Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
21
22
We = Wt ( Wkdd + Wktd )
= Waktu kerja efektif (menit)
= Waktu kerja yang tersedia (menit)
= Waktu hambatan yang dapat dihindari (menit)
= Waktu hambatan yang tidak dapat dihindari (menit)
23
Gambar 3.1
Visualisasi Pengisian Bucket Alat Gali-Muat
Dari Gambar 3.1, kita dapat mengetahui data mengenai faktor pengisian (fill
factor) dari visualisasi atau pengelihatan semata. Gambar 3.1 dapat dijelaskan
sebagai berikut:
A. Pengisian material pada bucket ditaksir dari nilai 100 % hingga 120 %.
B. Pengisian material pada bucket ditaksir dari nilai 95% hingga 100 %.
C. Pengisian material pada bucket ditaksir dari nilai 65 % hingga 95 %.
24
produktivitas alat gali-muat dan alat angkut yang dipakai. Adapun berat jenis dari
batubara yang ada di site EEM adalah 1,3 ton/m3
W
100
W +R
b. Physical Availability (PA) adalah suatu cara untuk mengetahui keksiapan fisik
dari suatu mesin yang sedang dipergunakan dimana mesin tersebut siap untuk
dioperasikan. Adapun harga physical availability dari suatu alat mekanis
dapat kita ketahui dengan menggunakan rumus di bawah ini:
PA=
W +S
100
T
25
keadaan rusak). Harga dari use of availability tersebut dapat menjadi ukuran
seberapa efektif suatu alat yang sedang dalam keadaan siap pakai (tidak
dalam keadaan rusak) dapat dimanfaatkan. Adapun di bawah ini merupakan
cara untuk mengetahi harga use of availability dari suatu alat mekanis:
UA=
W
100
W +S
W
100
T
Dimana:
W = Jumlah jam kerja alat (working hours)
R = Jumlah alat untuk perbaikan alat (repair hours)
S = Standby hours.
T = Jumlah jam kerja Tersedia (T = W+R+S)
3.4.1 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat Gali-Muat
1. Waktu edar (cycle time) alat gali-muat
Waktu edar alat gali muat adalah jumlah waktu yang dipergunakan sebuah
alat gali-muat untuk melakukan siklus kerja. Suatu siklus kerja terdiri dari 4 bagian
kegiatan, yaitu:
1) Digging
2) Swing Load
3) Loading
4) Swing Empty
26
karena material yang digali tidak terjangkau, memisahkan batubara dari pengotornya
dan mengeruk batubara dari tempat asal lalu material dikumpulkan ke loading point.
3. Keadaan medan kerja (job condition)
Produksi alat gali-muat sangat ditentukan oleh keadaan medan tempat kerja.
Tempat penggalian ideal antara lain memiliki cukup luas, lantai kerja yang keras dan
datar.
4. Pengaruh efisiensi kerja operator
Efisiensi kerja operator merupakan faktor para operator dalam menggunakan
alat-alat mekanis. Efisiensi kerja operator tidak dapat dihitung secara tepat,
dikarenakan efisiensi dapat berubah-ubah dari hari ke hari dan bahkan dari jam ke
jam. Kadang kala suatu perangsang dalam bentuk upah tambahan (incentive) dapat
mempertinngi efisiensi kerja operator, tetapi dapat juga menjadikan operator tersebut
bekerja tidak dalam kondisi yang aman (safety). Efisiensi kerja operator tidak hanya
disebabkan dari faktor para operator, tetapi juga karena hambatan hambatan yang
tidak mungkin dihindari, seperti keadaan cuaca, keadaan alat yang rusak, dam lain
lain. Karena hal hal tersebut, jam kerja yang tersedia tidak dapat digunakan secara
maksimal. Di dalam menentukan efisiensi kerja operator selain faktor para operator,
perlu juga dilakukan pemeliharaan dan pengecekan kondisi alat mekanis yang
digunakan, karena hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat efisiensi kerja para
operator.
Tabel 3.1
Efisiensi Operator
Effisiensi Operator
Macam Alat
Crawler Tracktor
Berban Karet
Baik Sekali
Sedang
92 % = 55 min/jam
83 % = 50 min/jam
83 % = 50 min/jam
75 % = 45 min/jam
Kurang Baik
(Malam Hari)
75 % = 45 min/jam
67 % = 40 min/jam
27
Pola pemuatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi waktu edar
alat sehingga pencapaian target produksi dapat sesuai dengan sasaran produksi. Pola
pemuatan yang digunakan tergantung pada kondisi lapangan / front kerja alat
mekanis yang diguanakan dengan asumsi bahwa setiap alat angkut yang datang,
mangkuk (bucket) alat gali-muat sudah terisi penuh dan siap ditumpahkan. Setelah
bak alat angkut tersebut terisi penuh, maka alat angkut tersebut segera keluar dan
dilanjutkan dengan alat angkut lainnya sehingga tidak terjadi waktu tunggu pada alat
angkut maupun alat gali-muatnya.
Pola pemuatan dapat dilihat dari beberapa keadaan yang ditunjukkan alat
gali-muat dan alat angkut, yaitu:
a. Pola pemuatan yang didasarkan pada posisi alat gali-muat yang berada di
atas atau dibawah jenjang.
Top Loading yaitu alat gali-muat melakukan penggalian dengan
menempatkan dirinya di atas jenjang atau alat angkut berada di
bawah alat gali-muat (lihat Gambar 3.2 ).
Gambar 3.2
Pola Pemuatan Top Loading
Bottom Loading yaitu alat gali-muat melakukan penggalian dengan
menempatkan dirinya di jenjang yang sama di posisi alat angkut
(lihat Gambar 3.3 ).
28
Gambar 3.3
Pola Pemuatan Bottom Loading
b. Pola pemuatan berdasarkan jumlah penempatan posisi alat angkut untuk
dimuati terhadap posisi alat gali muat.
Single Back Up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati
pada suatu tempat sedangkan alat angkut berikutnya menunggu alat
angkut pertama dimuati sampai penuh, setelah alat angkut pertama
berangkat alat angkut kedua memposisikan diri untuk dimuati
sedangkan truk ketiga menunggu, dan begitu seterusnya (lihat
Gambar 3.4).
Gambar 3.4
Pola Pemuatan Single Back Up
Double Back Up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati
pada dua tempat, kemudian alat gali-muat mengisi salah satu alat
29
angkut sampai penuh stelah itu mengisi alat angkut kedua yang
sudah memposisikan diri di sisi lain sementara alat angkut kedua
diisi, alat angkut ketiga memposisikan diri di tempat yang sama
dengan alat angkut pertama dan seterusnya (lihat Gambar 3.5).
Gambar 3.5
Pola Pemuatan Double Back Up
3.4.3 Produktivitas Alat Gali-Muat
Untuk menghitung produktivitas alat gali- muat dapat digunakan persamaan
sebagai berikut:
KBm pl FFm Fk 60
Pm=
CT
Dimana:
P m
pl
Fk
30
Loading
= Waktu pemuatan material hingga bak penuh (detik)
Hauling
= Waktu pengangkutan (detik)
Dumping
= Waktu menumpahkan material (detik)
Spotting Loading = Waktu manuver saat akan mengisi material (detik)
Spotting Dumping = Waktu manuver saat akan menumpahkan material (detik)
Returning
= Waktu kembali ke loading point (detik)
31
Untuk menentukan nilai tahanan gulir adalah sulit untuk dilakukan karena
ukuran ban, tekanan ban dan kecepatan gerak kendaraan ikut mempengaruhi nilai
tahanan gulir. Nilai tahanan gulir dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Nilai Tahanan Gulir
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Kondisi Jalan
Jalan keras dan licin
Jalan yang di aspal
Jalan keras dengan permukaan
terpelihara baik
Jalan yang sedang diperbaiki dan
terpelihara
Jalan yang kurang terpelihara
Jalan berlumpur dan tidak
terpelihara
Jalan berpasir dan berkerikil
Jalan berlumpur dan sangat lunak
80 100
85 100
100 - 140
180 - 220
70 100
150 220
85 120
165 210
240 275
290 370
32
jarak mendatar 100 meter. Berat kendaraan itu sendiri dinyatakan dengan gross ton.
Nilai tahanan berbagai macam kemiringan jalan dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Kemiringan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Grade (%) = (h : x) . 100 %
Keterangan:
h : Beda tinggi dua titik yang diukur (m)
x
Tabel 3.3
Nilai Kemiringan Jalan
Kemiring
an (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
GR
(lb/to
n)
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
119,8
139,8
159,2
Kemiring
an (%)
9
10
11
12
13
14
15
GR
(lb/to
n)
179,2
199,0
218,0
238,4
257,8
277,4
296,6
Kemiring
an (%)
20
25
30
35
40
45
50
GR
(lb/to
n)
392,3
485,2
574,7
660,6
742,8
820,8
894,4
33
0,80 1,00
80 100
0,50 0,70
50 70
0,40 0,50
40 50
0,30 0,40
30 40
0,20 0,30
20 30
34
Rimpull yaitu besarnya kekuatan tarik (pulling force) yang dapat diberikan
oleh mesin suatu alat kepada permukaan roda atau ban penggeraknya yang
menyentuh permukan jalur jalan. Bila Coefficient of Traction cukup tinggi untuk
menghindari terjadinya selip, maka rimpull (RP) maksimum adalah fungsi dari
tenaga mesin (HP) dan gear ratios (versenelling) antara mesin dan roda rodanya.
Tetapi jika selip, maka rimpull maksimum akan sama dengan besarnya tenaga roda
penggerak dikalikan dengan coefficient of traction.
Rimpull biasa dinyatakan dalam pounds (lbs) dan dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
RP=
Dimana:
RP = Rimpull atau kekuatan tarik (lb)
HP = Tenaga mesin, Horse Power (HP)
375 = Angka konversi
3.4.5 Produktivitas Alat Angkut
Untuk menghitung produktivitas alat angkut dapat digunakan persaamaan
sebagai berikut:
KBm pl FFm Np Fk 60
Pa=
CT
Dimana:
Pa
KBm
FFm
Fk
35
CT
Np
= Frekuensi Pemuatan
nL
tH
36
3) Jika MF < 1, berarti kemampuan alat gali-muat lebih besar dari pada
kemampuan alat angkut sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat gali-muat.
Faktor kerja alat gali-muat < 100% dan faktor kerja alat angkut 100%.
3.6 Statistik
Statistik merupakan kumpulan data / bilangan / non bilangan yang disusun
dalam tabel / diagram yang menggambarkan suatu permasalahan. Sedangkan
statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan
data, penyajian data, pengolahan data atau penganalisisannya dan penarikan
kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Adapun tahap-tahap statistika
adalah:
a.
b.
c.
d.
Pengumpulan data
Penyajian data
Analisis
Keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan
Distribusi frekuensi merupakan salah satu tahap dalam pengolahan data yang
telah kita dapatkan sehingga dapat menghasilkan keputusan yang mudah dimengerti.
Adapun sebelum menyusun daftar distribusi frekuensi, kita haruslah mencari nilai
dari rentang, banyaknya kelas interval dan panjang kelas interval dengan rumus di
bawah ini:
Rentang
Banyak Kelas
37
3.6.1 Median
Median merupakan salah satu tahap yang terdapat dalam perhitungan statistik
yang tujuannya adalah untuk mengetahui titik tengah dari sekumpulan data yang kita
punya. Adapun beberapa tahap yang dapat kita lakukan untuk mengetahui median
dari data yang kita punya adalah:
1. Mengurutkan data dari yang paling kecil nilainya sampai yang paling besar
nilainya.
2. Menentukan letak median dengan letak median ke (n+1) / 2.
3. Perhatikan bilangan ke (n+1) / 2 pada rentetan data yang telah kita urutkan
tadi dari yang nilainya paling kecil sampai dengan yang nilainya paling besar.
Nilai bilangan ke (n+1) / 2 itulah yang kita sebut median.
Adapun persamaan yang dapat kita pakai untuk mendapatkan harga median adalah
sebagai berikut:
Me = b + p
nF
f
Dimana:
Me
= Median
F = Jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil dari tanda
kelas median
38
3.6.2 Modus
Modus adalah bilangan yang paling banyak muncul, atau bilangan yang frekuensi
kemunculannya paling besar pada suatu data. Adapun persamaan yang dapat dipakai
untuk mencari harga dari modus jika data yang dimiliki telah disusun dalam tabel
distribusi frekuensi adalah sebagai berikut:
Mo = b + p
b1
b1+ b 2
Dimana:
Mo
= Modus
= Panjang kelas
b1
b2
39
Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan lajur ganda atau lebih, menurut
Aashto Manual Rural High Way Design, harus ditambah dengan setengah
lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan kanan jalan (lihat Gambar 3.7).
Dari ketentuan tersebut dapat digunakan cara sederhana untuk menentukan
lebar jalan angkut minimum, yaitu menggunakan rule of thumb atau angka
perkiraan, dengan pengertian bahwa lebar alat angkut sama dengan lebar
lajur. Lebar jalan angkut minimum pada jalan lurus dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut:
Lm = n . Wt + (n + 1) . (1/2.Wt)
Dimana:
L
min
Wt
n
= Jumlah jalur
Gambar 3.7
Lebar Jalan Angkut Dua Jalur Pada Jalan Lurus
b. Lebar jalan angkut pada belokan
lebar jalan angkut padaa belokan secara umum selalu dibuat lebih besar
daripada
jalan
lurus,
dengan
tujuan
untuk
mengantisipasi
adanya
penyimpangan lebar jalan angkut yang disebabkan oleh sudut yang dibentuk
oleh roda depan dengan badan truck saat melintasi belokan. Untuk lajur
40
ganda (lihat Gambar 3.8), maka lebar jalan minimum pada belokan
berdasarkan pada:
1) Lebar jejak roda.
2) Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat untuk bagian depan dan
belakang pada saat membelok.
3) Jarak antara alat angkut pada saat bersimpangan.
4) Jarak dari kedua tepi jalan.
Gambar 3.8
Lebar Jalan Angkut Dua Lajur Pada Belokan
Untuk menentukan lebar jalan angkut pada belokan dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut:
Wmin = 2 (U + Fa + Z + C)
U + Fa+ Fb
Z=C=
2
Dimana:
W
min
41
Fb
R=
W1
sin
Dimana:
R = Radius atau jari - jari tikungan jalan angkut (meter)
W1
Gambar 3.9
Radius Tikungan Jalan Angkut