan variabel bebas yang akan mempengaruhi
variabel terikat (Meilinda 2012).
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan
SPSS 17.0 for windows, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.44
Regresi Berganda Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS),
Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga
Saham
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

B
(Constant)

Std. Error

5723.456

4220.284

PBV

904.209

496.782

EPS

11.942

ROA
DER

Coefficients
Beta

Sig.
1.356

.181

.187

1.820

.075

1.596

.754

7.483

.000

238.034

150.659

.211

1.580

.120

-2855.338

2209.210

-.158

-1.292

.202

a.Dependent Variable: HARGA SAHAM

Dari perhitungan regresi yang telah diolah diatas, maka diperoleh


persamaan regresi linier sebagai berikut:
Y= 5723,456 + 904,209 X1 + 11,942 X2 + 238,034 X3 2855,338 X4
Persamaan
berikut :

regresi linier sederhana di atas, mempunyai arti sebagai

145

a) Nilai koefisien konstanta 5723,456 memiliki arti bahwa pada saat rasio
Price to Book Value, Earning Per Share, Return On Asset dan Debt to
Equity Ratio sama dengan 0 satuan maka harga saham perusahaan
adalah sebesar Rp.5.723,456/lembar.
b) Price to Book Value sebesar 904,209 merupakan koefisien arah regresi
linier yang artinya bahwa setiap kenaikan Price to Book Value sebesar 1
satuan sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka akan diikuti
dengan kenaikan harga saham sebesar Rp.904,209/lembar.
c) Earning Per Share sebesar 11,942 merupakan koefisien arah regresi
linier yang artinya bahwa setiap kenaikan Earning Per Share sebesar 1
satuan sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka akan diikuti
dengan kenaikan harga saham sebesar Rp.11,942/lembar.
d) Return On Asset sebesar 238,034 merupakan koefisien arah regresi linier
yang artinya bahwa setiap kenaikan Return On Asset sebesar 1 satuan
sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka akan diikuti dengan
kenaikan harga saham sebesar Rp.238,034/lembar.
e) Debt to Equity Ratio sebesar -2855,338 merupakan koefisien arah
regresi linier yang artinya bahwa setiap kenaikan Debt to Equity Ratio
sebesar 1 satuan sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka
akan

diikuti

dengan

Rp.2.855,338/lembar.

penurunan

harga

saham

sebesar

146

3. Pengujian Hipotesis (uji f)


Uji F digunakan untuk menguji goodness of fit test yang menunjukkan
variasi pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen
(Meilinda, 2008).
Pengujian secara simultan dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel Price to Book Value, Earning Per Share,
Return On Asset dan Debt to Equity Ratio terhadap harga saham. Adapun
hipotesis adalah sebagai berikut:
H0 : 1, 2, 3, 4 = 0 : Tidak terdapat pengaruh Price to Book Value, Earning
Per Share, Return on Asset dan Debt to Equity Ratio terhadap
harga saham.
Ha : 1, 2, 3, 4 0 : Terdapat pengaruh Price to Book Value, Earning Per
Share, Return on Asset dan Debt to Equity Ratio terhadap harga
saham.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari uji f disajikan pada tabel
dibawah ini:

147

Tabel 4.45
Hasil Pengujian Uji F
b

ANOVA
Model

Sum of Squares

Df

Mean Square

Regression

5.338E9

1.335E9

Residual

4.151E9

50

8.302E7

Total

9.489E9

54

F
16.074

Sig.
.000

a. Predictors: (Constant), DER, PBV, EPS, ROA


b. Dependent Variable: HARGA SAHAM

Nilai Fhitung = 16,074 sig. = 0,000


Dk1 (derajat kebebasan) = k-1 = 4-1 = 3,
Dk2 (derajat kebebasan) = n-k-1 = 55-4-1 = 50, sig = 0,05
nilai Ftabel = 2.55
Jika disajikan dalam gambar, maka nilai Fhitung dan Ftabel tampak sebagai
berikut:

Daerah
penolakan Ho

Daerah
penolakan Ho

Daerah Penerimaan H0

-Fhitung

-Ftabel

F tabel
F hitung
= 2,55 = 16,074

Gambar 4.12
Kurva Uji Hipotesis Simultan X1, X2, X3 dan X4 terhadap Y
Keputusan : karena nilai Fhitung > Ftabel atau 16,074 > 2,55 dan sig < 0,05 atau
0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

148

Artinya, bahwa Price to Book Value, Earning Per Share, Return On Asset dan
Debt to Equity Ratio secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.
Hal ini mempunyai makna bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi
sampel penelitian yang masuk ke dalam perusahaan indeks LQ45 harus
memperhatikan dengan baik-baik variabel Price to Book Value, Earning Per
Share, Return On Asset dan Debt to Equity Ratio karena ke empat variabel ini
mempengaruhi harga saham perusahaan yang merupakan daya tarik investor dalm
berinvestasi.

4. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
variabel Price to Book Value (X1), Earning Per Share (X2), Return On Asset (X3)
dan Debt to Equity Ratio (X4) sebagai variabel independen terhadap harga saham
(Y) sebagai variabel dependen.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari koefisien determinasi akan
disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.46
Hasil Penghitungan Koefisien Determinasi Secara Simultan
Model Summary

Model
1

R Square
a

.750

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

.563

a. Predictors: (Constant), DER, PBV, EPS, ROA

.528

9111.7621

149

Dari hasil perhitungan di atas maka dapat diketahui nilai koefisien


determinasi (Kd) = (R2) x 100% diperoleh dari R yaitu Kd = 0.7502 x 100% =
56,3%. Hasil ini sama dengan perolehan dengan menggunakan software statistika
yaitu program SPSS 17 for Windows pada kolom R square sebesar 56,3%,
sedangkan sisanya 43,7% merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini oleh penulis. Adapun faktor-faktor lain yang tidak
diteliti oleh penulis dan memiliki pengaruh terhadap harga saham antara lain
faktor-faktor yang bersifat teknis meliputi kondisi perdagangan ekonomi,
fluktuasi kurs dan volume transaksi, volume dan frekuensi transakasi serta
kekuatan pasar. Selain faktor-faktor yang bersifat teknis, ada pula faktor-faktor
yang berkaitan dengan lingkungan meliputi, kondisi ekonomi, politik, dan
keamanan negara, tingkat inflasi dan kebijakan moneter (Jogiyanto, 2003:91).

150

Tabel 4.47
Rekapitulasi Hasil Uji Asumsi Klasik
No.

Analisis

Uji Normalitas
Data

Uji
Multikolinearitas

Hasil
Keterangan
Titik-titik menyebar disekitar Model regresi layak
garis
diagonal,
serta dipakai karena memenuhi
penyebarannya
mengikuti asumsi normalitas
garis diagonal
Hal ini membuktikan
VIF untuk masing-masing bahwa model regresi
variabel adalah < 10 dan yang digunakan dalam
Tolerance tidak kurang dari penelitian
ini
tidak
0,1
terdapat
gejala
multikolinearitas.

Hal
ini
dapat
Nilai Durbin Watson adalah disimpulkan bahwa data
1,914
yang akan diolah tidak
terjadi autokorelasi di
antara
variabel
independen karena nilai
DW terletak antara -2
sampai +2
Tidak terlihat adanya pola Hal
ini
dapat
Uji
tertentu
serta
titik-titik disimpulkan bahwa tidak
Heteroskedastisitas menyebar di atas dan di terjadi heteroskedastisitas
bawah angka 0 pada sumbu Y
Uji Autokorelasi

Tabel 4.48
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Rasio Price to Book Value (PBV) terhadap
Harga Saham
No.

Analisis

Analisis
Korelasi

Hasil

r = 0,108

Keterangan
Artinya terdapat hubungan
positif dan diketahui koefisien
korelasi
sebesar
0,108
mempunyai arti bahwa terdapat
hubungan yang sangat rendah
antara Price to Book Value
(PBV) dengan harga saham.

151

Analisis
Regresi
Sederhana

Uji t

Koefisien
Determinansi

Y = 9.341,05 + 521,116 X1

thitung < ttabel yaitu 0,790


< 2,007 dan tingkat
signifikansinya adalah
0,433 > 0,05

Rumus di samping menunjukan


bahwa setiap kenaikan Price to
Book Value (PBV) sebesar 1
kali akan diikuti dengan
peningkatan
tingkat
harga
saham sebesar Rp. 521,116/
lembar
Ho diterima dan Ha ditolak.
Maka Price to Book Value
(PBV)
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
harga
saham.
Artinya bahwa pengaruh Price
to Book Value (PBV) terhadap
harga saham sebesar 1,2%
sedangkan sisanya sebesar
98,8% dipengaruhi oleh faktor
lain.

Kd = 1,2%

Tabel 4.49
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Rasio Earning Per Share (EPS) terhadap
Harga Saham
No.

Analisis

Analisis
Korelasi

Hasil

r = 0,945

Keterangan
Artinya terdapat hubungan
positif dan diketahui koefisien
korelasi
sebesar
0,945
mempunyai arti bahwa terdapat
hubungan yang sangat kuat
antara Earning Per Share (EPS)
dengan harga saham.

152

Analisis
Regresi
Sederhana

Uji t

Koefisien
Determinansi

Y = 1308,858 + 14,459 X2

Rumus di samping menunjukan


bahwa setiap kenaikan Earning
Per Share (EPS) sebesar 1 kali
akan
diikuti
dengan
peningkatan
tingkat
harga
saham sebesar Rp. 14,459/
lembar.

thitung > ttabel yaitu 21,090


> 2,007 dan tingkat
signifikansinya adalah
0,000 < 0,05

Ho ditolak dan Ha diterima..


Maka Earning Per Share (EPS)
berpengaruh signifikan terhadap
harga saham.
Artinya
bahwa
pengaruh
Earning Per Share (EPS)
terhadap harga saham sebesar
89,4%
sedangkan
sisanya
sebesar 10,16% dipengaruhi
oleh faktor lain.

Kd = 89,4%

Tabel 4.50
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Rasio Return On Asset (ROA) terhadap
Harga Saham
No.

Analisis

Analisis
Korelasi

Hasil

r = 0,203

Keterangan
Artinya terdapat hubungan
positif dan diketahui koefisien
korelasi
sebesar
0,203
mempunyai arti bahwa terdapat
hubungan yang rendah antara
Return On Asset (ROA) dengan
harga saham.

153

Analisis
Regresi
Sederhana

Uji t

Koefisien
Determinansi

Y = 8233,101 + 229,039 X3

Rumus di samping menunjukan


bahwa setiap kenaikan Return
On Asset (ROA) sebesar 1 kali
akan
diikuti
dengan
peningkatan
tingkat
harga
saham sebesar Rp. 229,039
/lembar

thitung < ttabel yaitu 1,507


< 2,007 dan tingkat
signifikansinya adalah
0,138 > 0,05

Ho diterima dan Ha ditolak.


Maka Return On Asset (ROA)
tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham.

Kd = 4,1%

Artinya bahwa pengaruh Return


On Asset (ROA) terhadap harga
saham sebesar 4,1% sedangkan
sisanya
sebesar
95,9%
dipengaruhi oleh faktor lain.

Tabel 4.51
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Debt to Equtiy Ratio (DER) terhadap
Harga Saham
No.

Analisis

Analisis
Korelasi

Hasil

r = -0,251

Keterangan
Artinya terdapat hubungan
negatif dan diketahui koefisien
korelasi
sebesar
-0,251
mempunyai arti bahwa terdapat
hubungan yang rendah antara
Debt to Equtiy Ratio (DER)
dengan harga saham.

154

Analisis
Regresi
Sederhana

Uji t

Y = 16.410,231 4.537,310 X4

thitung < ttabel yaitu -1,185


< -2,007 dan tingkat
signifikansinya adalah
0,065 > 0,05

Rumus di samping menunjukan


bahwa setiap kenaikan Debt to
Equity Ratio (DER) sebesar 1
kali akan diikuti dengan
penurunan tingkat harga saham
sebesar Rp. 4.537,310/lembar.
Ho diterima dan Ha ditolak.
Maka Debt to Equtiy Ratio
(DER)
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
harga
saham.
Artinya bahwa pengaruh Debt

to Equtiy Ratio (DER) terhadap

Koefisien
Kd = 6,3%
Determinansi

harga saham sebesar 6,3%


sedangkan

sisanya

sebesar

93,7% dipengaruhi oleh faktor


lain.

Tabel 4.52
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Price to Book Value (PBV), Earning Per
Share (EPS), Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER)
Terhadap Harga Saham
No.

Analisis

Hasil

Keterangan
Artinya tingkat hubungan Price to
Book Value (X1), Earning Per

Analisis
Korelasi

r = 0,750

Share (X2), Return On Asset (X3)


dan Debt to Equity Ratio (X4)
secara

bersama

terhadap harga

saham (Y) adalah sebesar 0,750


dengan tingkat hubungan korelasi
kuat.

155

Rumus di samping menunjukkan


bahwa:
Setiap kenaikan 1 kali pada setiap
rasio Price to Book Value (PBV)
mempengaruhi peningkatan harga
saham sebesar Rp. 904,209/lembar.
2

Regresi
Berganda

Y = 5.723,456 + 904,209
X1 + 11,942 X2 + 238,034
X3 2.855,338 X4

Setiap kenaikan 1 kali pada setiap


rasio Earning Per Share (EPS)
mempengaruhi peningkatan harga
saham sebesar Rp. 11,942/lembar
Setiap kenaikan 1 kali pada setiap
rasio Return On Asset (ROA)
mempengaruhi peningkatan harga
saham sebesar Rp. 238,034/lembar.
Setiap kenaikan 1 kali pada setiap
Debt to Equity Ratio (DER)
mempengaruhi penurunan harga
saham sebesar Rp. 2.855,338/
lembar.

Uji F

Artinya bahwa Price to Book Value


Fhitung 16,074 > Ftabel 2,55
(PBV), Earning Per Share (EPS),
dan tingkat
signifikansinya adalah
Return On Asset (ROA) dan Debt
0,000 < 0,05 ()
to Equity Ratio (DER) memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
harga saham
Artinya bahwa Price to Book Value
(PBV), Earning Per Share (EPS),

Koefisien
determinansi

KD = 56,3%

Return On Asset (ROA) dan Debt


to Equity Ratio (DER) memiliki
pengaruh sebesar 56,3% terhadap
harga saham sedangkan sisanya
43,7% dipengaruhi oleh faktor lain

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

sebelumnya, dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis statistik serta


pengujian hipotesis mengenai pengaruh-pengaruh Price to Book Value (PBV),
Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio
(DER) terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2011, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil analisis deskriptif dari variabel-variabel independen yang
diteliti pada perusahaan LQ45 selama periode tahun 2006 sampai dengan
2010, menghasilkan kesimpulan bahwa:
a. Kondisi Price to Book Value (PBV) berada pada kriteria sedang yang
memiliki nilai rata-rata sebesar 4,281 dengan nilai minimum sebesar 0,4
dan nilai maksimum sebesar 11,5.
b. Kondisi Earning Per Share (EPS) berada pada kriteria rendah yang
memiliki nilai rata-rata sebesar Rp. 709,787/lembar, dengan nilai
minimum sebesar Rp. 27,6/lembar dan nilai maksimum sebesar Rp.
4.662,7/lembar.

156

157

c. Kondisi Return On Asset (ROA) berada pada kriteria rendah yang


memiliki nilai rata-rata sebesar 14,577 dengan nilai minimum sebesar 1,2
dan nilai maksimum sebesar 62,2.
d. Debt to Equty Ratio (DER) berada pada kriteria sedang yang memiliki
nilai rata-rata sebesar 1,066 dengan nilai minimum sebesar 0,2 dan nilai
maksimum sebesar 3,1.
2. Perubahan harga saham pada perusahaan LQ45 pada periode tahun 2007
sampai tahun 2011 berada pada kriteria rendah. Perubahan harga saham ini
memiliki nilai rata-rata sebesar Rp. 11.571,809/lembar dengan nilai terendah
sebesar Rp. 353,8/lembar dan nilai tertinggi sebesar Rp. 62.729/lembar.
3. Secara parsial, Price to Book Value (PBV) memiliki hubungan yang positif
dan sangat rendah dengan harga saham. Price to Book Value (PBV) tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan memiliki pengaruh sebesar
1,2% sedangkan sisanya sebesar 98,8% dipengaruhi oleh faktor lain.
4. Secara parsial, Earning Per Share (EPS) memiliki hubungan yang positif dan
sangat kuat dengan harga saham. Earning Per Share (EPS) berpengaruh
signifikan terhadap harga saham dan memiliki pengaruh sebesar 89,4%
sedangkan sisanya yang hanya sebesar 10,16% dipengaruhi oleh faktor lain.
5. Secara parsial, Return On Asset (ROA) memiliki hubungan yang positif dan
rendah dengan harga saham. Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham dan memiliki pengaruh sebesar 4,1%
sedangkan sisanya sebesar 95,9% dipengaruhi oleh faktor lain.

158

6. Secara parsial, Debt to Equity Ratio (DER) memiliki hubungan yang negatif
dan rendah dengan harga saham. Debt to Equity Ratio (DER) tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan memiliki pengaruh sebesar
6,3% sedangkan sisanya sebesar 93,7% dipengaruhi oleh faktor lain.
7. Secara simultan, Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS),
Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) memiliki hubungan
yang positif dan kuat terhadap harga saham. Rasio-rasio tersebut secara
bersamaan berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan memiliki
pengaruh sebesar 56,3% sedangkan sisanya sebesar 43,7% dipengaruhi oleh
faktor lain meliputi kondisi perdagangan ekonomi, fluktuasi kurs, volume dan
frekuensi transaksi serta kekuatan pasar, kondisi ekonomi, politik dan
keamanan negara, tingkat inflasi dan kebijakan moneter.

5.2.

Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka penulis mempunyai saran

sebagai berikut:
1. Kondisi rasio Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), Return
On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) pada perusahaan LQ45
masih tergolong rendah, maka perusahaan perlu meningkatkan kinerja
perusahaan agar rasio-rasio tersebut meningkat dan tergolong tinggi.
2. Bagi perusahaan ataupun investor, perlu memperhatikan Earning Per Share
(EPS) perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari investasi saham karena

159

dari ke empat rasio yang diteliti hanya EPS yang berpengaruh signifikan
terhadap harga saham.
3. Bagi peneliti selanjutnya:
a. Dalam penelitian ini hanya 4 rasio keuangan saja yang digunakan untuk
memprediksi harga saham, yaitu rasio Price to Book Value (PBV),
Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity
Ratio (DER). Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk menambah
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi harga saham.
b. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan LQ45 periode tahun 2006 sampai
dengan tahun 2011 dimana hanya 11 sampel perusahaan yang diteliti,
sehingga untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti perusahaan
jenis tertentu seperti perusahaan manufaktur, asuransi, perkebunan dan
lain-lain atau dapat pula meneliti perusahaan secara heterogen. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih kuat.
c. Sebaiknya periode pengamatan untuk penelitian selanjutnya menggunakan
periode pengamatan yang lebih panjang dari periode pengamatan
penelitian ini, hal ini bertujuan untuk memperkuat hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji. & Piji, Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Baridwan, Zaki. 2010. Intermediate Accounting. Edisi Delapan. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta.
Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia. 2010. Indonesia Stock
Exchange.
Darmaji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. 2001. Pasar Modal Di Indonesia.
Edisi pertama. Jakarta: Salemba Empat.
Fahmi, Irham. 2012. Pengantar Pasar Modal. Bandung: Alfabeta CV.
Fredy, Hermawan dan Nurdhiana. 2012. Pengaruh Book Value (BV), Price to
Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio
(PER) Terhadap Harga Saham Perusahaan Food and Beverage yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 2010
Ghozali, Imam. 2009. Statistik Multivariat SPSS. Penerbit BP Universitas
Diponegoro.
Husnan, Suad. 2003. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi
Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Husnan, Suad. & Pudjiastuti, Enny. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.
Edisi Kelima.Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.. 1.
Jakarta: Salemba Empat.
Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Juniarti & Yunita, Frency. 2003. Pengaruh Tingkat Disclosure Terhadap Biaya
Ekuitas. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 5, No. 2, Nopember 2003:
150 168. Universitas Kristen Petra.
Kashmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada.
Keputusan Menteri Keuangan RI No. 859/KMK.01/1987.

160

161

M. Hanafi, Mamduh. & Halim, Abdul. 2009. Analisis Laporan Keuangan.


Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
M. Reeve, James. S. Warren, Carl. et.al. 2010. Pengantar Akuntansi AdaptasiIndonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Meilinda, Haryuningputri. & Tri Widyarti, Endang. 2012. Pengaruh Rasio
Profitabilitas dan Eva Terhadap Harga Saham Pada Sektor Industri
Manufaktur di BEI. Jurnal Ilmiah Manajemen. Vol 1. No.2. Tahun
2012. Hal. 67-79. Universitas Diponegoro. Semarang.
Nazir, 2003. Metode Penelitian. Cetakan Kelima. Jakarta: Ghalia.
Nugroho, Bhuono, Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian
Dengan SPSS, Edisi 1. Yogyakarta. Andi
Poernamawatie, Fahmi 2008. Pengaruh Price Book Value (PBV) dan Price
Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jurnal Manajemen Gajayana. Vol
5, No. 2, November. 2008. Hal 105-118. Universitas Gajayana.
Rina Andriani, Neneng. & Kusumastuti, Aryati. 2008. Pengaruh Earning Per
Share Terhadap Harga Saham. Jurnal Akuntansi FE Unsil, Vol.3,
No.2. Tahun 2008. ISSN: 1907-9958. Tasikmalaya: FE Universitas
Siliwangi.
Rowland Bismark 2008. Pengaruh Variabel Fundamental terhadap Harga Saham
Perusahaan Go Public di BEI. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. ISSN:
1978-3116. Vol.2. No. 2. Juli. 2008. Hal. 101-113. Jakarta. Asian
Banking Finance and Informatics Institute of Perbanas.
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta:
Erlangga.
Santoso, Singgih. 2000. SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Sartono, Agus. 2008. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Empat.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Stella 2009. Pengaruh Price to Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on
Asset dan Price to Book Value terhadap Harga Pasar Saham. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi. Vol 11, No.2. Agustus. 2009. Hal. 97-106. STIE
Trisakti.

162

Stice. Stice. & Skousen. 2009. Akuntansi Keuangan-Intermediate Accounting.


Buku 1. Edisi 16. Jakarta: Salemba Empat.
Subekti & Surono. 2002. Kiat Bermain Saham. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
umum.
Subiyantoro, Edi. dan Fransisca. Andreani. 2003. "Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Harga Saham (Studi Kasus Perusahaan Jasa Perhotelan
yang Terdaftar di Pasar Modal Indonesia." Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, Vol. 5. No. 2. September. hal. 171-180
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Suhendi Cece 2012. Pengaruh-Pengaruh Fundamental Perusahaan terhadap
Return Saham. Bandung: Universitas Pasundan.
Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Kelima.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Syamsudin, Lukman. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Rajawali
Pers.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Fortofolio. Edisi
Pertama. Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta.
Trisno, Dedy. & Soejono, Fransiska. 2008. Pengaruh Rasio Profitabilitas
terhadap Harga Saham pada Perusahaan Telekomunikasi di BEI. Jurnal
Keuangan dan Bisnis. Vol 6. No.1. Maret. Tahun 2008. Hal. 39. STIE
Musi.
Tryfino. 2009. Cara Cerdas Berinvestasi Saham. Jakarta: Transmedia Pustaka
Undang-undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.
Studi Kepustakaan Lain:
www.kompas.com
www.idx.co.id
www.investor.co.id
www.okezone.com
www.pasardana.com
www.google.com

Anda mungkin juga menyukai