Anda di halaman 1dari 51

Gonore

Definisi
Gonore merupakan semua penyakit yang disebabkan
oleh Neisseria gonorhoeae.

Epidemiologi
Kejadian penyakit ini meningkat dengan adanya kontak
seksual dengan banyak mitra.
Di dunia diperkirakan terdapat 200 juta kasus baru
gonore setiap tahunnya, pria 1,5 kali > wanita.
Insiden tertinggi terjadi di negara-negara berkembang.
Lebih banyak penduduk sosial ekonomi rendah.
Insidens tertinggi usia 15-35 tahun pada populasi
wanita
laki-laki insidens tertinggi terjadi pada usia 20-24 tahun

Etiologi
Gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879
dan baru diumumkan pada tahun 1882.
Grup Neisseria dan dikenal ada 4 spesies yaitu :
1. Neisseria gonorrhoeae
2. Neisseria meningitides
3. Neisseria pharyngitis
4. Neisseria catarrhalis

Neisseria gonorhoeae

Gejala klinis
Masa tunas pada wanita sulit ditentukan karena
biasanya asimptomatis
Gejala utama meliputi duh tubuh vagina yang berasal
dari endoservisitis dimana bersifat purulen, tipis dan
agak berbau.
Disuria atau keluar sedikit duh tubuh dari uretra yang
mungkin disebabkan oleh uretritis yang menyertai
servisitis.
Dispareunia dan nyeri perut bagian bawah

Pemeriksaan
Cara pengambilan spesimen
Spesimen pada penderita servisitis gonore diambil dari
endoserviks, digunakan pada pemeriksaan Gram dan kultur.
Pengambilan duh tubuh endoserviks dilakukan dengan
memakai alat spekulum yang telah dibasahi air, kemudian
dimasukkan kedalam vagina.
Swab (lidi kapas) steril dimasukkan kedalam kanalis servikalis
sedalam 2-3 cm, kemudian swab diputar selama 10 detik dan
diangkat.

Pemeriksaan Gram menggunakan sediaan langsung dari


duh endoserviks memiliki sensitivitas yang tidak begitu
tinggi. Pemeriksaan menunjukkan N.gonorrhoeae
merupakan bakteri gram negatif dan dapat ditemukan
baik di dalam maupun luar sel leukosit.

Kultur untuk bakteri N.gonorrhoeae dilakukan pada


media pertumbuhan Thayer-Martin yang mengandung
vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman gram
positif dan kolimestat untuk menekan pertumbuhan
bakteri negatif-gram dan nistatin untuk menekan
pertumbuhan jamur. Pemeriksaan kultur ini merupakan
pemeriksaan dengan sensitivitas dan spesifisitas yang
tinggi, sehingga sangat dianjurkan dilakukan terutama
pada pasien wanita.

Tes defenitif: dimana pada tes oksidasi akan ditemukan semua


Neisseria akan mengoksidasi dan mengubah warna koloni yang
semula bening menjadi merah muda hingga merah lembayung.
Sedangkan dengan tes fermentasi dapat dibedakan N.gonorrhoeae
yang hanya dapat meragikan glukosa saja.
Tes beta-laktamase: tes ini menggunakan cefinase TM disc dan
akan tampak perubahan warna koloni dari kuning menjadi merah.
Tes Thomson: tes ini dilakukan dengan menampung urine setelah
bangun pagi ke dalam 2 gelas dan tidak boleh menahan kencing
dari gelas pertama ke gelas kedua. Hasil dinyatakan positif jika
gelas pertama tampak keruh sedangkan gelas kedua tampak jernih

Tatalaksana
Melakukan tindak lanjut secara teratur sampai
penyakitnya dinyatakan sembuh.
Sebelum penyakitnya benar-benar sembuh dianjurkan
untuk tidak melakukan hubungan seksual.
Pasangan seksual harus diperiksa dan diobati agar
tidak terjadi fenomena pingpong .

Terapi gonore tanpa komplikasi :


Cefixime 400 mg per oral dosis tunggal
Ceftriaxone 250 mg im dosis tunggal
Ciprofloxacine 500 mg per oral dosis tunggal
Ofloxacin 400 mg per oral dosis tunggal
Spectinomycin, 2 g im injeksi, dosis tunggal
Bila diduga ada infeksi campuran dengan Chlamydia dapat ditambahkan :
Erytromycine 500 mg sehari 4 kali peroral selama 7 hari
Doxycycline 100 mg/ sehari 2 kali peroral selama 7 hari

Ciprofloxacin kontraindikasi untuk ibu hamil dan tidak dianjurkan untuk


anak-anak.

Terapi gonore dengan komplikasi:


Meningitis dan Endocarditis
Ceftriaxone 1-2 g IV setiap 12 jam untuk meningitis dilanjutkan 10-14 hari dan untuk endocarditis diteruskan paling
sedikit 4 minggu.

Arthritis , tenosynovitis dan dermatitis

Ciprofloxacin : 500 mg IV setiap 12 jam


Ofloxacin : 400 mg IV setiap 12 jam
Ceftriaxone : 1 g im/iv tiap 24 jam
Cefotaxime 1 g IV setiap 8 jam

Komplikasi ( lokal)

Ciprofloxacin : 500 mg oral selama 5 hari


Ceftriaxone 125 mg im selama 5 hari
Cefixime 400 mg oral selama 5 hari
Spectinomycin 2 g im selama 5 hari

Regimen terapi untuk disseminated gonococcal :


Ceftriaxone : 1 g im/iv satu kali sehari selama 7 hari
Spectinomycin 2 g im dua kali sehari selama 7 hari

Terapi gonore pada wanita hamil


Ceftriaxone 250 mg dosis tunggal
Amoxicilline 3g + probenesid 1 g
Cefixime 400 mg dosis tunggal

Komplikasi
PID ( Pelvic Inflammatory Disease )
Komplikasi gonore yang tersering pada wanita. Kejadiaannya
diperkirakan 10-20% dari infeksi gonore akut. Dapat mengenai
endometrium, salping, ovarium dan peritoneum dengan gejala
nyeri perut bagian bawah, nyeri pada menstruasi dan nyeri
pada waktu koitus.

Bartholinitis
Proses infeksi yang terjadi pada kelenjar Bartolin. Peradangan
pada kelenjar ini biasanya disebabkan oleh Gonococcus atau
bakteri lainnya. Gejala yang dapat ditemukan adalah sangat
nyeri, akibatnya sukar berjalan, pembengkakan labium mayus
dengan tanda radang aktif lainnya dan pada muara kelenjar
tampak nanah yang purulent.

Uretritis
Gejala utama berupa disuria. Pada pemeriksaan ditemukan
uretra yang merah dan edematous serta bila ditekan dapat
keluar pus.

Servisitis
Sering didapatkan tanpa keluhan kadang ada fluor albus. Pada
inspekulo ditemukan serviks yang merah, erosif, pus
mukopurulen.

Herpes genitalis
Defenisi
Herpes genitalis adalah infeksi pada genital yang
disebabkan oleh Herpes Simplex Virus (HSV) dengan
gejala khas berupa vesikel yang berkelompok dengan
dasar eritema dan bersifat rekurens.

Etiologi
Herpes Simplex Virus (HSV) dibedakan menjadi 2 tipe
oleh SHARLITT tahun 1940 menjadi HSV tipe 1 dan HSV
tipe 2.
HSV tipe 2 merupakan tipe dominan yang ditularkan
melalui hubungan seksual genito-genital.
HSV tipe 1 justru banyak ditularkan melalui aktivitas
seksual oro-genital atau melalui tangan

Cara penularan
Horisontal
Ketika seorang individu yang seronegatif berkontak
dengan individu yang seropositif melalui vesikel yang
berisi virus aktif (81%-88%), ulkus atau lesi HSV yang
telah mengering (36%) dan dari sekresi cairan tubuh
yang lain seperti salivi, semen, cairan genital (3,6%25%).

Vertikal
Pada neonatus baik itu pada periode antenatal,
intrapartum dan postnatal. Periode antenatal
bertanggung jawab terhadap 5% dari kasus HSV pada
neonatal. Transmisi ini terjadi pada saat ibu mengalami
infeksi primer dan virus berada dalam fase viremia
sehingga secara hematogen virus tersebut masuk ke
dalam plasenta mengikuti sirkulasi uteroplasenta
akhirnya menginfeksi fetus.

Patogenesis
Bila seseorang terpajan HSV, maka infeksi dapat berbentuk episode I infeksi primer
(inisial), episode I non infeksi primer, infeksi rekurens, asimptomatik atau tidak terjadi
infeksi sama sekali. Pada episode I infeksi primer, virus yang berasal dari luar masuk ke
dalam tubuh hospes.
Kemudian terjadi penggabungan dengan DNA hospes di dalam tubuh hospes tersebut dan
mengadakan multiplikasi/replikasi serta menimbulkan kelainan di kulit
.Selanjutnya virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf regional
(ganglion sakralis) dan berdiam di sana serta bersifat laten.
Pada episode I non infeksi primer, infeksi sudah lama berlangsung tetapi belum
menimbulkan gejala klinis.
Bila pada suatu waktu ada faktor pencetus, virus akan mengalami reaktivasi dan
multiplikasi kembali sehingga terjadilah infeksi rekurens.
Trigger factor tersebut antara lain adalah trauma, koitus yang berlebihan, demam,
gangguan pencernaan, stress emosi, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol, obatobatan (imunosupresif, kortikosteroid), dan pada beberapa kasus sukar diketahui dengan
jelas penyebabnya.

Ada beberapa pendapat mengenai terjadinya infeksi


rekuren :
Faktor pencetus akan mengakibatkan reaktivasi virus
dalam ganglion dan virus akan turun melalui akson
saraf perifer ke sel epitel kulit yang dipersarafinya dan
disana akan mengalami replikasi dan multiplikasi serta
menimbulkan lesi.
Virus secara terus menerus dilepaskan ke sel-sel epitel
dan adanya faktor pencetus ini menyebabkan
kelemahan setempat dan menimbulkan lesi rekurens.

Gejala klinis
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah
terinfeksi
Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutan dan
sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan yang kecil,
yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa
nyeri
Penderita bisa mengalami nyeri saat berkemih atau
disuria dan ketika berjalan akan timbul nyeri
Kelenjar getah bening selangkangan biasanya agak
membesar
Lepuhan dan luka bisa terbentuk di vulva dan leher

Herpes genitalis pada kehamilan


Pada kehamilan timbul herpes genitalis, perlu mendapat
perhatian yang serius, karena melalui plasenta virus dapat
sampai ke sirkulasi fetal serta dapat menimbulkan
kerusakan atau kematian pada janin.
Kelainan yang timbul pada bayi berupa enfefalitis,
mikrosefali, hidrosefali, koroideretinitis, keratokonjungtivitis,
atau hepatitis, disamping itu juga timbul lesi pada kulit.
Bila transmisi terjadi pada trimester I cenderung terjadi
abortus, sedangkan pada trimester II, terjadi prematuritas.
Selain itu dapat terjadi transmis pada saat intrapartum atau
pasca partum.

Herpes genitalis pada


imunodefisiensi
Herpes genitalis merupakan satu masalah pada
penderita dengan imunodefisiensi, oleh karena kelainan
yang ditemukan cukup progresif berupa ulkus yang
dalam di daerah anogenital.
Disamping itu lesi juga lebih luas dibandingkan dengan
keadaan biasanya.
Pada keadaan imunodefisiensi yang tidak berat
didapatkan keluhan rekurensi yang lebih sering dengan
penyembuhan yang lebih lama.

Pemeriksaan
Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah
pemeriksaan tes Tzank yang diwarnai dengan pengecatan
Giemsa atau Wright, akan terlihat sel raksasa berinti banyak.
Sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan ini umumnya rendah.
Pemeriksaan langsung dengan mikroskop elektron, hasilnya
sudah dapat dilihat dalam waktu 2 jam, tetapi tidak spesifik
karena dengan teknik ini berkelompok virus herpes tidak dapat
dibedakan.
Cara paling baik adalah dengan melakukan kultur jaringan,
karena paling sensitif dan spesifik dibandingkan dengan caracara lain. Bila titer virus dalam spesimen cukup tinggi, maka hasil
positif dapat dilihat dalam jangka waktu 24-48 jam

Teknik pemeriksaan dengan imunofloresensi,


imunoperoksidase dan ELISA. Deteksi antigen secara
langsung dari spesimen sangat potensial, cepat dan
dapat merupakan deteksi paling awal pada infeksi HSV
Pemeriksaan imunoperoksidase tak langsung dan
imunofluoresensi langsung memakai antibodi poliklonal
memberikan kemungkinan hasil positif palsu dan
negatif palsu. Dengan memakai antibodi monoklonal
pada pemeriksaan imunofluoresensi, dapat ditentukan
tipe virus.

komplikasi
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah akibat dari
penyakit ini pada bayi yang baru lahir. Herpes genitalis
pada trimester awal kehamilan dapat menyebabkan
abortus atau malformasi kongenital berupa
mikroensefali. Pada bayi yang lahir dari ibu pengidap
herpes ditemukan berbagai kelainan seperti hepatitis,
ensefalitis, keratokonjungtifitis bahkan stillbirth

Pengobatan non spesifik


Rasa nyeri dan gejala lain bervariasi, sehingga
pemberian analgetika, antipiretik, dan antipruritus
disesuaikan dengan kebutuhan individual.
Zat-zat pengering yang bersifat antiseptic, seperti
jodium povidon, secara topical mengeringkan lesi,
mencegah infeksi sekunder dan mempercepat waktu
penyembuhan.
Antibiotika atau kotrimoksasol dapat diberikan untuk
mencegah infeksi sekunder

Penatalaksanaan
Asiklovir dosis pemberian adalah 5mg/kgBB, dengan interval 8 jam.
Pengobatan secara oral diberikan dengan dosis 200mg 5 kali sehari
selama 5-10 hari.
Asiklovir topical diberikan dalam bentuk krim 5%. Obat ini bekerja
langsung pada sel yang terinfeksi serta memperpendek viral shedding.
Valasiklovir bioavaibilitasnya 3-5 kali lebih tinggi daripada yang dapat
dicapai oleh asiklovir oral dosis tinggi. Efek samping yang paling sering
dilaporkan ialah nyeri kepala dan mual.
Famsiklovir 3 kali 500mg per hari selama 5 hari, ternyata
mempersingkat viral shedding dan waktu penyembuhan.

Pencegahan
Pederita diberi penerangan tentang sifat penyakit yang data
menular terutama bila sedang terkena serangan, karena itu
sebaiknya melaksanakan abstinensia.
Proteksi individual. Digunakan alat perintang, yaitu busa
spermisidal dan kondom. Kombinasi tersebut, bila diikuti dengan
pencucian alat kelamin memakai air dan sabun pasca coitus,
dapat mencegah transmisi herpes genitalis hampir 100%
Faktor-faktor pencetus sedapat mungkin dihindari
Konsultasi psikiatrik dapat membantu karena faktor psikis
mempunyai peranan untuk timbulnya serangan.

Ulkus mole
Definisi
Penyakit infeksi genitalia akut, setempat, dapat
inokulasi sendiri, disebabkan oleh Haemophilus ducreyi,
dengan gejala klinis khas berupa ulkus pada tempat
masuk dan sering kali disertai supurasi kelenjar getah
bening regional.

Etiologi
Penyebab ulkus mole adalah Haemophilus ducreyi, yang
ditemukan oleh Ducrey pada tahun 1889
bakteri gram negatif, anaerobic fakultatif, perlu hemin
(faktor X) untuk pertumbuhannya
Berbentuk batang kecil atau pendek dengan ujung
bulat, tidak bergerak, dan tidak membentuk spora

Gambaran klinis
Masa inkubasi pada wanita sukar ditentukan, oleh karena sering
ditemukan kasus asimtomatik.
Pada wanita predileksi paling sering di fourchette , sekitar meatus
uretra, dan bagian dalam labia minora.
Tidak ada gejala prodromal sebelum timbulnya ulkus, dan tidak ada
gejala sistemik. Lesi awal berupa papul kecil dengan eritema ringan
di sekelilingnya
Sifat khas ulkus ini adalah multiple, sangat nyeri, terutama bila
terkena pakaian atau urin, tepi tidak rata dan bergaung, berbatas
tegas, dikelilingi oleh eritema ringan kecuali bila terdapat infeksi
sekunder. Dasar ulkus rapuh, kotor, mudah berdarah, nekrotik.
Tidak dijumpai indurasi pada dasar dan sekitar

Dasar ulkus rapuh, kotor, mudah berdarah, nekrotik. Tidak dijumpai


indurasi pada dasar dan sekitar ulkus.
Ulkus mole dapat berukuran 2-3 cm
Keluhan pada wanita seringkali tidak berhubungan dengan ulkus,
misalnya dysuria, nyeri pada waktu defekasi, dispareunia, atau duh
vagina.
Lesi intravagina jarang ditemukan dan biasanya tidak begitu nyeri.
Dapat pula terjadi lesi pada serviks, perineum, anorektum,
orofaring.
Lesi ekstravaginal dapat ditemukan, tergantung dari cara penularan
atau inokulasinya (misalnya di payudara, jari, di dalam mulut) Pada
wanita ulkus dapat lebih banyak, dan dalam.

Beberapa variasi klinis ulkus mole telah dilaporkan, diantaranya adalah :


Giant chancroid

Yaitu lesi soliter yang meluas ke perifer dan nampak ulserasi yang luas. Mula-mula
timbul ulkus kecil, tetapi meluas dengan cepat dan menutupi suatu daerah. Sering
mengikuti abses inguinal yang pecah, dan dapat meluas ke daerah suprapubis
bahkan ke daerah paha dengan cara autoinokulasi.
Ulkus mole serpiginosum
Lesi-lesi yang bergabung dan melebar oleh karena autoinokulasi, terjadi infeksi
campuran dan resistensi terhadap infeksi berkurang. Dapat mengenai daerah
inguinal atau paha dan dinding abdomen.
Ulkus mole gangrenosum
Bentuk lain dari chancroid yang disebabkan oleh superinfeksi dengan
fusospirochetosis. Dapat terjadi destruksi jaringan yang cepat dan dalam.

Transient chancroid
Berupa ulkus kecil yang membaik secara spontan dalam beberapa hari,
keadaan ini dapat diikuti dengan limfadenitis regional yang akut dalam
2-3 minggu kemudian. Gambaran ini menyerupai limfogranuloma
venereum.
Folicular chancroid
Ulkus kecil yang multiple yang timbul disekitar folikel rambut, seringkali
di daerah mons pubis. Dapat terlihat beberapa ulkus folikuler.
Papular chancroid
Dimulai dengan ulkus yang kemudian menimbul terutama pada tepinya.
Gambaran menyerupai kondilomata lata pada sifilis stadium II.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan sediaan hapus
Diambil bahan pemeriksaan dari tepi ulkus yang tergaung, dibuat hapusan pada
gelas alas, kemudian dibuat pewarnaan gram, wright, atau giemsa. Hanya pada
30-50% kasus ditemukan basil berkelompok atau berderet seperti rantai.

Biakan kuman
Bahan diambil dari pus bubo atau lesi kemudian ditanam pada perbenihan/pelat
agar khusus. Akhir-akhir ini ditemukan bahwa perbenihan yang mengandung
serum darah penderita sendiri yang sudah diinaktifkan memberikan hasil yang
memuaskan. Inkubasi membutuhkan waktu 48 jam. Medium yang mengandung
gonococcal medium base, ditambah dengan hemoglobin 1%, iso-Witalex 1% dan
vankomisin 3 mcg/ml akan mengurangi kontaminasi yang timbul.

Teknik immunofluorosens untuk menemukan antibody


Biopsi

Biopsi dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis, Pada


gambaran histologis ditemukan :
Daerah superfisial pada dasar ulkus neutrofil, fibrin, eritrosit, dan
jaringan nekrotik.
Daerah tengah: pembuluh-pembuluh darah kapiler baru dengan
proliferasi sel-sel endotel sehingga lumen tersumbat dan menimbulkan
trombosis. Terjadi perubahan degeneratif pada dinding pembuluh darah.
Daerah sebelah dalam: infiltrat padat terdiri atas sel-sel plasma dan selsel limfoid.

Autoinokulasi
Bahan diambil dari lesi yang dicurigai, diinokulasikan
pada kulit sehat daerah lengan bawah penderita yang
digores lebih dahulu. Pada tempat tersebut akan timbul
ulkus mole. Sekarang cara ini tidak dipakai lagi.

penatalaksanaan
Sistemik

Perubahan H. ducreyi terhadap pengaruh antibiotik


menyebabkan rekomendasi pengobatan sebelumnya tidak
terpakai lagi. H. ducreyi telah resisten terhadap
sulfonamide, tetrasiklin, ampisilin, kloramfenikol, dan
kanamisin. Centers of disease control merekomendasikan
pengobatan ulkus mole dengan

Azitromisin 1 gr oral dosis tunggal atau


Seftriakson 250 mg intramuscular dosis tunggal atau
Siprofloksasin dosis 500 mg oral 2 X sehari selama 3 hari atau
Eritromisin 500 mg 4 X sehari selama 7 hari.

Selain obat-obatan tersebut diatas yang juga efektif adalah:


Trimetoprim 160 mg sulfametoksasol 800 mg 2x sehari selama 7 hari
sebagai pengobatan alternatif. Penggunaan dosis tunggal trimetoprin
640 mg, sulfametoksasol 320 mg mempunyai efektifitas lebih rendah
dari rejimen lain. Pada penelitian didapatkan angka kegagalan
pengobatan 55% untuk ulkus dan 80% untuk bubo, pada penggunaan
dosis tunggal kombinasi tersebut.
Kombinasi amoksisilin 500 mg dan asam klavulanat 125 mg oral 3x
sehari selama 7 hari.
Fleroksasin dosis tunggal 200 mg.
Sefalotin 3 gr sehari intravenous selama 7 hari.

Topikal

Pengobatan topikal pada kasus ini terdiri atas


pemberian antiseptik seperti povidon iodin. Limfadenitis
tidak boleh diinsisi. Bila perlu diaspirasi untuk
mencegah ruptur spontan. Pada penderita yang
mengeluh ulkusnya sangat nyeri, dapat diberi terapi
topikal dengan kompres dingin untuk mengurangi
peradangannya. Penderita dianjurkan untuk istirahat,
karena bila penderita tetap melakukan aktivitasnya
maka akan memudahkan terjadinya adenopati.

Penatalaksaan ulkus mole pada penderita HIV

Penderita yang mengalami ko-infeksi dengan HIV harus dimonitor


dengan ketat. Pada penderita ini, waktu penyembuhan akan lama
dan kegagalan terapi sering terjadi. Seperti halnya yang terjadi di
Kenya, terapi menggunakan azitromisin, preparat seftriakson
atau dengan fleroksasin dosis tunggal. Sedangkan di Malawi,
kegagalan terjadi setelah ulkus mole diterapi dengan
menggunakan erthromisin dosis rendah atau siprofloksasin. CDC
merekomendasikan pemakaian preparat seftriakson dan
azithromicin pada penderita HIV, namun terbatas hanya pada
penderita yang dapat diikuti dengan seksama.

Penatalaksaan pasangan seksual

Seseorang yang memiliki kontak seksual dengan penderita ulkus


mole dalam 10 hari sebelum muncul gejala ulserasi di kelamin
penderita, maka sebaiknya diberi terapi, meskipun gejala klinisnya
belum muncul. Terbukti karier pembawa Haemophylus ducreyi
dapat terjadi pada penderita yang asimptomatis. Obat yang
diberikan pada penderita baik jenis maupun dosis obatnya. Jika
tidak mungkin melakukan abstinensia seksual maka penderita
harus menggunakan kondom saat berhubungan seksual selama
lesi masih ada. Meskipun demikian, kondom yang tidak dipakai
dengan cara yang benar dalam artian lesi ulkus tidak tertutup
kondom secara sempurna, masih memungkinkan untuk terjadinya
penularan penyakit.

Anda mungkin juga menyukai