Anda di halaman 1dari 1

Matahari pagi masih berlindung di balik garis, hanya memberi isyarat kemunculannya

lewat semburat kabut tipis kekuningan di ujung timur langit. Di bawah kaki hutan lebat dekat
suatu aliran sungai, sebuah bayangan kelam muncul perlahan seiring dengan cahaya matahari
yang semakin mendekat. Bangunan tersebut besar, tua dan anggun dengan bangsal-bangsal yang
besar dan lantai dari semen yang berdebu. Dari balik hutan ia kelihatan seperti binatang besar tua
yang sedang tertidur. Hening, damai dan menyimpan energi yang besar yang jika dikeluarkan
akan berakibat mengerikan. Di ujung utara bangunan tersebut, terdapat 5 pintu ganda besar
terbuat dari kayu keras yang membatasi suatu ruangan luas di baliknya. Ruangan tersebut, yang
kini hening, sebentar lagi akan mulai ramai dengan langkah-langkah kaki. timur hutan. Bunyi
lonceng yang menembus pemandangan pagi yang kelabu seperti mengusir udara dingin dari
balik batang-batang pohon dan memaksanya masuk ke dalam ruangan. Seketika ratusan kaki
bergegas ke luar dari balik selimutnya. Mereka adalah para seminaris, para calon imam penerus
tongkat estafet tradisi apostolik agama Katolik Roma. Ini adalah pagi pertama bagi beberapa
siswa baru. Erik merasa segar karena ini pengalaman pertamanya bangun tanpa diguncangguncang oleh ibunya atau kakaknya. Setelah merapikan tempat tidurnya, ia berdoa sebentar
dengan membuat tanda salib dan segera beranjak ke kamar mandi. Ia melewati beberapa tempat
tidur dengan selimut yang masih menutupi orang di bawahnya. Mungkin sakit, pikirnya.
Belakangan ia tahu, juga dari pengalamannya sendiri, bahwa itu hanyalah para senior yang
mencuri-curi waktu tidur tambahan karena malas. Namun pagi itu ia sangat bersemangat karena
ia tahu sebentar lagi ia akan menjalani aktivitas yang luar biasa dengan teman-teman yang baru
untuk mulai menjalani panggilannya sebagai calon imam. Keinginannya untuk menjadi imam
sebenarnya muncul ketika ia sering melihat para imam yang memimpin misa dengan penuh
hormat dan kelembutan. Ia ingin menjadi seperti itu, pokoknya. Ruangan tidur ini sungguh luas,
pikirnya. Tempat tidur dibagi ke dalam beberapa bagian, yang paling timur adalah untuk para
senior di tahun terakhir, yang tengah adalah untuk tahun kedua dan yang barat adalah tempat
bagi mereka yang baru masuk. Tamboknya tebal, khas bangunan kolonial dengan langit-langit
tinggi. Di beberapa bagian loteng terdapat lubang-lubang akibat hujan dan tembok-temboknya
berwarna cokelat tua dengan coretan-coretan di sana-sini.
Udara dingin yang menjalar dari balik hutan, menerpa wajahnya ketika ia ke luar dari
pintu. Ia agak kaget menyadari bahwa di luar sini tidak kelihatan apa-apa karena kabut tebal.
Beberapa saat ia terhenti, membayangkan dengan ketakutan akan adanya wajah yang tiba-tiba
muncul dari balik kabut itu. tiba-tiba ada suara di belakangnya, di sini biasa begitu, jangan
takut, sedikit lagi juga hilang. Ia berbalik dan dilihatnya seorang laki-laki, mungkin senior,
memandang ke arah kabut dan tersenyum ramah kepadanya. Ia kak, terima kasih jawabnya
sambil tersenyum. Doni, anak mana? tanyanya sambil mengulurkan tangan. Erik, dari

Anda mungkin juga menyukai