PER Dan PBV Terhadap Return Saham - Skripsi Lengkap
PER Dan PBV Terhadap Return Saham - Skripsi Lengkap
SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi
Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Mutdiyanti
094020120
SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi
Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan
Pembimbing,
Dekan,
MOTTO:
Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah
hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup
hanyalah sekali Ingat hanya pada Allah apapun dan dimanapun kita
berada kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
Assalammulaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul Pengaruh Price to Book Value, Earning Per Share,
Return On Asset dan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham pada
Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Suhamim dan Ibunda Adny selaku
kedua orangtua penulis. Penulis menghaturkan sembah sujud sebagai ucapan
terima kasih yang tentunya penulis belum mampu membalas pengorbanan
Ayahanda dan Ibunda, yang telah membesarkan, mendidik dan akan selalu
memberikan doa restu, perhatian, kasih sayang, serta dukungan yang tidak ternilai
harganya demi kelancaran dan keberhasilan penulis dalam segala hal. Serta
kepada Yth. Bapak Dr. H. Sasa S. Suratman, SE., MSc. selaku dosen pembimbing
penulis yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran,dan pemikirannya, serta
bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
ii
Prof. Dr. Ir. H. Eddy Yusuf, Sp., M.Si., M.Kom. selaku Rektor Universitas
Pasundan Bandung.
2.
3.
Dr. H. Sasa S. Suratman, SE., MSc. selaku Ketua Program studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.
4.
5.
6.
Bapak Kosim yang telah membantu dalam segala hal yang berhubungan
dengan surat menyurat selama proses penyusunan skripsi.
7.
8.
Kakakku Nur Widyawati S.S serta kakak iparku Ary Sumarno, adikadikku Aziz Maulana Dicaprio dan Rikhan Rahdiwansyah terimakasih atas
segala doa, kasih sayang, support dan keceriaannya bagi penulis.
9.
10.
iii
12.
13.
Teman-teman Akuntansi 2009 ulan, tutuy, seni, dyana, tety, dan lain-lain
khususnya anak dosen wali Pa Noch terimakasih atas suportnya.
14.
15.
positif bagi semua pihak yang berkepentingan dan semoga Allah SWT membalas
semua amal dan kebaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini. Amin.
Wassalammualaikum Wr.Wb.
Bandung, Mei 2013
Penulis
Mutdiyanti
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO
SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .. i
DAFTAR ISI ..... iv
DAFTAR TABEL ..... x
DAFTAR GAMBAR .... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..... 1
1.2. Identifikasi Masalah 11
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 11
1.3.1. Maksud Penelitian .. 11
1.3.2. Tujuan Penelitian .... 12
1.4. Kegunaan Penelitian .. 13
1.4.1. Kegunaan Praktis .... 13
1.4.2. Kegunaan Teoritis ... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
2.1. Kajian Pustaka .... 15
2.1.1. Laporan Keuangan ... 15
iv
25
27
30
31
vi
vii
viii
ix
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul Tabel
Halaman
48
52
53
59
62
4.1. Tingkat Rasio Price to Book Value Tahun 2006 2010 ...
80
82
4.3. Tingkat Rasio Earning Per Share Tahun 2006 2010 .....
83
87
90
91
95
96
99
3.1
xi
4.14. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Rasio Earning Per Share ..... 109
4.15. Kriteria Penilaian 110
4.16. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Rasio Return On Asset ..... 111
4.17. Kriteria Penilaian 112
4.18. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Debt to Equity Ratio.....
113
115
117
117
118
120
122
123
124
4.29. Regresi Rasio Earning Per Share Tergadap Harga Saham .... 125
4.30. Hasil Pengujian Uji t ..
126
128
129
130
132
134
xii
136
137
139
141
4.42. Korelasi Berganda Price to Book Value, Earning Per Share, Return
On Asset dan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham ..
143
143
4.44. Regresi Berganda Price to Book Value, Earning Per Share, Return On
Asset dan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham
144
147
148
150
151
152
153
Per Share, Return On Asset dan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga
Saham .....
154
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul Gambar
Halaman
2.1.
Kerangka Pemikiran 42
3.1.
44
3.2.
65
3.3.
66
3.4.
67
3.5.
68
4.1.
4.2.
4.3.
93
4.4.
97
4.5.
4.6.
4.7.
4.8.
4.9.
4.10.
4.11.
4.12.
Kurva Uji Hipotesis Parsial X1, X2, X3 dan X4 Terhadap Y ... 147
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Seperti halnya pasar pada umumnya, pasar modal merupakan tempat
bertemunya antara pembeli dan penjual dengan resiko untung dan rugi. Pasar
modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka
panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Untuk menarik
pembeli dan penjual untuk berpartisipasi, pasar modal harus bersifat likuid dan
efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan
pembeli dapat membeli surat-surat berharga dengan cepat. Pasar modal dikatakan
efisien jika harga dari surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan
secara akurat. (Jogiyanto, 2003:11)
Pengertian pasar modal menurut Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun
1995:
Pasar Modal yaitu sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek.
Pasar modal juga mempunyai fungsi sebagai sarana alokasi dana yang
produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam.
(Jogiyanto 2003:12)
Pasar modal di Indonesia berangsur mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun sejak diaktifkannya kembali pada tanggal 10 Agustus 1977. Peningkatan ini
dapat terlihat secara nyata dengan meningkatnya jumlah emiten dari 24 emiten
pada tahun 1987 menjadi 398 emiten pada tahun 2009. (Buku Panduan Indeks
Harga Saham BEI 2010: 1). Hingga tahun 2011 tercatat terdapat 458 emiten yang
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. (sumber: www.idx.co.id)
Perkembangan pasar modal Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat dilihat pada
tabel 1.1 di bawah ini:
Tabel 1.1
PERKEMBANGAN SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 1994 - 2011
Tahun
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
21.6
43.3
118.6
311.4
366.9
722.6
562.9
603.2
698.8
967.1
1,708.6
1,653.8
1,805.5
4,225.8
3,282.7
6,089.9
5,430.0
4,870,0
104,0
131,5
304,1
489,4
403.6
598.7
513.7
396.4
492.9
518.3
1,024.9
1,670.8
1,841.8
4,269.9
4,435.5
4,046.2
4.800.0
4,960.0
1,5
2,5
7,1
12,1
14.2
18.4
19.2
14.7
12.6
12.2
15.5
16.5
19.9
48.2
55.9
87
105,7
113.6
Terendah
Akhir
612,888
519,175
637,432
740,833
554,107
716,460
703,483
470.229
551.607
693.033
1,004.430
1,192.203
1,805.523
2,810.962
2,830.263
2,534.356
3.786.097
4,193.441
447,040
414.209
512,478
339,536
256,834
372,318
404,115
342.858
337.475
379.351
668.477
994.770
1,171.709
1,678.044
1,111.390
1,256.109
2.475,572
3.269,451
469,640
469.64
637,432
401,712
398,038
676,919
416,321
392.036
424.945
691.895
1,000.233
1,162.635
1,805.523
2,745.826
1,355.408
2,534.356
3,703.512
3,808.772
Kapitalisasi
Pasar
(Rp.
Triliun)
Jumlah
Emiten
104
152
215
160
176
452
260
239
268
460
680
801
1,249
1,988
1,076
2,019
3,247
3,524
217
238
253
282
288
277
287
316
331
333
331
336
344
383
396
398
413
458
IHSG Kamis (27/12/2012), naik 0,85 atau setara 0,02 persen ke posisi
4.275,95. Sementara indeks LQ45 terkoreksi 0,17 poin ke posisi 729,42, serta
Jakarta Islamic Indeks (JII) naik 0,57 poin atau setara 0,1 persen ke level 587,97.
IHSG berpotensi melanjutkan penguatan walaupun terbatas dengan kisaran
perdagangan di level 4.250-4.310. Penguatan tipis IHSG kali ini dikarenakan
beberapa sektor dalam negeri berada di jalur merah. Sektor perkebunan,
konsumer, keuangan, infrastruktur, dan properti harus melemah. Namun beberapa
saat
kemudian,
pergerakan
saham
di
sektor
tersebut
mulai
naik.
Panduan Indeks Harga Saham BEI 2010: 11). Berikut penggantian saham dalam
indeks LQ45 dapat di lihat dalam tabel 1.2 di bawah ini:
Tabel 1.2
Jumlah Penggantian Saham yang Terdaftar
dalam Indeks LQ45 Tahun 2006-2011
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Periode
Februari - Juli
Tetap
Baru
Periode
Agustus - Januari
Tetap
Baru
43
2
39
6
39
6
37
8
39
6
34
11
35
10
37
8
44
1
39
6
40
5
40
5
(Sumber: idx.co.id dan data di olah)
10
11
1.2.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka yang
1.3.
12
return on asset dan debt to equity ratio terhadap harga saham pada perusahaan
LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini juga dimaksudkan
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar S-1.
13
1.4.
Kegunaan Penelitian
14
3. Bagi investor
Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi guna
menentukan perusahaan yang dapat memberikan tingkat pengembalian
investasi saham yang diharapkan.
4. Bagi BAPEPAM
Sebagai informasi perkembangan pasar modal di Indonesia dan sejauh
mana pasar modal di Indonesia terhindar dari praktek-praktek tidak sehat.
5. Bagi instansi pendidikan
Memperoleh masukan tentang informasi mengenai kualifikasi sarjana
yang dibutuhkan dunia kerja dalam rangka peningkatan mutu lulusannya,
serta sebagai alat evaluasi terhadap kurikulum yang digunakan.
6. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi dan informasi untuk
kemunkinan penelitian yang akan dilakukan selanjutnya mengenai
pembahasan harga saham.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
2.1.
Kajian Pustaka
2.1.1.
Laporan Keuangan
15
16
17
18
2.1.2.
Rasio Keuangan
Rasio keuangan dapat memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki
kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya utang yang
cukup rasional, efesiemsi manajemen persediaan, perencanaan pengeluaran
prestasi
yang sehat
sehingga
tujuan
19
20
Dalam analisis, analis juga harus mengidentifikasi adanya trendtrend tertentu dalam laporan keuangan. Untuk itu laporan lima atau
enam tahun barangkali bisa digunakan untuk melihat menculnya tren
tertentu.
Angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya.
Untuk itu diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat
baik tidaknya angka yang dicapai oleh perusahaan. Rata-rata industri
bisa dan biasa dipakai sebagai pembanding. Meskipun angka ratarata industri ini barangkali bukan merupakan pembanding yang
paling tepat karena beberapa hal, misal karena perbedaan
karakteristik rata-rata perusahaan dalam industri dengan perusahaan
tersebut. Alternatif lain apabila rata-rata industri tidak ada adalah
dengan membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain yang
21
22
23
EPS bisa digunakan untuk beberapa macam analisis. Pertama, EPS bisa
digunakan untuk menganalisis profitabilitas suatu saham oleh para analis surat
berharga. EPS mudah dihubungkan dengan harga pasar suatu saham dan
menghasilkan rasio PER (Price Earning Ratio). PER adalah harga pasar atau
saham dibagi dengan EPS-nya. Mamduh M. Hanafi (2007:191)
Membeli saham berarti membeli prospek perusahaan, yang tercermin
pada laba per saham. Jika laba per saham lebih tinggi, maka prospek perusahaan
lebih baik, sementara jika laba per saham lebih rendah berarti kurang baik, dan
laba per saham negatif berarti tidak baik. (Mohamad Samsul 2006:167)
24
Return On Asset =
25
Debt to quity Ratio (DER) adalah rasio yang mengukur sejauh mana
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Debt to Equity
Ratio (DER) merupakan perbandingan antara dana yang berasal dari
pemilik dengan dana yang berasal dari kreditur.
Sedangkan menurut Agus Sartono (2008:121):
Semakin tinggi DER maka semakin besar resiko yang dihadapi, dan
investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio
yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk
membiayai aktiva.
Rumus yang digunakan untuk perhitungan debt to equity ratio menurut
Agus Sartono (2008:121) adalah sebagai berikut:
2.1.7.
Saham
26
27
28
29
30
31
Nilai pasar (market value) berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku
merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan,
maka nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada
saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini
ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar
bursa.
3. Nilai Intrinsik (Intrinsic Value)
Nilai intrinsik (intrinsic value) adalah nilai seharusnya dari suatu saham.
Sedangkan menurut Anoraga dan Pakarti (2001:56) saham mempunyai
tiga macam nilai yaitu:
1. Nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum dalam saham tersebut
2. Nilai efektif, yaitu nilai yang tercantum pada kurs resmi kalau saham
tersebut diperdagangkan di bursa.
3. Nilai intrinsik, yaitu nilai saham pada saat likuidasi.
Investor berkepentingan untuk mengetahui ketiga nilai tersebut sebagai
informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat. Dalam
membeli atau menjual saham, investor akan membandingkan nilai intrinsik
dengan nilai pasar saham yang bersangkutan. Jika nilai pasar suatu saham lebih
tinggi dari nilai intrisiknya, berarti saham tersebut tergolong mahal (overvalued).,
dan investor tersebut bisa mengambil kepputusan untuk menjual saham tersebut.
Sebaliknya jika nilai pasar saham di bawah nilai intrinsiknya, berarti saham
tersebut tergolong murah (undervalued), sehingga dalam situasi ini investor
sebaiknya membeli saham tersebut. (Tandelilin 2001:183)
2.1.7.4
dasarnya ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau
memiliki saham, yaitu:
32
1. Dividen (dividend)
Dividen (dividend) adalah pembagian keuntungan yang diberikan
perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai (cash
dividend), artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen
berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham. Atau
dapat pula berupa dividen saham (stock dividend) yang berarti kepada
setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham yang dimiliki
seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen
saham tersebut.
2. Capital Gain
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual.
Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di
pasar sekunder. Umumnya investor dengan orientasi jangka pendek
mengejar keuntungan melalui capital gain. Investor seperti ini bisa
membeli saham pada pagi hari, lalu menjualnya lagi pada siang hari jika
saham mengalami kenaikan.
Dedy dan Fransiska (2008) mengemukakan bahwa saham tidak hanya
dapat memberikan keuntungan kepada para pemegangnya, namun saham juga
mengandung beberapa resiko, yaitu:
1. Tidak mendapat dividen.
Perusahaan akan membagikan dividen jika perusahaan menghasilkan
keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak dapat membagikan
dividen jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Dengan kata lain,
peluang investor untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja
atau prestasi perusahaan tersebut.
2. Capital Loss
Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan
capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya
investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga
beli. Dengan demikian, seorang investor mengalami capital loss.
3. Risiko Likuiditas
Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara
langsung kepada saham perusahaan tersebut. Perusahaan yang bangkrut
atau dibubarkan akan di keluarkan dari Bursa Efek. Artinya, saham
perusahaan itu tidak tercatat lagi di Bursa sehingga akan menyulitkan
investor untuk enjual saham tersebut. Kalaupun ada pihak yang bersedia
membeli saham tersebut, tentu saja dengan harga yang relatif rendah.
Ketika suatu perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan, pemegang saham
akan menempati prioritas yang lebih rendah dibandingkan kreditor atau
pemegang obligasi. Ini artinya setelah semua asset perusahaan tersebut
dijual, hasil penjualan tersebut terlebih dahulu akan dibagikan kepada
33
para kreditor seperti bank dan pemegang obligasi. Jika masih terdapat
sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham. Resiko ini
sebenarnya relatif jarang terjadi, meskipun demikian pemegang saham
tetap perlu waspada dengan jalan mengawasi perkembangan perusahaan
sehingga investor dapat menjual sahamnya terlebih dahulu ketika
mengetahui perkembangan perusahaan yang semakin kurang berprestasi.
2.1.8.
Harga Saham
Pengertian harga saham menurut Agus Sartono (2008:70):
Harga pasar saham terbentuk melalui mekanisme permintaan dan
penawaran di pasar modal.
Hal tersebut serupa dengan yang diungkapkan oleh Jogiyanto (2003:88)
bahwa:
Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat
tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh
permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa.
34
saham baru. Investor tidak dapat secara konsisten memperoleh keuntungan atas
dasar informasi yang telah dipublikasikan karena telah tercermin dalam harga
pasar saham. Bentuk pasar efisien yang kuat, harga pasar sekuritas mencerminkan
kecenderungan perubahan harga periode sebelumnya, informasi yang telah
dipublikasikan dan private information. Bentuk yang terakhir ini merupakan
bentuk yang ideal karena harga sekuritas merupakan harga yang objektif atau fair
price. (Agus Sartono 2008:70)
2.1.8.1.
digunakan untuk menilai harga suatu saham tetapi dua pendekatan berikut yang
paling banyak digunakan, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan portofolio
modern.
1. Pendekatan tradisional, untuk menganalisis surat berharga saham dengan
pendekatan tradisional digunakan dua analisis yaitu:
a. Analisis teknikal, merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan
data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses
permintaan dan penawaran suatu saham tertentu maupun pasar secara
keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang
dipublikasikan seperti: harga saham, volume perdagangan, indeks harga
saham gabungan dan individu, serta faktor faktor lain yang bersifat
teknis. Oleh sebab itu, pendekatan ini juga disebut pendekatan analisis
pasar (market analisys) atau analisis internal (internal analisys). Asumsi
yang mendasari analisis teknikal adalah:
- Terdapat ketergantungan sistematik di dalam keuntungan yang dapat
dieksploitasi ke return abnormal.
- Pada pasar tidak efisien, tidak semua informasi harga masa lalu
diamati ketika memprediksi distribusi keuntungan sekuritas.
- Nilai suatu saham merupakan fungsi permintaan dan penawaran.
Beberapa kesimpulan menyangkut pendekatan analisis teknikal
adalah sebagai berikut:
Analisis teknikal didasarkan pada data pasar yang
dipublikasikan.
35
36
2.1.8.2.
dan situasi yang menentukan suatu saham itu mengalami fluktuasi, yaitu:
1. Kondisi mikro dan makro ekonomi;
2. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan
usaha), seperti membuka kantor cabang, kantor cabang pembantu baik
yang dibuka di domestik maupun luar negeri;
3. Pergantian direksi secara tiba-tiba;
4. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak
pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan;
5. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap
waktunya;
6. Resiko sistematis, yaitu suatu bentuk risiko yang terjadi secara
menyeluruh dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat;
7. Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal
jual beli saham;
Harga saham dapat berubah baik karena adanya informasi baru yang
rasional maupun tanpa informasi baru, sehingga perubahan harga tersebut
dianggap tidak rasional melainkan emosional. (Mohamad Samsul, 2006:272)
Sedangkan menurut Jogiyanto (2003:91), pada dasarnya kenaikan atau
penurunan permintaan saham tidak terlepas dari berbagai informasi informasi
tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu:
a. Informasi yang bersifat fundamental, informasi ini berkaitan dengan
perusahaan.
b. Informasi yang bersifat teknis, informasi ini mencerminkan kondisi
perdagangan ekonomi, fluktuasi kurs, volume dan frekuensi transakasi
serta kekuatan pasar.
37
2.2.
Kerangka Pemikiran
2.2.1.
saham dan nilai buku per lembar saham bisa juga dipakai sebagai pendekatan
alternatif untuk menentukan nilai suatu saham, karena secara teoritis, nilai pasar
suatu saham haruslah mencerminkan nilai bukunya.
Menurut Subekti dan Surono (2002) Price to Book Value (PBV)
merupakan salah satu rasio yang digunakan investor dalam menilai harga saham
tertentu di pasar modal.
Sedangkan menurut F. Poernamawati (2008), rasio Price to Book Value
(PBV) merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku ekuitas
perusahaan, menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai
relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan oleh pihak investor. Dengan
demikian, makin tinggi rasio tersebut, makin berhasil dan mampu perusahaan
38
2.2.2.
39
2.2.3.
untuk
menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan kata lain ROA akan berpengaruh
positif terhadap harga saham perusahaan.
40
41
2.2.4.
42
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
2.3
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas maka penulis mencoba
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Metode Penelitian
Pengertian metode penelitian menurut Sugiyono (2012:4), adalah sebagai
berikut:
Cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat
ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada
gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengatasi
masalah.
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dan verifikatif, karena adanya variabel-variabel yang akan ditelaah
hubungannya serta tujuannya untuk menyajikan gambaran secara terstruktur,
faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar variabel yang
diteliti, yaitu pengaruh price to book value, earning per share, return on asset,
dan debt to equity ratio terhadap harga saham.
Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2012:53) adalah sebagai
berikut:
Suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap
keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih
(variabel mandiri adalah variabel yang berdiri sendiri, bukan variabel
independen karena kalau variabel independen selalu dipasangkan dengan
variabel dependen).
Dalam penelitian ini, metode deskriptif akan dipakai untuk menjelaskan
tentang beberapa rasio keuangan perusahaan yang terdiri dari price to book value,
earning per share, return on asset, dan debt to equity ratio dan harga saham.
43
44
Gambar 3.1
Model Penelitian Parsial dan Simultan
45
3.2.
46
Return On Asset =
47
48
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
No.
Variabel
Konsep Variabel
Penelitian
Price
Price to
1.
to
Book
merupakan
Value
Indikator
Skala
perbandingan
Book Value
(X1)
Rasio
(Husnan S. dan Pudjiastuti,
2006:258)
Per Share
(X2)
pemberian
para
Rasio
pemegang
(Irham Fahmi, 2012:96)
49
Return
on
Asset
mengukur
kemampuan
perusahaan
3.
(ROA)
menghasilkan
Return on
Asset
(X3)
Return on Asset =
Rasio
(Mamduh M. Hanafi,
2007:159)
tersebut.
(Mamduh
M.
Hanafi, 2007:159)
Debt to Equity Ratio adalah
4.
Debt to
Equity
Ratio
(X4)
(Mamduh M. Hanafi,
Hanafi, 2007:82)
2007:82)
Harga dari suatu saham pada
pasar
yang
sedang
Saham
(Y)
adalah
2003:58)
dan
Closing Price
Rasio
harga
Rata-rata
Pakarti,
50
3.3.
3.3.1.
Populasi Penelitian
Populasi menurut Sugiyono (2012:115) adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sesuai dengan penelitian yang akan diteliti yaitu pengaruh Price to Book
Value, Earning Per Share, Return on Asset dan Debt to Equity Ratio Terhadap
harga saham. Maka yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
keseluruhan data laporan keuangan perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama lima tahun mulai dari tahun 2006 sampai dengan 2011, sehingga
diperoleh jumlah populasi sebanyak 95 perusahaan.
3.3.2.
Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono,
2012:116). Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah teknik
Nonprobability Sampling. Pengertian teknik Nonprobability Sampling menurut
Sugiyono (2012:120) adalah sebagai berikut:
Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sempel yang tidak
memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Teknik Nonprobability Sampling yang digunakan dalam pengambilan
sampel pada penelitian ini adalah teknik Purposive Sampling. Pengertian
Purposive Sampling menurut Sugiyono (2012:122) adalah sebagai berikut:
51
perusahaan
yang
dijadikan
sampel
penelitian,
memiliki
52
Tabel 3.2
Gambaran Tahap Penyeleksian Untuk Sampel Penelitian
Keterangan
Jumlah perusahaan Indeks LQ45 2006-2011.
Jumlah
Perusahaan
95
(80)
2011.
- Perusahaan Indeks LQ45 yang tidak menerbitkan
laporan keuangan tahunan selama periode tahun
(0)
2006-2011.
- Perbankan yang masuk ke dalam Indeks LQ45
(4)
(0)
3.3.3.
11
Sampel Penelitian
Sugiyono (2012:116), menyebutkan bahwa:
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.
Dalam penelitian ini, sampel yang terpilih adalah perusahaan yang
masuk ke dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 sampai
dengan tahun 2011 secara berturut-turut dan memiliki kriteria tertentu yang
53
Kode Emiten
Keterangan
AALI
ANTM
ASII
INCO
INDF
ISAT
Indosat Tbk.
PGAS
PTBA
TLKM
10
UNSP
11
UNTR
3.4.
54
3.5.
55
3.5.2.
analisis regresi yang telah dilakukan, dimana dengan menggunakan uji asumsi
klaisk dapat diketahui sejauh mana hasil analisis regresi dapat diandalkan tingkat
keakuratnnya. (F. Poernamawatie, 2008). Uji asumsi klasik terdiri dari uji
normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan heterokedastisitas (Dedy dan
Fransiska, 2008).
56
57
58
tetap, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Singgih
Santoso
(2000:210)
mengemukakan,
deteksi
adanya
heteroskedastisitas, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot. Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk
suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.5.3.
Statistika Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan analisis yang meneliti objek dalam
keadaan apa adanya, sesuai dengan data yang diperoleh kemudian disusun dan
disampaikan (Sugiyono, 2011:206). Dalam analisis ini akan dilakukan
pembahasan mengenai Price to Book Value, Earning Per Share, Return on Asset,
Debt to Equity Ratio dan harga saham. Analisis deskriptif yang digunakan adalah
nilai maksimum, nilai minimum dan mean (rata-rata). Sedangkan untuk
menentukan kategori penilaian setiap nilai rata-rata (mean) perubahan pada
variabel penelitian, maka dibuat tabel distribusi frekuensi dengan langkah sebagai
berikut:
a. Menentukan jumlah kriteria yaitu 4 kriteria
59
(range)
Batas atas 1
SEDANG
(range)
Batas atas 2
TINGGI
(range)
Batas atas 3
SANGAT TINGGI
(range)
Keterangan:
Batas atas 1 = Batas bawah (nilai min) + range
Batas atas 2 = (Batas atas 1 + 0,01) + range
Batas atas 3 = (Batas atas 2 + 0,01) + range
Batas atas 4 = (Batas atas 3 + 0,01) + range = Nilai Maksimum
3.5.4. Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis regresi didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal
variabel independen dengan variabel dependen. Adapun bentuk persamaan regresi
linear sederhana adalah:
Y = + bX
(Sumber: Sugiyono, 2012: 270)
60
Dimana:
X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu
Y = Subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan
= Harga Y bila X = 0 (harga konstan)
b = Angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan
atau penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel
independen
= Harga Saham
= Konstanta
X2
61
3.5.6.
X3
= Return On Asset
X4
= Debt
to Equity Ratio
Analisis Korelasi
rxy =
n ( X 1 Y) ( X 1 )( Y)
{n ( X 1 ) ( X 1 ) 2 }{n ( Y 2 ) ( Y) 2 }
2
62
Tingkat Hubungan
0,00 0,199
Sangat Rendah
0,20 0,399
Rendah
0,40 0,599
Sedang
0,60 0,799
Kuat
0,80 1,000
Sangat Kuat
(Sumber: Sugiyono, 2012: 250)
Ryx1x2x3x4 =
63
ryx2
ryx3
ryx4
64
Merumuskan Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada
tidaknya pengaruh antara variabel X (variabel bebas) dan variabel Y
(variabel terikat). Dimana hipotesis nol (H0) yaitu hipotesis tentang tidak
adanya pengaruh. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) merupakan hipotesis
yang diajukan peneliti dalam penelitian ini. Masing-masing hipotesis
tersebut dijabarkan sebagai berikut:
H0 : 1 = 0 : Tidak terdapat pengaruh Price to Book Value terhadap harga
saham.
Ha : 1 0 : Terdapat pengaruh Price to Book Value terhadap harga saham.
H0 : 2 = 0 : Tidak terdapat pengaruh Earning Per Share terhadap harga
saham.
Ha : 2 0 : Terdapat pengaruh Earning Per Share terhadap harga saham.
H0 : 3 = 0 : Tidak terdapat pengaruh Return On Asset terhadap harga
saham.
H3 : 3 0 : Terdapat pengaruh Return On Asset terhadap harga saham.
H0 : 4 = 0 : Tidak terdapat pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap harga
saham.
Ha : 4 0 : Terdapat pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap harga saham.
65
= nilai uji t
= koefisien korelasi
r2
= koefisien determinasi
Daerah
penolakan Ho
Daerah
penolakan Ho
Daerah Penerimaan H0
-t hitung
-t tabel
t tabel
t hitung
66
2).
Daerah
penolakan Ho
Daerah
penolakan Ho
Daerah Penerimaan H0
-t tabel
-t hitung
t hitung
t tabel
Merumuskan Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada
atau tidaknya pengaruh secara simultan variabel independen mempengaruhi
variabel dependen. Dimana hipotesis nol (H0) yaitu hipotesis tentang tidak
adanya pengaruh, umumnya diformulasikan untuk ditolak. Sedangkan
hipotesis alternatif (Ha) merupakan hipotesis yang diajukan peneliti dalam
penelitian ini. Masing-masing hipotesis tersebut dijabarkan sebagai berikut:
67
Daerah
penolakan Ho
Daerah
penolakan Ho
Daerah Penerimaan H0
-f hitung
-f tabel
f tabel
f hitung
68
Keterangan:
Jika f hitung > f tabel atau f hitung < -f tabel maka H0 ditolak atau nilai
Sig <
2).
Daerah
penolakan Ho
Daerah
penolakan Ho
Daerah Penerimaan H0
-f tabel
-f hitung
f hitung
f tabel
3.5.8.
Koefisien Determinasi
Untuk melihat seberapa besar tingkat pengaruh variabel independen
= Koefisien Regresi
69
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian
4.1.1
70
71
72
dan
penyewaan
alat
berat,
pertambangan
dan
jasa
terkait,
73
dalam
eksplorasi
dan
penambangan,
pengolahan,
penyimpanan,
74
75
76
umum,
eksplorasi,
eksploitasi,
pengolahan,
pemurnian,
(TLKM)
pada
mulanya
merupakan
bagian
dari
Post
en
Telegraafdienst, yang didirikan pada tahun 1884. Pada tahun 1991, berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1991, status Perusahaan diubah menjadi
77
78
Efek New York (NYSE) dan Bursa Efek London (LSE) atas 700.000.000
saham Seri B milik Pemerintah dalam bentuk American Depositary Shares
(ADS). Terdapat 35.000.000 ADS dan masing-masing ADS mewakili 20 saham
Seri B pada saat itu.
79
4.1.2
dan nilai buku saham. Untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan dengan baik,
umumnya rasio ini mencapai diatas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar
saham lebih besar dari nilai bukunya (Husnan S. dan Pudjiastuti, 2006:258).
Adapun cara untuk menghitung Price to Book Value ini adalah sebagai berikut:
80
Tabel 4.1
Tingkat Rasio Price to Book Value (PBV) Tahun 2006-2010
No.
KODE
AALI
ANTM
ASII
INCO
INDF
TAHUN
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
Nilai Buku
PBV
{4}= {2}/{3} {5}= {1}/{4}
1,745.40
7.22
2578.58
10.86
3,274.34
2.99
3,953.89
5.75
4,579.59
5.72
2,244.39
3.56
918.76
4.87
845.33
1.29
854.32
2.58
1,004.37
2.44
5,527.13
2.84
6,660.14
4.10
8,171.22
1.29
9,854.37
3.52
12,180.25
4.48
15,284.37
2.03
1,314.34
4.85
1,676.04
1.15
1,501.20
2.43
1,517.82
3.21
522.13
2.59
754.60
3.84
967.92
0.96
1,156.61
3.97
1,911.60
2.55
81
ISAT
PGAS
PTBA
TLKM
10
UNSP
11
UNTR
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
6,750
8,650
5,750
4,725
5,400
11,600
15,350
1,860
3,900
4,425
3,525
12,000
6,900
17,250
22,950
10,100
10,150
6,900
9,450
7,950
970
2,275
260
580
390
6,550
10,900
4,400
15,500
23,800
15,201,745
5,434
2,797.56
2.41
16,544,730
5,434
3,044.71
2.95
17,409,621
5,434
3,203.87
1.79
17,957,690
5,434
3,304.73
1.43
17,850,646
5,434
3,285.03
1.64
5,576,033
4,537
1,229.02
9.44
6,307,978
4,540
1,389.46
11.45
7,075,257
22,967
308.06
8.80
17,732,080
22,967
483.97
8.06
13,868,573
22,967
572.10
7.73
2,295,460
2,304
996.24
3.54
2,799,118
2,304
1,214.83
10.77
3,998,132
2,304
1,735.20
3.98
5,701,372
2,304
2,474.41
6.97
6,366,736
2,304
2,763.18
8.31
28,068,689
20,160
1,392.30
7.25
33,748,579
20,160
1,674.04
6.43
34,314,071
20,160
1,702.09
4.35
38,989,747
20,160
1,934.02
4.89
44,418,742
20,160
2,203.31
3.61
642,485
2,331
275.63
3.52
2,385,206
3,788
629.70
3.73
2,470,178
3,788
652.11
0.40
2,669,843
3,788
704.82
0.82
8,318,408
3,788
613.73
0.64
4,594,437
2,852
1,611.17
4.07
5,733,335
2,852
2,010.56
5.42
11,131,607
3,327
3,345.96
1.32
13,843,710
3,327
4,161.17
3.72
16,136,338
3,327
4,850.30
4.91
(Sumber: Hasil olah data penulis, 2013)
82
Tabel 4.2
Perkembangan Rasio Price to Book Value (PBV) Tahun 2006-2010
No.
Perusahaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
AALI
ANTM
ASII
INCO
INDF
ISAT
PGAS
PTBA
TLKM
UNSP
UNTR
Rata-rata pertahun
2006
7.22
3.56
2.84
2.03
2.59
2.41
9.44
3.54
7.25
3.52
4.07
2007
10.86
4.87
4.10
4.85
3.84
2.95
11.45
10.77
6.43
3.73
5.42
Tahun
2008
2.99
1.29
1.29
1.15
0.96
1.79
8.80
3.98
4.35
0.40
1.32
4.41
6.30
2.57
2009
5.75
2.58
3.52
2.43
3.97
1.43
8.06
6.97
4.89
0.82
3.72
2010
5.72
2.44
4.48
3.21
2.55
1.64
7.73
8.31
3.61
0.64
4.91
4.01
4.11
Rata-rata
Rasio
6.51
2.95
3.25
2.73
2.78
2.04
9.10
6.71
5.31
1.82
3.89
83
14.00
ANTM
12.00
ASII
10.00
INCO
8.00
INDF
ISAT
6.00
PGAS
4.00
PTBA
TLKM
2.00
UNSP
2006
2007
2008
2009
2010
UNTR
Gambar 4.1
Grafik Rasio Price to Book Value (PBV)
Dari gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwa rasio Price to Book Value
(PBV) terendah terdapat pada PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) pada
tahun 2008 yaitu sebesar 0,4. Sedangkan rasio Price to Book Value (PBV)
tertinggi terdapat pada PT. Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) yaitu sebesar 11,45
pada tahun 2007.
Untuk tahun 2006 PT. Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) memiliki rasio
PBV paling tinggi yaitu sebesar 9,44. Sedangkan PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO)
memiliki rasio PBV yang paling rendah yaitu sebesar 2,03.
Untuk tahun 2007 PT. Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) memiliki rasio
PBV paling tinggi yaitu sebesar 11,45. Sedangkan PT. Indosat Tbk. (ISAT)
memiliki rasio PBV yang paling rendah yaitu sebesar 2,95.
84
Untuk tahun 2008 PT. Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) memiliki rasio
PBV paling tinggi yaitu sebesar 8,80. Sedangkan PT. Bakrie Sumatera Plantations
Tbk. (UNSP) memiliki rasio PBV yang paling rendah yaitu sebesar 0,40.
Untuk tahun 2009 PT. Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) memiliki rasio
PBV paling tinggi yaitu sebesar 8,06. Sedangkan PT. Bakrie Sumatera Plantations
Tbk. (UNSP) memiliki rasio PBV yang paling rendah yaitu sebesar 0,82.
Untuk tahun 2010 PT. Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) memiliki rasio
PBV paling tinggi yaitu sebesar 8,31. Sedangkan PT. Bakrie Sumatera Plantations
Tbk. (UNSP) memiliki rasio PBV yang paling rendah yaitu sebesar 0,64.
4.1.3
85
Tabel 4.3
Tingkat Rasio Earning Per Share (EPS) Tahun 2006-2010
No.
KODE
AALI
ANTM
ASII
INCO
INDF
ISAT
TAHUN
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
Pendapatan Setelah
Pajak {1}
787,318
1,973,428
2,631,019
1,660,649
2,016,780
1,552,777
5,132,460
1,368,139
604,307
1,683,400
3,712,097
6,519,273
9,191,000
10,040,000
14,366,000
4,633,056
11,048,826
3,934,510
1,607,544
3,926,645
661,210
980,357
1,034,389
2,075,861
2,952,858
1,410,093
2,042,043
1,878,522
1,498,245
647,174
Jumlah Saham
Beredar {2}
1,575
1,575
1,575
1,575
1,575
1,908
9,538
9,538
9,538
9,538
4,048
4,048
4,048
4,048
4,048
994
9,936
9,936
9,936
9,936
9,444
9,444
8,780
8,780
8,780
5,434
5,434
5,434
5,434
5,434
EPS
{3} = {1}/{2}
499.97
1,253.17
1,670.76
1,054.55
1,280.70
813.96
538.08
143.43
63.35
176.49
916.94
1,610.35
2,270.30
2,480.02
3,548.60
4,662.74
1,111.96
395.97
161.78
395.18
70.01
103.81
117.81
236.42
336.30
259.50
375.79
345.70
275.72
119.10
86
PGAS
PTBA
TLKM
10
UNSP
11
UNTR
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
1,892,705
1,572,565
633,860
6,229,043
6,239,361
485,670
760,207
1,707,771
2,727,734
2,008,891
11,005,577
12,857,018
10,619,470
11,332,140
11,536,999
172,898
206,575
173,569
252,783
805,630
930,372
1,493,037
2,660,742
3,817,541
3,872,931
4,537
4,540
22,967
22,967
22,967
2,304
2,304
2,304
2,304
2,304
20,160
20,160
20,160
20,160
20,160
2,331
3,788
3,788
3,788
3,788
2,852
2,852
3,327
3,327
3,327
417.17
346.39
27.60
256.96
257.38
210.78
329.93
741.18
1,183.84
871.86
545.91
637.75
526.76
562.11
572.27
74.17
54.54
45.82
66.73
59.44
326.26
523.58
799.77
1,147.48
1,164.13
87
Tabel 4.4
Perkembangan Rasio Earning Per Share (EPS) Tahun 2006-2010
No. Perusahaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
AALI
ANTM
ASII
INCO
INDF
ISAT
PGAS
PTBA
TLKM
UNSP
UNTR
Rata-rata pertahun
2006
2007
Tahun
2008
499.97
813.96
916.94
4,662.74
70.01
259.50
417.17
210.78
545.91
74.17
326.26
799.76
1,253.17
538.08
1,610.35
1,111.96
103.81
375.79
346.39
329.93
637.75
54.54
523.58
625.94
1,670.76
143.43
2,270.30
395.97
117.81
345.70
27.60
741.18
526.76
45.82
799.77
644.10
2009
2010
1,054.55
63.35
2,480.02
161.78
236.42
275.72
256.96
1,183.84
562.11
66.73
1,147.48
680.81
1,280.70
176.49
3,548.60
395.18
336.30
119.10
257.38
871.86
572.27
59.44
1,164.13
798.31
Rata-rata
Rasio
1,151.83
347.06
2,165.24
1,345.53
172.87
275.16
261.10
667.52
568.96
60.14
792.24
88
5,100.00
4,600.00
4,100.00
3,600.00
3,100.00
2,600.00
2,100.00
1,600.00
1,100.00
600.00
100.00
ANTM
ASII
INCO
INDF
ISAT
PGAS
PTBA
TLKM
UNSP
2006
2007
2008
2009
2010
UNTR
Gambar 4.2
Grafik Rasio Earning Per Share (EPS)
Dari gambar 4.2 di atas dapat dilihat bahwa rasio Earning Per Share
(EPS) terendah terdapat pada Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS)
pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp. 27,60/lembar. Sedangkan rasio Earning Per
Share (EPS) tertinggi terdapat pada PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO) yaitu dengan
sebesar Rp. 4.662,74/lembar pada tahun 2006.
Untuk tahun 2006 PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO) memiliki rasio EPS
paling tinggi yaitu sebesar Rp. 4.662,74/lembar. Sedangkan PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk. (INDF) memiliki rasio EPS yang paling rendah yaitu sebesar
Rp.70,01/lembar.
Untuk tahun 2007 PT. Astra International Tbk. (ASII) memiliki rasio EPS
paling tinggi yaitu sebesar Rp. 1.610,35/lembar. Sedangkan PT. Bakrie Sumatera
Plantations Tbk. (UNSP) memiliki rasio EPS yang paling rendah yaitu sebesar
Rp. 54,54/lembar.
89
Untuk tahun 2008 PT. Astra International Tbk. (ASII) memiliki rasio EPS
paling tinggi yaitu sebesar Rp. 2.270,30/lembar. Sedangkan PT. Gas Negara
(Persero) Tbk. (PGAS) memiliki rasio EPS yang paling rendah yaitu sebesar
Rp.27,60/lembar.
Untuk tahun 2009 PT. Astra International Tbk. (ASII) memiliki rasio EPS
paling tinggi yaitu sebesar Rp.2.480,02/lembar. Sedangkan PT. Bakrie Sumatera
Plantations Tbk. (UNSP) memiliki rasio EPS yang paling rendah yaitu sebesar
Rp.66,73/lembar.
Untuk tahun 2010 PT. Astra International Tbk. (ASII) memiliki rasio EPS
paling tinggi yaitu sebesar Rp. 5.548,60/lembar. Sedangkan PT. Bakrie Sumatera
Plantations Tbk. (UNSP) memiliki rasio EPS yang paling rendah yaitu sebesar
Rp.59,44/lembar.
4.1.4
90
Tabel 4.5
Tingkat Rasio Return On Asset (ROA) Tahun 2006-2010
No.
KODE
AALI
ANTM
ASII
INCO
INDF
ISAT
PGAS
PTBA
TAHUN
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
Laba Bersih
{1}
787,318
1,973,428
2,631,019
1,660,649
2,016,780
1,552,777
5,132,460
1,368,139
604,307
1,683,400
3,712,097
6,519,273
9,191,000
10,040,000
14,366,000
4,633,056
11,048,826
3,934,510
1,607,544
3,926,645
661,210
980,357
1,034,389
2,075,861
2,952,858
1,410,093
2,042,043
1,878,522
1,498,245
647,174
1,892,705
1,572,565
633,860
6,229,043
6,239,361
485,670
760,207
1,707,771
2,727,734
2,008,891
Total Asset
{2}
3,496,955
5,352,986
6,519,791
7,571,399
8,791,799
7,290,906
12,037,917
10,245,041
9,939,996
12,310,732
57,929,290
63,519,598
80,740,000
88,938,000
112,857,000
19,157,656
17,775,499
20,176,295
19,224,454
19,663,930
16,112,493
29,527,466
39,594,264
40,382,953
47,275,955
34,228,658
45,305,086
51,693,323
55,041,487
52,818,187
15,113,902
20,348,341
25,550,580
28,892,626
32,087,431
3,107,734
3,928,071
6,106,828
8,078,578
8,722,699
ROA
{3} = {1}/{2}
22.51
36.87
40.35
21.93
22.94
21.30
42.64
13.35
6.08
13.67
6.41
10.26
11.38
11.29
12.73
24.18
62.16
19.50
8.36
19.97
4.10
3.32
2.61
5.14
6.25
4.12
4.51
3.63
2.72
1.23
12.52
7.73
2.48
21.56
19.44
15.63
19.35
27.96
33.77
23.03
91
TLKM
10
UNSP
11
UNTR
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
11,005,577
75,135,745
14.65
12,857,018
82,058,760
15.67
10,619,470
91,256,250
11.64
11,332,140
97,559,606
11.62
11,536,999
99,758,447
11.56
172,898
1,783,001
9.70
206,575
4,310,904
4.79
173,569
4,700,319
3.69
252,783
5,071,797
4.98
805,630
18,502,257
4.35
930,372
11,247,846
8.27
1,493,037
13,002,619
11.48
2,660,742
22,847,721
11.65
3,817,541
24,404,828
15.64
3,872,931
29,700,914
13.04
(Sumber: Hasil olah data penulis, 2013)
Perusahaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
AALI
ANTM
ASII
INCO
INDF
ISAT
PGAS
PTBA
TLKM
2006
2007
22.51
36.87
21.30
42.64
6.41
10.26
24.18
62.16
4.10
3.32
4.12
4.51
12.52
7.73
15.63
19.35
14.65
15.67
Tahun
Rata-rata
2008
2009
2010
Rasio
40.35
21.93
22.94
28.92
13.35
6.08
13.67
19.41
11.38
11.29
12.73
10.41
19.50
8.36
19.97
26.83
2.61
5.14
6.25
4.28
3.63
2.72
1.23
3.24
2.48
21.56
19.44
12.75
27.96
33.77
23.03
23.95
11.64
11.62
11.56
13.03
92
10
UNSP
11
UNTR
Rata-rata pertahun
9.70
8.27
13.04
4.79
11.48
19.89
3.69
4.98
4.35
5.50
11.65
15.64
13.04
12.02
13.48
13.01
13.47
(Sumber: Hasil olah data penulis, 2013)
93
Return On Asset
70.00
AALI
ANTM
60.00
ASII
50.00
INCO
INDF
40.00
ISAT
30.00
PGAS
20.00
PTBA
10.00
TLKM
UNSP
0.00
2006
2007
2008
2009
2010
UNTR
Gambar 4.3
Grafik Rasio Return On Asset (ROA)
Dari gambar 4.3 di atas dapat dilihat bahwa rasio Return On Asset (ROA)
terendah terdapat pada PT. Indosat Tbk. (ISAT) pada tahun 2008 yaitu sebesar
1,23. Sedangkan rasio Return On Asset (ROA) tertinggi terdapat pada PT. Vale
Indonesia Tbk. (INCO) yaitu sebesar 62,16 pada tahun 2007.
Untuk tahun 2006 PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO) memiliki ROA paling
tinggi yaitu sebesar 24,18. Sedangkan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF)
memiliki ROA yang paling rendah yaitu sebesar 4,10.
Untuk tahun 2007 PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO) memiliki ROA paling
tinggi yaitu sebesar 62,16. Sedangkan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF)
memiliki ROA yang paling rendah yaitu sebesar 3,32.
94
Untuk tahun 2008 PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) memiliki ROA
paling tinggi yaitu sebesar 40,35. Sedangkan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
(INDF) memiliki ROA yang paling rendah yaitu sebesar 2,61.
Untuk tahun 2009 PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA)
memiliki ROA paling tinggi yaitu sebesar 33,77. Sedangkan PT. Indosat Tbk.
(ISAT) memiliki ROA yang paling rendah yaitu sebesar 2,72.
Untuk tahun 2010 PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. (PTBA)
memiliki ROA paling tinggi yaitu sebesar 23,03. Sedangkan PT. Indosat Tbk.
(ISAT) memiliki ROA yang paling rendah yaitu sebesar 1,23.
4.1.5
leverage ratio dapat diukur dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER).
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara dana yang berasal
dari pemilik dengan dana yang berasal dari kreditur. (Mamduh M. Hanafi,
2007:82). Adapun cara untuk menghitung Debt to Equity Ratio (DER) adalah
sebagai berikut:
Debt to Equity Ratio =
Hasil penghitungan tingkat Debt to Equity Ratio (DER) pada perusahaan
LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2006 sampai
dengan tahun 2010 yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
95
Tabel 4.7
Tingkat Debt to Equity Ratio (DER) Tahun 2006-2010
No.
KODE
AALI
ANTM
ASII
INCO
INDF
ISAT
PGAS
PTBA
TAHUN
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
Total Debt
{1}
657,846
1,150,575
1,183,215
1,144,783
1,334,542
3,009,300
3,273,118
2,130,970
1,748,127
2,709,897
31,498,444
31,511,736
40,163,000
40,006,000
54,168,000
3,970,585
4,715,792
3,522,615
4,307,995
4,582,326
10,523,697
18,679,042
26,435,324
24,886,781
22,423,117
18,826,293
28,462,986
33,994,764
36,753,204
34,581,701
8,980,245
13,311,532
17,508,659
15,892,626
16,986,477
800,093
1,116,799
2,029,169
2,292,740
2,281,451
Total Equity
{2}
2,748,567
4,060,602
5,156,245
6,226,365
7,211,687
4,281,602
8,763,579
8,063,138
8,148,939
9,580,098
22,375,766
26,962,594
33,080,000
39,894,000
49,310,000
15,187,071
13,059,707
16,653,680
14,916,459
15,081,604
4,931,086
7,126,596
8,498,749
10,155,495
16,784,671
15,201,745
16,544,730
17,409,621
17,957,690
17,850,646
5,576,033
6,307,978
7,075,257
17,732,080
13,868,573
2,295,460
2,799,118
3,998,132
5,701,372
6,366,736
DER
{3}={1}/{2}
0.24
0.28
0.23
0.18
0.19
0.70
0.37
0.26
0.21
0.28
1.41
1.17
1.21
1.00
1.10
0.26
0.36
0.21
0.29
0.30
2.13
2.62
3.11
2.45
1.34
1.24
1.72
1.95
2.05
1.94
1.61
2.11
2.47
1.35
1.22
0.35
0.40
0.51
0.40
0.36
96
TLKM
10
UNSP
11
UNTR
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010
38,879,969
309,005,419
47,258,399
47,636,512
43,343,684
1,140,516
1,924,315
2,229,141
2,401,056
9,955,000
6,606,651
7,216,432
11,644,916
10,453,748
13,535,508
28,068,689
33,748,579
34,314,071
38,989,747
44,418,742
642,485
2,385,206
2,470,178
2,669,843
8,318,408
4,594,437
5,733,335
11,131,607
13,843,710
16,136,338
1.39
1.16
1.38
1.22
0.98
1.78
0.81
0.90
0.90
1.20
1.44
1.26
1.05
0.76
0.84
Perusahaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
AALI
ANTM
ASII
INCO
INDF
ISAT
PGAS
PTBA
TLKM
UNSP
UNTR
Rata-rata pertahun
2006
0.24
0.70
1.41
0.26
2.13
1.24
1.61
0.35
1.39
1.78
1.44
1.14
2007
0.28
0.37
1.17
0.36
2.62
1.72
2.11
0.40
1.16
0.81
1.26
1.11
Tahun
2008
0.23
0.26
1.21
0.21
3.11
1.95
2.47
0.51
1.38
0.90
1.05
1.21
Rata-rata
2009
0.18
0.21
1.00
0.29
2.45
2.05
1.35
0.40
1.22
0.90
0.76
0.98
2010
0.19
0.28
1.10
0.30
1.34
1.94
1.22
0.36
0.98
1.20
0.84
0.89
Rasio
0.22
0.36
1.18
0.28
2.33
1.78
1.75
0.40
1.23
1.12
1.07
97
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, Debt to Equty Ratio (DER) pada perusahaan
LQ45 selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 mengalami
perkembangan yang berfluktuasi. Rata-rata DER yang paling tinggi untuk 11
perusahaan terlihat pada tahun 2008 yaitu sebesar 1,11. Sedangkan rata-rata DER
yang paling rendah untuk 11 perusahaan terlihat pada tahun 2010 yaitu sebesar
0,89.
Selama periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 rata-rata DER yang
paling tinggi dicapai oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) yaitu
dengan rata-rata sebesar 2,33. Sedangkan rata-rata DER yang paling rendah
dicapai oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) yaitu dengan rata-rata 0,22.
Adapun grafik yang menunjukkan perubahan Debt to Equty Ratio (DER)
pada perusahaan LQ45 selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 adalah
sebagai berikut:
AALI
3.00
ANTM
ASII
2.50
INCO
INDF
2.00
ISAT
1.50
PGAS
1.00
PTBA
0.50
TLKM
UNSP
2006
2007
2008
2009
2010
Gambar 4.4
Grafik Rasio Debt to Equty Ratio (DER)
UNTR
98
Dari gambar 4.4 di atas dapat dilihat bahwa Debt to Equty Ratio (DER)
terendah terdapat pada PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) pada tahun 2008 yaitu
sebesar 0,22. Sedangkan Debt to Equty Ratio (DER) tertinggi terdapat pada PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) yaitu sebesar 3,1 pada tahun 2008.
Untuk tahun 2006 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki
DER paling tinggi yaitu sebesar 2,13. Sedangkan PT. Astra Agro Lestari Tbk.
(AALI) memiliki DER yang paling rendah yaitu sebesar 0,24.
Untuk tahun 2007 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki
DER paling tinggi yaitu sebesar 2,62. Sedangkan PT. Astra Agro Lestari Tbk.
(AALI) memiliki DER yang paling rendah yaitu sebesar 0,28.
Untuk tahun 2008 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki
DER paling tinggi yaitu sebesar 2,47. Sedangkan PT. Vale Indonesia Tbk.
(INCO) memiliki DER yang paling rendah yaitu sebesar 0,21.
Untuk tahun 2009 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki
DER paling tinggi yaitu sebesar 2,45. Sedangkan PT. Astra Agro Lestari Tbk.
(AALI) memiliki DER yang paling rendah yaitu sebesar 0,18.
Untuk tahun 2010 PT. Indosat Tbk. (ISAT) memiliki DER paling tinggi
yaitu sebesar 1,94. Sedangkan PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) memiliki DER
yang paling rendah yaitu sebesar 0,19.
99
Perusahaan
1
AALI
2
ANTM
3
ASII
4
INCO
5
INDF
6
ISAT
7
PGAS
8
PTBA
9
TLKM
10
UNSP
11
UNTR
Rata-rata pertahun
2007
17,112.50
7,593.75
18,629.17
62,729.17
1,937.92
7,166.67
11,308.33
6,381.25
10,183.33
1,587.92
8,566.67
13,926.97
2011
22,195.83
1,883.75
62,550.00
4,125.00
5,300.00
5,269.50
3,545.83
19,583.33
7,425.00
353.75
23,716.67
14,177.15
Rata-rata
20,020.83
3,216.50
34,462.50
15,941.08
3,121.33
5,813.48
6,076.67
13,410.00
9,720.83
863.75
14,642.92
100
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, harga saham pada perusahaan LQ45 selama
periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 mengalami perkembangan yang
berfluktuasi. Rata-rata harga saham yang paling tinggi untuk 11 perusahaan
terlihat pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 14.177,15/lembar. Sedangkan rata-rata
harga saham yang paling rendah untuk 11 perusahaan terlihat pada tahun 2009
yaitu sebesar Rp. 8.144,32/lembar.
Selama periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 rata-rata harga
saham yang paling tinggi dicapai oleh PT. Astra International Tbk. (ASII) yaitu
dengan rata-rata sebesar Rp. 34.462,50/lembar. Sedangkan rata-rata harga saham
yang paling rendah dicapai oleh PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. (UNSP)
yaitu dengan rata-rata Rp. 863,75/lembar.
Adapun grafik yang menunjukkan perubahan harga saham pada
perusahaan LQ45 selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 adalah sebagai
berikut:
Harga Saham
100,000.00
10,000.00
1,000.00
100.00
2007
2008
2009
2010
Gambar 4.5
Grafik Harga Saham
2011
AALI
ANTM
ASII
INCO
INDF
ISAT
PGAS
PTBA
TLKM
UNSP
UNTR
101
Dari gambar 4.5 di atas dapat dilihat bahwa perubahan harga saham
terendah terdapat pada PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) pada tahun
2011 yaitu sebesar Rp. 353,75/lembar. Sedangkan perubahan harga saham
tertinggi terdapat pada PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO) pada tahun 2007 yaitu
sebesar Rp. 62.729,17/lembar.
Untuk tahun 2007 PT. Vale Indonesia Tbk. (INCO) memiliki harga saham
paling tinggi yaitu sebesar Rp. 62.729,17/lembar. Sedangkan PT. Bakrie Sumatera
Plantation Tbk. (UNSP) memiliki harga saham yang paling rendah yaitu sebesar
Rp. 1.587,92/lembar.
Untuk tahun 2008 PT. Astra International Tbk. (ASII) memiliki harga
saham paling tinggi yaitu sebesar Rp. 19.179,17/lembar. Sedangkan PT. Bakrie
Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) memiliki harga saham yang paling rendah yaitu
sebesar Rp. 1.352,50/lembar.
Untuk tahun 2009 PT. Astra International Tbk. (ASII) memiliki harga
saham paling tinggi yaitu sebesar Rp. 24.358,33/lembar. Sedangkan PT. Bakrie
Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) memiliki harga saham yang paling rendah yaitu
sebesar Rp. 615,83/lembar.
Untuk tahun 2010 PT. Astra International Tbk. (ASII) memiliki harga
saham paling tinggi yaitu sebesar Rp. 47.595,83/lembar. Sedangkan PT. Bakrie
Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) memiliki harga saham yang paling rendah yaitu
sebesar Rp. 408,75/lembar.
Untuk tahun 2011 PT. Astra International Tbk. (ASII) memiliki harga
saham paling tinggi yaitu sebesar Rp. 62.550/lembar. Sedangkan PT. Bakrie
102
Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) memiliki harga saham yang paling rendah yaitu
sebesar Rp. 353,75/lembar.
4.2.
Pembahasan
103
Gambar 4.6
Normalitas Data
Dilihat dari gambar grafik normalitas di atas (Normal P-Plot of Regression
Standardized Residual) terlihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis
diagonal, serta penyebarannya mengikuti garis diagonal dan tidak terpencar jauh,
hal ini menunjukan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi
normalitas.
104
Inflation Factor (VIF). Dedy dan Fransiska (2008) menjelaskan bahwa model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi atau kemiripan di antara
variabel independen.
Ghozali (2009:95), mengemukakan bahwa pedoman suatu model regresi
yang bebas multiko adalah mempunyai angka tolerance di atas (>) 0,1 dan
mempunyai nilai VIF di bawah (<) 10.
Tabel 4.10
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
(Constant)
PBV
.833
1.200
EPS
.857
1.166
ROA
.525
1.905
DER
.631
1.585
Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat disimpulkan bahwa dari model tidak
mengalami gejala multikolinearitas karena memiliki tolerance yang lebih besar
dari 0,01 dan VIF yang lebih kecil dari 10
105
Model
1
Adjusted R
Durbin-
Square
Estimate
Watson
R Square
a
.970
.941
.937
3333.4225
1.914
106
Gambar 4.7
Grafik Scatterplot
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
heterokedastisitas karena titik menyebar secara tidak teratur atau tidak
107
membentuk suatu pola tertentu serta titik menyebar di atas dan di bawah angka
nol.
4.2.2.
Analisis Deskriptif
Minimum
PBV
55
Valid N (listwise)
55
.4
Maximum
11.5
Mean
4.281
Std. Deviation
2.7426
Dengan melihat hasil analisis deskriptif pada tabel 4.12 di atas, dapat
disimpulkan bahwa rata-rata Price to Book Value (PBV) pada 11 perusahaan
LQ45 pada periode 2006 sampai dengan 2010 adalah sebesar 4,281. Rasio Price
to Book Value (PBV) maksimum terdapat pada Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk. (PGAS) pada tahun 2007 sebesar 11,5 kali yang artinya bahwa nilai pasar
perlembar saham lebih besar 11,5 kali dari nilai bukunya. Sedangkan rasio Price
to Book Value (PBV) minimum terdapat pada PT. Bakrie Sumatera Plantations
Tbk. (UNSP) pada tahun 2008 sebesar 0,4 kali yang artinya bahwa nilai pasar
perlembar saham hanya lebih besar 0,4 kali dari nilai bukunya.
108
= 2,775
Tabel 4.13
Kriteria Penilaian
Kriteria
Interval
Rendah
0,4 - 3,775
Sedang
3,776 - 5,95
Tinggi
5,96 - 8,725
Sangat Tinggi
8,726 - 11,5
5. Dilihat dari nilai rata-rata rasio Price to Book Value (PBV) sebesar 4,281
menunjukkan bahwa tingkat rasio PBV perusahaan LQ45 pada tahun 2006
sampai dengan 2010 masuk pada kriteria sedang karena berada pada
interval 3,776 - 5,95.
109
Minimum
EPS
55
Valid N (listwise)
55
27.6
Maximum
4662.7
Mean
709.787
Std. Deviation
866.6197
Dengan melihat hasil analisis deskriptif pada tabel 4.14 di atas, dapat
disimpulkan bahwa rata-rata Earning Per Share (EPS) pada 11 perusahaan LQ45
pada periode 2006 sampai dengan 2010 adalah sebesar Rp. 709,787/lembar. Rasio
Earning Per Share (EPS) maksimum terdapat pada perusahaan Vale Indonesia
Tbk. (INCO) pada tahun 2006 sebesar Rp. 4.662,7/lembar yang artinya bahwa
terdapat keuntungan sebesar Rp. 4.662,7/lembar saham yang beredar. Sedangkan
rasio Earning Per Share (EPS) minimum terdapat pada perusahaan Perusahaan
Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) pada tahun 2008 sebesar Rp. 27,6/lembar
yang artinya bahwa hanya terdapat keuntungan sebesar Rp. 27,6/lembar saham
yang beredar.
Untuk menentukan penilaian atas rata-rata rasio Earning Per Share (EPS),
dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkahlangkahnya:
110
1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
2. Nilai rata-rata rasio Earning Per Share (EPS) adalah sebesar 709,787.
3. Nilai tertinggi rasio Earning Per Share (EPS) sebesar 4.662,7 dan nilai
terendah sebesar 27,6.
4. Selisih dari nilai tertinggi (4.662,7) dan terendah (27,6) yang kemudian
dibagi 4 didapat hasil sebesar 1.158,775 yang digunakan sebagai nilai
range untuk setiap interval.
Range =
= 1.158,775
Tabel 4.15
Kriteria Penilaian
Kriteria
Interval
Rendah
27,6 - 1.186,37
Sedang
1186,38 - 2.345,15
Tinggi
2.345,16 - 3.503,92
Sangat Tinggi
3.503,93 - 4.662,7
5. Dilihat dari nilai rata-rata rasio Earning Per Share (EPS) sebesar
Rp.709,787/lembar menunjukkan bahwa tingkat rasio EPS perusahaan
LQ45 pada tahun 2006 sampai dengan 2010 masuk pada kriteria
rendah karena berada pada interval 27,6 - 1.186,37.
111
Minimum
ROA
55
Valid N (listwise)
55
1.2
Maximum
62.2
Mean
14.577
Std. Deviation
11.7354
Dengan melihat hasil analisis deskriptif pada tabel 4.16 di atas, dapat
disimpulkan bahwa rata-rata Return On Asset (ROA) pada 11 perusahaan LQ45
pada periode 2006 sampai dengan 2010 adalah sebesar 14,577. Rasio Return On
Asset (ROA) maksimum terdapat pada perusahaan Vale Indonesia Tbk. (INCO)
pada tahun 2008 sebesar 62,2 yang artinya bahwa terdapat keuntungan sebesar
62,2% yang dihasilkan oleh setiap 1 satuan aset yang dimiliki perusahaan.
Sedangkan rasio Return On Asset (ROA) minimum terdapat pada PT. Indosat
Tbk. (ISAT) pada tahun 2010 sebesar 1,2 yang artinya bahwa hanya terdapat
keuntungan sebesar 1,2% yang dihasilkan oleh setiap 1 satuan aset yang dimiliki
perusahaan.
Untuk menentukan penilaian atas rata-rata rasio Return On Asset (ROA),
dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkahlangkahnya:
112
1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
2. Nilai rata-rata rasio Return On Asset (ROA) adalah sebesar 14,577.
3. Nilai tertinggi rasio Return On Asset (ROA) sebesar 62,2 dan nilai
terendah sebesar 1,2.
4. Selisih dari nilai tertinggi (62,2) dan terendah (1,2) yang kemudian dibagi
4 didapat hasil sebesar 15,25 yang digunakan sebagai nilai range untuk
setiap interval.
Range =
= 15,25
Tabel 4.17
Kriteria Penilaian
Kriteria
Interval
Rendah
1,2 16,45
Sedang
16,46 31,71
Tinggi
31,72 - 46,97
Sangat Tinggi
46,98 62,2
5. Dilihat dari nilai rata-rata rasio Return On Asset (ROA) sebesar 14,577
menunjukkan bahwa tingkat rasio ROA perusahaan LQ45 pada tahun
2006 sampai dengan 2010 masuk pada kriteria rendah karena berada
pada interval 1,2 16,45.
113
Minimum
DER
55
Valid N (listwise)
55
Maximum
.2
3.1
Mean
1.066
Std. Deviation
.7324
Dengan melihat hasil analisis deskriptif pada tabel 4.18 di atas, dapat
disimpulkan bahwa rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) pada 11 perusahaan
LQ45 pada periode 2006 sampai dengan 2010 adalah sebesar 1,066 kali. Rasio
Debt to Equity Ratio (DER) maksimum terdapat pada PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk. (INDF) pada tahun 2008 sebesar 3,1 yang artinya bahwa 3,1 hutang
perusahaan ditanggung oleh 1 ekuitas perusahaan. Sedangkan Debt to Equity
Ratio (DER) minimum terdapat pada PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) pada
tahun 2009 sebesar 0,2 yang artinya bahwa hanya terdapat 0,2 hutang perusahaan
ditanggung oleh 1 ekuitas perusahaan perusahaan.
Untuk menentukan penilaian atas rata-rata Debt to Equity Ratio (DER),
dapat dilihat dari tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkahlangkahnya:
1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
114
= 0,725
Tabel 4.19
Kriteria Penilaian
Kriteria
Interval
Rendah
0,2 - 0,925
Sedang
0,926 - 1,65
Tinggi
1,66 - 2,37
Sangat Tinggi
2,38 - 3,1
5. Dilihat dari nilai rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 1,006
menunjukkan bahwa tingkat DER perusahaan LQ45 pada tahun 2006
sampai dengan 2010 masuk pada kriteria sedang karena berada pada
interval 0,926 - 1,65.
115
Tabel 4.20
Hasil Analisis Statistik Deskriptif Harga Saham
Descriptive Statistics
N
Minimum
HARGA SAHAM
55
Valid N (listwise)
55
353.8
Maximum
62729.2
Mean
11571.809
Std. Deviation
13256.2189
Dengan melihat hasil analisis deskriptif pada tabel 4.20 di atas, dapat
disimpulkan bahwa rata-rata harga saham pada 11 perusahaan LQ45 pada periode
2007 sampai dengan 2011 adalah sebesar Rp. 11.571,809/lembar. Hal ini
mempunyai arti bahwa rata-rata harga saham perusahaan yang diteliti bernilai
positif sebesar Rp. 11.571,809/lembar. Harga saham maksimum terdapat pada
perusahaan Vale Indonesia Tbk. (INCO) pada tahun 2007 sebesar Rp.
62.729,2/lembar. Sedangkan harga saham minimum terdapat pada PT. Bakrie
Sumatera Plantation Tbk. (UNSP) sebesar Rp. 353,8/lembar pada tahun 2011.
Untuk menentukan penilaian atas rata-rata harga saham, dapat dilihat dari
tabel kriteria penilaian di bawah ini, berikut langkah-langkahnya:
1. Terdapat 4 jenis kriteria yaitu : rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
2. Nilai rata-rata harga saham adalah sebesar 11.571,809.
3. Nilai tertinggi harga saham sebesar 62.729,2 dan nilai terendah sebesar
353,8.
4. Selisih dari nilai tertinggi (62.729,2) dan terendah (353,8) yang kemudian
dibagi 4 didapat hasil sebesar 15583,85 yang digunakan sebagai nilai
range untuk setiap interval.
Range =
= 15583,85
116
Tabel 4.21
Kriteria Penilaian
Kriteria
Interval
Rendah
353,8 - 15.947,65
Sedang
15.947,66 - 31.541,5
Tinggi
31.541,6 - 47.135,35
Sangat Tinggi
47.135,35 - 15583,85
4.2.3. Analisis Pengaruh Price to Book Value (PBV) Terhadap Harga Saham
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh rasio Price to Book Value (PBV)
terhadap harga saham, maka langkah-langkah pengujian statistik ini dilakukan
sebagai berikut:
1. Analsisi Korelasi
Analisis korelasi ini digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan
anatara korelasi kedua variabel dan ukuran yang dipakai untuk menentukan
derajat atau kekuatan hubungan korelasi tersebut (Sugiyono, 2012:216).
Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi
antara variabel Price to Book Value (X1) dengan harga saham (Y).
117
HARGA SAHAM
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
HARGA SAHAM
.108
.433
55
55
Pearson Correlation
.108
Sig. (2-tailed)
.433
55
55
Tingkat Hubungan
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
(Sumber: Sugiyono, 2012: 250)
Berdasarkan tabel di atas, korelasi antara Price to Book Value (X1) dengan
harga saham (Y) adalah 0,108. Jika diinterpretasikan terhadap tabel koefisien
korelasi, menunjukkan bahwa hubungan antara Price to Book Value (X1) dengan
harga saham (Y) adalah sangat rendah dan hubungan tersebut positif. Nilai positif
118
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
PBV
Std. Error
9341.053
3346.775
521.116
660.050
Coefficients
Beta
.108
Sig.
2.791
.007
.790
.433
119
a) Nilai koefisien konstanta 9.341,05 memiliki arti bahwa pada saat rasio
Price to Book Value sama dengan 0 satuan maka harga saham perusahaan
adalah sebesar RP.9.341,05/lembar.
b) Nilai koefisien regresi b=521,116 merupakan koefisien arah regresi linier
yang artinya bahwa setiap kenaikan Price to Book Value sebesar 1 satuan
akan diikuti dengan kenaikan tingkat harga saham sebesar Rp.521,116
lembar.
120
Tabel 4.25
Hasil Pengujian Uji t
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
PBV
Coefficients
Std. Error
9341.053
3346.775
521.116
660.050
Beta
.108
Sig.
2.791
.007
. 790
.433
Daerah
penolakan Ho
Daerah
penolakan Ho
Daerah Penerimaan H0
-t tabel
-t hitung
Gambar 4.8
Kurva Uji Hipotesis Parsial X1 terhadap Y
Keputusan : Karena nilai thitung < ttabel atau 0,790 < 2,007 dan sig > 0,05 atau 0,433
> 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Artinya, bahwa Price to Book Value tidak berpengaruh signifikan terhadap
harga saham.
121
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fredy Hermawan
dan Nurdhiana (2012) yang menunjukkan bahwa variabel Price to Book Value
(PBV) bernilai positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Menurut data yang diperoleh dari Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM)
bahwa saham-saham yang masuk ke dalam Indeks LQ45 dapat dikatakan sebagai
saham yang masuk ke dalam kategori saham-saham unggulan (bluechip). Menurut
Juniarti dan Frency (2003), perusahaan yang sahamnya termasuk dalam kategori
bluechip, yaitu perusahaan yang sahamnya paling diminati di pasar modal,
cenderung mempunyai banyak informasi yang beredar di antara pedagang saham,
dan investor, selain dari disclosure yang diberikan oleh manajemen perusahaan.
Berbeda halnya dengan perusahaan yang mempunyai saham nonbluechip, di mana
laporan keuangan berperan penting dalam menyediakan informasi mengenai
kondisi keuangan perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel PBV
tersebut memiliki kontribusi yang relatif kecil dalam menjelaskan variasi harga
saham pada perusahaan yang masuk dalam kategori bluechip.
Selain itu, Tryfino (2009:11) menyatakan bahwa memang tidak ada
ukuran pasti mahal tidaknya suatu harga saham jika diukur dari ratio PBV-nya
karena hal ini sangat tergantung pada ekspektasi dan kinerja perusahaan atau
saham tersebut.
4. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
variabel Price to Book Value (X1) dengan harga saham (Y).
122
Model
1
R
.108
Adjusted R
Square
Estimate
R Square
a
.012
-.007
13302.6962
123
4.2.4. Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh rasio Earning Per Share (EPS)
terhadap harga saham, maka langkah-langkah pengujian statistik ini dilakukan
sebagai berikut:
1. Analsisi Korelasi
Analisis korelasi ini digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan
anatara korelasi kedua variabel dan ukuran yang dipakai untuk menentukan
derajat atau kekuatan hubungan korelasi tersebut (Sugiyono, 2012:216).
Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi
antara variabel Earning Per Share (X2) dengan harga saham (Y).
Berdasarkan hasil pengujian data yang telah dilakukan dengan
menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari korelasi disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 4.27
Korelasi Parsial Rasio Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham
Correlations
EPS
EPS
Pearson Correlation
HARGA SAHAM
1
Sig. (2-tailed)
.000
N
HARGA SAHAM
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
**
.945
55
55
**
.945
.000
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
55
55
124
Tingkat Hubungan
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
(Sumber: Sugiyono, 2012: 250)
Berdasarkan tabel di atas, korelasi antara Earning Per Share (X2) dengan
harga saham (Y) adalah 0,945. Jika diinterpretasikan terhadap tabel koefisien
korelasi, menunjukkan bahwa hubungan antara Earning Per Share (X2) dengan
harga saham (Y) adalah sangat kuat dan hubungan tersebut positif. Nilai positif
menunjukan bahwa terdapat hubungan searah, sehingga apabila terjadi kenaikan
Earning Per Share maka akan diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan.
125
Tabel 4.29
Regresi Rasio Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
1308.858
763.824
14.459
.686
EPS
Coefficients
Beta
.945
Sig.
1.714
.092
21.090
.000
berikut :
a) Nilai koefisien konstanta 1308,858 memiliki arti bahwa pada saat rasio
Earning Per Share sama dengan 0 satuan maka harga saham perusahaan
adalah sebesar Rp.1308,858/lembar.
b) Nilai koefisien regresi b=14,459 merupakan koefisien arah regresi linier
yang artinya bahwa setiap kenaikan Earning Per Share sebesar 1 satuan
akan
diikuti
dengan
kenaikan
tingkat
harga
saham
sebesar
Rp.14,459/lembar.
126
Kriteria uji koefisien regresi dari variabel Earning Per Share terhadap harga
saham adalah sebagai berikut:
H0 : 1 = 0 :Tidak terdapat pengaruh Earning Per Share terhadap harga
saham.
Ha : 1 0 : Terdapat pengaruh Earning Per Share terhadap harga saham.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari uji t disajikan pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4.30
Hasil Perhitungan Uji t
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
EPS
Std. Error
1308.858
763.824
14.459
.686
Coefficients
Beta
.945
Sig.
1.714
.092
21.090
.000
127
Daerah
penolakan Ho
Daerah
penolakan Ho
Daerah Penerimaan H0
-t hitung
-t tabel
t tabel
t hitung
= 2,007 = 21,090
Gambar 4.9
Kurva Uji Hipotesis Parsial X2 terhadap Y
Keputusan : karena nilai thitung > ttabel atau 21,090 > 2,007 dan sig < 0,05 atau
0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Artinya, bahwa Earning Per Share berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.
Hal ini sejalan dengan penelitian Meilinda dan Endang (2012) serta
Neneng dan Aryati (2008) yang menyatakan bahwa variabel Earning Per Share
(EPS) bernilai positif dan berpengaruh signifikan terhadap harga saham dengan
tingkat korelasi sangat kuat. Hal tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan
oleh Tandelilin (2001:233), bahwa EPS sebagai informasi yang dianggap paling
mendasar dan berguna karena bisa menggambarkan prospek earning di masa
depan. Dikatakan bisa menggambarkan prospek earning di masa depan karena
EPS dapat digunakan investor untuk mengetahui perbandingan antara nilai
intristik
saham
perusahaan
dibanding
harga
pasar
saham
perusahaan
bersangkutan, dan atas dasar perbandingan tersebut investor akan bisa membuat
keputusan apakah membeli atau menjual saham bersangkutan.
128
4. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
variabel Earning Per Share (X2) dengan harga saham (Y).
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari koefisien determinasi akan
disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.31
Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial
Model Summary
Model
1
R Square
a
.945
.894
Adjusted R
Square
Estimate
.892
4366.1931
129
1. Analsisi Korelasi
Analisis korelasi ini digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan
anatara korelasi kedua variabel dan ukuran yang dipakai untuk menentukan
derajat atau kekuatan hubungan korelasi tersebut (Sugiyono, 2012:216).
Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi
antara variabel Return On Asset (X3) dengan harga saham (Y).
Berdasarkan hasil pengujian data yang telah dilakukan dengan
menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari korelasi disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 4.32
Korelasi Rasio Return On Asset (ROA) Terhadap Harga Saham
Correlations
ROA
ROA
Pearson Correlation
HARGA SAHAM
1
Sig. (2-tailed)
N
HARGA SAHAM
.203
.138
55
55
Pearson Correlation
.203
Sig. (2-tailed)
.138
55
55
130
Tingkat Hubungan
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
(Sumber: Sugiyono, 2012: 250)
131
Tabel 4.34
Regresi Rasio Return On Asset (ROA) Terhadap Harga Saham
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
ROA
Std. Error
8233.101
2833.176
229.039
151.938
Coefficients
Beta
.203
Sig.
2.906
.005
1.507
.138
berikut :
a) Nilai koefisien konstanta 8233,101 memiliki arti bahwa pada saat rasio
Return On Asset sama dengan 0 satuan maka harga saham perusahaan
adalah sebesar Rp. 8233,101/lembar.
b) Nilai koefisien regresi b=229,039 merupakan koefisien arah regresi linier
yang artinya bahwa setiap kenaikan Return On Asset sebesar 1 satuan akan
diikuti dengan kenaikan tingkat harga saham sebesar Rp.229,039/lembar.
132
Kriteria uji koefisien regresi dari variabel Return On Asset terhadap harga saham
adalah sebagai berikut:
H0 : 1 = 0 :Tidak terdapat pengaruh Return On Asset terhadap harga saham.
Ha : 1 0 : Terdapat pengaruh Return On Asset terhadap harga saham.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari uji t disajikan pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4.35
Hasil Perhitungan Uji t
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
ROA
Std. Error
8233.101
2833.176
229.039
151.938
Coefficients
Beta
.203
Sig.
2.906
.005
1.507
.138
133
Daerah
penolakan Ho
Daerah
penolakan Ho
Daerah Penerimaan H0
-t tabel
-t hitung
Gambar 4.10
Kurva Uji Hipotesis Parsial X3 terhadap Y
Keputusan : karena nilai thitung < ttabel atau 1,507 < 2,007 dan sig > 0,05 atau 0,138
> 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Artinya, bahwa Return On Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap
harga saham.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Noer Sasongko
(2006), Meilinda dan Endang (2012) serta Stella (2009) yang menunjukkan bahwa
variabel Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.
Menurut data yang diperoleh dari Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM)
bahwa saham-saham yang masuk ke dalam Indeks LQ45 dapat dikatakan sebagai
saham yang masuk ke dalam kategori saham-saham unggulan (bluechip). Menurut
Juniarti dan Frency (2003), perusahaan yang sahamnya termasuk dalam kategori
bluechip, yaitu perusahaan yang sahamnya paling diminati di pasar modal,
cenderung mempunyai banyak informasi yang beredar di antara pedagang saham,
dan investor, selain dari disclosure yang diberikan oleh manajemen perusahaan.
Berbeda halnya dengan perusahaan yang mempunyai saham nonbluechip, di mana
134
4. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
variabel Return On Asset (X3) dengan harga saham (Y).
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari koefisien determinasi akan
disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.36
Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial
Model Summary
Model
1
R Square
a
.203
.041
Adjusted R
Square
Estimate
.023
13102.7489
135
136
HARGA SAHAM
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
HARGA SAHAM
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
-.251
.065
55
55
-.251
.065
55
55
Tingkat Hubungan
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
(Sumber: Sugiyono, 2012: 250)
Berdasarkan tabel di atas, korelasi antara Debt to Equity Ratio (X4) dengan
harga saham (Y) adalah -0,251. Jika diinterpretasikan terhadap tabel koefisien
137
korelasi, menunjukkan bahwa hubungan antara Debt to Equity Ratio (X4) dengan
harga saham (Y) adalah rendah dan hubungan tersebut negatif. Nilai negatif
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang tidak searah, sehingga apabila terjadi
kenaikan Debt to Equity Ratio maka akan diikuti oleh penurunan harga saham
perusahaan.
Tabel 4.39
Regresi Debt to Equtiy Ratio (DER) Terhadap Harga Saham
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
Std. Error
(Constant)
16410.231
3104.513
DER
-4537.310
2406.836
Coefficients
Beta
-.251
Sig.
5.286
.000
-1.885
.065
138
Persamaan
berikut :
a) Nilai koefisien konstanta 16.410,231 memiliki arti bahwa pada saat rasio
Debt to Equity Ratio sama dengan 0 satuan maka harga saham perusahaan
adalah sebesar Rp.16.410,231/lembar.
b) Nilai koefisien regresi b = -4.537,310 merupakan koefisien arah regresi
linier yang artinya bahwa setiap kenaikan Debt to Equity Ratio sebesar 1
satuan akan diikuti dengan penurunan tingkat harga saham sebesar
Rp.4.537,310/lembar.
139
Tabel 4.39
Hasil Perhitungan Uji t
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
Coefficients
Std. Error
(Constant)
16410.231
3104.513
DER
-4537.310
2406.836
Beta
-.251
Sig.
5.286
.000
-1.885
.065
Daerah
penolakan Ho
Daerah
penolakan Ho
Daerah Penerimaan H0
-t tabel
= -2,007
-t hitung
t hitung
t tabel
= -1,885
Gambar 4.11
Kurva Uji Hipotesis Parsial X4 terhadap Y
Keputusan : karena nilai -thitung > -ttabel atau -1,885 > -2,007 dan sig > 0,05 atau
0,065 > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
140
141
dari informasi mengenai saham unggulan sehingga DER memiliki pengaruh kecil
terhadap harga saham.
4. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
variabel Debt to Equity Ratio (X4) dengan harga saham (Y).
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari koefisien determinasi akan
disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.41
Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial
Model Summary
Model
1
R Square
a
.251
.063
Adjusted R
Square
Estimate
.045
12953.4457
142
ekonomi, fluktuasi kurs, volume dan frekuensi transakasi serta kekuatan pasar.
Selain faktor-faktor yang bersifat teknis, ada pula faktor-faktor yang berkaitan
dengan lingkungan meliputi, kondisi ekonomi, politik, dan keamanan negara,
tingkat inflasi dan kebijakan moneter (Jogiyanto, 2003:91).
4.2.7. Analisis Pengaruh Price to Book Value (PBV), Earning Per Share
(EPS), Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER)
Terhadap Harga Saham Secara Simultan
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Price to Book Value (PBV),
Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio
(DER) terhadap harga saham, maka langkah-langkah pengujian statistik ini
dilakukan sebagai berikut:
1. Analsisi Korelasi Berganda
Analisis korelasi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa erat
hubungan antara seluruh variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y).
Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi
antara variabel Price to Book Value (X1), Earning Per Share (X2), Return On
Asset (X3) dan Debt to Equity Ratio (X4) dengan harga saham (Y).
Berdasarkan hasil pengujian data yang telah dilakukan, maka hasil dari
korelasi disajikan pada tabel berikut:
143
Tabel 4.42
Korelasi Berganda Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS),
Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga
Saham
Model Summary
Model
1
R Square
a
.750
Adjusted R
Square
Estimate
.563
.528
9111.7621
Tingkat Hubungan
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
(Sumber: Sugiyono, 2012: 250)
144
Tabel 4.44
Regresi Berganda Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS),
Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga
Saham
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
5723.456
4220.284
PBV
904.209
496.782
EPS
11.942
ROA
DER
Coefficients
Beta
Sig.
1.356
.181
.187
1.820
.075
1.596
.754
7.483
.000
238.034
150.659
.211
1.580
.120
-2855.338
2209.210
-.158
-1.292
.202
145
a) Nilai koefisien konstanta 5723,456 memiliki arti bahwa pada saat rasio
Price to Book Value, Earning Per Share, Return On Asset dan Debt to
Equity Ratio sama dengan 0 satuan maka harga saham perusahaan
adalah sebesar Rp.5.723,456/lembar.
b) Price to Book Value sebesar 904,209 merupakan koefisien arah regresi
linier yang artinya bahwa setiap kenaikan Price to Book Value sebesar 1
satuan sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka akan diikuti
dengan kenaikan harga saham sebesar Rp.904,209/lembar.
c) Earning Per Share sebesar 11,942 merupakan koefisien arah regresi
linier yang artinya bahwa setiap kenaikan Earning Per Share sebesar 1
satuan sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka akan diikuti
dengan kenaikan harga saham sebesar Rp.11,942/lembar.
d) Return On Asset sebesar 238,034 merupakan koefisien arah regresi linier
yang artinya bahwa setiap kenaikan Return On Asset sebesar 1 satuan
sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka akan diikuti dengan
kenaikan harga saham sebesar Rp.238,034/lembar.
e) Debt to Equity Ratio sebesar -2855,338 merupakan koefisien arah
regresi linier yang artinya bahwa setiap kenaikan Debt to Equity Ratio
sebesar 1 satuan sedangkan variabel lainnya dianggap konstan, maka
akan
diikuti
dengan
Rp.2.855,338/lembar.
penurunan
harga
saham
sebesar
146
147
Tabel 4.45
Hasil Pengujian Uji F
b
ANOVA
Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
5.338E9
1.335E9
Residual
4.151E9
50
8.302E7
Total
9.489E9
54
F
16.074
Sig.
.000
Daerah
penolakan Ho
Daerah
penolakan Ho
Daerah Penerimaan H0
-Fhitung
-Ftabel
F tabel
F hitung
= 2,55 = 16,074
Gambar 4.12
Kurva Uji Hipotesis Simultan X1, X2, X3 dan X4 terhadap Y
Keputusan : karena nilai Fhitung > Ftabel atau 16,074 > 2,55 dan sig < 0,05 atau
0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
148
Artinya, bahwa Price to Book Value, Earning Per Share, Return On Asset dan
Debt to Equity Ratio secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.
Hal ini mempunyai makna bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi
sampel penelitian yang masuk ke dalam perusahaan indeks LQ45 harus
memperhatikan dengan baik-baik variabel Price to Book Value, Earning Per
Share, Return On Asset dan Debt to Equity Ratio karena ke empat variabel ini
mempengaruhi harga saham perusahaan yang merupakan daya tarik investor dalm
berinvestasi.
4. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
variabel Price to Book Value (X1), Earning Per Share (X2), Return On Asset (X3)
dan Debt to Equity Ratio (X4) sebagai variabel independen terhadap harga saham
(Y) sebagai variabel dependen.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil dari koefisien determinasi akan
disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.46
Hasil Penghitungan Koefisien Determinasi Secara Simultan
Model Summary
Model
1
R Square
a
.750
Adjusted R
Square
Estimate
.563
.528
9111.7621
149
150
Tabel 4.47
Rekapitulasi Hasil Uji Asumsi Klasik
No.
Analisis
Uji Normalitas
Data
Uji
Multikolinearitas
Hasil
Keterangan
Titik-titik menyebar disekitar Model regresi layak
garis
diagonal,
serta dipakai karena memenuhi
penyebarannya
mengikuti asumsi normalitas
garis diagonal
Hal ini membuktikan
VIF untuk masing-masing bahwa model regresi
variabel adalah < 10 dan yang digunakan dalam
Tolerance tidak kurang dari penelitian
ini
tidak
0,1
terdapat
gejala
multikolinearitas.
Hal
ini
dapat
Nilai Durbin Watson adalah disimpulkan bahwa data
1,914
yang akan diolah tidak
terjadi autokorelasi di
antara
variabel
independen karena nilai
DW terletak antara -2
sampai +2
Tidak terlihat adanya pola Hal
ini
dapat
Uji
tertentu
serta
titik-titik disimpulkan bahwa tidak
Heteroskedastisitas menyebar di atas dan di terjadi heteroskedastisitas
bawah angka 0 pada sumbu Y
Uji Autokorelasi
Tabel 4.48
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Rasio Price to Book Value (PBV) terhadap
Harga Saham
No.
Analisis
Analisis
Korelasi
Hasil
r = 0,108
Keterangan
Artinya terdapat hubungan
positif dan diketahui koefisien
korelasi
sebesar
0,108
mempunyai arti bahwa terdapat
hubungan yang sangat rendah
antara Price to Book Value
(PBV) dengan harga saham.
151
Analisis
Regresi
Sederhana
Uji t
Koefisien
Determinansi
Y = 9.341,05 + 521,116 X1
Kd = 1,2%
Tabel 4.49
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Rasio Earning Per Share (EPS) terhadap
Harga Saham
No.
Analisis
Analisis
Korelasi
Hasil
r = 0,945
Keterangan
Artinya terdapat hubungan
positif dan diketahui koefisien
korelasi
sebesar
0,945
mempunyai arti bahwa terdapat
hubungan yang sangat kuat
antara Earning Per Share (EPS)
dengan harga saham.
152
Analisis
Regresi
Sederhana
Uji t
Koefisien
Determinansi
Y = 1308,858 + 14,459 X2
Kd = 89,4%
Tabel 4.50
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Rasio Return On Asset (ROA) terhadap
Harga Saham
No.
Analisis
Analisis
Korelasi
Hasil
r = 0,203
Keterangan
Artinya terdapat hubungan
positif dan diketahui koefisien
korelasi
sebesar
0,203
mempunyai arti bahwa terdapat
hubungan yang rendah antara
Return On Asset (ROA) dengan
harga saham.
153
Analisis
Regresi
Sederhana
Uji t
Koefisien
Determinansi
Y = 8233,101 + 229,039 X3
Kd = 4,1%
Tabel 4.51
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Debt to Equtiy Ratio (DER) terhadap
Harga Saham
No.
Analisis
Analisis
Korelasi
Hasil
r = -0,251
Keterangan
Artinya terdapat hubungan
negatif dan diketahui koefisien
korelasi
sebesar
-0,251
mempunyai arti bahwa terdapat
hubungan yang rendah antara
Debt to Equtiy Ratio (DER)
dengan harga saham.
154
Analisis
Regresi
Sederhana
Uji t
Y = 16.410,231 4.537,310 X4
Koefisien
Kd = 6,3%
Determinansi
sisanya
sebesar
Tabel 4.52
Rekapitulasi Penelitian Pengaruh Price to Book Value (PBV), Earning Per
Share (EPS), Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER)
Terhadap Harga Saham
No.
Analisis
Hasil
Keterangan
Artinya tingkat hubungan Price to
Book Value (X1), Earning Per
Analisis
Korelasi
r = 0,750
bersama
terhadap harga
155
Regresi
Berganda
Y = 5.723,456 + 904,209
X1 + 11,942 X2 + 238,034
X3 2.855,338 X4
Uji F
Koefisien
determinansi
KD = 56,3%
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
156
157
158
6. Secara parsial, Debt to Equity Ratio (DER) memiliki hubungan yang negatif
dan rendah dengan harga saham. Debt to Equity Ratio (DER) tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan memiliki pengaruh sebesar
6,3% sedangkan sisanya sebesar 93,7% dipengaruhi oleh faktor lain.
7. Secara simultan, Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS),
Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) memiliki hubungan
yang positif dan kuat terhadap harga saham. Rasio-rasio tersebut secara
bersamaan berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan memiliki
pengaruh sebesar 56,3% sedangkan sisanya sebesar 43,7% dipengaruhi oleh
faktor lain meliputi kondisi perdagangan ekonomi, fluktuasi kurs, volume dan
frekuensi transaksi serta kekuatan pasar, kondisi ekonomi, politik dan
keamanan negara, tingkat inflasi dan kebijakan moneter.
5.2.
Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka penulis mempunyai saran
sebagai berikut:
1. Kondisi rasio Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), Return
On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) pada perusahaan LQ45
masih tergolong rendah, maka perusahaan perlu meningkatkan kinerja
perusahaan agar rasio-rasio tersebut meningkat dan tergolong tinggi.
2. Bagi perusahaan ataupun investor, perlu memperhatikan Earning Per Share
(EPS) perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari investasi saham karena
159
dari ke empat rasio yang diteliti hanya EPS yang berpengaruh signifikan
terhadap harga saham.
3. Bagi peneliti selanjutnya:
a. Dalam penelitian ini hanya 4 rasio keuangan saja yang digunakan untuk
memprediksi harga saham, yaitu rasio Price to Book Value (PBV),
Earning Per Share (EPS), Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity
Ratio (DER). Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk menambah
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi harga saham.
b. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan LQ45 periode tahun 2006 sampai
dengan tahun 2011 dimana hanya 11 sampel perusahaan yang diteliti,
sehingga untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti perusahaan
jenis tertentu seperti perusahaan manufaktur, asuransi, perkebunan dan
lain-lain atau dapat pula meneliti perusahaan secara heterogen. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih kuat.
c. Sebaiknya periode pengamatan untuk penelitian selanjutnya menggunakan
periode pengamatan yang lebih panjang dari periode pengamatan
penelitian ini, hal ini bertujuan untuk memperkuat hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji. & Piji, Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Baridwan, Zaki. 2010. Intermediate Accounting. Edisi Delapan. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta.
Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia. 2010. Indonesia Stock
Exchange.
Darmaji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. 2001. Pasar Modal Di Indonesia.
Edisi pertama. Jakarta: Salemba Empat.
Fahmi, Irham. 2012. Pengantar Pasar Modal. Bandung: Alfabeta CV.
Fredy, Hermawan dan Nurdhiana. 2012. Pengaruh Book Value (BV), Price to
Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio
(PER) Terhadap Harga Saham Perusahaan Food and Beverage yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 2010
Ghozali, Imam. 2009. Statistik Multivariat SPSS. Penerbit BP Universitas
Diponegoro.
Husnan, Suad. 2003. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi
Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Husnan, Suad. & Pudjiastuti, Enny. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.
Edisi Kelima.Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.. 1.
Jakarta: Salemba Empat.
Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Juniarti & Yunita, Frency. 2003. Pengaruh Tingkat Disclosure Terhadap Biaya
Ekuitas. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 5, No. 2, Nopember 2003:
150 168. Universitas Kristen Petra.
Kashmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada.
Keputusan Menteri Keuangan RI No. 859/KMK.01/1987.
160
161
162