Isi Referat
Isi Referat
PENDAHULUAN
satu
indikator
keberhasilan
pembangunan
adalah
semakin
1993, arahan PJPT II antara lain adalah mengenai perlunya diberikan perhatian
pada penduduk lansia, mengingat kelompok penduduk lansia memiliki
pengalaman luas, kearifan, dan pengetahuan yang dapat dimanfaatkan untuk
pembangunan. Pada Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan,
manusia usia lanjut diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan
kemampuannya agar tetap sehat dan produktif (3).
Dari sisi kualitas hidup penduduk lansia cenderung mengalami masalah
kesehatan. Data menunjukkan bahwa ada kecenderungan angka kesakitan lanjut
usia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kondisi ini tentunya harus
mendapatkan perhatian berbagai pihak. Lansia yang sakit-sakitan akan menjadi
beban bagi keluarga, masyarakat, dan bahkan pemerintah, sehingga akan menjadi
beban dalam pembangunan. Oleh sebab itu, kita harus menjadikan masa lansia
menjadi tetap sehat, produktif, dan mandiri. Hal ini tidak akan tercapai bila kita
tidak mempersiapkan masa lanjut usia sejak usia dini (2).
Penyebab penyakit pada golongan lansia disebabkan karena menurunnya
fungsi berbagai alat tubuh oleh adanya proses penuaan. Sel-sel banyak diganti,
produksi hormon menurun, dan produksi zat-zat untuk daya tahan tubuh seorang
lansia akan mundur. Penyakit atau keluhan yang umum diderita para lansia adalah
penyakit hipertensi ,reumatik, penyakit jantung, penyakit paru, diabetes mellitus,
jatuh, lumpuh separuh badan, TBC paru, patah tulang, kanker, dan juga
kekurangan gizi (4).
Makin meningkatnya harapan hidup makin kompleks penyakit yang diderita
oleh orang lanjut usia, termasuk lebih sering terserang hipertensi. Hipertensi pada
lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST), dan pada
umumnya merupakan hipertensi primer. Adanya hipertensi, baik HST maupun
kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas
untuk orang lanjut usia. Hipertensi masih merupakan faktor risiko utama untuk
stroke, gagal jantung dan penyakit koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih
besar dibandingkan pada orang yang lebih muda (5).
Pembangunan
kesehatan
bertujuan
untuk
meningkatkan
kesadaran,
kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Oleh karena itu perlu diselenggarakan upaya
kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, promosi kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan (4).
Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok usia
lanjut ini, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui
beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu
lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan
kesehatan tingkat lanjutan adalah rumah sakit. Puskesmas merupakan unit
pelaksana yang melaksanakan tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan di
tingkat wilayah kecamatan. Puskesmas bertanggungjawab
menyelenggarakan
1. 2. Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka timbul suatu
permasalahan bagaimana upaya pengendalian hipertensi pada lansia yang bisa
dilakukan oleh Posyandu lansia secara optimal?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lansia
1. Pengertian
Lansia yaitu lanjut usia atau manusia usia lanjut (manula). Usia lanjut
adalah seseorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik
yang secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun karena sesuatu hal
tidak mampu lagi berperan secara aktif dalam pembangunan (3).
Menurut dokumen Pelembagaan Lanjut Usia dalam Kehidupan Bangsa yang
diterbitkan oleh Departemen Sosial dalam rangka pencanangan Hari Lanjut Usia
Nasional tanggal 29 Mei 1996 oleh Presiden RI, batas usia lanjut adalah 60 tahun
atau lebih, sebelumnya berdasarkan UU No 4 tahun 1965 yang dimaksud usia
lanjut dalam program pemerintah adalah mereka yang berusia 55 tahun keatas.
Hal ini selaras berdasarkan usia harapan hidup yang makin meningkat. Pada tahun
1991 usia harapan hidup mencapai 64,7 tahun untuk perempuan dan untuk lakilaki 61 tahun sedangkan pada tahun 1995 meningkat menjadi 66,7 tahun untuk
perempuan dan 62,9 tahun untuk laki-laki. WHO mengelompokkan usia lanjut
atas tiga kelompok, yaitu (3,6) :
-
2. Karakteristik Lansia
Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui
keberadaan masalah kesehatan lansia adalah (7):
a. Jenis kelamin; lansia lebih banyak pada wanita. Terdapat perbedaan kebutuhan
dan masalah kesehatan yang berbeda antara lansia pria dan wanita. Misalnya
lansia pria dengan hipertropi prostat, maka wanita mungkin menghadapi
osteoporosis.
b. Status perkawinan; status masih pasangan lengkap atau sudah hidup
janda/duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun
psikologis.
c. Living arrangement; misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama
istri, anak atau keluarga lainnya.
d. Kondisi kesehatan
e. Keadaan ekonomi
pendapatan
semakin
menurun
sampai
seberapa
besar
dibandingkan dengan negara maju. Hal ini menunjukkan bahwa masalah lansia
tidak hanya di negara maju saja tetapi juga negara berkembang (7).
Di Indonesia tahun 2000 proporsi penduduk lansia adalah 7,18 persen dan
tahun 2010 meningkat sekitar 9,77 persen, sedangkan tahun 2020 diperkirakan
proporsi lansia dari total penduduk Indonesa dapat sampai 11,34 persen. Menurut
U.S. Census Bureau, International Data Base, 2009, penduduk lansia dua tahun
terakhir mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2007, jumlah
penduduk lansia sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat menjadi 20.547.541 pada
tahun 2009. Jumlah ini termasuk terbesar keempat setelah China, India dan
Jepang. Badan kesehatan dunia WHO bahwa penduduk lansia di Indonesia pada
tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta
orang, balitanya tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar
di dunia (1,2).
2.2. Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi adalah gejala peningkatan tekanan darah yang sama atau
melebihi 140 mmHg sistolik dan sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada
individu yang tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi. Pada kasus hipertensi
esensial atau primer, penyebab primer dari keadaan hipertensi tidak diketahui,
sedangkan pada hipertensi sekunder terjadi keadaan peningkatan tekanan darah
dengan sebab yang jelas (9,10).
Menurut JNC VII tahun 2003 klarifikasi hipertensi dijabarkan sebagai
berikut (9,10) :
10
Sistole (mmHg)
<120
120-139
140-159
>160
Diastole (mmHg)
<80
80-89
90-99
>100
2. Etiologi
Hipertensi primer secara pasti belum diketahui penyebabnya, namun
banyak ahli meyakini bahwa etiologi hipertensi primer lebih banyak disebabkan
oleh proses interaksi antara faktor keturunan dan lingkungan. Selain itu faktor
yang cukup erat kaitannya dengan berkembangnya hipertensi adalah kebiasaan
dan pola hidup tidak sehat sehingga tercipta sekumpulan gejala gangguan
metabolik seperti obesitas dan diabetes mellitus (9,10,11).
3. Epidemiologi
Epidemiologi sebagai suatu ilmu khusus yang mempelajari tentang jumlah
dan
penyebaran
penyakit
pada
manusia
serta
faktor-faktor
yang
11
satu peneliti dengan peneliti Iainnya, dan penyebaran hipertensi menurut ciri-ciri
manusia lainnya serta penyebaran menurut waktu belum banyak diketahui (12).
Walaupun peningkatan tekanan darah bukan merupakan bagian normal
dari ketuaan, insiden hipertensi pada lanjut usia adalah tinggi. Setelah umur 69
tahun, prevalensi hipertensi meningkat sampai 50%. Pada tahun 1988-1991
National Health and Nutrition Examination Survey menemukan prevalensi
hipertensi pada kelompok umur 65-74 tahun yaitu prevalensi keseluruhan 49,6%
untuk hipertensi derajat 1 (140-159/90-99 mmHg), 18,2% untuk hipertensi derajat
2 (160-179/100-109 mmHg), dan 6.5% untuk hipertensi derajat 3 (>180/110
mmHg). Prevalensi HST adalah sekitar berturut-turut 7%, 11%, 18% dan 25%
pada kelompok umur 60-69, 70-79, 80-89, dan diatas 90 tahun. HST lebih sering
ditemukan pada perempuan dari pada laki-laki. Pada penelitian di Rotterdam,
Belanda ditemukan: dari 7983 penduduk berusia diatas 55 tahun, prevalensi
hipertensi (160/95 mmHg) meningkat sesuai dengan umur, lebih tinggi pada
perempuan (39%) dari pada laki-laki (31%). Di Asia, penelitian di kota Tainan,
Taiwan menunjukkan hasil sebagai berikut: penelitian pada usia diatas 65
ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 60,4% (laki-laki 59,1% dan perempuan
61,9%), yang sebelumnya telah terdiagnosis hipertensi adalah 31,1% (laki-laki
29,4% dan perempuan 33,1%), hipertensi yang baru terdiagnosis adalah 29,3%
(laki-laki 29,7% dan perempuan 28,8%). Pada kelompok ini, adanya riwayat
keluarga dengan hipertensi dan tingginya indeks massa tubuh merupakan faktor
risiko hipertensi. Ditengarai bahwa hipertensi sebagai faktor risiko pada lanjut
12
usia. Pada studi individu dengan usia 50 tahun mempunyai tekanan darah sistolik
terisolasi sangat rentan terhadap kejadian penyakit kardiovaskuler (5).
Di Indonesia pada tahun 2000 penderita hipertensi diperkirakan sebesar 15
juta orang, tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 615% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita
hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena
tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor risikonya, dan 90% kasus
hipertensi merupakan hipertensi esensial. Prevalensi rata-rata tiap daerah berkisar
antara 6% sampai dengan 15%, sedangkan angka-angka ekstrim rendah terdapat
di Ungaran Jawa Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian
Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%. Sedangkan menurut Riset
Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) tahun 2007, berdasarkan hasil
pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke
atas di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi
tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%) (5).
4. Patogenesis
Baik sistolik maupun diastolik meningkat sesuai dengan meningkatnya
umur. Sistolik meningkat secara progresif sampai umur 70-80 tahun, sedangkan
diastolik meningkat sampai umur 50-60 tahun dan kemudian cenderung menetap
atau sedikit menurun. Kombinasi perubahan ini sangat mungkin mencerminkan
adanya pengakuan pembuluh darah`dan penurunan kelenturan (compliance) arteri
dan ini mengakibatkan peningkatan tekanan nadi sesuai dengan umur (5).
13
Perubahan
keseimbangan
antara
vasodilatasi
adrenergik
dan
14
kiri, dan disfungsi diastolik. Ini menyebabkan penurunan fungsi ginjal dengan
penurunan perfusi ginjal dan laju filtrasi glomerulus (5).
Kaplan
menggambarkan
beberapa
faktor
yang
berperan
dalam
HIPERTENSI
Hipertensi = CJ x TP
Curah Jantung
Tahanan Perifer
Preload Kontraktilitas
Kontriksi Hipertrofi
fungsionalStruktural
Volume Kontriksi
Cairan Vena
Retensi Na Luas Aktivitas
Renin
Hiper
Perubahan
Angiotensin
Membran
Sel
Insulinemia
Asupan Na
Faktor
stress
Genetik
Faktor
Faktor
Obesitas
Endotel
Genetik
Patofisiologi Hipertensi
Gambar 2. Faktor yang terlibat dalam patofisiologi hipertensi
5. Diagnosis Hipertensi
Pada semua umur, diagnosis hipertensi memerlukan pengukuran berulang
dalam keadaan istirahat, tanpa ansietas, kopi, alkohol, atau merokok. Namun
demikian, salah diagnosis lebih sering terjadi pada lanjut usia, terutama
perempuan, akibat beberapa faktor seperti panjang cuff mungkin tidak cukup
untuk orang gemuk atau berlebihan atau orang terlalu kurus, penurunan
sensitivitas refleks baroreseptor sering menyebabkan fluktuasi tekanan darah dan
hipotensi postural. Fluktuasi akibat ketegangan (hipertensi jas putih atau white
coat hypertension) dan latihan fisik juga lebih sering pada lanjut usia. Arteri yang
15
16
nyeri tenggorok (15% vs. 7%), Nokturia merupakan gejala tersering pada kedua
jenis kelamin, 68% (5).
orang
lanjut
usia
menunjukkan
pseudohipertensi
(pembacaan
hipertensi
lanjut
usia,
penurunan
diastolik
hendaknya
17
Mengubah
pola
hidup/intervensi
nonfarmakologis
pada
penderita
hipertensi lanjut usia, seperti halnya pada semua penderita, sangat menguntungkan
untuk menurunkan tekanan darah. Beberapa pola hidup yang harus diperbaiki
adalah menurunkan berat badan jika ada kegemukan, mengurangi minum alkohol,
meningkatkan aktivitas fisik aerobik, mengurangi asupan garam, mempertahankan
asupan kalium yang adekuat, mempertahankan asupan kalsium dan magnesium
yang adekuat, menghentikan merokok, mengurangi asupan lemak jenuh dan
kolesterol.
Seperti
halnya
pada
orang
yang
lebih
muda,
intervensi
beta
mungkin
sangat
bermanfaat;
namun
demikian
terbatas
18
bradikardia,
asistole,
memperberat
bradikardia,
obat
hipotensi,
hipoglikemik
gagal
oral
jantung;
digoksin
meningkatkan
efek
7. Pemantauan
Pasien yang telah mulai mendapatkan pengobatan harus datang kembali
untuk mendapatkan evaluasi lanjutan dan pengaturan dosis obat sampai target
tekanan darah tercapai. Setelah target tekanan darah tercapai dan stabil kunjungan
selanjutnya dengan interval 3-6 bulan, tetapi frekuensi kunjungan ini juga
19
ditentukan oleh ada tidaknya komorbiditas seperti gagal jantung, diabetes dan
kebutuhan akan pemeriksaan laboratorium. Strategi yang dapat digunakan dalam
meningkatkan kepatuhan dalam pengobatan (5):
1) Empati dokter dan petugas kesahatan di unit palayan kesehatan akan
meningkatkan kepercayaan, motivasi dan kepatuhan pasien.
2) Dokter harus mempertimbangkan latar belakang budaya, kepercayaan pasien
serta sikap pasien terhadap pengobatan.
3) Pasien selalu diberi tahu hasil pengukuran tekanan darah, target yang masih
harus dicapai, rencana pengobatan selanjutnya serta pentingnya mengikuti
rencana tersebut.
Jika dalam 6 bulan target pengobatan (termasuk target tekanan darah) tidak
tercapai, harus dipertimbangkan untuk melakukan rujukan ke dokter ahli atau
dokter spesialis. Bila selain hipertensi ada keluhan lain seperti diabetes mellitus
atau ginjal, baik American diabetes association (ADA) maupun International
society of nephrology (ISN) dan NKF menganjurkan untuk melakukan rujukan ke
dokter ahli jika laju filtrasi glomerolus mencapai < 60 ml/min/1,73m 2, atau jika
ada kesulitan dalam mengatur hipertensi atau hiperkalemia, serta lakukan rujukan
ke konsultan nephrologi jika laju filtrasi glomerolus mencapai
< 30
ml/min/1,73m2 (14).
Pengobatan hipertensi umumnya diberikan seumur hidup, penghentian
obat cepat atau lambat akan diikuti dengan naiknya tekanan darah sampai seperti
sebelum dilakukan pengobatan hipertensi. Walaupun demikian, ada kemungkinan
untuk menurunkan dosis dan jumlah obat antihipertensi secara bertahap bagi
20
c. Kuratif, yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat berupa kegiatan :
Pelayanan kesehatan dasar
Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui sistem rujukan
d. Rehabilitatif, yaitu upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun
berupa kegiatan :
Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental
penderita
Pembinaan usila dan aktifitas di dalam maupun diluar rumah.
Nasihat cara hidup sesuai penyakit diderita.
Perawatan fisio terapi
2. Posyandu Lansia
a. Pengertian Umum
Posyandu singkatan dari pos pelayanan terpadu. Merupakan salah satu
bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang paling
memasyarakat dewasa ini, yang dikelola dari, oleh dan untuk masyarakat.
Keterpaduannya merupakan penyatuan/penyerasian dinamis kegiatan dari
paling sedikit dua program untuk saling mendukung dalam mencapai tujuan
dan sasaran yang disepakati bersama. Sedangkan dinamis maksudnya bahwa
keterpaduan tersebut dapat berkembang (dari tahap awal ke tahap lanjut) dan
meluas dari dua program menjadi lebih banyak program (16).
b. Tujuan (16)
22
2) Kader Lansia minimal 5-10 orang untuk satu Posyandu. Anggota kader
lansia sebaiknya masyarakat sekitar yang memang dikhususkan untuk
menjadi kader lansia. Sedangkan apabila sumber daya manusia yang ada
terbatas maka anggota kader posyandu atau kader program yang lain dapat
juga dijadikan kader lansia.
3) Tempat/waktu tersendiri, berjalan rutin berkesinambungan
4) Petugas 3-5 orang : dokter, perawat/bidan, laboran, farmasi
5) Sarana : tempat/gedung, administrasi, meja/kursi, ruang pengambilan
sampel, alat dapur
6) Kerjasama lintas sektoral RT/Kelurahan, tokoh masyarakat, instansi
terkait. Berkoordinasi dengan Puskesmas untuk mendapatkan pembinaan
lebih lanjut, berkoordinasi juga dengan pihak kelurahan agar mendapatkan
Surat Keputusan Posyandu Lansia.
7) Penanggung jawab lurah /RT setempat.
8) Pendanaan/Donatur tersendiri. Dana awal dapat berupa dana dari
puskesmas. Dana juga bisa didapat dari sumbangan para warga sekitar.
e. Pelayanan Kesehatan yang Dapat Diberikan (11)
1) Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living); yang
dimaksud kegiatan hidup sehari-hari adalah kegiatan hidup dasar, seperti
makan/minum, mandi, berpakaian, buang air, berjalan. Serta beberapa
pekerjaan ringan rumah tangga dan aktivitas luar rumah, seperti mencuci,
memasak, berkebun. Bila mampu mandiri tergolong kategori C. Bila
terkadang masih memerlukan bantuan tergolong kategori B. Apabila
bergantung sama sekali dengan orang lain maka kategori A.).
24
25
peran
serta
masyarakat
dan
kemitraan
dalam
g. Komponen Kegiatan
Dalam melaksanankan strategi yang ditetapkan, perlu dilakukan kegiatankegiatan yang langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan fungsi dan
kinerja posyandu sebagai berikut (11):
1) Pelatihan kader
2) Meningkatkan jangkauan pelayanan melalui kegiatan pelayanan pada hari
buka posyandu dan kunjungan rumah
3) Meningkatkan peran serta masyarakat dan membangun kemitraan
4) Optimalisasi kegiatan Posyandu
26
27
3) Kadar Gula
Pemeriksaan kadar gula darah melalui pemeriksaan reduksi urine.
Pencatatan juga memperhatikan apakah klien sedang meminum obat
kencing manis atau tidak.
4) Hemoglobin (Hb)
Pemeriksaan Hb dengan cara Talquist atau Sahli. Idealnya nilai normal
bila menggunakan pemeriksaan Sahli 12 gr%
5) Protein Urine
Pemeriksaan protein urine, berbarengan dengan reduksi urine.
6) Kegiatan Sehari-hari
Penilaian dengan melihat/menanyakan pada klien atau keluarga yang
mengantar, apakah klien masih mampu melakukan kegiatan hidup seharihari tanpa bantuan sama-sekali. Bila mampu mandiri tergolong kategori C.
28
29
4) Membuat
rencana
kegiatan
pengelolaan
hipertensi
lansia
dan
dalam
pembinaan
kesehatan
usia
lanjut,
khususnya
b. Pelaksanaan
Untuk pengelolaan hipertensi secara paripurna maka diperlukan usaha
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
1) Promotif
Kegiatan promotif dilaksanakan dengan memberikan pendidikan pada
masyarakat tentang apa itu hipertensi, bagaimana gejala hipertensi, bagaimana
mencegah, mengobatinya serta komplikasinya. Metode pendidikannya bisa
dilakukan secara individu, massa, ataupun secara berkelompok dan pada
pelaksanaan kegiatan posyandu.
2) Preventif
Upaya ini bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya hipertensi dan
komplikasi yang diakibatkannya. Usaha ini diharapkan dapat dilakukan oleh
individu dan masyarakat setelah mereka tahu dan mengerti bagaimana cara
melakukan usaha pencegahan terhadap hipertensi. Kegiatan yang dilakukan
berupa deteksi dini hipertensi dan pemantauan kesehatan usia lanjut. Instrumen
yang dapat dipergunakan adalah KMS usia lanjut.
3) Kuratif
31
4) Rehabilitatif
Upaya yang dilakukan bersifat medik seperti dengan fisioterapi, kemudian
psikososial dan edukatif seperti mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri
dan memperkuat mental penderita, pembinaan usila dan aktifitas di dalam
maupun diluar rumah, nasihat cara hidup sesuai penyakit diderita; serta
pengembangan keterampilan atau hobi seperti membuat kerajinan tangan dan
aktivitas fisik senam lansia untuk mengembalikan semaksimal mungkin
kemampuan fungsional dan kepercayaan diri pada usia lanjut.
32
dimaksudkan
agar
program
dapat
berjalan
secara
mempelajari
hambatan
masalah
yang
muncul
dalam
33
BAB III
KESIMPULAN
kematian
nomor
satu,
sedangkan
angka
kesakitan
penyakit
34
DAFTAR PUSTAKA
35
36