WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
DAFTAR ISI
BAGIAN I
BAGIAN 2
BAGIAN 3
I-1
1.2
JENIS-JENIS BETON
I-2
1.3
SIFAT-SIFAT BETON
I-3
1.4
HIDRASI
I-6
1.5
MUTU BETON
I-6
II-1
2.2
AGREGAT
II-3
2.3
AIR
II-5
2.4
II-7
MIX DESIGN
3.1
TATA CARA PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN
WIKA BETON
3.2
BAGIAN 4
III-1
PELAKSANAAN
4.1
PENCAMPURAN/MIXING
III-13
IV-1
a. Site-Mix
IV-1
b. Ready-Mix
IV-3
4.2
PENGANGKUTAN
IV-4
4.3
PERSIAPAN LOKASI
IV-5
4.4
PERALATAN PENGECORAN
IV-6
a. Agitator Truck
IV-6
b. Concrete Pump
IV-7
c. Tremie
IV-7
d. Placing Boom
IV-8
e. Vibrator
IV-9
PENGECORAN
IV-10
4.5
IV-15
BAGIAN 5
4.6
PEMADATAN/COMPACTING
4.7
FINISHING
IV-17
a. Screeding
IV-17
b. Hand Tamping
IV-19
c. Floating
IV-20
d. Edging
IV-21
e. Trowelling
IV-21
f. Brooming
IV-23
g. Grinding
IV-24
h. Sack-rubbed Finishing
IV-24
IV-25
4.8
PERAWATAN
IV-25
4.9
IV-31
IV-32
IV-36
WIKA BETON
a. Retak Akibat Early Thermal Contraction
V-2
V-2
c. Retak Plastic
V-5
V-6
V-8
V-9
V-9
V-10
c. Keropos
V-10
V-11
V-11
V-12
V-12
V-13
V-13
5.2
V-1
cm)
5.3
V-14
BAGIAN 6
VI-1
6.2
VI-2
6.3
VI-4
PENGUJIANNYA
a. Daya Alir
VI-5
b. Kekentalan
VI-6
c. Passing Ability
VI-7
VI-8
6.4
MIX-DESIGN
VI-11
6.5
VI-15
PELAKSANAAN
6.6
BAGIAN 7
PENDAHULUAN
WIKA BETON
BAGIAN 8
VI-16
VII-1
7.2
VII-1
7.3
VII-6
7.4
PROSES PRODUKSI
VII-9
7.5
MIX-DESIGN
VII-12
7.6
CETAKAN
VII-13
7.7
VII-13
7.8
PEMADATAN
VII-14
7.9
PEKERJAAN STRESSING
VII-15
7.10
PERAWATAN BETON
VII-16
7.11
PENGANGKATAN
VII-17
7.12
PENGANGKUTAN
VII-18
7.13
QUALITY CONTROL
VII-19
INSPEKSI PERALATAN
8.1
PENDAHULUAN
VIII-1
8.2
VIII-1
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
GLOSSARY
WIKA BETON
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
I-1
Gambar 1.2
I-1
Gambar 1.3
I-2
Gambar 1.4
Strength vs Workability
I-4
Gambar 1.5
I-5
Gambar 2.1
II-2
Gambar 2.2
II-4
Gambar 3.1
III-2
Gambar 3.2
III-3
Gambar 3.3
III-9
III-9
Gambar 3.5
III-10
Gambar 3.6
III-11
WIKA BETON
Gambar 3.4
Gambar 3.7
III-12
Gambar 4.1
Teknik Pengecoran
IV-13
Gambar 4.2
Pemadatan Manual
IV-15
Gambar 4.3
Pemadatan Mekanis
IV-16
Gambar 4.4
IV-19
Gambar 4.5
IV-20
Gambar 4.6
Floating
IV-20
Gambar 4.7
Edger
IV-21
Gambar 4.8
Trowel Baja
IV-22
Gambar 4.9
IV-25
Gambar 4.10
IV-27
Gambar 4.11
IV-27
Gambar 4.12
IV-31
Gambar 4.13
Variabilitas
IV-32
Gambar 4.14
IV-36
Gambar 5.1
V-6
Gambar 5.2
V-6
Gambar 5.3
V-7
Gambar 5.4
V-8
Gambar 5.5
V-8
Gambar 5.6
V-10
Gambar 6.1
VI-6
Gambar 6.2
VI-6
Gambar 6.3
VI-8
Gambar 6.4
VI-8
Gambar 6.5
Prosedur Mix-Design
VI-14
Gambar 7.1
VII-9
WIKA BETON
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
II-1
Tabel 2.2
II-2
Tabel 2.3
II-6
Tabel 3.1
III-1
Tabel 3.2
III-1
Tabel 3.3
III-3
Tabel 3.4
III-4
Tabel 3.5
III-5
Tabel 3.6
III-5
Tabel 3.7
III-6
WIKA BETON
Tabel 3.8
III-7
Tabel 3.9
III-8
III-9
III-12
III-14
III-14
III-16
Tabel 3.15
III-17
Tabel 4.1
IV-2
Tabel 4.2
IV-16
Tabel 4.3
Metode Curing
IV-29
Tabel 4.4
IV-33
Tabel 4.5
IV-34
Tabel 5.1
V-1
Tabel 5.2
V-3
Tabel 5.3
Tabel 5.4
V-14
V-15
Tabel 5.5
V-16
Tabel 6.1
VI-4
Tabel 6.2
VI-5
Tabel 6.3
VI-7
Tabel 6.4
VI-7
Tabel 6.5
VI-9
Tabel 6.6
VI-9
Tabel 6.7
Klasifikasi Aditif
VI-11
Tabel 6.8
VI-13
Tabel 6.9
VI-16
WIKA BETON
VI-16
VI-17
VI-18
VI-18
VI-19
VI-19
VI-20
Tabel 7.1
VII-6
WIKA BETON
I-0
Beton
Air
Kerikil
Pasir
Semen
Gambar 1.1 Material Utama Pembentuk Beton
WIKA BETON
Agregat
Kasar
Pasta Semen
Mengisi Celah
Antar Agregat
1.2 Potongan
Beton
GaGambar
mbar2. Potongan
Melintang
Beton
I-1
WIKA BETON
a. Beton ringan
Berat jenisnya<1900 kg/m3, dipakai untuk elemen non-struktural. Dibuat
dengan cara-cara berikut: membuat gelembung udara dalam adukan
semen, menggunakan agregat ringan (tanah liat bakar/batu apung) atau
pembuatan beton non-pasir.
b. Beton normal
Berat jenisnya 2200-2500 kg/m3, dipakai hampir pada semua bagian
struktural bangunan.
c. Beton berat
Berat jenis>2500 kg/m3, dipakai untuk struktur tertentu, misal: struktur
yang harus tahan terhadap radiasi atom.
d. Beton jenis lain
o Beton massa (mass concrete)
Beton yang dituang dalam volume besar, biasanya untuk pilar, bendungan
dan pondasi turbin pada pembangkit listrik. Pada saat pengecoran beton
jenis ini, pengendalian diutamakan pada pengelolaan panas hidrasi yang
timbul, karena semakin besar massa beton maka suhu didalam beton
semakin tinggi. Bila perbedaan suhu didalam beton dan suhu di
permukaan beton >20 oC dapat menimbulkan terjadinya tegangan tarik
yang disertai retak-retak
I-2
Retak beton juga dapat timbul akibat penyusutan beton (shrinkage) yang
dipengaruhi oleh kelembaban beton saat pengerasan berlangsung.
Selain itu, besarnya volume beton saat pengecoran mass concrete akan
beresiko timbulnya cold-joint pada permukaan beton baru dengan beton lama
mengingat waktu setting beton yang singkat (2 jam), sehingga perlu
direncanakan metode pengecoran yang sesuai dengan perilaku beton tersebut.
Berdasarkan hal-hal diatas, maka langkah preventif untuk menghindari
terjadinya retak beton dapat dikategorikan atas pemilihan komposisi beton (nilai
slump, pemberian admixture, FAS) dan praktek pelaksanaan di lapangan (suhu
udara saat pengecoran, curing, menggunakan bekisting dengan kemampuan
isolasi yang bagus dan menyiapkan construction joint) . Pemberian tulangan
ekstra untuk menahan gaya tarik akibat panas hidrasi dapat juga dilakukan
sebagai salah satu pertimbangan struktural.
o Ferosemen (ferrocement)
Mortar semen yang diberi anyaman kawat baja. Beton ini mempunyai
ketahanan terhadap retakan, ketahanan terhadap patah lelah, daktilitas,
fleksibilitas dan sifat kedap air yang lebih baik dari beton biasa.
o Beton serat (fibre concrete)
Komposit dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat, dapat berupa
serat plastik/baja. Beton serat lebih daktail daripada beton biasa, dipakai
pada bangunan hidrolik, landasan pesawat, jalan raya dan lantai jembatan.
o Beton siklop
Beton biasa dengan ukuran agregat yang relatif besar-besar. Agregat kasar
dapat sebesar 20 cm. Beton ini digunakan pada pembuatan bendungan dan
pangkal jembatan.
o Beton hampa
Seperti beton biasa, namun setelah beton tercetak padat, air sisa reaksi
hidrasi disedot dengan cara vakum (vacuum method)
o Beton ekspose
Beton ekspose adalah beton yang tidak memerlukan proses finishing,
biasanya beton ini dihasilkan dengan menggunakan bahan bekisting yang
dapat menghasilkan permukaan beton yang halus (misal baja dan multiplek
film). Beton ini sering dijumpai pada gelagar jembatan, lisplang, kolom dan
balok bangunan
WIKA BETON
Beton Segar
o Kemudahan pengerjaan/Workability,umumnya dinyatakan dalam besaran
nilai slump (cm) dan dipengaruhi oleh:
Jumlah air yang dipakai. Makin banyak air, beton makin mudah
dikerjakan
Penambahan semen. Semen bertambah, air juga ditambah agar FAS
tetap, maka beton makin mudah dikerjakan
Gradasi campuran pasir dan kerikil
Pemakaian butir maksimum kerikil yang dipakai
Pemakaian butir-butir batuan yang bulat
I-3
WIKA BETON
Beton Keras
1). Sifat jangka pendek
o Kuat tekan, dipengaruhi oleh:
Perbandingan air semen dan tingkat pemadatan
Jenis semen dan kualitasnya
Jenis dan kekasaran permukaan agregat
Umur (pada keadaan normal, kekuatan bertambah sesuai dengan
umurnya). Lihat Gambar 1.5
Suhu (kecepatan pengerasan bertambah dengan naiknya suhu)
Perawatan
I-4
o Kuat tarik
Kuat tarik beton berkisar 1/18 kuat tekan beton saat umurnya masih
muda dan menjadi 1/20 sesudahnya. Kuat tarik berperan penting dalam
menahan retak-retak akibat perubahan kadar air dan suhu
o Kuat geser
Didalam prakteknya, kuat tekan dan tarik selalu diikuti oleh kuat geser.
2)
WIKA BETON
I-5
1.4 HIDRASI
Proses Hidrasi
Adalah reaksi kimia antara partikel semen dan air menghasilkan pasta semen / bahan
pengikat
WIKA BETON
2(3CaO.SiO2)+6H2O
3Ca.2SiO2.3H2O+3Ca(OH)2+panas hidrasi
kalsium silikat (unsur utama semen) + air
kalsium silikat hidrat (bahan pengikat) +
kapur bebas (pengisi pasif) + panas hidrasi
Panas Hidrasi
Adalah efek samping dari proses hidrasi yaitu berupa pelepasan panas / kalori
dari reaksi hidrasi
Jumlah panas kalori yang dikeluarkan tergantung :
jenis / tipe semen ( kandungan FM, C3A dan C3S)
FAS
temperatur curing
Efek panas hidrasi yg terlalu tinggi terhadap beton adalah timbulnya retak-retak
I-6
WIKA BETON
I-7
Pemilihan material
WIKA BETON
II-0
Pemilihan material
2.1 SEMEN
Berfungsi sebagai bahan pengikat HIDRAULIS dari berbagai macam agregat
a. Semen harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:
o SNI 15-2049-1994. Semen Portland.
o ASTM C595. Spesifikasi semen blended hidrolis, kecuali tipe S dan SA.
yang tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama struktur beton.
o ASTM C845. Spesifikasi semen hidrolis ekspansif.
b. Tipe Semen Portland sesuai jenis pekerjaannya adalah:
Tabel 2.1 Tipe Portland Semen
Tipe
Syarat Penggunaan
PC
I
Kondisi biasa, tidak
memerlukan
persyaratan khusus
II
Serangan sulfat
konsentrasi sedang
III
IV
Pemakaian
Perkerasan jalan, gedung,
jembatan biasa dan konstruksi
tanpa serangan sulfat
Bangunan tepi laut, dam,
bendungan, irigasi dan beton
massa
Jembatan dan pondasi dengan
beban berat
Pengecoran yang menuntut
panas hidrasi rendah dan
diperlukan setting time yang lama
Bangunan dalam lingkungan
asam, tangki bahan kimia dan
pipa bawah tanah
WIKA BETON
Ketahanan yang tinggi
terhadap sulfat
c.
Penyimpanan semen:
o Silo harus kedap air
o Lantai gudang tidak lembab
o Tinggi timbunan sak semen maksimum 2 m
o Suhu ruang tidak boleh lebih dari 70 oC
o Kapasitas gudang mampu untuk stok 20 hari dan tergantung
kelancaran pengiriman
o Stok yang telah disimpan lebih dari 3 bulan tidak boleh dipakai
d.
II-1
Pemilihan material
F
d
y
d
d
IS
r o s e s
a r d e n in
in a l s e t t in g
t im e
i d a p a t p a s ta
s e m e n
g
p a d a t d a n u tu h
a n b e n tu k n y a
ti d a k
a p a t d i r u b a h
In it ia l s e e t in g
t im e
P a s ta
s e m e n m u la i
ti d a k d a p a t d i r u b a h
ta p i m a s i h a d a
b a g i a n
y a n g
p la s ti s
D o r m a n
P
P e r i o d e
d i
s e m e n m a
d a n m a s i h
d i b e n tu k
e
m
s i
b
r i
a
h
i s
WIKA BETON
o d e
n a
p a s ta
p la s t i s
a
T i ti k P C
m u la i b e r e a k s i
d e n g a n a i r
I
II
III
IV
V
Tricalcium
Silicate
(C3S)
%
42-65
35-60
45-70
20-30
40-60
Dicalcium
Silicate (C2S)
%
10-30
15-35
10-30
50-55
15-40
Tricalcium
Aluminate
(C3A)
%
0-17
0-8
0-15
3-6
0-5
Tetracalcium
Aluminoferrite
(C4AF)
%
6-18
6-18
6-18
8-15
10-18
Air permeability
specific surface
m2/kg
300-400
280-380
450-600
280-320
290-350
II-2
Pemilihan material
2.2 AGREGAT
Butiran mineral dengan ukuran diameter & gradasi butiran tertentu yang
apabila dicampur dengan semen & air akan menghasilkan beton
Tujuan penggunaan agregat
sumber kekuatan dari beton
menghemat semen
memperkecil tingkat penyusutan beton
mencapai kepadatan beton yang maksimal
memperoleh workability yang baik
a.
b.
Spesifikasi umum:
o Material dari bahan alami dengan kekasaran permukaan yang optimal
sehingga kuat tekan beton besar.
o Butiran tajam, keras, kekal (durable) dan tidak bereaksi dengan material
beton lainnya.
o Berat jenis agregat tinggi yang berarti agregat padat sehingga beton
yang dihasilkan padat dan awet.
o Gradasi sesuai spesifikasi teknik yang diminta (dapat dilihat pada poin
2.2a) dan hindari gap graded aggregate karena akan membutuhkan
semen lebih banyak untuk mengisi rongga dan harga satuan beton akan
menjadi lebih mahal.
o Bentuk yang baik adalah bulat, karena akan saling mengisi rongga dan
jika ada bentuk yang pipih dan lonjong dibatasi maksimal 15% berat
total agregat.
o Kadar lumpur agregat tidak boleh melampaui standar pada Butir (a),
karena akan berpengaruh pada kuat tekan beton. Lihat Gambar 2.2
WIKA BETON
c.
II-3
Pemilihan material
Agregat Kasar
Agregat dengan butiran >5 mm
WIKA BETON
Agregat Halus
Agregat dengan butiran antara 0,14 s/d 5,0 mm
Jenis agregat halus :
z buatan pasir hasil pemecahan
z alami pasir gunung, pasir sungai, pasir laut
Agregat halus sangat berperanan dalam menentukan :
z kemudahan pengerjaan workability
z kekuatan beton strength
z keawetan beton durability
II-4
Pemilihan material
Kerugian:
z kontinuitas pengadaan kurang terjamin
z ukuran butiran amat bervariatif
z permukaannya relative halus sehingga daya ikatnya kurang
sulit mencapai mutu beton tinggi
z kandungan lumpur relatif tinggi
2.3 AIR
WIKA BETON
Air untuk campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang
merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik atau
bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton ataupun tulangan.
b.
Air pencampur yang digunakan untuk beton prategang atau pada beton
yang didalamnya tertanam logam alumunium, termasuk air bebas yang
terkandung didalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam
jumlah yang membahayakan.
II-5
Pemilihan material
c.
Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut terpenuhi:
o Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran
beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.
o Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar harus
mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90%
kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum.
Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan
serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai
dengan Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis
(menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 cm) ASTM
C109
o Bila terpaksa menggunakan air laut, disarankan hanya untuk beton
tanpa tulangan dengan kandungan maksimal garam terlarut 35.000
ppm
o Hindari penggunaan air dengan dengan pH3
WIKA BETON
II-6
Pemilihan material
WIKA BETON
a.
Spesifikasi umum:
Kalsium klorida atau bahan tambahan yang mengandung klorida tidak boleh
digunakan pada beton prategang, beton dengan aluminium tertanam, atau
beton yang dicor dengan menggunakan bekisting baja galvanis.
b.
II-7
Pemilihan material
WIKA BETON
o Mineral filler
Misalnya batu kapur, dolomite, dll. Distribusi ukuran partikel, bentuk dan
daya serap air mempengaruhi kebutuhan air.
o Kerak Tungku Pijar yang diperhalus
Harus memenuhi ASTM C989. Spesifikasi untuk kerak tungku pijar yang
diperhalus untuk digunakan pada beton dan mortar. Mengurangi panas
hidrasi, tetapi setting time menjadi lebih lama, pemakaian aditif jenis ini
juga meningkatkan resiko segregasi.
o Silica Fume
Harus sesuai dengan ASTM C1240. Spesifikasi untuk silika fume untuk
digunakan pada beton dan mortar semen-hidrolis. Meningkatkan kohesi
dan daya tahan segregasi, serta mengurangi atau menghilangkan
bleeding tetapi jika terlalu banyak dapat menimbulkan percepatan
pembentukan kerak di permukaan beton, yang akan menghasilkan coldjoint atau cacat permukaan.
o Aditif lainnya
Metakaolin, pozzolan alami, dan bahan pengisi halus lainnya dapat
digunakan, tetapi akibat-akibat yang ditimbulkan perlu dievaluasi secara
khusus dan hati-hati terhadap akibat jangka pendek dan panjang yang
timbul terhadap beton.
II-8
Pemilihan material
2.5 SERAT
Baik serat metalik maupun polymer dapat digunakan.
Serat polymer dapat digunakan untuk membantu mencegah settlement
dan retak/crack akibat plastic shrinkage.
Serat besi maupun serat polymer struktural berukuran panjang digunakan
untuk memodifikasi daktilitas beton yang telah mengeras. Jumlah dan
ukuran panjangnya dipilih berdasarkan ukuran maksimum agregat dan
syarat struktural.
WIKA BETON
II-9
00
WIKA BETON
III-0
mutu
pengendalian
pelaksanaan
Sd (Mpa)
2.8
3.5
4.2
5.6
7.0
8.4
WIKA BETON
1). Jika pelaksana mempunyai catatan data hasil pembuatan beton serupa
pada masa yang lalu. Jumlah data hasil uji minimum 30 buah (satu data
hasil uji kuat tekan adalah hasil rata-rata dari uji tekan dua silinder yang
dibuat dari contoh beton yang sama dan diuji pada umur 28 hari atau
umur pengujian lain yang ditetapkan). Jika jumlah data uji kurang dari
30, maka dilakukan koreksi dengan suatu faktor pengali nilai deviasi
standar.
Tabel 3.2 Faktor Pengali Deviasi Standar
30
25
20
Jumlah Data
1.0
1.03
1.08
Faktor Pengali
15
1.16
<15
Tidak boleh
2). Jika pelaksana tidak mempunyai catatan hasil pengujian beton serupa
pada masa yang lalu/bila data hasil uji kurang dari 15 buah, maka nilai
margin langsung diambil sebesar 12 Mpa.
III-1
WIKA BETON
g. Tetapkan faktor air semen dengan salah satu dari dua cara berikut:
o Berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan rata-rata silinder
beton yang direncanakan pada umur tertentu. Lihat Gambar 3.1
Gambar 3.1 Hubungan Faktor Air Semen dan Kuat Tekan Rata-Rata
Silinder Beton (Sebagai Perkiraan FAS)
III-2
o Berdasarkan jenis semen, jenis agregat kasar dan kuat tekan rata-rata yang
direncanakan pada umur tertentu. Lihat Tabel 3.3 dan Gambar 3.2
Langkahnya sebagai berikut:
Tabel 3.3 Dengan data jenis semen, jenis agregat kasar dan umur
beton yang dikehendaki, dibaca perkiraan kuat tekan silinder beton
yang akan diperoleh jika dipakai faktor air semen 0.5.
Tabel 3.3 Perkiraan Kuat Tekan Beton (MPa) dengan FAS 0.5
Jenis
Umur (hari)
Jenis Agregat Kasar
Semen
3
7
28
91
Alami
17
23
33
40
I, II, V
Batu pecah
19
27
37
45
Alami
21
28
38
44
III
Batu pecah
25
33
44
48
Gambar 3.2 Lukislah titik A pada Gambar 3.2, dengan FAS 0.5
sebagai absis dan kuat tekan beton yang diperoleh dari Tabel 3.3
sebagai ordinat. Dari titik A dibuat grafik baru yang bentuknya sama
dengan dua grafik yang sudah ada didekatnya. Selanjutnya tarik garis
mendatar dari sumbu tegak di kiri pada kuat tekan rata-rata yang
dikehendaki sampai memotong grafik baru tersebut, lalu ditarik
kebawah untuk mendapatkan FAS yang dicari.
WIKA BETON
III-3
FAS Maksimum
0.60
0.52
0.55
0.60
0.55
Tabel 3.8
Tabel 3.9
WIKA BETON
III-4
Maks
Min
12.5
5.0
9.0
2.5
15.0
7.5
7.5
7.5
5.0
2.5
Tabel 3.6 Perkiraan Kebutuhan Air Per Meter Kubik Beton (Liter)
Besar
Slump (mm)
Jenis
Ukuran
Batuan
Maksimum
0-10
10-30
30-60 60-180
Kerikil (mm)
10
Alami
150
180
205
225
Batu
180
205
230
250
pecah
20
Alami
135
160
180
195
Batu
170
190
210
225
pecah
40
Alami
115
140
160
175
Batu
155
175
190
205
pecah
Catatan:
Koreksi suhu diatas 20oC, setiap kenaikan 5OC harus ditambah air 5
liter per m3 adukan beton
Kondisi permukaan: untuk permukaan agregat yang kasar harus
ditambah air 10 liter per m3 adukan beton
WIKA BETON
j.
III-5
l.
WIKA BETON
III-6
Tabel 3.8 Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton yang
Berhubungan dengan Air Tanah yang Mengandung Sulfat
Konsentrasi Sulfat (SO3)
Kandungan
semen minimum
Dalam Tanah
(kg/m3)
SO3
SO3
dalam
Jenis Semen
dalam air
Ukuran Maks.
Total
campuran
tanah
Agregat (mm)
SO3
air:tanah
(g/lt)
40
20
10
= 2:1
(g/lt)
Tipe I dengan atau 280 300 350
<0.2
<0.1
<0.3
tanpa Pozzolan
(15-40%)
Tipe I tanpa
290 330 380
Pozzolan
0.2-0.5
1.0-1.9
0.3-1.2
Tipe I dengan
Pozzolan (15-40%)
Atau
Semen Portland
Pozzolan
270
Faktor
Air
Semen
(FAS)
Maksim
um
0.5
0.5
310
360
0.55
250
340
290
380
430
430
0.55
0.45
290
330
330
370
380
420
0.5
0.45
330
370
420
0.45
Tipe II atau V
WIKA BETON
0.5-1.0
1.9-3.1
1.2-2.5
Tipe I dengan
Pozzolan (15-40%)
Atau
Semen Portland
Pozzolan
Tipe II atau V
1.0-2.0
3.1-5.6
2.5-5.0
>2.0
>5.6
>5.0
Tipe II atau V
Tipe II atau V dan
lapisan pelindung
III-7
n.
WIKA BETON
Tabel 3.9 Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton
Bertulang/Prategang Kedap Air
Kandungan semen
minimum
Berhubungan
FAS
Tipe Semen
dengan:
Maksimum
Ukuran Maksimum
Agregat (mm)
40
20
Air tawar
0.50
Semua tipe I-V
280
300
0.45
Tipe I + Pozzolan
340
380
(15-40%)
Atau Semen Portland
Air payau
Pozzolan
290
330
Air laut
0.50
0.45
Tipe II atau V
Tipe II atau V
330
370
III-8
WIKA BETON
Gambar 3.3 Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat
Keseluruhan untuk ukuran Butir Maksimum 10 mm
III-9
r.
WIKA BETON
Dengan: Bj camp
= Berat jenis agregat campuran
Bj ag hls = Berat jenis agregat halus
Bj ag ksr = Berat jenis agregat kasar
P
= Persentase agregat halus terhadap agregat
campuran
K
= Persentase agregat kasar terhadap agregat
campuran
Berat jenis agregat halus dan kasar diperoleh dari hasil pemeriksaan
laboratorium, namun jika tidak ada dapat diambil sebesar 2.60 untuk
agregat tak dipecah dan 2.70 untuk agregat pecahan
s. Penentuan berat jenis beton
Menggunakan data berat jenis agregat campuran dari Langkah r dan
kebutuhan air tiap meter kubik betonnya, maka dengan grafik pada
Gambar 3.6 dapat diperkirakan berat jenis betonnya. Caranya:
Dari berat jenis agregat campuran pada langkah q dibuat garis
kurva berat jenis gabungan yang sesuai dengan garis kurva yang
paling dekat dengan garis kurva pada Gambar 3.6.
Kebutuhan air yang diperoleh pada Langkah k dimasukkan dalam
Gambar 3.6 dan dari nilai ini ditarik garis vertikal keatas sampai
mencapai kurva yang dibuat pada langkah pertama
Dari titik potong ini, tarik garis horisontal kekiri sehingga diperoleh
nilai berat jenis beton
III-10
t.
WIKA BETON
III-11
WIKA BETON
III-12
III-13
WIKA BETON
14
Kuat tekan rata-rata perlu fcr ditentukan sebagai dasar pemilihan proporsi
campuran beton harus diambil sebagai nilai terbesar dari persamaan 1 atau 2
dibawah ini:
fcr = fc + 1.34 S......................................(1)
fcr = fc + 2.33 S -3.5...............................(2)
WIKA BETON
Tabel 3.13 Kuat Tekan Rata-Rata Perlu Jika Data Tidak Tersedia Untuk
Menetapkan Deviasi Standar
Persyaratan Kuat Tekan, fc
Kuat Tekan Rata-Rata Perlu, fcr
MPa
MPa
Kurang dari 21
fc + 7.0
21-35
fc + 8.5
Lebih dari 35
fc + 10.0
III-14
WIKA BETON
III-15
fc
minimum2
MPa
28
35
Catatan:
1. Dihitung terhadap berat dan berlaku untuk beton normal
2. Untuk beton berat normal dan beton berat ringan
WIKA BETON
Struktur Pelabuhan,: Salah Satu Contoh Beton dalam Pengaruh Air Laut
III-16
Papara
n
Lingkungan
Sulfat
Sulfat
(SO4)
Dalam
Tanah
yang
Dapat
Larut
Dalam Air
Persen
terhadap
berat
Sulfat
(SO4)
Dalam Air
Jenis Semen
Mikron
gram per
gram
Ringan
0.00-0.10
0-150
Sedan
g
0.10-0.20
150-1500
Berat
0.20-2.00
15001000
II,IP(MS),
IS(MS),P(MS)
,
I(PM)(MS),
I(SM)(MS)*
V
fc
Rasio Airminimum
Semen
(Beton
Maksimum
berat
dalam
normal
Berat
dan
(Beton
ringan)
Berat
Normal)
MPa
0.5
28
0.45
31
WIKA BETON
Sangat
>2.00
>10000
V+Pozzolan
berat
Catatan:
*Semen campuran sesuai ketentuan ASTM C595
0.45
31
III-17
WIKA BETON
III-18
Pelaksanaan
WIKA BETON
IV-0
Pelaksanaan
4.1 PENCAMPURAN/MIXING
a.
Site-Mix
1. Standar pencampuran ini hanya untuk beton normal (dengan berat jenis
2200 kg/m3-2500 kg/m3) dan tidak menggunakan bahan tambahan.
Pencampuran
dengan
bahan
tambahan
diatur
oleh
petunjuk
WIKA BETON
Pencampuran
a. Semua bahan beton harus diaduk secara seksama hingga campuran
seragam dan harus dituangkan seluruhnya sebelum pencampur diisi
kembali.
b. Outlet mixer jangan sampai menimbulkan segregasi waktu beton
dituang.
c. Beton siap pakai harus dicampur dan diantarkan sesuai persyaratan
SNI 03-4433-1997. Spesifikasi beton siap pakai atau ASTM C685.
Spesifikasi untuk beton yang dibuat melalui penakaran volume dan
pencampuran menerus.
IV-1
Pelaksanaan
d.
WIKA BETON
IV-2
Pelaksanaan
b. Ready-Mix
Penggunaan Beton pra-campur/ready-mix terutama digunakan untuk
pengecoran jumlah besar yang biasanya melayani proyek-proyek pada
skala besar atau melayani proyek-proyek di perkotaan. Penggunaan beton
pra-campur mengeliminasi waktu mixing oleh kontraktor, karena beton tiba
di lapangan dalam keadaan siap-tuang, yang perlu mendapat fokus
perhatian pada beton ini adalah kualitas beton dan penanganan di
lapangan.
1. Kontrol Kualitas
Dalam melakukan kontrol kualitas beton ready-mix, hal yang
penting adalah melakukan kontrol volume semen pada mix-design sebab
komponen semen merupakan komponen yang paling mahal dari
komposisi ready-mix.
Pada pengecoran dengan volume besar, kemungkinan terjadi
adanya kesalahan dalam keseragaman mutu yang disebabkan karena
kurang cermatnya operator instalasi berhubung banyaknya pengiriman di
berbagai tempat dengan mutu atau spesifikasi yang berbeda.
Dalam melakukan kontrol workabilitas beton sebelum dituang,
maka prosedur berikut dapat dilakukan:
a. Pastikan bahwa beton telah tercampur secara merata di dalam truk
mixer
b. Ambilah contoh bahan uji secukupnya
c. Lakukan uji slump pada contoh bahan uji tersebut
d. Bilamana hasilnya memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka
muatan harus diterima. Tetapi bila hasilnya diluar batas, ambilah
kembali contoh bahan uji dari truk yang sama untuk dilakukan test
slump lagi
e. Bila tidak memenuhi, maka beton harus ditolak
WIKA BETON
IV-3
Pelaksanaan
4.2 PENGANGKUTAN
WIKA BETON
d. Waktu keluar dari batching sampai penuangan selesai tidak boleh lebih
dari 1,5 jam atau waktu total sampai dengan pengecoran selesai tidak
lebih dari tiga jam dan nilai slump masih memenuhi syarat
IV-4
Pelaksanaan
WIKA BETON
d. Bila ada bagian yang menggunakan batu bata, bagian dinding bata
pengisi yang akan bersentuhan dengan beton segar harus dalam
kondisi basah.
e. Tulangan harus benar-benar bersih dari lapisan yang mengganggu.
f. Sebelum beton dicor, air harus dibuang dari tempat pengecoran,
kecuali bila digunakan tremie.
g. Semua kotoran dan bagian permukaan yang dapat lepas atau yang
kualitasnya kurang baik harus dibersihkan sebelum pengecoran
lanjutan dilakukan pada permukaan beton yang telah mengeras.
h. Pengecoran diatas beton lama/batuan harus dibersihkan, dikasari,
dibasahi dan dilapisi dengan mortar/semen yang dibuat dengan
menggunakan air dan semen yang sama dengan yang dicor dan nilai
slump 15 cm terlebih dahulu, setebal 4-10 cm untuk mencegah lubanglubang dan menciptakan ikatan yang rapat. Atau gunakan bonding
agent.
i. Penundaan pengecoran ketika beton sudah siap di cor menyebabkan
penurunan kualitas akhir. Pastikan semua kegiatan diatas sudah
terlaksana sebelum beton siap dicor.
IV-5
Pelaksanaan
Agitator Truck
Agitator truck biasanya dipakai untuk mengirim beton ready-mix,
dengan drum yang berputar untuk mencegah beton mengalami setting,
berbeda dengan truck mixer yang mencampur beton sekaligus
mengangkutnya. Spesifikasi mixer dapat dilihat pada Poin 4.1 (diatas)
Kontraktor harus mengecek nilai slump dari tiap batch individual untuk
mengetahui keseragaman konsistensi beton. Bila test ini
mengindikasikan adanya variasi nilai slump melebihi 50 mm, agitator
disarankan untuk tidak digunakan sampai kondisi tersebut diperbaiki
Agitator harus terawat baik, dan tidak ada akumulasi beton keras dan
mortar didalamnya, blade dan setiap bagiannya harus diganti bila telah
aus sebesar 25 mm dari design pabriknya
Beton harus sampai di site dan penuangan harus diselesaikan dalam
waktu 1.5 jam setelah air dimasukkan dalam campuran semen dan
agregat.
WIKA BETON
Satuan panjang: mm
: 8-14
: 5-8
: 0-18
: 2 bar
: 400-600
: 2800-3200
: 60
m3
m3
rpm
liter
kg
km/jam
IV-6
Pelaksanaan
b. Concrete Pump
C
m
m
m
m
m3/jam
bar
mm
per
WIKA BETON
c. Tremie
Metode pengecoran beton didalam air melalui pipa atau tabung, tremie dapat
rigid maupun fleksibel
Beton dialirkan secara gravitasional dengan mesin pengaduk beton yang
mengalirkan beton melalui bagian atas pipa atau dengan disambungkan secara
langsung melalui concrete pump
Pengecoran dengan tremie bertujuan menghasilkan penuangan menerus yang
monolitik dibawah air tanpa menyebabkan turbulensi
IV-7
Pelaksanaan
d. Placing Boom
Berupa tower yang terdiri dari substruktur turbular, kolom vertikal dan
boom/lengan yang dapat mengeluarkan aliran beton segar ke formwork
struktur
Adanya instalasi alat untuk climbing dengan sistem hidrolis yang
dioperasikan dengan kabel remote control
Placing boom dapat ditambah tingginya seiring dengan naiknya struktur
bangunan dan dapat berdiri hingga 100 ft (30.48 m) tanpa diikat pada
apapun
Pergerakan angular pada boom joint-nya besar, sehingga dapat
menjangkau berbagai lokasi yang relatif luas
Diperlukan 40 ft container untuk pengangkutan boom
WIKA BETON
: 16-50
: 4050-9650
: 4-5
m
kg
buah
IV-8
Pelaksanaan
e.
Internal Vibrator
mm
mm
kg
m
kg
cm
VPM
Lihat juga Bab VI Pengetahuan Beton Pracetak, Subbab Pemadatan. Pada Bab
tersebut diuraikan beberapa macam peralatan pemadatan yang dipakai pada
produksi beton pracetak, seperti: meja getar dan external vibrator.
WIKA BETON
dari radius penggetaran
Benar
Salah
IV-9
Pelaksanaan
4.5 PENGECORAN
Cara pengecoran dan pemadatan yang baik, akan menghasilkan ikatan yang
kuat antara pasta semen dan agregat serta akan mengisi bekisting secara
sempurna. Kedua faktor tersebut diatas berperan penting dalam memberikan
kekuatan dan tampilan terbaik pada beton yang dihasilkan.
WIKA BETON
Beton yang Tidak Boleh Digunakan
a. Beton yang telah mengeras sebagian/terkontaminasi bahan lain.
b. Beton yang ditambah air lagi atau beton yang telah dicampur ulang
setelah pengikatan awal, kecuali bila disetujui pengawas lapangan.
Pedoman Umum
a. Kontrol temperature-Jika memungkinkan, hindari pengecoran pada
cuaca yang panas, kering dengan kelembapan rendah atau cuaca
yang terlalu dingin dan berangin keras. Jika cuaca diprediksi akan
panas, kering atau berangin, maka subgrade/bekisting tempat beton
akan diletakkan harus dibasahi agar lembab.
Pastikan setiap langkah pekerjaan telah dipersiapkan dengan baik,
karena pada kondisi cuaca seperti diatas, tidak tersedia banyak waktu
untuk pengecoran, pemadatan, finishing dan perawatan beton.
IV-10
Pelaksanaan
WIKA BETON
Cold-joint
f.
IV-11
Pelaksanaan
WIKA BETON
a. Pengecoran dinding
o Pengecoran dimulai dari ujung bergerak ke tengah untuk mencegah
air berkumpul pada sudut dan tepi bekisting.
o Berikan kelebihan cor setinggi sekitar 5 cm dari bekisting dan
pindahkan kelebihan tersebut sebelum beton mengeras agar didapat
permukaan yang rata dan bersih.
o Sebelum pengecoran selanjutnya, berikan lapisan mortar seperti pada
poin 4.3.h
b. Site datar
o Pengecoran dimulai dari sudut bekisting paling jauh dan bergerak ke
arah suplai beton, dimana beton dicampur atau dikirim (mixer truck).
o Jangan mengecor pada titik-titik yang berbeda dan mengeruk titik-titik
tersebut secara horisontal untuk meratakan dan menggabungkan agar
mengisi bekisting pada posisi akhirnya, hal ini dapat menyebabkan
segregasi.
c.
IV-12
Pelaksanaan
Benar
Salah
2. Pengecoran Beton pada Bagian Atas
Bekisting Dinding
WIKA BETON
Benar
Salah
1. Pengecoran Beton pada Bagian Bawah
Bekisting Dinding
Benar
Salah
3. Pengecoran Beton pada Site Datar
Benar
Salah
4. Pengecoran Beton pada Site Miring
IV-13
Pelaksanaan
WIKA BETON
IV-14
Pelaksanaan
4.6 PEMADATAN/COMPACTING
Pemadatan dilakukan pada semua pembetonan kecuali beton yang
dicor didalam air. Pemadatan mengeliminasi lubang-lubang dan
membuat agregat halus mengisi cetakan dan membentuk permukaan
yang halus, sehingga beton dapat mencapai kekuatannya,
durabilitasnya dan homogenitasnya.
Pedoman Umum
a.
b.
c.
WIKA BETON
Teknik Pemadatan
a.
Pemadatan manual
o Masukkan alat pemadat kedalam bekisting, pada lapisan yang
baru saja dituangkan dan beberapa inchi hingga lapisan
dibawahnya.
o Gerakkan alat pemadat hingga agregat kasar menghilang dan
masuk kedalam beton.
Ujung pipa:
sambungan
dan rata
IV-15
Pelaksanaan
WIKA BETON
Tabel 4.2 Getaran Minimum dengan
Internal Vibrator
Diameter
> 80mm
< 80 mm
Sebelum Pemadatan
Getaran Minimal
(RPM)
8.000
12.000
Setelah Pemadatan
IV-16
Pelaksanaan
4.7 FINISHING
Proses finishing dilakukan untuk memperoleh permukaan beton dengan
efek-efek tertentu sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kasus tertentu,
finishing dapat hanya berupa koreksi terhadap cacat permukaan, mengisi
lubang-lubang atau membersihkan permukaan. Beton yang tidak
memerlukan finishing permukaan, kadangkala hanya membutuhkan
screeding untuk memperbaiki kontur.
Macam Finishing:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Screeding
Hand Tamping
Floating
Edging
Trowelling
Brooming
Grinding
Sack-Rubbed Finish
Exposed Aggregate Finish
WIKA BETON
a. SCREEDING
Dilakukan untuk memperoleh elevasi/ketinggian yang diinginkan pada
pengecoran slab, trotoar atau jalan.
a.
Screeding Manual
Menggunakan sebuah alat yang disebut screed, dengan bagian
bawah alat datar dan rata untuk menghasilkan permukaan yang
rata atau lengkung untuk menghasilkan permukaan lengkung.
Teknik sceed yang baik:
o Gerakkan screed maju dan mundur melintang dipermukaan
beton seperti gerakan menggergaji
o Dalam satu gerakan, gerakkan screed maju sekitar 1 inchi
disepanjang bekisting
o Jika screed mencongkel permukaan beton, (yang mungkin
terjadi pada beton air entrained karena sifatnya yang lengket)
kurangilah kecepatan maju screeding atau lapisi bagian bawah
screed dengan logam
o Lakukan kembali screeding untuk kedua kali untuk membuang
permukaan beton yang bergelombang akibat screeding
sebelumnya
IV-17
Pelaksanaan
Screeding Mekanis
Umumnya digunakan untuk pekerjaan perkerasan jalan raya, dek
jembatan dan slab. Alat ini memiliki vibrator dan dapat digunakan
untuk beton kuat tekan tinggi dan memiliki nilai slump rendah.
Keuntungan menggunakan screeding mekanis ini adalah
menghasilkan beton yang kuat dengan kepadatan yang lebih besar,
finishing yang lebih rapi, mengurangi perawatan (mengeliminasi
perlunya floating dan hand tamping) dan menghemat waktu dengan
kecepatan operasi yang tinggi. Alat ini terdiri dari beam dan mesin
berbahan bakar bensin, atau motor listrik dan penggetar mekanis
yang dipasang ditengah beam. Kebanyakan alat jenis ini cukup
berat, maka dilengkapi dengan roda untuk membantu
memindahkan, tetapi terdapat pula screed mekanis yang ringan dan
dapat diangkat oleh dua orang pekerja. Kecepatan mengoperasikan
tergantung secara langsung oleh nilai slump, makin besar nilai
slump adukan, makin besar kecepatannya.Teknik screeding
dengan alat ini adalah:
o Tidak boleh ada gerakan menyilang dari beam
o Tuangkan beton pada jarak 4-6 m didepan screed dan pastikan
beton yang cukup telah siap didepan screed dengan ketinggian
dibawah screed beam
o Screed kemudian dioperasikan oleh dua pekerja pada kedua
ujungnya
o Jika pada permukaan beton muncul rongga atau lubang setelah
screed melewati lapisan itu, maka lubang tersebut harus segera
diisi dengan beton segar dan screed kemudian diangkat dan
dipindahkan kebelakang untuk pass kedua kali
WIKA BETON
IV-18
Pelaksanaan
b. HAND TAMPING
WIKA BETON
IV-19
Pelaksanaan
c. FLOATING
Jika menginginkan permukaan beton yang lebih halus daripada yang
diperoleh dengan screeding, maka permukaan harus dihaluskan dengan
raskam (float) kayu atau aluminium magnesium. Setelah beton sebagian
mengeras, floating dapat dilakukan untuk kedua kalinya agar didapat
permukaan yang lebih halus.
WIKA BETON
IV-20
Pelaksanaan
Hindarkan floating yang berlebihan pada beton yang masih plastis, karena
akan membuat air dan pasta semen yang berlebihan naik ke permukaan
karena material ini membentuk lapisan tipis yang akan cepat aus dan
mengelupas saat penggunaan.
d. EDGING
Semua tepi dari slab yang tidak berbatasan dengan struktur lainnya
harus dihaluskan dengan sebuah edger. Alat ini membuat bagian tepi
beton menjadi lengkung dan tidak tajam. Proses ini membuat beton
lebih rapi dan mencegah pecahnya tepi beton.
WIKA BETON
Gambar 4.7 Edger
e. TROWELLING
Trowelling dimulai setelah kilau air menghilang dari permukaan beton
setelah proses floating dan beton telah cukup keras.
Trowelling yang terlalu awal cenderung mengurangi keawetan beton,
sebaliknya, trowelling yang tertunda mengakibatkan permukaan terlalu
keras untuk dapat dikerjakan dengan baik.
Titik-titik air harus dihindari, jika titik-titik air muncul, pekerjaan finishing
tidak boleh dilanjutkan hingga air terserap lebih dulu, menguap atau
dibersihkan.
IV-21
Pelaksanaan
a.
Trowel Baja
o Gerakkan trowel dengan gerakan lengkung dan permukaan
trowel berhadapan secara datar dengan beton
o Lakukan trowelling untuk kedua kalinya setelah beton cukup
keras sehingga tidak ada mortar yang menempel pada trowel
dan suara berdering dihasilkan saat trowel melewati permukaan
beton
o Pada trowelling yang kedua kali, trowel harus sedikit dimiringkan
sedikit dan gunakan tekanan yang kuat untuk beton yang sudah
padat sepenuhnya
WIKA BETON
Gambar 4.8 Trowel Baja
b.
Trowel Mekanis
Digunakan untuk flat slab dengan kekakuan yang konsisten. Alat ini
dilengkapi dengan seperangkat float blade diantara steel blade-nya,
jadi floating dapat sekaligus dilakukan. Beton harus diatur sedemikian
rupa agar dapat menahan berat mesin dan operator. Meskipun
operasi alat ini lebih cepat daripada proses manual, tetapi tidak
semua tipe konstruksi dapat menggunakannya dan harus mengacu
pada pedoman operasi dan perawatan alat yang dibuat oleh
pabriknya.
IV-22
Pelaksanaan
f. BROOMING
Permukaan yang tidak licin pada beberapa lantai dan trotoar dapat
diperoleh dengan proses ini sebelum beton mengeras sepenuhnya.
Dilakukan setelah floating.
WIKA BETON
IV-23
Pelaksanaan
g. GRINDING
Bila proses ini diinginkan untuk lantai beton, harus dimulai setelah
permukaan mengeras secara cukup untuk mencegah tercabutnya
partikel agregat.
o
o
WIKA BETON
Finishing dengan cara ini kadang diperlukan jika penampilan lantai beton
yang terbentuk jauh dari yang diharapkan. Dilakukan setelah perbaikanperbaikan dan perbaikan cacat-cacat mayor telah terselesaikan. Jika
menggunakan cetakan atau bekisting dari plywood, polyfilm atau cetakan
lain yang sudah membentuk permukaan beton agar halus, maka tidak
perlu dilakukan rubbing lagi.
o Rubbing yang pertama dilakukan dengan agregat kasar batu
Carborundum segera setelah beton mengeras sehingga agregat tidak
akan tertarik keluar
o Beton kemudian dirawat hingga rubbing akhir dilakukan
o Batu Carborundum yang lebih halus kemudian digunakan untuk rubbing
akhir
o Beton harus tetap lembab saat proses rubbing dilakukan
o Mortar yang digunakan dalam proses ini dan tertinggal dipermukaan
harus tetap dijaga kelembapannya hingga 1-2 hari setelah beton
disiapkan untuk dirawat
o Lapisan mortar harus tetap pada ketebalan minimumnya untuk
menghindari kemungkinan mengelupas dan mengotori tampilan
permukaan beton.
IV-24
Pelaksanaan
WIKA BETON
4.7 PERAWATAN
Merawat kelembapan yang cukup didalam beton untuk jangka waktu
tertentu selama umur awalnya agar kekuatannya dapat dicapai secara
perlahan-lahan namun efektif.
IV-25
Pelaksanaan
Dengan curing, kekuatan beton pada 28 hari dapat mencapai 4000 psi
sedangkan beton yang tidak mengalami curing hanya mencapai kekuatan
tidak lebih dari 2000 psi (www.kuhlman-corp.com).
Keuntungan
a. Kekuatan yang dihasilkan lebih besar dari beton yang tidak dirawat
b. Sifat porousnya akan lebih kecil daripada beton yang tidak dirawat,
sehingga lebih tahan terhadap penetrasi air dan garam.
c. Lebih awet terhadap retak dan pengelupasan.
WIKA BETON
Curing Concrete Slab Menggunakan Karung Goni
Basah
IV-26
Pelaksanaan
WIKA BETON
IV-27
Pelaksanaan
WIKA BETON
IV-28
Pelaksanaan
Berperan
sebagai
insulator saat
musim
dingin
Murah tapi berantakan
dan kotor
Hasil yang sempurna,
menjaga
suhu
yang
seragam
Mudah dan murah
Kerugian
Memungkinkan
mengering saat jeda
penyiraman,
kesulitan
penerapan pada dinding
vertikal, volume air yang
dibutuhkan besar
Dapat
mengering,
terbang tertiup angin
atau terbakar
Meninggalkan
noda
pada
beton, dapat
mengering dan kesulitan
pembersihan
Tidak bisa dilakukan
pada cuaca yang dingin
atau terlalu panas
Penutupan yang tidak
sempuna menyebabkan
pengeringan, film dapat
sobek
maupun
meninggalkan
noda
sebelum
proses
perawatan selesai dan
dapat
menyebabkan
suhu didalam beton
menjadi terlalu panas
Mahal,
harus
tetap
dalam bentuk gulungan
dan
permasalahan
penyimpanan
serta
pemakaian
Harus
diberi
warna
untuk
perlindungan
panas,
memerlukan
perawatan khusus, jika
sobek harus ditambal
dan
harus
dibebani
untuk mencegah agar
tidak tertiup angin
WIKA BETON
Lapisan
Waterproof
Perlindungan sempurna
dan
mencegah
pengeringan
Plastik film
Kedap
air
absolut,
perlindungan sempurna,
ringan
dan
mudah
dipakai
baik
pada
struktur dengan bentuk
sederhana maupun rumit
IV-29
Pelaksanaan
WIKA BETON
a. Beton (selain beton kuat awal tinggi) harus dirawat pada suhu diatas 10
o
C dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya 7 hari setelah
pengecoran kecuali jika dirawat sesuai Poin c.
b. Beton kuat awal tinggi harus dirawat pada suhu diatas 10 oC dan dalam
kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 3 hari pertama kecuali
jika dirawat sesuai Poin c.
c. Perawatan dipercepat
o Percepatan waktu perawatan harus memberikan kuat tekan beton
pada tahap pembebanan yang ditinjau sekurang-kurangnya sama
dengan kuat rencana perlu pada tahap pembebanan tersebut.
o Proses perawatan harus sedemikian hingga agar beton yang
dihasilkan mempunyai tingkat keawetan paling tidak sama dengan
yang dihasilkan dengan metode perawatan pada Poin a dan b.
o Bila diperlukan pengawas lapangan, dapat dilakukan penambahan uji
kuat tekan beton dengan merawat benda uji di lapangan sesuai
dengan Subbab 7.6(4) SK SNI 03-2847-2002 untuk menjamin bahwa
proses perawatan yang dilakukan telah memenuhi persyaratan
IV-30
Pelaksanaan
Rencana
Modifikasi atas
perencanaan
Membandingkan
Dengan rencana
Melaksanakan
tindakan perbaikan
Pelaksanaan
WIKA BETON
PENGUJIAN
Selama proses
Variabilitas:
suatu besaran yang menyatakan rata-rata penyimpangan mutu beton
dari sejumlah benda uji (data test) dibandingkan dengan rata-rata mutu
beton yang bisa dicapai dan dinyatakan sebagai DEVIASI (lihat
Gambar 4.13)
Hal-hal yang menyebabkan deviasi adalah perbedaan-perbedaan pada:
z Karakteristik masing-masing bahan dasar
z Praktek penimbangan, proporsi campuran, pembuatan benda uji,
peralatan pengadukan, pengadukan, pengangkutan, penuangan, dan
perawatan
z Pembuatan, pengujian, dan perlakuan terhadap benda uji
Deviasi tinggi menunjukkan kurangnya tingkat pengendalian kualitas
material, pelaksanaan pekerjaan dan pengujian
IV-31
Pelaksanaan
WIKA BETON
IV-32
Pelaksanaan
Benda uji yang dipakai untuk penentuan kuat tekan beton menurut PBI
1971 adalah benda uji kubus bersisi 15 cm ( 0.06 ) cm pada umur 28 hari.
Sedangkan pemakaian benda uji kubus bersisi 20 MENURUT PB 89 :
Menurut PB89 benda uji yang disyaratkan untuk pengujian mutu beton
adalah benda uji silinder dengan ukuran 15 x 30 cm, sedangkan pemakaian
benda uji kubus ukuran 15 x 15 x 15 cm masih diperkenankan dengan
korelasi tegangan yang dihasilkan adalah :
WIKA BETON
IV-33
Pelaksanaan
Volume
Beton
Lebih dari
atau sama
dengan 60
m3
Catatan
WIKA BETON
2
Kurang dari
60 m3
Unutk keperluan
evaluasi mutu beton
Evaluasi sesuai pasal
sub bab 1.d.
Jumlah benda uji untuk setiap sampling disesuaikan dengan spesifikasi atau
persyaratan dalam kontrak atau kebutuhan tertentu terkait untuk tahapan waktu
pengujian (7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari atau 56 hari)
IV-34
Pelaksanaan
WIKA BETON
cone
shear
columnar
catatan : hasil pelaksanaan yang benar adalah bentuk cone. Bentuk selain
itu mengindikasikan ada penyimpangan pada benda uji atau mesin tekannya
EVALUASI HASIL UJI TEKAN
1. BERDASARKAN PBI 1971 :
a. Jumlah benda uji kubus minimal 20 buah
b. bk bm k.SD, dimana nilai k = 1,68 untuk jumlah benda uji kubus 20
buah dengan prosentase kegagalan 5%
dimana :
bk = kuat tekan beton karakteristik yang disyaratkan
bm = kuat tekan beton rata-rata yang dicapai
k = faktor pengali deviasi, sangat tergantung kepada jumah benda uji
dan tingkat kepercayaan
SD = standar deviasi yang terjadi dari sekumpulan hasil tes benda uji
pada umur dan periode tertentu.
IV-35
Pelaksanaan
SD =
(bm - b )
n-1
Dimana :
n
b
c. Jumlah benda uji dengan nilai kuat tekan ( b ) < bk maksimum 1 buah
d. Nilai rata-rata dari 4 buah benda uji berurutan bk + 0,82.SD
e. bmax - bmin dari 4 buah benda uji berturut-turut kurang dari 4.3 SD
BERDASARKAN PB 1989 / ACI 318 / ASTM C-39 :
- Benda uji direkomendasikan berbentuk silinder 15 x 30 cm
- Satu data terdiri dari nilai rata-rata 2 buah benda uji silinder
- Nilai rata-rata dari 3 buah data yang berurutan tidak boleh lebih kecil dari fc
fc fc - 500 Psi
WIKA BETON
Yes
OK
b > 80% bk
Yes
(bila memungkinkan)
No
Ditentukan bersama dengan konsultan, misal:
- Uji Beban Langsung
Gambar 4.14 Diagram Pemeriksaan Mutu Beton di
Lapangan
DITERIMA
IV-36
Pelaksanaan
WIKA BETON
yang
akan
agar
yang
akan
(baik
d. NEW QC
Mengintegrasi data-data yang disimpan dan dianalisis dengan ketiga
program diatas
e. MIXEVAL
Dapat menyeleksi campuran-campuran mana yang paling efisien untuk
dibuat
f. ERLIEST
Berdasarkan temperatur yang terekam dapat menampilkan equivalent
age specimen yang dites untuk memprediksi kuat tekan pada umur
yang dikehendaki
IV-37
WIKA BETON
V-0
5.1 RETAK/CRACK
Suatu kondisi dimana keadaan monolit dari suatu
struktur/penampang beton tidak monolit lagi
WIKA BETON
Sebelum
Pengerasan
Plastis
Pergerakan
Selama
Masa
Konstruksi
Fisik
Plastis
Sesudah
Pengerasan
Suhu
Pergerakan formwork
Pergerakan lapisan tanah dibawahnya
Aggragate yang dapat menyusut
Drying shrinkage
Crazing
Berkaratnya tulangan
Reaksi Alkali-Agregate
Cement carbonation
Siklus beku-cair
Pengaruh eksternal dari musim
Variasi suhu
Early thermal contraction:
External restraint
Perbedaan suhu internal
V-1
Faktor-faktor yang
Contraction Crack:
berpengaruh
terhadap
Early
WIKA BETON
Thermal
Type agregat
Penulangan
Terdapatnya konsentrasi tegangan yang tinggi
Tinggi pada penampang
Ada tidaknya movement joint untuk
mengakomodasi external
restraints
Perbedaan temperatur antara penampang luar beton dengan bagian
dalamnya
V-2
WIKA BETON
0.41
0.30
0.18
0.15
0.10
V-3
Batasan Retak:
Sesuai CP 110, lebar retak maksimum 0,3 mm (segi
estetika)
Sesuai BS 537, lebar retak dibatasi (segi kekedapan air):
0,1 mm untuk lokasi basah dan kering silih berganti
0,2 mm untuk lokasi lain
WIKA BETON
V-4
c. Retak Plastis
Adalah retak yang terjadi pada beton saat beton itu masih dalam
proses pengikatan (plastis) dan terjadi karena fenomena bleeding yang
berbeda. Terjadi setelah 1-8 jam setelah selesai pengecoran dan
pemadatan.
JENIS RETAK PLASTIS:
BLEEDING
Naiknya air campuran beton ke permukaan saat dan segera setelah
selesai pemadatan.
WIKA BETON
Rate of evaporation
Penggunaan retarder
Temperatur
Ketebalan potongan
V-5
Retak
plastis
Retak
plastis
Penampang
Struktur
WIKA BETON
Crack
surface concrete
steel
void
V-6
retak
retak
Penampang
struktur beton
Penampang
struktur beton
WIKA BETON
Gambar 5.3 Contoh Plastic Settlement Crack3
Re-vibration:
Melaksanakan pemadatan ulang dengan cara
vibrasi/penggetaran segera setelah beton membentuk dan
masih dalam tahap setting time awal
V-7
400
300
200
100
0
Tensile
strain
capacity
x 10E-6
2
4
Time : hours
Shrinkage
strain
x 10E-6
swelling
3000
2000
1000
0
- 1000
8 10
7
days
Bleed
Bleeding
(mm)
SH
WIKA BETON
Shrinkage crack
Permukaan beton
Shrinkage crack
Permukaan beton
V-8
WIKA BETON
o
o
V-9
c. Keropos
o Dibobok bagian yang keropos sampai bersih (sampai ketemu beton
yang keras)
o Dibersihkan dengan sikat dan disiram
o Pasang bekisting dengan bentuk yang dikehendaki, lalu dicor dengan
Sikagrout 215
o Dikeringkan dan digerinda supaya rata
o Dipoles dengan acian pewarnaan
o Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa
WIKA BETON
V-10
WIKA BETON
V-11
WIKA BETON
V-12
WIKA BETON
V-13
Tabel 5.3 Aplikasi Acian Pewarnaan Untuk Tutup Lubang Bekas TieRod Parapet
Jenis
No.
Material
Peralatan
Acian Pewarnaan
Cacat/Kerusakan
1.
Tutup lubang bekas
Sikadur 741
Gerinda mangkok
Sikadur 741:
tie-rod parapet dan
Sendok semen
1kg Sika warna abu-abu
pewarnaannya
Kape
2kg Sika warna putih
Amplas
3kg Sika pasir
Kuas cat
Kain lap
perbandingan 1:2:3
Ember
Kain/busa
WIKA BETON
V-16
Keterangan
Aplikasi
82
lubang
(struktur parapet)
Tabel 5.4 Aplikasi Acian Pewarnaan Untuk Udara Terperangkap Besar dan Tali Air/Lubang Akibat Udara Terperangkap
Kecil
Jenis
No.
Material
Peralatan
Acian Pewarnaan
Keterangan
Cacat/Kerusakan
1.
Udara terperangkap Semen putih
Gerinda mangkok 400g semen putih (tiga roda)
Aplikasi 2.40m
dan pewarnaannya
Semen biasa (Tipe Sendok semen
200g semen biasa(tiga roda)
(struktur parapet)
(alternatif 1)
1)
Kape
400g air bersih
Air
Amplas
perbandingan 2:1:2
Kuas cat
Kain lap
Ember
Kain/busa
2.
Udara terperangkap Semen putih
Gerinda mangkok 1800g semen putih (tiga roda) Aplikasi 2.40m
dan pewarnaannya
Semen biasa (Tipe Sendok semen
600g semen biasa (gresik)
(struktur parapet)
(alternatif 2)
1)
Kape
1500g air bersih
Air
Amplas
perbandingan 3:1:2.5
Kuas cat
Kain lap
Ember
Kain/busa
3..
Udara terperangkap Semen putih
Gerinda mangkok 1800g semen putih (tiga roda) Aplikasi 10.00m
dan pewarnaannya
Semen biasa (Tipe Sendok semen
600g semen biasa (gresik)
(struktur parapet)
(alternatif 3)
1)
Kape
1500g air bersih
Air
Amplas
perbandingan 3:1:2.5
Kuas cat
Kain lap
Ember
Kain/busa
WIKA BETON
V-17
Acian Pewarnaan
Aplikasi panjang
Tahap 1:
100cm dan lebar
Sikadur 741:
0.5kg Sika warna abu- 30cm
abu
1kg Sika warna putih
1.5kg Sika pasir
perbandingan 1:2:3
WIKA BETON
V-18
Keterangan
Pengenalan SCC
WIKA BETON
VI-0
Pengenalan SCC
6.1 PENDAHULUAN
Self-compacting concrete (SCC) adalah sebuah beton yang inovatif yang tidak
memerlukan penggetaran saat penuangan dan pemadatan. SCC mampu mengalir
dibawah pengaruh berat sendirinya (hanya dengan mengandalkan gravitasi), mengisi
formwork secara menyeluruh dan mencapai pemadatan penuh, bahkan dalam
keadaan tulangan yang sangat rapat. Beton yang telah mengeras memiliki struktur
yang rapat, homogen dan memiliki sifat-sifat serta daya tahan seperti beton yang
dipadatkan secara konvensional.
Keuntungan penggunaan SCC dibandingkan beton yang dipadatkan secara
konvensional:
1. Mempercepat masa konstruksi, karena waktu penuangan yang lebih cepat dan
dapat langsung mengisi celah antar tulangan yang rapat
2. Homogenitas yang tinggi, jumlah rongga yang minimal dan kekuatan beton yang
seragam (sehingga memberikan hasil akhir dan daya tahan yang tinggi), karena
memiliki fluiditas dan ketahanan segregasi yang lebih baik dibandingkan beton
normal
3. Kuat awal yang lebih tinggi, waktu pelepasan cetakan yang lebih cepat, karena
memiliki rasio air-semen yang lebih rendah dari beton normal
4. Dapat dipompa hingga jarak yang lebih jauh, karena memiliki daya alir tinggi dan
daya penahan segregasi yang lebih baik dari beton normal
5. Permukaan yang dihasilkan lebih halus, karena mengalir dengan baik dan
mempunyai permukaan nyaris horisontal setelah dialirkan
6. Mengurangi paparan terhadap kebisingan dan penggetaran yang dialami oleh
pekerja dan lingkungan
7. Lebih tahan terhadap resiko thermal cracking akibat panas dibandingkan beton
normal
WIKA BETON
Kombinasi antara pelaksanaan yang mudah dan performance yang baik serta
keuntungan dalam kesehatan dan keselamatan kerja, membuat SCC menjadi solusi
yang sangat menarik bagi industri beton pracetak maupun konstruksi teknik sipil
umumnya. SCC sering digunakan sebagai salah satu alternatif pemakaian beton
normal pada:
1. Pembetonan struktur dengan tulangan rapat, terutama pada struktur-struktur
penahan beban dinamis
2. Pembetonan dengan banyak lokasi maupun titik-titik yang sulit dijangkau,
misalnya: cetakan dengan bentuk yang rumit dan pile
3. Kepentingan arsitektural, untuk menghasilkan permukaan yang sempurna tanpa
lubang dan retak-retak
4. Struktur yang terekspos kondisi cuaca buruk sehingga memerlukan durabilitas
yang lebih tinggi
VI-1
Pengenalan SCC
WIKA BETON
1. Kuat tekan
Untuk SCC biasanya memiliki kuat tekan yang sedikit lebih tinggi dari beton
normal dengan FAS yang sama. Hal ini diakibatkan ikatan yang lebih baik antara
agregate dan pasta yang telah mengeras, karena tidak adanya penggetaran.
2. Kuat tarik
Besarnya kuat tarik pada SCC dapat diasumsikan sama dengan beton normal,
karena volume pasta (semen+agregat halus+air) tidak memiliki efek yang
signifikan terhadap kuat tarik
3. Modulus elastisitas
SCC memiliki modulus elastisitas yang sedikit lebih rendah dari beton biasa
karena memiliki pasta semen yang lebih banyak dari beton biasa
Karena bagian terbesar dari beton adalah agregatnya, maka jenis dan jumlah
agregat sebagaimana juga nilai modulus elastisitasnya (E) memiliki pengaruh
terbesar. Memilih agregat dengan nilai E yang makin tinggi akan membuat E
beton juga makin tinggi
Semakin tinggi volume pasta semen, semakin rendah nilai E
4. Rangkak
SCC memiliki koefisien rangkak yang lebih besar akibat volume pasta semen
yang lebih banyak dibandingkan beton biasa dengan kekuatan yang sama
Semakin tinggi kekuatan beton, rangkak semakin berkurang
Jika menggunakan semen dengan kemampuan hidrasi yang lebih cepat akan
memiliki kekuatan yang lebih tinggi saat pembebanan, memiliki rasio
stress/strength yang lebih rendah dan rangkak yang makin berkurang pula
VI-2
Pengenalan SCC
5. Susut
Susut pada SCC lebih kecil dibandingkan beton normal karena FAS-nya lebih
rendah
Semakin tinggi volume agregat, susut semakin berkurang
Semakin tinggi nilai modulus elastisitas agregat (E), susut semakin berkurang
Semakin kecil ukuran agregat maksimum (yang berarti volume pasta semen
semakin besar), semakin besar susutnya
6. Koefisien ekspansi thermal
Menggunakan agregat dengan koefisien ekspansi thermal yang rendah, akan
mengurangi koefisien ekspansi thermal dari beton yang dihasilkannya juga
7. Lekatan terhadap tulangan
Dibandingkan beton biasa dengan kuat tekan yang sama, SCC memiliki fluiditas
dan kohesi yang lebih baik, sehingga memiliki ikatan dengan tulangan yang lebih
kuat. Sedangkan beton biasa sering mengalami kegagalan untuk meyelimuti
tulangan secara menyeluruh akibat segregasi dan bleeding saat penuangan
maupun sebelum mengeras
8. Kapasitas gaya geser pada bidang pengecoran
Permukaan SSC yang telah mengalami pengerasan agak lebih halus dan
impermeabel/tidak tembus air, oleh karena itu kapasitas gaya geser antara lapis
pertama dan kedua lebih rendah dari beton yang dipadatkan dengan penggetaran
konvensional dan tidak mampu menahan gaya geser. Oleh karena itu perlu
diberikan perawatan untuk permukaannya, misalnya retarder permukaan,
penyikatan atau dengan membuat permukaan menjadi kasar
WIKA BETON
VI-3
Pengenalan SCC
SCC bila dikerjakan dengan benar akan bebas dari kerugian-kerugian pemadatan
tersebut dan menghasilkan suatu material beton yang memiliki permeabilitas yang
seragam dan rendah, sehingga hanya memiliki sedikit kelemahan terhadap
lingkungan yang merugikan dan karenanya memberikan durabilitas yang lebih baik.
WIKA BETON
VI-4
Pengenalan SCC
a. Daya Alir
Daya alir akan makin tinggi jika penggunaan superplasticiser juga makin tinggi. Daya
alir seringkali dinyatakan dengan slump-flow. Slump-flow yang terlalu tinggi akan
menyebabkan segregasi. Dibawah ini adalah acuan pembagian nilai slump-flow
berdasarkan tujuan penggunaan (The European Guidelines for SCC, May 2005)
Tabel 6.2 Klasifikasi Slump-flow dan Aplikasinya
Nilai Slump-flow
Kategori
Rentang Aplikasi di Lapangan
(mm)
Struktur beton tanpa tulangan/sedikit tulangan,
misal: slab lantai
Pengecoran dengan sistem injeksi pompa,
SF1
550-650
misal: lapis terowongan
Bagian yang cukup kecil untuk mencegah aliran
horisontal yang terlalu panjang, misal: pile dan
beberapa jenis pondasi dalam
Cocok untuk hampir semua penggunaan dengan
SF2
660-750
kondisi normal, misal: tembok, kolom
SF3
WIKA BETON
760-850
Untuk kasus-kasus khusus yang memerlukan slump lebih tinggi daripada 850 mm,
pengawasan harus diberikan untuk mencegah segregasi dan ukuran maksimum
agregat sebaiknya kurang dari 12 mm.
Slump-flow Test
VI-5
Pengenalan SCC
dimensi dalam mm
b. Kekentalan
Nilai hasil pengujian tidak secara langsung mengukur kekentalan SCC, tapi masih
berhubungan dengan kekentalan tersebut, yaitu dengan mendeskripsikan kecepatan
alir. Pengukuran T500 ketika mengadakan pengujian slump-flow dapat menjadi
sebuah cara untuk memastikan keseragaman SCC dari batch satu ke batch lainnya.
T500 adalah waktu yang diperlukan oleh adukan SCC pada saat pengujian slump-flow
untuk menyebar hingga diameter rata-rata 500 mm tanpa mengalami segregasi.
WIKA BETON
dimnsi dalam mm
VI-6
Pengenalan SCC
WIKA BETON
c. Passing Ability
Passing ability adalah kapasitas adukan beton segar untuk mengalir melalui ruang
yang terbatas dan celah sempit, misalnya daerah tulangan yang rapat tanpa
segregasi, kehilangan keseragaman atau blocking
Tabel 6.4 Klasifikasi Passing Ability dan Aplikasinya
Kategori
Passing Ability
Aplikasi di Lapangan
PA1
0.80 dengan 2
Struktur dengan gap 80-100 mm (bangunan
rumah, struktur vertikal)
rebar
PA2
0.80 dengan 3
Struktur dengan gap 60-80 mm (bangunan
infrastruktur/sipil)
rebar
Bagian yang paling menentukan adalah gap terkecil yang melaluinya SCC harus
mengalir secara kontinu untuk mengisi cetakan.
Untuk slab tipis dimana gap lebih besar dari 80 mm dan struktur lainnya dimana gap
lebih besar dari 100 mm, passing ability tidak perlu ditentukan.
Untuk struktur kompleks dengan gap lebih kecil dari 60 mm, trial dengan membuat
mock-up sangatlah penting.
VI-7
Pengenalan SCC
WIKA BETON
dimensi dalam mm
VI-8
Pengenalan SCC
WIKA BETON
VS2
VF2
Daya tahan
segregasi/passing
ablility
ramp
tembok
dan piles
VS1 atau 2
VF1 atau 2 /nilai
yg ditargetkan
VS1
VF1
struktur tinggi
dan slender
SR perlu diuji
untuk SF2 dan 3
SF2
Slump-flow
Passing ability
perlu diuji untuk
SF1 dan SF2
SR perlu diuji
untuk SF3
SF3
Tabel diatas hanya mengemukakan parameter dasar dan kategori hasil pengujian
yang dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penerapan. Pembagian
diatas belum memperhitungkan kondisi batas, bentuk geometri elemen, metode
pengecoran dan karaktristik material yang digunakan dalam campuran beton. Diskusi
dapat diadakan dengan pengada beton sebelum pengambilan keputusan tentang
spesifikasi akhir.
VI-9
Pengenalan SCC
WIKA BETON
3. Agregat Halus
Persyaratan agregat halus juga hampir sama dengan beton normal, perbedaan
terletak pada lebih banyaknya kandungan agregat halus dan lebih kecil/lebih
halus ukuran agregat halusnya dibanding beton normal.
Ukuran partikel yang lebih kecil dari 0.125 mm harus dianggap sebagai agregat
halus dan dihitung dalam rasio air-powder. Agregat yang baik adalah agregat
yang memiliki gradasi optimum (tak seragam/memiliki semua ukuran)
4. Admixture/Bahan Tambahan Kimiawi
Komponen yang paling penting untuk SCC adalah superplasticiser atau high
range water reducing admixtures.
Bahan campuran untuk memodifikasi kekentalan (VMA:Viscosity Modifying
Admixtures) dapat pula digunakan untuk membantu mengurangi segregasi
dan sensitivitas campuran akibat variasi dalam bahan penyusunnya, terutama
kandungan airnya.
VI-10
Pengenalan SCC
Inert/semi-inert
TIPE II
Pozzolanic
Hydraulic
6. Serat/Fibre
Serat metalik dan polymer dapat digunakan dalam pembuatan SCC, tetapi
mengurangi daya alir dan passing ability. Harus dicatat bahwa menggunakan
SCC dengan serat pada struktur dengan penulangan normal dapat secara
signifikan meningkatkan resiko blokade terhadap aliran SCC.
WIKA BETON
6.4 Mix-design
Prinsip Mix-design
Agar dapat dicapai sifat-sifat adukan segar SCC yang diinginkan, prinsip-prinsip
mendasar ini harus dimengerti:
Fluiditas dan kekentalan pasta disesuaikan dan diseimbangkan melalui pemilihan
dan perbandingan yang akurat, dengan membatasi rasio air-agregat halus dan
dengan menambah superplasticiser dan (fakultatif) viscosity modifying
admixtures/VMA. Komponen SCC tersebut harus dikontrol dengan benar, ukuran
yang sesuai dan interaksinya adalah kunci pencapaian filling ability, passing
ability dan daya tahan terhadap segregasi.
Untuk mengontrol kenaikan temperatur, thermal shrinkage crack dan kekuatan,
kandungan agregat termasuk agregat halus diperbolehkan untuk mengandung
aditif tipe I dan II dengan komposisi yang signifikan agar kandungan semen tetap
berada dalam level yang dapat diterima.
Pasta adalah sarana bagi pergerakan agregat, oleh karena itu volume pasta
harus lebih besar dari volume rongga pada agregat sehingga semua partikel
agregat individual dilapisi oleh lapisan pasta secara menyeluruh, pasta juga
berfungsi sebagai pelumas. Hal ini meningkatkan fluiditas dan mengurangi
gesekan antar agregat.
VI-11
Pengenalan SCC
Rasio agregat kasar terhadap agregat halus dikurangi, sehingga partikel agregat
kasar individual dilapisi lapisan mortar secara menyeluruh. Hal ini mengurangi
ikatan/interlock antar agregat kasar saat beton melewati celah sempit atau celah
antar tulangan serta meningkatkan passing ability yang dimiliki SCC.
Prinsip-prinsip tersebut menghasilkan beton yang jika dibandingkan dengan beton
biasa akan memiliki perbedaan dalam hal:
Kandungan agregat kasar yang lebih rendah
Kandungan pasta semen yang lebih tinggi
Rasio air-powder yang rendah
Penggunaan superplasticiser yang lebih banyak
Dapat pula menggunakan viscosity modifying admixture
Mix-design Dasar
Mix-design biasanya menggunakan volume sebagai parameter kunci, karena
sangatlah penting untuk mengisi rongga-rongga diantara partikel agregat.
Tidak ada standar khusus untuk mix desain SCC dan beberapa institusi akademik,
produsen admixture, ready-mix, beton pracetak dan kontraktor biasanya
mengembangkan perbandingan komposisi mereka sendiri. Beberapa pustaka
tentang mix-design dapat ditemukan dalam beberapa pustaka berikut:
www.efnarc.org
Okamura H and Ozawa K. Self-compactable high performance concrete.
International Workshop on High Performance Concrete. American Concrete
Institute; Detroit. 1994, pp31-44.
WIKA BETON
VI-12
Pengenalan SCC
Bennenk, H. W. & J.Van Schiindel: The mix design of SCC, suitable for the
precast concrete industry. Proceedings of the BIBM Congress, 2002 Istanbul,
Turkey.
Billberg, P. Mix design model for SCC (the blocking criteria). Proceedings of the
first North American conference on the design and use of SCC, Chicago 2002.
Tabel 5.8 memberikan rentang umum kandungan unsur-unsur pokok SCC
berdasarkan berat dan volume. Perbandingan ini tidak bernilai mutlak dan dalam
kasus-kasus tertentu, salah satu unsur pembentuk SCC dapat berada di luar rentang
ini.
Tabel 6.8 Rentang Umum Komposisi Campuran SCC
Rentang Umum
Komponen
Berdasarkan Massa
Berdasarkan Volume
(kg/m3)
(liter/m3)
380-600
Powder
Pasta
300-380
Air
150-210
150-210
Agregat Kasar
750-1000
270-360
Tergantung pada volume bahan penyusun lainnya,
Agregat Halus (Pasir)
biasanya 48-55% total berat agregat
Rasio air-powder
0.85-1.10
(berdasarkan volume)
WIKA BETON
VI-13
Pengenalan SCC
Tidak memuaskan
Memuaskan
Mengecek dan menyesuaikan
performance melalui trial di
lapangan atau di tempat
pengadukan
WIKA BETON
Gambar 6.5 Prosedur Mix-design
Jika performance yang diharapkan tidak terjadi atau hasil tidak memuaskan,
campuran dapat didesain ulang. Tergantung pada permasalahan yang muncul, satu
dari beberapa tindakan dibawah ini mungkin dapat diambil:
Sesuaikan rasio semen-powder dan rasio air-powder, kemudian ujilah daya alir
dan sifat-sifat pasta yang lainnya
Cobalah berbagai macam aditif (jika memungkinkan)
Sesuaikan komposisi agregat halus dan dosis superplasticiser
Pertimbangkanlah kemungkinan penggunaan viscosity modifying agent untuk
mengurangi sensitivitas adukan
Sesuaikan komposisi dan gradasi agregat kasar
VI-14
Pengenalan SCC
6.5
Ada beberapa hal yang membutuhkan perlakuan berbeda dengan beton biasa.
Vibrasi atau Penggetaran
Penggetaran untuk SCC biasanya tidak diperlukan, selain itu penggetaran akan
menyebabkan settlement yang signifikan dari agregat kasar. Jika kepadatan yang
diinginkan tidak tercapai, beton harus dicek kesesuaiannya terhadap spesifikasinya
terlebih dahulu. Jika ternyata telah sesuai tetapi kepadatan penuh tetap belum
tercapai, pertimbangan untuk merubah spesifikasi dapat dipakai.
Tetapi ada beberapa jenis pekerjaan dimana kontrol yang akurat dan penggetaran
ringan mungkin diperlukan:
Pada beberapa struktur tertentu , dimana bentuk formwork dapat menyebabkan
udara terperangkap pada lokasi tertentu. Hal ini dapat ditangani dengan
pemadatan manual lokal pada area tersebut
Slab, terutama yang menggunakan SCC dengan kelas slump-flow yang rendah,
mungkin memerlukan tamping ringan atau screed bar yang bergetar dengan
sangat lembut untuk meratakan permukaan, agar bebas dari tonjolan agregat
kasar
Pengecoran yang tertunda, jika permukaan SCC yang telah di cor sebelumnya
telah timbul kerak atau kaku sehingga nantinya cold-joint atau cacat permukaan
dapat terbentuk.
WIKA BETON
Curing
Permukaan atas SCC dapat mengering dengan cepat karena jumlah pasta semen
yang lebih banyak, rasio air-agregat halus yang lebih rendah dan kurangnya air
akibat bleeding di permukaan beton. Perawatan beton awal harus dimulai sesegera
mungkin setelah pengecoran dan finishing awal yang bertujuan untuk
meminimalisasi resiko timbulnya kerak di permukaan dan retak akibat susut pada
umur awalnya.
VI-15
Pengenalan SCC
6.6
Pada tabel-tabel dibawah ini akan diuraikan cacat-cacat yang mungkin timbul setelah
pengecoran SCC. Perbaikan cacat untuk SCC ini dapat pula dipakai untuk beton
biasa dengan pemadatan konvensional, tetapi cacat-cacat tertentu lebih mudah
dihindari jika menggunakan SCC karena sifat dasar yang dimilikinya. Penting untuk
dicatat bahwa cacat permukaan seperti burik dan cacat permukaan lainnya akan
mempengaruhi tampilan permukaan beton, cacat lain seperti keropos, lapis antar
penuangan yang tidak kontinu, pengelupasan dan retak akan mempengaruhi
integritas beton.
Tabel 6.9 Cacat Keropos seperti Sarang Lebah
Jenis Cacat
Sebab Utama
pasta atau
agregat halus
yang kurang
Honeycomb
ing/Keropos
seperti
sarang
lebah
beton mengalami
segregasi akibat
kekentalan
plastis yang
terlalu rendah
Pencegahan atau
Perbaikan
Sebab Praktis
kandungan pasta/agregat
halus yang rendah
gradasi yang tidak sesuai
ukuran agregate terlalu
besar dibandingkan
dengan ruang yang
tersedia
beton tidak
mampu mengisi
kebocoran cetakan
cetakan secara
menyeluruh
Sebab Fisik: filling ability yang kurang
passing ability yang kurang
stabilitas beton yang kurang
slump-flow yang terlalu rendah/waktu T500 yang lama
segregasi agregat kasar/pasta
meningkatkan kandungan
agregat halus, gunakan
minimal 450 kg
powder/m3
tambahkan air entraining
gradasi yang kontinu
ukuran agregat
maksimum dibuat lebih
kecil
periksa integritas cetakan,
terutama di bagian
joint/sambungan
WIKA BETON
Scaling/
Gumpil/
Mengelupas
Sebab Utama
Lapis permukaan
hanya
mengandung
agregat halus
dan telah
mengeras terlalu
cepat
Sebab Praktis
tanpa atau dengan
perawatan/curing yang terbatas
Pencegahan
atau Perbaikan
berikan
perawatan beton
yang layak sesuai
dengan kondisi
yang terjadi
meningkatkan
kandungan
powder
penggunaan VMA
tambahkan air
entraining
admixture
VI-16
Pengenalan SCC
Sebab Praktis
udara
terperangkap
Blow
air terperangkap
Holes/Burik
Pencegahan atau
Perbaikan
mengurangi agregat
halus
tingkat penggunaan
yang minimal dan rata
pastikan permukaan
cetakan telah bersih
penggunaan geo-textile
form liner akan
membantu menyerap
udara
pastikan debit
pengecoran yang tetap
batasi jarak pengaliran
hingga sejauh 5 m
tambahkan panjang
jarak pengaliran hingga
1m
perkecil tinggi jatuh
hingga <1 m
gunakan soft-wall tremie
saat pengecoran di
tempat yang dalam
memompa dari dasar
kearah atas akan
membantu memaksa
udara keluar
kurangi suhu beton
hingga dibawah 25oC
rencanakan kecepatan
pengantaran beton dan
sumber daya lapangan
untuk memastikan
kontinuitas pengecoran
produsen beton:
perbaikan cara
penyimpanan, gunakan
sesuai tanggal produksi
dan rotasi
stok/persediaan
mengurangi dosis VMA
me-review proporsi
adukan
gunakan VMA atau air
entraining
WIKA BETON
pelumas cetakan
yang
terperangkap
me-review waktu
pengadukan
menilai kesesuaian
admixture& semen jauh
sebelum masa produksi
VI-17
Pengenalan SCC
Pembentukan
kerak di
permukaan
menghalangi
penggabungan
monolit antar
lapisan beton
yang dicor secara
berturutan
Sebab Praktis
pengantaran beton
dengan rentang waktu
yang terlalu dekat
benton mengeras dengan
cepat
suhu udara yang tinggi
segregasi agregat kasar
Pencegahan atau
Perbaikan
pengecoran menerus:
tanpa berhenti
pengujian awal:
pengerasan yang lebih
cepat tidak boleh terjadi
suhu beton yang
diijinkan adalah lebih
rendah dari 25oC
review perbandingan
campuran
kurangi jarak pengaliran
kurangi kandungan
agregat halus/powder
Sebab Utama
Sebab Praktis
Pencegahan atau
Perbaikan
mengurangi kecepatan
pengecoran untuk
mengurangi tekanan
hidrostatis
menggunakan VMA
untuk meningkatkan
kekentalan
desain ulang formwork
perbaharui cetakan
bersihkan permukaan
cetakan sebelum
pengecoran
percobaan untuk
menentukan bahan
pelumas/pelepas
cetakan yang paling
tetap
mengaplikasikan dengan
kecepatan yang benar,
dengan peralatan yang
tepat
tambahkan jumlah
superplasticiser atau
gunakan VMA
WIKA BETON
kecepatan pengecoran
yang tinggi atau desain
cetakan yang lemah
Permukaan
hasil
pengecoran
yang
sangat
jelek dan
tidak rata
deformasi cetakan
finger-prints dari
permukaan
cetakan ke
permukaan beton
VI-18
Pengenalan SCC
Sebab Praktis
suhu yang terlalu rendah
Variasi
warna
dimensi
permukaan yang
terlalu panjang
efek perlambatan
pengikatan awal dari
admixture atau
pelumas/pelepas cetakan
perbedaan
adukan
perubahan kecepatan
penuangan
plastic curing membrane
tidak semuanya melapisi
beton secara menyeluruh
Pencegahan atau
Perbaikan
menjaga suhu beton dan
bagian dalam cetakan
selama musim dingin
meningkatkan
kekentalan dengan
menambah agregat
halus atau
pertimbangkan
penggunaan VMA
pemilihan admixture
dengan hati-hati untuk
memperpanjang masa
layan
mengurangi kandungan
air atau plasticiser
pertimbangkan
kemungkinan pemakaian
accelerator ringan
pengecoran menerus
pastikan kontak yang
konsisten
WIKA BETON
Tali air
Sebab Praktis
Pencegahan atau
Perbaikan
pertimbangkan untuk
menggunakan VMA
meningkatkan
kekentalan dengan
menambahkan agregat
halus
gunakan bahan
tambahan air entraining
untuk mengatasi
distribusi ukuran partikel
yang jelek
VI-19
Pengenalan SCC
pengeringan yang
terlalu cepat
Retak
plastis
sedimentasi
perubahan posisi
tulangan
perbedaan kondisi yang
ekstrim (suhu,
kelembaban, angin, dll)
pengecoran dimensi tinggi
dengan posisi tulangan
dekat permukaan
Sebab Fisik: susut akibat pengeringan
stabilitas beton yang buruk
Pencegahan atau
Perbaikan
mulailah perawatan
sesegera mungkin
setelah
pengecoran/finishing
awal
perawatan beton yang
sesuai dengan kondisi
menambal retak plastis
tersebut sebelum beton
mengeras
meningkatkan
kandungan powder
menggunakan VMA
menggunakan bahan
tambahan air entraining
perawatan beton
disesuaikan kondisi yang
berlaku
redesain ukuran selimut
beton
WIKA BETON
VI-20
WIKA BETON
VII-0
7.1 PENDAHULUAN
Beton pracetak/precast concrete adalah produk beton yang dicor dan dirawat di
tempat lain yang berbeda dengan posisi akhir pemasangannya.
WIKA BETON
Jenis, spesifikasi dan dimensi dari beberapa beton pracetak produksi PT Wijaya
Karya Beton dapat dipakai sebagai salah satu bahan pertimbangan pemilihan produk
sesuai kebutuhan proyek, dapat dilihat pada Lampiran 1 Spesifikasi Produk Beton
Pracetak PT Wijaya Karya Beton.
VII-1
PC Voided Slabs
WIKA BETON
PC Piles
VII-2
PC I-Girders
WIKA BETON
VII-3
WIKA BETON
Triangular PC Piles
VII-4
PC Sleepers
WIKA BETON
PC Pipes
VII-5
Agregat
NI 2 PBI-1971
SII 0013-1981
Semen
SII 0013-1984
ASTM C494-1985
Admixture
Standard
Product: NI 2
PBI-1975
Indonesian
Concrete Codes
Special Order:
JIS A 5309-1981
Prestressed Spun
Concrete Poles
Concrete
Compressive
Strength
NI 2 PBI-1971
Indonesian
Concrete Codes
Keterangan
Umum
Umum
Standard
Product: tipe I
Special Order:
tipe II atau V
Umum
Standard
Product: tipe I
Special Order:
tipe II atau V
Reinforced Concrete
Pipes
Tipe A: Water
reducing admixture
Tipe F: Water
Reducing
Admixture
WIKA BETON
ASTM C494-1990
Standard
Specification for
Concrete
Aggregates
Indonesian
Concrete Codes
Mutu dan Cara uji
Semen Portland
(Quality and Test
Method of
Portland
Cements)
Mutu dan Cara uji
Semen Portland
(Quality and Test
Method of
Portland
Cements)
Standard
Specification for
Chemical
Admixtures for
Concrete
Standard
Specification for
Chemical
Admixtures for
Concrete
Concrete Cube
Compressive
Strength at 28
days: 500 kgf/cm2
Concrete Cylinder
Compressive
Strength at 28
days: 500 kgf/cm2
Concrete Cylinder
Compressive
strength at 28 days:
600 kgf/cm2
Concrete Cylinder
Compressive
Strength at 28 days
(Railway Concrete
Products)
Bridge Girders
Sheet Piles
Umum
Reinforced Concrete
Pipes
Railway Concrete
Products dan Bridge
Girders
Untuk Electrical PC
Poles
Untuk Electrical PC
Poles
Untuk PC Piles,
Triangular PC Piles &
PC Pipes
500 kgf/cm2: PC
Sleepers dan CPC
Poles
400 kgf/cm2: RWB
Slabs, RBP Walls
dan Emplacements
A-Class: 800 kgf/cm2
B-Class: 500 kgf/cm2
CPC Sheet Piles:
700 kgf/cm2
FPC Sheet Piles:
500 kgf/cm2
FRC Sheet Piles:
500 dan 350 kgf/cm2
VII-6
Item
Concrete
Test
Referensi
Deskripsi
JIS A 1132-1985
Method of Making
and Curing
Concrete
Specimens
Umum
JIS A1108-1985
Method of Test
Compressive
Strength of
Concrete
Umum
Umum
PC Wire SWPD1
Umum
PC Strand SWPR
7B
Triangular PC Piles
PC Wire
SWPD1
PC Strand:
SWPR 7B
Sheet Piles
PC Wire
SWPD1
PC Strand:
SWPR 7B
(Bridge girders
only)
Railway Concrete
Products, Bridge
Girders
NI 2 PBI-1975
JIS G 3536-1985
JIS G 3536-1984
PC Wire/PC
Strand
JIS G 3536-1988
Indonesian
Concrete Codes
Uncoated Stress
Relieved Steel
Wire and Strand
for Prestressed
Concrete
Uncoated StressRelieved Steel
Wire and Strand
for Prestressed
Concrete
Uncoated StressRelieved Steel
Wire and Strand
for Prestressed
Concrete
Standard
Specification For
Uncoated SeventWire StressRelieved Steel
Strand for
Prestressed
Concrete
Spesifikasi
WIKA BETON
ASTM A416-1980
JIS G 3112-1985
Reinforced
Bar
JIS G 3112-1987
JIS A 3532-1985
Reinforced/
Spiral Wire
JIS G 3538-1977
JIS G 3191-1976
Joint Plate
JIS G 3101-1987
JIS G 3101-1976
10
Welding
ANSI/AWS D1.11990
Keterangan
Grade 270
Bridge Girders
SD 40
Umum
SR 24
SD 40
Triangular PC Piles
SWMA
Umum
SWCR A
SS 41
Untuk Electrical PC
Poles
SS 41
Untuk PC Piles
SS 41
Triangular PC Piles
AWS A 5.1/E6013
Nikko Steel RB 26
/RD260,LION26/eq.
Umum
VII-7
Item
11
Sealing
Rings
Referensi
Deskripsi
Rubber
Gasket
Keterangan
JIS K 6353
Untuk PC Pipes
ISO 4633-1983
LE
Untuk PC Pipes
ISO 4633-1996
12
Spesifikasi
Elastomeric
Material for Joints
AS 1646-1992
BS 2494-1990
JIS K 6353-1995
Rubber seal-joint
ring for water
supply, drainage
and sewerage
pipelines
Elastomeric seals
for waterworks
purposes
Elastomeric seals
for joints in
pipework and
pipelines
Rubber goods for
water works
WIKA BETON
Pencucian Material
Reinforced Concrete
Pipes
VII-8
Persiapan cetakan
Persiapan PC Wire dan
Spiral Wire
Penulangan
Penakaran dan
pengadukan beton
Pengecoran
Penutupan cetakan
Tensioning PC Wire
WIKA BETON
Pemutaran/Spinning
Steam curing
Detensioning
Pembukaan cetakan
produk
Pengangkutan ke Klien
cetakan
VII-9
Persiapan cetakan
WIKA BETON
Penulangan
Pengecoran
VII-10
Penutupan cetakan
WIKA BETON
Tensioning
Pemutaran/centrifugal spinning
VII-11
Steam curing
WIKA BETON
Penumpukan dan water curing
7.5 MIX-DESIGN
Hal-hal yang menjadi pertimbangan saat membuat mix-design adalah
1. Persyaratan material
2. Komposisi
3. Slump
4. Target strength
5. Karakteristik
6. Standar deviasi
Mix desain tergantung pada produsen dan seringkali sesuai dengan kesepakatan
atau spesifikasi yang dipakai. Cara perhitungan mix-design dapat dilihat pada
Bagian 3 Perencanaan Campuran Beton.
VII-12
Cetakan yang dipakai dalam produksi beton pracetak juga didasarkan atas
kebutuhan dan rencana permintaan produksi.
WIKA BETON
Batching plant
VII-13
7.8 PEMADATAN
Macam-macam cara pemadatan:
1. Pemadatan putar/spinning
Metode produksi dimana adukan beton dimasukkan kedalam cetakan baja yang
berputar secara horisontal dengan kecepatan tinggi pada alas pemutaran,
pemadatan beton terjadi akibat getaran dan gaya sentrifugal.
Centrifugal spinning
WIKA BETON
2. Pemadatan non-putar:
Internal vibrator, penggetaran adukan beton dari dalam cetakan. (Lihat
Bagian 4 Subbab 4.6 Pemadatan)
External vibrator, penggetaran cetakan yang telah terisi adukan beton dari
luar. Bentuk daerah pengaruh pemadatan adalah hemisphere berpusat pada
lokasi vibrator. Beberapa prinsip penggunaan external vibrator:
o Jika memerlukan dua external vibrator (pada elemen beton yang lebih
tebal dari radius pengaruh vibrator), jangan diletakkan pada posisi yang
lagsung berlawanan satu sama lain, tetapi pada titik pertengahan diukur
dari vibrator pertama.
o Penggetaran dilakukan sejak adukan beton mulai dituang ke dalam
cetakan hingga cetakan penuh
o Penggetaran tidak boleh melebihi 2 inch per detik
o Vibrator harus digerakkan sebentar-sebentar agar vibrator dapat
memadatkan beton dan membantu migrasi udara yang terjebak
External vibrator
VII-14
50
2.5
48
6.000-7.200
200-240
106-152
6.5-7.0
Watt
Ampere
Volt
VPM
Hz
kgf
kg
Meja getar
WIKA BETON
Meja getar
Bagian atas meja berupa bagian-bagian kuat yang di las dan dibuat dari pelat
baja, balok I atau pipa. Bagian atasnya bertenaga mesin dengan dua vibrator
putar yang berlawanan. Bagian dasar yang tidak rata bentuknya mendukung
dan mengisolasi bagian atas dengan pegas maupun isolasi udara.
Saat ini, telah banyak digunakan meja getar listrik yang memungkinkan untuk
memilih frekuensi operasi terbaik dengan tingkat ketelitian digital.
VII-15
WIKA BETON
7.11 PENGANGKATAN
Hal-hal yang harus menjadi pertimbangan saat pengangkatan beton yang telah
mengalami pengerasan adalah:
1. Kuat beton pada saat pengangkatan apakah sudah mencukupi dan sesuai
dengan rencana.
2. Metode pengangkatan
VII-16
Pengangkatan
stockyard
dan
penyimpanan
di
WIKA BETON
Melapisi bahan anti korosi pada joint-plate
setelah pengangkatan
7.12 PENGANGKUTAN
Pengangkutan ke konsumen dapat menggunakan truk, tronton, trailer, kapal atau
ponton, tergantung dari dimensi dan berat produk, kondisi site, faktor ekonomi,
kesepakatan, dll.
VII-17
WIKA BETON
Pengangkutan PC Piles
VII-18
WIKA BETON
Pemeriksaan pemasangan tulangan
Memeriksa produk jadi
VII-19
WIKA BETON
Alat pengujian kuat lentur
VII-20
Inspeksi peralatan
WIKA BETON
VIII-1
Inspeksi peralatan
8.1 PENDAHULUAN
Proses pembuatan beton merupakan suatu pekerjaan yang kompleks, melibatkan
banyak tahapan termasuk didalamnya penggunaan peralatan. Pengecoran beton
yang berhasil sesuai dengan rencana membutuhkan kesiapan baik dalam sumber
daya manusia, bahan dan peralatan. Pada bagian ini, akan diuraikan beberapa poin
pemeriksaan yang dapat digunakan untuk pengecekan pra-pemakaian maupun
perawatan berkala beberapa peralatan besar yang sering digunakan dalam
pekerjaan pembetonan.
WIKA BETON
Macam-macam formulir tersebut dan detail isiannya dapat dilihat pada Lampiran 2
Formulir Inspeksi Peralatan.
VIII-1
WIKA BETON
LAMPIRAN 1
Spesifikasi Produk
Beton Pracetak PT WIKA Beton
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
dimension: mm
WIKA BETON
dimension: mm
WIKA BETON
dimension: mm
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
I.
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
WIKA BETON
LAMPIRAN 2
Formulir Inspeksi Peralatan
PT WIJAYA KARYA
Divisi Peralatan Konstruksi
WIKA-K5-10-IK-006
Revisi 00 Amd 02 Lampiran 9.1.6
: BATCHING PLANT
Tanggal Pemeriksaan
Merk / Type
Hour Meter ( HM )
No.Invet. / Polisi
Nomor Seri
NO
A.
1
2
3
4
5
B.
1
2
3
4
C.
1
2
3
4
5
6
7
D.
1
2
3
4
5
6
7
E.
1
2
3
4
5
6
7
8
F.
1
2
3
4
5
G.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
H.
1
2
3
4
5
6
7
8
ITEM CHECKING
SILO
Screw Pump
Motor
Gear Box
Gate
Bolt & Nut Silo
GATE MATERIAL
Air Cylinder
Solenoid Valve
Limit Switch
Air Hose
SCAP HOPPER
Roll Bearing
Bushing
Treck
Limit Switch
Motor
Gear Box
Wire Rope
MIXER
Motor
Gear Box
V-Belt
Liner & Tiles
Bearing Shaft
Blade
Gate mixer
PNEUMATIC SYSTEM
Air Compressor
Motor
V-Belt
Guard
Oil
Air Hose
Air Cylinder
Solenoid Valve
WATER PUMP
Hose
Flow Meter
Valve
Piping
Tank
SCRAPPER
Boom
Wire Rope
Roller
Bearing
Bucket
Motor Swing
Gear Swing
Disc Clutch
Master Clutch
Handle - handle
Brake Shoe
OPERATOR CABIN
Panel Control
Wiring
Gauge
Weigher
Arm Timbangan
Agrigat Scale Gauge Box
Glass Cabin
Door Cabin
KONDISI
R
TA
KETERANGAN
WIKA BETON
KESIMPULAN/SARAN
WIKA BETON
KETERANGAN :
Beri tanda "V" untuk item yang diinspeksi
Beri tanda "X" untuk item yang tidak ada pada unit alat
B
: Baik
R
: Rusak
TA : Tidak Ada
Jakarta,.
Diinspeksi oleh
QC / QA
QC Workshop
PT WIJAYA KARYA
Divisi Peralatan Konstruksi
WIKA-K5-10-IK-006
Revisi 00 Amd 02 Lampiran 9.1.8
: CONCRETE PUMP
Tanggal Pemeriksaan
Merk / Type
Hour Meter ( HM )
No.Invet. / Polisi
Nomor Seri
NO
ITEM CHECKING
A
1
2
3
4
B
1
2
3
4
5
C
1
2
3
4
5
6
7
8
D
1
2
3
4
5
E
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
F
1
2
3
4
5
G
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
BASIC ENGINE
Engine leakage
Engine mounting system
Fan drife system
Valve mechanis cover system
LUBRICTION SYSTEM
Breather kondisi
Oil filter system
Oil lines system
Oil pump system
Oil pressure system
COOLING SYSTEM
Blower fan system
Engine cooler system
Housing and regulator system
Protection cover radiator cap system
Radiator system
Transmission oil cooler system
Water lines system
Water pump system
INTAKE AND EXHAUST SYSTEM
Air cleaner system
Exhaust extention system
Exhaust manifold system
Muffler system
Turbocharger system
FUEL SYSTEM AND GOVERNOR
Fuel filter system
Fuel injection lines system
Fuel lines system
Fuel priming pump system
Fuel ratio control system
Fuel tank system
Fuel transfer pump system
Governor and fuel injection pump system
Primary fuel filter system
Fuel tank cover system
Secondary fuel filter system
Service meter system
Fuel drain valve system
Water sparator system
ELECTRICAL SYSTEM
Alternator system
Battrey and wiring system
Electric starting motor system
Glow plug system
Lighting system
SLIDING VALVE GREASE PIPING SYST
Piping assy grease system
Pipe copper system
Elbow system
Connector system
Coupler system
Piece system
Support main sylinder system
Band "U"system
Bracket water tank system
Bracket transportasi pipe system
Guard side system
Rubber cushion system
KONDISI
R
TA
KETERANGAN
WIKA BETON
NO
ITEM CHECKING
H
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
I
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
J
1
2
3
4
5
6
7
8
9
K
1
2
3
4
5
6
L
1
2
3
4
5
6
7
M
1
2
3
4
5
6
7
N
1
2
3
4
5
6
7
KONDISI
R
TA
KETERANGAN
WIKA BETON
NO
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
P
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
ITEM CHECKING
TANK PIPING ASSY GROUP
Piping assy tank system
Element suction strainer system
Filter assy reurn system
Reduser system
Magnet system
Gauge level system
Elbow system
Conector system
Flange system
Seal-seal system
Bolt-bolt system
OUTTRIGGER PIPING GROUP
Piping assy outtrigger system
Valve assy stop system
Valve assy shutle system
Hose-hose hydraulic assy system
Reduser system
Elbow system
Connector system
Flange system
Seal-seal system
Bolt-bolt system
KONDISI
R
TA
KETERANGAN
KESIMPULAN/SARAN
WIKA BETON
KETERANGAN :
Beri tanda "V" untuk item yang diinspeksi
B : Baik
R : Rusak
TA : Tidak Ada
Jakarta,.
Diinspeksi oleh
QC / QA
QC Workshop
PT WIJAYA KARYA
Divisi Peralatan Konstruksi
WIKA-K5-10-IK-006
Revisi 00 Amd 02 Lampiran 9.1.21
: TRUCK MIXER
Tanggal Pemeriksaan
Merk / Type
Hour Meter ( HM )
No.Invet. / Polisi
Nomor Seri
NO
A
1
2
3
4
B
1
2
3
4
5
C
1
2
3
4
5
6
7
8
D
1
2
3
4
5
E
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
F
1
2
3
4
5
G
1
2
3
4
H
1
2
3
4
5
6
I
1
2
3
4
J
1
2
3
4
ITEM CHECKING
BASIC ENGINE
Engine leakage
Engine mounting system
Fan drife system
Valve mechanis cover system
LUBRICTION SYSTEM
Breather system
Oil filter system
Oil lines system
Oil pump system
Oil pressure system
COOLING SYSTEM
Blower fan system
Engine cooler system
Housing and regulator system
Protection cover radiator cap system
Radiator system
Transmission oil cooler system
Water lines system
Water pump system
INTAKE AND EXHAUST SYSTEM
Air cleaner system
Exhaust extention system
Exhaust manifold system
Muffler system
Turbocharger system
FUEL SYSTEM AND GOVERNOR
Fuel filter system
Fuel injection lines system
Fuel lines system
Fuel priming pump system
Fuel ratio control system
Fuel tank system
Fuel transfer pump system
Governor and fuel injection pump stm
Primary fuel filter system
Fuel tank cover system
Secondary fuel filter system
Service meter system
Fuel drain valve system
Water sparator system
ELECTRICAL SYSTEM
Alternator system
Battrey and wiring system
Electric starting motor system
Glow plug system
Lighting system
TRANSMISSION SYSTEM
Transmission control linkage system
Transmission control linkage play
Transmission gear system
Oil seal transmission system
PROPELLER SHAFT SYSTEM
Propeller shaft center bearing support
Propeller shaft universal joint play
Propeller shaft mounting bolt system
Universal joint system
Center bearing system
Rubber center bearing system
CLUTCH SYSTEM
Master cylinder system
Clutch piping oil system
Clutch hose system
Clutch bearing system
REAR AXLE SYSTEM
Differential gear system
Axle shaft mounting nuts system
Oil seal kondisi system
Oil leakage
KONDISI
R
TA
WIKA BETON
KETERANGAN
NO
K
1
2
3
L
1
2
3
M
1
2
N
1
2
O
1
2
3
4
P
1
2
Q
1
2
3
4
5
R
1
2
3
ITEM CHECKING
FRONT AXLE SYSTEM
King pin system
Axle beam kondisi system
Tie rod ball joint system
STEERING SYSTEM
Cleareance steering system
Oil seal kondisi system
Worm steering system
WHEEL PARKING BRAKE SYSTEM
Parking brake system
Lining brake system
WHEEL AND TIRE SYSTEM
Wheel bearing torque syst (front&rear)
Tire wear kondisi
SUSPENSION SYST & BRAKE SYST
Suspension kondisi
Shock absorber system
Bracket spring system
Brake system
CAB SYSTEM
Cab rear mounting system
Cab kondisi
HYDRAULIC CONTROL DUMP SYST
Hydraulic pump system
Hydraulic control system
Transfer gear pump system
Propeller shaft system
Linkage control drum system
DRUM SYSTEM
Blade mixer kondisi / sudut-sudut
Cut / talang system
Hooper system
KONDISI
R
TA
KETERANGAN
KESIMPULAN/SARAN
WIKA BETON
KETERANGAN :
Beri tanda "V" untuk item yang diinspeksi
B
: Baik
R
: Rusak
TA : Tidak Ada
Jakarta,.
Diinspeksi oleh
QC / QA
QC Workshop
PT WIJAYA KARYA
Divisi Peralatan Konstruksi
No.Dokumen
: WIKA-K5-09-IK-052
Lampiran
: 9.2.p
No.Revisi
: 02 (amand 01)
Paraf
Hour Meter
Selesai
Mulai
Nama Alat
Merk / Type
No.Inventaris
Hari
Tanggal
Lokasi
Jumlah
1
2
Waktu
Uraian
Pemeriksaan alat (***)
1
sebelum Operasi
2
3
06
18
07
19
08
20
09
21
10
22
11
23
12
24
13
01
14
02
15
03
:
:
:
:
:
:
16
04
17
05
18
06
Total Waktu
Jam
Menit
Operasi Efektif
Jam
Menit
Jam
Menit
Jam
Menit
Jam
Menit
Down Time
Jenis Material
Box Girder
Balok Girder
Cuaca
Cerah
WIKA BETON
Gerimis
Hujan
Berkabut
Uraian
1. Screw pump :
- check motor
Uraian
Catatan
5. Timbangan :
- Bersihkan weight bin
- check solenoid
- grease bearing shaft
4. Scrapper :
6. Check pengoperasian
chute
7. Check safety belt
8. Check APAR
9. Check P3K Standard
Pengesahan
Tanda Tangan
Nama
Pelaksana Operasi
Operator
PT WIJAYA KARYA
Divisi Peralatan Konstruksi
No.Dokumen
: WIKA-K5-09-IK-052
Lampiran
No.Revisi
: 00
Paraf
Hour Meter
Selesai
Mulai
Nama Alat
Merk / Type
No.Inventaris
Hari
Tanggal
Lokasi
Jumlah
1
2
Waktu
Uraian
Pemeriksaan alat (***)
1
sebelum Operasi
2
3
06
18
07
19
08
20
09
21
10
22
11
23
12
24
13
01
14
02
15
03
:
:
:
:
:
:
16
04
17
05
18
06
Operasi Efektif
Tunggu Operasi / Idle
Down Time
Jenis Material
Box Girder
Balok Girder
Total Waktu
Jam
Menit
Jam
Menit
Jam
Menit
Jam
Menit
Jam
Menit
Cuaca
Cerah
Gerimis
Hujan
Berkabut
WIKA BETON
Uraian
1. Check air radiator
Uraian
Catatan
Tanda Tangan
Nama
Pelaksana Operasi
Operator
PT WIJAYA KARYA
Divisi Peralatan Konstruksi
No.Dokumen
: WIKA-K5-09-IK-052
Lampiran
No.Revisi
: 00
Paraf
Hour Meter
Selesai
Mulai
Nama Alat
Merk / Type
No.Inventaris
Hari
Tanggal
Lokasi
Jumlah
1
2
Waktu
Uraian
Pemeriksaan alat (***)
1
sebelum Operasi
2
3
06
18
07
19
08
20
09
21
10
22
11
23
12
24
13
01
14
02
15
03
:
:
:
:
:
:
16
04
17
05
18
06
Total Waktu
Jam
Menit
Operasi Efektif
Jam
Menit
Jam
Menit
Jam
Menit
Jam
Menit
Down Time
Rusak (**)
Jenis Material
Box Girder
Balok Girder
Cuaca
Cerah
Gerimis
Hujan
Berkabut
WIKA BETON
Uraian
Uraian
Catatan
Pengesahan
Tanda Tangan
Nama
Pelaksana Operasi
Operator
PT WIJAYA KARYA
Divisi Peralatan Konstruksi
Lampiran
No.Dokumen
Revisi
:
:
:
Lokasi
Merk / Type
Tanggal
No.Inventaris
: HM
Reverence
: Service Manual
No.
Uraian
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Bersihkan Mixer
Cek & Bersihkan Weight Bin
Cek & Bersihkan Agregate Scale
Cek & Bersihkan Connection Bellows
Cek Cement Screw Conveyor
Cek & Bersihkan Water Scale
Cek & Bersihkan Additive Equipment
Cek & Bersihkan Chute
Bersihkan Storage Silo
1
2
3
4
5
Cek
Cek
Cek
Cek
1
2
3
4
5
Setip
HM
Rev.
Hal
Kata
gori
Cek
:
:
:
Aktivitas
Bersih
Ganti Stel
kan
Grea
se
Kali
brasi
Keterangan
10
10
10
10
10
10
10
10
10
WIKA BETON
Hoise Rope
Rope Fastening
General Indiction Rope
Sambungan Radial Scraper
50
50
50
50
50
Is
Is
Is
Is
Is
Catatan :
Pengesahan
Tanda tangan
Nama
Pelaksana
Mekanik
PT WIJAYA KARYA
Divisi Peralatan Konstruksi
Lampiran
No.Dokumen
Revisi
:
:
:
: Concrete Pump
Lokasi
Merk / Type
Tanggal
No.Inventaris
: HM
Reverence
: Service Manual
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Uraian
Ganti oli mesin
Ganti filter oli mesin
Ganti filter bahan bakar
Bersihkan filter udara
Bersihkan chute mixer
Bersihkan filter udara
Bersihkan screen FIP
Check / Stel V Belt Tension
Check Minyak Rem / Copling
Cek kebocoran water pump
Grease Cross Joint
Grease Propeller Shaft
Check Instrumen Panel
Grease tie rod
Rev.
Hal
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
2.4
2.4
2.3
Kata
gori
Cek
:
:
Aktivitas
Bersih
Ganti Stel
kan
Grea
se
Kali
brasi
2.5
17
2.5
2.3
1.12
-
WIKA BETON
Check
Check
Check
Check
Setip
HM
250
250
250
250
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
500
9.7
9.7
9.7
9.7
9.7
9.7
9.7
9.7
9.9
9.9
9.9
9.9
9.9
9.9
9.9
9.9
9.9
9.10
9.11
9.12
9.13
9.14
9.15
9.16
9.17
9.18
9.19
-
Keterangan
PT WIJAYA KARYA
Divisi Peralatan Konstruksi
Lampiran
No.Dokumen
Revisi
:
:
:
Lokasi
Merk / Type
Tanggal
No.Inventaris
: HM
Reverence
: Service Manual
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Uraian
Ganti oli mesin
Ganti filter oli mesin
Ganti filter bahan bakar
Bersihkan hopper mixer
Bersihkan chute mixer
Bersihkan filter udara
Bersihkan screen FIP
Bersihkan Drum Mixer
Check / Stel V belt Tension
Check Kondisi Air Radiator
Check Minyak Rem / Copling
Check Air Battery
Check Kelengkapan kendaraan
Grease Pully V Belt
Setip
HM
Rev.
Hal
Kata
gori
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
250
2.4
2.4
2.3
M1
M1
M1
M1
M1
M1
M1
M1
M1
M1
M1
M1
M1
M1
M1
M1
M1
M1
M1
M1
M1
17
17
2.5
2.3
17
2.4
2.12
2.17
-
Cek
Aktivitas
Bersih
Ganti Stel
kan
Grea
se
Kali
brasi
WIKA BETON
Check
Check
Check
Check
oli hidrolik
lampu-2 penerangan
/ Stel Rem
Handle / Cable Pump
250
500
500
500
500
500
500
500
500
500
1000
1000
1000
1000
1000
1000
1000
1000
1000
16
17
9.7
2.7
2.8
2.12
2.8
2.7
2.5
2.2
2.2
16
-
M2
M2
M2
M2
M2
M2
M2
M2
M2
M3
M3
M3
M3
M3
M3
M3
M3
M3
Keterangan
PT WIJAYA KARYA
Jenis Alat
: _____________________________
Bulan
: _____________________________
Akhir
Jumlah
Tunggu
Operasi
6
Bahan
Bakar
Mesin
Transmisi
Gardan
10
11
12
Lain-lain
Grease
Catatan Mengenai
Pemeliharaan/Perbaikan
13
14
15
16
No
17
Bagian
Jumlah
Harga
Stn/Ltr
Jumlah
(Rp)
18
19
20
21
Bahan Bakar
Olie Mesin
Olie Transmisi
Olie Gardan
Olie Hydrolik
Olie Lain-lain
Grease
10
Suku Cadang
11
Lain-lain
9
10
11
12
13
14
15
WIKA BETON
Pemeliharaan
Perbaikan
17
**)
18
***)
16
19
20
21
22
23
24
25
Disetujui, Pelut/Pelaks
26
Nama
27
Tanggal :
Tanggal :
Tanda tangan :
Tanda tangan :
Dibuat oleh,
Nama
28
29
30
31
PT WIJAYA KARYA
Divisi Peralatan Konstruksi
Proyek
Periode
No.
No. Inventaris
Lama
Baru
Nama Alat
: __________________________
: __________________________
WIKA BETON
Keterangan :
*)
Mengetahui,
Dibuat oleh,
Nama
Nama
Tanggal
Tanggal
Tanda tangan
Tanda tangan
Keterangan
GLOSSARY
WIKA BETON
glossary g-1
Glossary
Accelerator
Accidental Overload
Aditif
Admixture
Bahan tambahan kimiawi yang berfungsi merubah sifatsifat beton secara kimia
Agitasi
Agitator
WIKA BETON
Agitator truck
Agregat / aggregate
Agregat berat /
heavyweight aggregate
Agregat ringan /
lightweight aggregate
Air chiller
glossary g-2
Alkali
Bahan tambahan
Baja tulangan
Batch
WIKA BETON
Batching plant
Beam
Bekisting / form
Benda uji
Berat jenis
Beton
glossary g-3
Beton bertulang
Beton ekspose
Beton hampa
Beton massa
Beton normal
WIKA BETON
Beton prategang
Beton segar
Beton siklop
Bleeding
Bonding agent
Bracing
glossary g-4
Brooming
Bulk density
Carbonation
Carborundum
Chipping
Clinker
Cold-joint
WIKA BETON
Compactibility (beton)
Compacting / Pemadatan
Concrete pump
Construction joint
Core drill
Cotton mat
glossary g-5
Courtyard
Crazing
Creep
Crusher
Curing
Curing Compound
WIKA BETON
Design load
Destruktif
Cara uji struktur atau benda uji dimana pada lokasi uji atau
benda uji tersebut mengalami kerusakan
Deviasi
Deviasi standar
Diafragma
Diatomaceous shale
Diatomite
Dorman period
Double tee
Driveway
Drying Shrinkage
glossary g-6
Durability
Dynabolt
Edger
Edging
Elemen non-struktural
Embedded material
Entry
WIKA BETON
Jalan masuk
Equivalent age
External restraint
Falsework
FAS
Feeding hopper
Ferrocement / ferosemen
Filling ability
glossary g-7
Finishing
Float
Float Blade
Floating
Fly ash
WIKA BETON
Formwork
Girder
Gradasi
Grinding
Grout
Grouting
glossary g-8
Gunite machine
Hammer test
Hand Tamping
Hemisphere
Herringbone
Hidrasi
Injection pump
Pompa injeksi
Internal vibrator
air
yang
WIKA BETON
Kaison
Kelecakan
Kerb
Kuat geser
glossary g-9
Kuat lentur
Kuat tarik
Kuat tekan
Laitance
Lantai kerja
WIKA BETON
Liquid-membran-formingcompound
Mixing
Mobilitas (beton)
Modulus of rupture
Moist earth
Monolitik
glossary g-10
Mortar
Movement joint
Over vibrate
Pan mixer
Sebuah mesin yang digunakan untuk mencampur unsurunsur pokok pembentuk beton, grout, mortar, pasta semen
atau campuran lainnya (Lihat juga grout, mortar dan
pasta semen)
Panas hidrasi
Pass
WIKA BETON
Passing ability
Pasta semen
Patching
Patio
PC
Pelat
glossary g-11
Perlite
Permeabilitas (terhadap
air)
Plasticiser
Plastisitas
Polyfilm
WIKA BETON
Post tensioning
Pozzolan
Protective hose
Quality assurance
Quality control
glossary g-12
Rangkak
Lihat creep
Rangkak
Rate of evaporation
RC
Ready-mix
Regangan / strain
Restraint
WIKA BETON
Retak intrinsik
Retak plastis
Retarder
Re-vibration
Rheology
RPM
Rubbing
glossary g-13
Sack-rubbed finishing
Sampling
Scoria
Screed
WIKA BETON
Screeding
Screen
Segregasi
Self-compacting concrete
(SCC)
glossary g-14
Semen hidrolis
Semen portland
(Lihat PC)
WIKA BETON
Setting time
mulai
Settlement
Sheet pile
Shoring
Shotcrete
Shrinkage
glossary g-15
Silica fume
Site-mix
Slab
Slump
Slump-flow
Specific gravity
WIKA BETON
Spesimen kubus
Stability (beton)
Steam curing
Strength
Stroke
glossary g-16
Super plasticiser
Surface sealing
Susut
Lihat shrinkage
T500
Tamper
WIKA BETON
Tamping
Tegangan
Tendon
glossary g-17
Thixotropy
Tie-rod
Tremie
Trowel
Trowelling
WIKA BETON
Truk mixer
Unrestraint
Variabilitas
Water reducer
Waterproof
Vermiculite
Sebuah nama untuk sekelompok mineral yang berlapislapis, hidrasi silika dari aluminum, magnesium dan besi;
ditandai dengan pengelupasan yang dapat dilihat saat
dipanasi; juga diartikan sebagai unsur utama tanah liat
glossary g-18
Vibrator
Mesin
yang
dapat
berosilasi,
digunakan
untuk
menggetarkan beton segar sedemikian hingga dapat
mengeliminasi rongga, termasuk udara terperangkap (Tapi
bukan udara terperangkap yang sengaja dibuat untuk air
entrained concrete) dan untuk menghasilkan kontak yang
erat, tanpa celah, dengan permukaan cetakan dan material
tertanam
Viscosity modifying
admixture (VMA)
Workability
VPM
WIKA BETON
DAFTAR PUSTAKA
American Concrete Institute. 1998. ACI Manual of Concrete Practice Part 1:
Materials and General Properties of Concrete. Michigan: ACI
American Society for Testing and Materials. 1995. Annual Book of ASTM
Standards. Volume 04.01: Cement; Lime; Gypsum.
Philadelphia,USA.
Anonim. 2004. Guidelines For Curing and Sealing Concrete. Accessed
from:www.kuhlman-corp.com/curing.html on November 22, 2004
Anonim. 2004. Placing, Compacting and Finishing Copncrete. Accessed
from: www.minimix.com.au/handy_hints/indeks.html on November
22, 2004
Anonim. Glossary of Terms and FAQs. Accessed from:
www. hepworthconcrete.co.uk/html/prod11_1.htm on July 16, 200507-27
Anonim.2004. Concrete. Accessed from:
www.Infodotinc.com/content/construction/14042_(193-204).htm on
November 24, 2004
WIKA BETON
Biro Enjiniring II. 2004. Pedoman Pekerjaan Beton. Jakarta: PT Wijaya Karya
Bouzoubaa N. dan Lachemi N. 2001. Self Compacting Concrete
Incorporating High-Volumes of Class F Fly Ash: Preliminary Results.
Accessed from:
hvfacprojectindia.com/researchdoes/preliminary_results_of_self_co
mpacting_concrete_with_hvfly.pdf
EFNARC. 2002. Specification and Guidelines for Self-compacting Concrete.
Accessed from: www.efnarc.org/pdf/SandGforSCC.pdf on June 22,
2005
El-Ariss, Bilal. 2004. Mix Design of Self-Compacting Concrete. Accessed
from:
http://sra.uae.ac.ae/conference_6/proceedings/PDF/Engineering/En
g-11.pdf on May 31, 2005
European Project group. 2005. The European Guidelines for Selfcompacting Concrete: Specification, Production and Use. Accessed
from: http://efca.info/pdf/SCC%20guidelines%20May%202005 on
June 22, 2005
Ford, Jerome H. 2003. Internal or external vibration? Done correctly, either
will produce a high-quality finish of concrete. Accessed from:
www.findarticles.com/p/articles/mi_mONSX/i5_1_48/ai_97298268
on July 16, 2005
WIKA BETON
SUMBER GAMBAR
WIKA BETON
www.centrumpaele.dk/uk/beton1.htm
www.concretenetwork.com
www.conrete-grinding.com
www.dareconcrete.com
www.ifgworld.org
www.unesco.com
WIKA BETON