Laporan Kasus
semu yang membatasi tumor dari jaringan miometrium. Didalam uterus
mungkin ada satu mioma, tetapi lebih sering multipel. Setiap mioma
berasal dari satu sel otot dan bukan metastase dari tumor primer. 3,5,7
Mioma uteri dapat diklasifikasikan menurut lokasinya dalam dinding
uterus yaitu mioma submukosum, mioma intramural, mioma subserosum,
mioma intraligamenter, wandering / parasitic fibroid dan mioma servikal.
Gejala yang timbul pada mioma uteri dapat berupa :
Perdarahan uterus yang abnormal
Merupakan manifestasi klinis yang paling sering dan paling
penting pada mioma yang dapat berupa menoragia, metroragia dan
hipermenorea.
Nyeri
Nyeri yang paling sering terjadi adalah dismenorea. Nyeri bisa
juga disebabkan kontraksi uterus pada saat mengeluarkan mioma
submukosum yang bertangkai.
Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung pada besar dan lokasi mioma uteri.
Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra
dapat menyebabkan retensi urin, pada rektum dapat menyebabkan
konstipasi, obstipasi dan tenesmus, sedangkan penekanan pada
pembuluh darah dan pembuluh limfe pelvik dapat menyebabkan edema
tungkai dan nyeri panggul.
Infertilitas dan abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau
menekan pars intersisialis tuba sedangkan mioma submukosum juga
memudahkan terjadinya abortus karena distorsi rongga uterus.
Laporan Kasus
Pemeriksaan bimanual dapat mengungkapkan adanya tumor padat uterus
yang umumnya terletak digaris tengah, seringkali teraba berbenjolbenjol. Mioma submukosum kadangkala dapat teraba dengan jari yang
masuk kedalam kanalis servikalis. Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan terdiri dari pemeriksaan laboratorium, USG, MRI, CT- scan,
histerosalfingografi, histeroskopi dan laparaskopi.
Penanganan mioma uteri dapat berupa :
Konservatif
Bila ukuran mioma tidak lebih besar dari tinju, asimtomatis,
mendekati menopause, cukup dilakukan pemeriksaan pelvis secara
rutin tiga atau enam bulan sekali sehingga pertumbuhan yang cepat
atau adanya komplikasi dapat diketahui.
Terapi operatif
Dapat berupa miomektomi atau histerektomi transabdominal/
transvaginal.
Terapi sinar
Pada pasien dengan kesehatan umum yang tidak memungkinkan
untuk dioperasi dapat dilakukan penyinaran dengan sinar roentgen
dimana dengan sinar, fungsi ovarium dihentikan sehingga tumor
mengecil.
Terapi hormonal
Pemberian analog Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)
dimak-sudkan untuk menekan sekresi estrogen sehingga tumor akan
mengecil. Preparat ini diberikan secara intermiten karena dapat
menyebabkan
osteoporosis.
Bila
obat
dihentikan
akan
terjadi
Laporan Kasus
Berikut ini dilaporkan kasus mioma uteri intramural yang dirawat di
Bagian Obstetri Ginekologi RSUP Manado.
Laporan Kasus
LAPORAN KASUS
Nama
: Ny. ST
Umur
: 42 tahun
Alamat
Pendidikan
: SMP
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
ANAMNESIS
Keluhan utama : penderita dikirim oleh dokter ahli dengan diagnosis
mioma uteri dan menometroragia
Riwayat penyakit sekarang
Perdarahan dari jalan lahir dialami penderita sejak 5 bulan
yang lalu, banyak dan bergumpal. Perdarahan berlangsung hilang timbul
baik didalam maupun diluar siklus haid. Bila haid, darah yang keluar
banyak dan berlangsung lebih lama dari biasanya. Nyeri perut bagian
bawah dirasakan penderita hilang timbul, nyeri timbul terutama
menjelang haid. Benjolan di perut bagian bawah baru diketahui
penderita 2 minggu yang lalu. Oleh karena keluhan perdarahan dan
benjolan tersebut sehingga penderita berobat di RS Budi Mulia Bitung
dan dirawat selama 2 minggu. Selama perawatan perdarahan masih
tetap ada dalam jumlah sedikit. Penderita kemudian berobat ke
dokter ahli dan dikirim ke RSUP.
Penderita tidak mengeluh adanya gangguan buang air besar dan buang
air kecil.
Laporan Kasus
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat sakit jantung, paru-paru, hati, ginjal, tekanan darah
tinggi dan kencing manis tidak pernah dialami penderita.
Riwayat operasi sebelumnya
Tidak ada.
Riwayat perkawinan
Penderita kawin 1 kali dengan suami sekarang, umur waktu kawin
18 tahun.
Riwayat haid
Menars 12 tahun, siklus teratur setiap bulan, lamanya 4 hari,
darah haid biasa, nyeri saat haid (+). Sejak 5 bulan yang lalu, haid
mulai tidak teratur dan pada saat haid, darah banyak dan bergumpal
serta berlangsung lebih lama.
Riwayat penyakit ginekologi
Riwayat nyeri pinggang/panggul (), riwayat sakit kelamin (),
riwayat keputihan (), riwayat terlambat haid (), keluhan perdarahan
pasca senggama (), nyeri saat haid (+).
Riwayat obstetrik
P1, 1986, spontan kepala, aterm, di RS Gunung Wenang, 2800 g,
hidup.
Riwayat Keluarga Berencana
Tidak ada.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : cukup
Tinggi badan
Berat badan : 53 kg
: 153 cm
Laporan Kasus
Mata
Leher
Dada
: kesan
tidak
membesar,
bunyi
jantung
reguler, bising ()
paru-paru : sonor, vesikuler, ronki (/), wheezing (/)
Abdomen
: inspeksi
palpasi
: agak cembung
: teraba massa setinggi pusat, letak ditengah,
besar massa 15 x 20 cm, konsistensi padat,
permukaan berbenjol, mobilitas terbatas,
nyeri tekan ()
perkusi
: pekak berpindah ()
Inspekulo
: fluor (), fluksus (+), vagina tidak ada kelainan, porsio licin,
livide (), erosi (), OUE terbuka, tampak darah mengalir
dari OUE
Periksa dalam : fluor (), fluksus (+), vagina tidak ada kelainan
korpus uteri antefleksi, membesar ukuran 15x20x15
cm,
konsistensi
padat,
permukaan
berbenjol,
Laporan Kasus
kavum
Douglassi
lemas,
nyeri
tekan
(),
tidak
berbenjol
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hb 7,0 g/dL, lekosit 10.300 /mm3, trombosit 59.000 /mm3,
GDS 95 mg/dL, ureum 35,3 mg/dL, kreatinin 0,9 mg/dL
EKG
Sinus takikardia
Foto toraks
Jantung dan paru-paru kesan normal
USG
Kesan : mioma uteri
DIAGNOSIS KERJA
P1A0, 42 tahun, dengan menometroragia + anemia e.c. mioma uteri
DIAGNOSIS BANDING
Karsinoma endometrium
SIKAP
D & C pemeriksaan PA
Lapor konsulen
Laporan Kasus
FOLLOW UP
Tanggal 8 13 Mei 2002
Keluhan
Kesadaran : CM
Toraks
: C/P dbn
Abdomen
Ekstremitas : edema /
Laboratorium
Diagnosis
Sikap
Laporan Kasus
Tanggal 14 Mei 2002
Keluhan
Kes : cm
: konjungtiva
anemis
(/),
sklera
ikterik /
Toraks
: C/P dbn
pusat,
konsistensi
padat,
Diagnosis
Sikap
: Operasi dibatalkan
Konsul bagian Penyakit Dalam :
Diagnosis : malaria tropika
Terapi
15
mg
tablet
sekaligus
- Parasetamol 3x500 mg kp
Anjuran : kontrol
Klorokuin
10
DDR
sesudah
terapi
Laporan Kasus
Tanggal 15 16 Mei 2002
Keluhan
Kes : cm
endoserviks
sebagian
dengan
endometrium
kelenjar
proliferatif
Sikap
: Terapi dilanjutkan
Kontrol DDR tanggal 17 Mei 2002
Kes : cm
11
Laporan Kasus
Abdomen : hepar dan lien tidak teraba
Laboratorium
Diagnosis
Sikap
Kesadaran : cm
: konjungtiva
anemis
/,
sklera
ikterik /
Toraks
: C/P dbn
Abdomen
Ekstremitas : edema /
12
Laporan Kasus
Laboratorium
waktu
perdarahan
menit
Kimia klinik : SGOT 20 U/L, SGPT 15 U/L,
ureum
17
mg/dL,
kreatinin
Sikap
13
Laporan Kasus
sambil mengontrol perdarahan. Pasang miom bor dan uterus coba
diluksir keluar. Ligamentum rotundum kiri dijepit dengan 2 klem
selanjutnya digunting diantara 2 klem dan dijahit secara double ligasi.
Hal yang sama dilakukan juga pada sisi sebelah kanan. Plika diinsisi
kemudian diperlebar sampai pangkal tuba. Selanjutnya dibuat window
dengan menembus ligamentum latum pada bagian bawah pangkal tuba
dan ligamentum ovarii proprium. Jepit dengan 2 klem, gunting
diantaranya dan dijahit secara double ligasi. Tepi uterus disusun
dengan menjepit dengan klem kemudian digunting dan dijahit.
Identifikasi arteri uterina sementara itu perlekatan dibebaskan.
Setelah mencapai daerah puncak vagina, dijepit dengan 2 klem
bengkok panjang dan digunting diantaranya dan dijahit. Kasa betadine
dimasukkan kearah vagina dari puncak vagina. Setelah pinggir puncak
vagina dijepit dengan beberapa klem panjang, puncak vagina dijahit
secara simpul dan jelujur. Selanjutnya ovarium kanan dikeluarkan
dengan menjepit pada ligamentum infundibulopelvikum kanan dan
digunting serta dijahit secara double ligasi. Benang dari ligamentum
rotundum, ligamentum infundibulopelvikum kanan dan tuba kiri saling
dikaitkan kemudian diikat dengan puncak vagina. Plika ditutup dan
dilakukan reperitonealisasi. Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis.
Peritoneum dengan catgut secara jelujur. Otot dengan plain catgut
secara simpul. Kulit dengan sutera secara simpul. Perdarahan : 350
cc. Diuresis : 750 cc.
Jam 11.15 WITA operasi selesai
14
Laporan Kasus
Keadaan umum post operasi
T 130/80 mmHg, N 84 x/m, R 20 x/m
Jumlah perdarahan
: 350 cc
Operasi dimulai
: jam 09.00
Operasi selesai
: jam 11.15
Jenis operasi
: HTSOD
Lama operasi
: 2 jam 15 menit
Puasa
Pengobatan : IVFD RL : D 5 % = 2 : 2
Injeksi Ampisilin 3 x 1 g IV
Metronidazole 2 x 0,5 g
Injeksi Alinamin F 3 x I amp IV
Injeksi Transamin 3 x I amp IV
Injeksi Vitamin C 3 x I amp IV
Kaltrofen supp 1 x II
15
Laporan Kasus
FOLLOW UP POST OPERASI
Tanggal 1 Juni 2002
Keluhan
: ()
Kes : cm
: konjungtiva
anemis
(/),
sklera
ikterik /
Toraks
: C/P dbn
: Hb 11,3 g/dL
Diagnosis
Sikap
: IVFD RL : D 5 % = 2 : 2
Injeksi Ampisilin 3 x 1 g IV
Metronidazole 2 x 0,5 g
Injeksi Alinamin F 3 x I amp IV
Injeksi Vitamin C 3 x I amp IV
Mobilisasi bertahap
Minum sedikit-sedikit
: flatus (+)
Kes : cm
16
Laporan Kasus
Diagnosis
Sikap
: Infus stop
Amoksisilin 3 x 500 mg
Metronidazole 3 x 500 mg
Asam Mefenamat 3 x 500mg
Roboransia 1 x 1
Mobilisasi bertahap
Diet : makanan cair makanan lunak
: ()
Kes : cm
Sikap
: Ganti kasa
Kateter dilepas
Terapi oral diteruskan
Diet : makanan biasa
: ()
Kes : cm
17
Laporan Kasus
Abdomen : datar, lemas, NT (), luka operasi
kering, peristaltik (+) normal
Diagnosis
Sikap
: ()
Kes : cm
Sikap
: ()
Kes : cm
Sikap
18
Laporan Kasus
Hasil pemeriksaan PA :
Diterima 2 potong jaringan :
Uterus : jaringan
ukuran
20x15x10
cm,
serviks
utuh
dengan
sel-sel
berbentuk
spindel
: jaringan
ovarium
dengan
korpus
luteum
perdarahan
Kesimpulan : Mioma uteri
Tanggal 7 Juni 2002
Keluhan
: ()
Kes : cm
Sikap
19
Laporan Kasus
DISKUSI
Hal-hal yang akan didiskusikan pada kasus ini terdiri dari :
1. Diagnosis
2. Penanganan
3. Komplikasi
4. Prognosis
1. Diagnosis
Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan
fisik,
pemeriksaan
ginekologik
dan
pemeriksaan
penunjang
yang
dilakukan
adalah
USG
yang
20
Laporan Kasus
tidak terdeteksi. Gejala yang timbul tergantung pada lokasi, ukuran,
adanya komplikasi dan status kehamilan penderita. Adapun gejala
klinik yang sering adalah perdarahan uterus abnormal, nyeri, adanya
gejala akibat penekanan, infertilitas dan abortus spontan.
Pada kasus ini ditemukan perdarahan uterus abnormal berupa
menometroragia yang merupakan manifestasi klinik paling sering dan
paling penting. Penyebab menoragia ialah perluasan dari permukaan
endometrium, hiperplasia endometrium dan penekanan vena oleh
mioma/tumor yang mengakibatkan kongesti vena di endometrium.
Sedangkan metroragia disebabkan oleh massa mioma yang mengalami
trombosis
vena
endometrial
dan
nekrosis
pada
permukaannya
21
Laporan Kasus
2. Penanganan
Secara umum penanganan kasus mioma uteri adalah penanganan
konservatif, operatif, sinar/radiasi dan medikamentosa. Penanganan
operatif dilakukan tergantung usia penderita, paritas, besarnya mioma
uteri, beratnya keluhan yang ditimbulkan serta fungsi reproduksi.
Tindakan operatif dapat berupa miomektomi atau histerektomi yang
dapat dilakukan transabdominal, perlaparaskopi ataupun transvaginal.
Miomektomi dilakukan bila fungsi reproduksi masih diperlukan (masih
menginginkan anak) serta keadaan mioma memungkinkan. Histerektomi
dilakukan bila fungsi reproduksi sudah tidak diperlukan, pertumbuhan
tumor cepat dan terdapat perdarahan yang membahayakan penderita. 9
Pada kasus ini direncanakan akan dilakukan histerektomi totalis
mengingat ukuran mioma yang cukup besar, adanya perdarahan yang
bisa membahayakan penderita serta usia penderita yang menjelang
menopause. Ovarium yang satu ditinggalkan dengan maksud untuk
mencegah agar tidak terjadi menopause sebelum waktunya serta
mencegah terjadinya gangguan koroner atau arteriosklerosis umum. 9
Untuk
persiapan
pra
operatif,
dilakukan
pemeriksaan
22
Laporan Kasus
dibatalkan.
Penularan
malaria
disebabkan
oleh
gigitan
nyamuk
Gejala
klasik
dari
malaria berupa
dingin, panas
dan
akibat
pengrusakan
eritrosit
oleh
parasit,
hambatan
23
Laporan Kasus
3. Komplikasi
Pada kasus ini ditemukan adanya komplikasi berupa anemia
sebagai akibat dari perdarahan uterus abnormal yang semakin
diperberat dengan adanya malaria. Sedangkan komplikasi yang lain
seperti infertilitas, infeksi, torsi, dan abortus tidak dijumpai.
4. Prognosis
Prognosis pada kasus ini adalah dubia ad bonam dimana waktu
pemeriksaan dalam ditemukan adanya massa yang membesar ukuran
15x20x15 cm, permukaan berbenjol, nyeri tekan tidak ada sehingga
kemungkinan adalah tumor jinak. Hal ini ditunjang dengan hasil
pemeriksaan histopatologi yang menunjukkan tumor jinak mioma uteri
dimana tidak ditemukan sel-sel ganas.
SARAN
Berhubung insiden mioma uteri cukup tinggi pada wanita, perlu
untuk dilakukan pemeriksaan pelvis secara rutin sehingga mioma uteri
dapat dideteksi secara dini.
24
Laporan Kasus
DAFTAR PUSTAKA
1.
25
LAPORAN KASUS
Oleh :
96 01 157
Pembimbing :
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus dengan judul Mioma Uteri dengan Malaria Tropika telah
dikoreksi, dibacakan, dan disetujui pada tanggal 24 Juni 2002.
Pembimbing